Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim

Khusus ttg sepak terjang/sejarah jihad dan penerapan Syariah di INDONESIA & negara jiran (MALAYSIA)
Post Reply
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim

Post by Laurent »

Islam Telu Wetu
Kalau kita sempat jalan-jalan ke Pulau Lombok, mungkin kita masih bisa menemui Islam Sasak yang bernama asli Wetu Telu. Islam Sasak ini merupakan sinkretisme dari agama Islam dengan kebudayaan lokal setempat. Pada masyarakat ini, terdapat tradisi asli Islam seperti jabatan Kyai dan bangunan masjid sebagai pusat keagamaan. Di sisi lain, ritualnya disesuaikan dengan budaya setempat, misalnya saja waktu shalatnya 3 kali sehari.


Islam diperkirakan masuk sekitar akhir abad ke-16 ke Pulau Lombok dari pengaruh Sunan Giri atau Sunan Prapen. Pemahaman Islam Sasak ini sinkretis antara agama Islam Jawa dengan animisme lokal. Islam Jawa sendiri merupakan campuran budaya Islam yang berasal dari Gujarat (India), Hadramaut (Yaman), dan/atau Cina yang berakulturasi dengan pemahaman Pantesime dan Hinduisme yang sudah berada sebelumnya di Jawa. Ruwet kan?

Saat ini, Islam Sasak di Lombok semakin tergeser dan terancam punah. Salah satu titik penting adalah tahun 1965 setelah terjadinya pemberontakan G30S PKI. Akhir tahun 1965, pemerintah memberikan tekanan untuk memilih salah satu dari lima agama resmi. Salah satu prakteknya adalah kewajiban memilih agama dalam KTP yang dimiliki oleh setiap orang yang berusia 17 tahun.

Islam Wetu Telu pada masa itu dianggap sebagai ‘agama belum sempurna' karena prakteknya memiliki banyak ketidaksamaan dengan interpretasi Islam di Indonesia saat itu (dan juga saat ini). Hal ini menyebabkan banyak penganut Islam Wetu Telu yang terpaksa 'berpindah agama' menjadi Islam Waktu Lima seiring dengan menguatnya tekanan dari penganut Islam Waktu Lima yang didukung militer dan pemerintah pusat. Bila sebelum tahun 1965 populasi Islam Waktu Telu sekitar 20% dari penduduk Lombok, tahun 1967 populasinya sudah kurang dari 1%.

Waktu belakangan ini, proses pengaruh-mempengaruhi praktek Islam ini datang dengan cara lebih damai. Hadirnya Tuan Guru datang dari berbagai daerah menyebarkan Islam 'modern' dengan cara dakwah pada masyarakat Sasak. Selain itu, penyebaran Islam ‘modern’ untuk anak-anak dan remaja dilakukan melalui pendidikan agama Islam untuk SD, SMP, SMU telah distandardisasi berdasarkan kurikulum dari Departemen Pendidikan Pusat.

http://cokhy.blogspot.nl/2009_10_01_archive.html
Mirror: Lombok : Pembasmian Wetu Telu olrh Muslim
Follow Twitter: @ZwaraKafir
User avatar
gema
Posts: 1097
Joined: Sun Sep 08, 2013 10:27 pm

Re: Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim

Post by gema »

Image

Kelihatan unik juga, ferfaduan antara hindu bali dan sholat gurun. :lol:
Mirror 1: Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Re: Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim

Post by Laurent »

Islam Wetu Telu
BERANDA KEBUDAYAAN RELIGI & UPACARA KEPERCAYAAN ISLAM WETU TELU
Kategori: Kepercayaan · Ditulis oleh editor · Dipublish April 28, 2014

LOMBOK MIRAH SASAK ADI_KEJUJURAN ADALAH PERMATA KENYATAAN YANG BAIK DAN UTAMA3.jpg
KEPERCAYAAN SUKU SASAK, LOMBOK.

Sebagai etnis asli yang mendiami tanah lombok, mayoritas masyarakat Suku Sasak beragama Islam. Agama Islam sendiri mulai masuk ke Lombok pada abad ke 16 yang dibawa sebagai akibat dari penguasaan Lombok oleh orang-orang Jawa dan juga makasar. Konon, sebelumnya Suku Sasak telah menganut kepaercayaan Boda atau dikenal juga dengan Sasak Boda. Boda tidak sama dengan Agama Budha karena orang sasak tidak mempercayai Sidharta Gautama sebagai sosok yang disembah. Kepercayaan ini lebih kepada animismE dan panteisme dimana pemujaan dilakukan terhada roh-roh leluhur dan dewa-dewa lokal.

Islam Dikenal oleh Suku Sasak
Awal mula kedatangan Islam ke pulau Lombok adalah seiring dengan perkembangan Islam di nusantara dan keruntuhan Kerajaan Majapahit. Masuknya Islam ke tanah Lombok diduga diabwa oleh pedagang-pedagang muslim yang berniaga di Lombok yang kemudian menyebarkan agamanya. Dalam Babad Lombok dijelaskan bahwa Sunan Ratu Giri memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia bagian utara. Beberapa orang yang ditugasakan itu adalah Lembok Mangkurat dan pasukannya dikirim ke Banjar, Datu Bandan dikirim ke Selayar, Makassar,Tidore dan Seram, Pangeran Perapen mengirim anak laki-lakinyauntuk berlayar menyiarkan Islam ke Bali, Lombok dan Sumbawa.

Setelah panggeran tiba di tanah lombok, panggeran prapen diterima dengan baik oleh Raja Lombok, setelah memaparkan misi sucinya raja lombok pun bersedia masuk Islam. Akan tetapi Rakyat Sasak belum bisa menerima kehadiran agama Islam di tanah mereka sehingga Raja Lombok pun dihasut oleh rakyat sampai terjadi peperangan antara kedua belah pihak yaitu pasukan panggeran prapen dan rakyat sasak yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Panggeran Perapen. Atas kemenangan tersebut, Panggeran Perapen dan pasukannya pun mengislamkan raja beserta kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan Sasak (Lombok Utara). Dan juga ada kedatuan-kedatuan yang dengan sukarela masuk islam yaitu Parigi dan Sarwadadi. Panggeran Perapen juga mengislamkan masyarakat Lombok dan menghitan para lelaki serta mengharamakan pura, meru, babi dan sanggah. Pasca itu, Agama Islam berkembang dengan sangat pesat Di Pulau Lombok. Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang membuat Islam dengan mudah diterima di Tanah Lombok.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah (1) Agama Islam dianggap sebagai agama yang demokratis, (2) Agama Islam bukan merupakan ajaran yang asing lagi bagi masyarakat Sasak, (3) penyebaran Agama Islam dilakukan secara damai seperti melalui pereragangan dan perkawinan, (4) terjadinya kekosongan rohani rakyat akibat runtuhnya Kerajaan Majapahit dan (5) dakwah dari para guru dan ulama yang intensif.

Munculnya Islam Wetu Telu
Pasca kesuksesan sunan perapen mengislamkan masyarakat Suku Sasak saat itu, Sunan Perapen bergegas meninggalkan Lombok untuk menyebarkan agama islam ke wilayah Sumbawa dan bima. Akan tetapi, sepeninggal Sunan Perapen timbul masalah baru di kalangan masyarakat suku sasak yakni kaum wanita suku sasak menolak memeluk Agama Islam. Tak hanya itu, masyarakat Sasak juga terpecah menjadi 3 golongan yaitu golongan yanga memilih mempertahankan kepercayaan lamanya dan lari ke hutan (orang Boda), golongan yang takluk dan memeluk islam (waktu lima) dan golongan yang hanya takluk pada kekuasaan sunan perapen (Wetu telu). Akibat dari adanya masalah ini Sunan Perapen akhirnya kembali lagi ke Lombok untuk meluruskan dan memperbaiki penyebaran Islam di Lombok.

Dari ketiga golongan tersebut, Islam Wetu Telu adalah golongan yang keberadaannya masih bertahan sampai sekarang. Islam wetu telu sendiri adalah kepercayaan orang sasak yang mengaku Islam tapi masih mempraktikan ritual-ritual agama Hindu, Budha, Animism dan Boda seperti pemujaan terhadap roh leluhur dan para dewa. hal ini disebabkan oleh proses Islamisasi yang belum tuntas sebagai penyebab utama munculnya Islam Wetu Telu. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut (1) Kedatangan Islam pada saat kuatnya kepercayaan tradisional seperti animisme, dinamisme, dan Boda, (2) dominasi ajaran Hindu Majapahit yang telah berakar kuat di masyarakat, (3) para muballigh dan ulama yang menyampaikan ajaran agama Islam terburu-buru meninggalkan tempat tugasnya untuk menyebarkan agama Islam ke tempat lain seperti Sumbawa, Dompu, dan Bima, (4) para murid yang menjadi kepanjangan tangan para mubaligh dan ulama belum memiliki kemampuan menafsirkembangkan ajaran islam secara rasional dan (5) metode dakwah yang sangat toleran dengan komitmen tidak akan merusak adat istiadat setempat.

Islam Wetu Telu Kekinian
Masyarkat Sasak pada umumnya adalah penganut Islam yang umum atau bisa diebut dengan ajaran islam Waktu Lima. Penganut Islam Wetu Telu saat ini hanya sekitar 1% dari jumlah masyarakata keseluruhan. Persebarannya sendiri kawasan Tanjung dan beberapa desa di kecamatan Bayan seperti Loloan, Anyar, Akar-Akar, dan Mumbul Sari serta dusun-dusunnya memusat di Senaru, Barung Birak, Jeruk Manis, DasanTutul, Nangka Rempek, Semokan dan Lendang Jeliti. Ajaran islam wetu telu sebenarnya secara formal sudah tidak ada sejak tahun 1968. Pada saat itu para tokohnya sudah menyatakan meninggalkana ajaran tersebut dan memutuskan bergabung bersama pemeluk agama islam pada umumnya. Namun, kebudayaan Wetu Telu sendiri masih hidup dan dipertahankan sebagai kebudayaan warisan leluhur yang harus dilesatrikan.

Salah satu wilayah yang masyarakatanya masih menganut kepercayaan Wetu Telu adalah Bayan Beleq. Di wilayah ini terdapat mesjid kuno yang biasa dipakai untuk melaksanakan ibadah shalat. Untuk memasuki mesjid ini tidak bisa sembarang memakai pakaian tapi harus memakai sarung dan kemeja putih. Selain itu juga di wilayah ini masyarakat melakukan berbagai upacara adat terutama dalam rangka bertani seperti upacara adat bonga padi. Masyarakat disini juga sangat tabu melupakan leluhur karena bisa mengakibatkan terjadi bencana.

Masih bertahannya kebudayaan wetu telu hingga saat ini tidak semata-mata atas dasar kepercayaan masyarakat terhadap warisan leluhur. Akan tetapi, masyarakat juga percaya bahwa dengan berpegang teguh pada tradisi warisan nenek moyang maka kehidupan pun akan berlangsung dengan baik dan jauh dari bencana. Hal ini dijelaskan oleh pemangku adat di wilayah setempat menurut salah satu sumber. Menurutnya, persepsi masyarakat seringkali salah dalam mengartikan kepercayaan Wetu Telu. Umumnya orang beranggapan bahwa Wetu Telu adalah salah satu ajaran islam yang bermakna keseluruhan ibadah dalam Islam yang disimbolkan dengan Wetu (waktu) dan Telu (tiga). Sebenarnya, Wetu Telu adalah sebuah konsep kosmologi kepercayaan leluhur yang berarti kehidupan ini tergantung 3 jenis reproduksi yakni beranak (manganak), bertelur (menteluk) dan berbiji (mentiuk). Ini merujuk pada keseimbangan alam yang harus senantiasa lestari sebagai cikal bakal kehidupan yang baik.

Masyarakat Wetu Telu juga sangat mementingkan nilai cultural dari tanah, seperti tanah-tanah tempat bangunan suci, pemakaman keramat dan sumber air. Masyarakat wetu telu juga menjaga hutan yang terdapat sumber air yang akan mengaliri sawah mereka atu biasa disebut hutan Tabu. Msayarakat wetu telu percaya bahwa bila mengusik segala hal yang ada di hutan termasuk tumbuhan dan hewan maka akan terkena kutukan. Masyarakat juga memiliki tradisi memotong kayu dari hutan 8 tahun sekali untuk memperbaiki mesjid adat. Di balik berbagai persepsi masyarakat umum tentang kepercayaan wetu telu, kepercayaan ini menyimpan banyak nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dimana kehidupan akan lebih baik dengan menjaga keseimbangan alam agar tetap lestari.

http://kebudayaanindonesia.net/kebudaya ... -wetu-telu
Mirror 1: Lombok : Pembasmian Wetu Telu oleh Muslim
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Post Reply