Sejarah Jihad di INDONESIA sejak abad 13

Khusus ttg sepak terjang/sejarah jihad dan penerapan Syariah di INDONESIA & negara jiran (MALAYSIA)
Post Reply
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Sejarah Jihad di INDONESIA sejak abad 13

Post by ali5196 »

Buang pelajaran sejarah dari bangku sekolah dan bacalah bagaimana orang Jawa, Sumatera, Bali, harus meninggalkan agama nenek moyang mereka (animisme, Hindu dan Buddha) dibawah ancaman pedang Islam.

Image
Kereta Penuh Jamuan ala Majapahit

Image
http://www.tuguhotels.com/bali-Dining.htm Tradisi Menjamu Tamu gaya MAJAPAHIT (di Hotel Tugu, Bali). Tradisi megah dan agung macam ini nih yg dihancurkan Islam !!


Tahukah anda bahwa Majapahit hancur karena Islam ? Tahukah anda bahwa raja Majapahit, PRABU BRAWIJAYA dihancurkan oleh puteranya yg masuk Islam--Raden Patah-- yg diprovokasi para wali songo utk berjihad dlm nama Allah utk membunuh ayahnya yg 'Budha kafir kuruf' ?

Tahukah anda bahwa Raja Sriwijaya, PARAMESWARA, setelah masuk Islam, melancarkan jihad terhdp penduduknya, menyuruh mereka memilih antara masuk Islam atau mati ?

Tahukah anda asal usul Perang Paderi sebenarnya ? Tahukah anda bahwa Teuku Umar sebenarnya tidak beda dgn BIN LADEN ? Ia BUKAN pahlawan Indonesia yg melawan 'penjajah' Belanda. Justru antek2 Paderinya menyerang penduduk2 desa sekitarnya dan memaksa mereka masuk Islam. Penduduk Sumatera asli tidak punya pilihan kecuali meminta BANTUAN BELANDA utk melindungi mereka dari jihadi2 Muslim.

Anda tidak tahu bukan ? :shock: :shock: :shock:

Tahukah anda siapa sebenarnya yg melakukan politik 'divide et impera' ?

Tahukah anda bahwa Snouck Hurgronje (orang Belanda yg masuk Islam-yg sering menjadi junjungan Muslim) sendiri MENGRITIK ISLAM dgn keras ?

Tahukah anda bahwa GUS DUR tahu benar bahwa NU memiliki sejarah gelap dlm pembunuhan massal orang2 tidak bersalah dlm peristiwa G30S/PKI ?



BACALAH topik2 dibawah ini :

ISLAMISASI DI JAWA :
1) Jaman Majapahit 1292-1478
Serat Darmo Gandhul : Proses Islamisasi Nusantara Sebenarnya --PRABU BRAWIJAYA (Majapahit) dikhianati RADEN PATAH

serat-darmo-gandhul-proses-islamisasi-n ... ilit=serat darmo gandhul


BABAD TANAH JAWA
proses-islamisasi-di-buku-babad-tanah-jawa-t15319/

Image
Sungguh tragis nasib kebudayaan Indonesia di masa pra-Islam di Tanah Jawa dan Umat Budha pada Khusus-nya. Jika sudah membaca buku ini maka bisa menyimpulkan bahwa cara penyebaran Agama Islam di Indonesia pada Jaman dahulu juga tak jauh berbeda dengan jaman sekarang. Anarkis, Paksa, dan Kejam tapi "Halus".

2) Jaman Pajajaran 1482 - 1579
http://pasundan.homestead.com/files/Sej ... hframe.htm
sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia-t884/


3) Jihad 1965 : Siapa di balik kekejian G30S/PKI ?
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=4738


ISLAMISASI DI SUMATERA :

4) Penyebaran Islam di Asia Tenggara (termasuk di Sumatera-abad 11) : bgm Raja Sriwijaya, PRAMESWARA, ditipu agar masuk Islam dan merubah kerajaannya menjadi sebuah kesultanan dan menghancurkan budaya setempat yg toleran dgn syariat dan menjadikan warganya bulan2an jihad dgn kekerasan.
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 66#p452266"


5) Terror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816 - 1833
oleh: Batara R. Hutagalung
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=15104
terror-agama-islam-mazhab-hambali-di-ac ... ak-t15104/

6) Apa kata Snouck Hurgronje ttg Islam di Aceh ?
http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid ... opic=10328
Pada bagian pertama, Snouck menjelaskan tentang kultur masyarakat Aceh, peran Islam, 'Ulama, dan peran tokoh pimpinannya. Ia menegaskan pada bagian ini, bahwa yang berada di belakang perang dahsyat Aceh dengan Belanda adalah para 'Ulama.

Sedangkan tokoh-tokoh formalnya bisa diajak damai dan dijadikan sekutu, karena mereka hanya memikirkan bisnisnya. Snouck menegaskan bahwa Islam harus dianggap sebagai faktor negatif, karena dialah yang menimbulkan semangat fanatisme agama di kalangan muslimin. Pada saat yang sarna, Islam membangkitkan rasa kebencian dan permusuhan rakyat Aceh terhadap Belanda. Jika dimungkinkan "pembersihan" 'Ulama dari tengah masyarakat, maka Islam takkan lagi punya kekuatan di Aceh. Setelah itu, para tokoh-tokoh adat bisa menguasai dengan mudah.
Ttg Snouck juga ada di : http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2277

ISLAMISASI DI INDONESIA TIMUR :
7) Jihad di Lombok & Bali abad 16
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 185#105185


8) Jihad 2000 : Ambon, Poso, Jawa
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=3801


9) Darul Islam berada dibelakang PEMBANTAIAN WESTERLING
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... hp?t=16221


Image
Patung Garuda, Hotel Tugu-Bali, yg oleh islam dianggap BERHALA !
Last edited by ali5196 on Sat Dec 19, 2009 12:04 pm, edited 47 times in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Diskusi:

Islam merusak peradaban Indonesia ?
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... c.php?t=81
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... .php?t=884

Image
Bali : terlalu sexy, amoral dan najis buat Islam !

Mustikawati :Islam hancurkan peradaban Indonesia
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=4955

Situs Batujaya : Misteri Hilangnya pengaruh Hindu-Budha
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=5877

Imperialisme Islam ala Hizbut Tahrir
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=1544

Perkembangan Islam di IndoCina
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=5260

Fenomena agama asli nusantara
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=4777

Kebangkitan agama Hindu di Kalimantan
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2294

Syafii ma'arif rindu akan pemerintahan jawa kafir
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=3832
Last edited by ali5196 on Thu Mar 20, 2008 9:07 pm, edited 4 times in total.
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Post by Laurent »

Oh ya saya punya buku mengenai Hilangnya Agama Hindu-Budha di Indonesia serta proses Islamisasi Indonesia sebenarnya. judul bukunya spt ini :

Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara
oleh Slamet Muljana ; pengantar, Asvi Warman Adam.
Yogyakarta : LKiS, 2005.
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Post by Laurent »

Yg ini juga, masih ada Harapan bagi Agama Hindu-Budha di indonesia

http://www.swaveda.com/articles.php?action=show&id=49
Kebangkitan Gerakan Agama Hindu di Jawa, Indonesia
Oleh Thomas Reuter

Image
Candi2 yg mengingatkan kita pada jaman pra-Islam Indonesia

Selama 1000 tahun, kerajaan2 Hindu subur di Jawa, sampai datangnya Islam di abad ke 15. Tetapi, di tahun 1970-an, bangkit kembali sebuah gerakan Hindu yg menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Agama Hindu bahkan mendapat lebih banyak pengikut di saat negara sedang menghadapi berbagai krisis, terutama di Jawa, pusat politik di Indonesia.

Berdasarkan riset etnografis atas lima kelompok masyarakat pada candi2 Hindu besar, tulisan ini menelaah sejarah politik dan dinamika sosial bangkitnya kembali agama Hindu di Jawa.

Image

Saya tertarik pada Jawa setelah melakukan penelitian selama 10 tahun di Bali. Kebanyakan masyarakat Bali menganggap diri mereka sebagai keturunan kaum ningrat kerajaan Hindu Jawa Majapahit yang menaklukkan Bali di abad ke 14. Jumlah orang Bali yang berziarah ke kuil2 Hindu di Jawa semakin bertambah. Malah mereka sering terlibat dalam pembangunan kuil2 dan pelaksanaan ibadah Hindu baru di Jawa. Mereka juga mendominasi perwakilan kaum Hindu di taraf nasional. Dan banyak pendeta2 Hindu Jawa yang dilatih di Bali.

Image

Hal yang paling mempengaruhi gerakan ini :

1) Kebangkitan Agama Hindu dalam Konteks Sejarah dan Politik

a) Banyak orang Jawa masih mempertahankan kepercayaan warisan tradisi Hindu selama berabad-abad sambil juga memeluk Islam. Kepercayaan ini dikenal sebagai agama Jawa (kejawen) atau Islam Jawa (Islam abangan, nama yg dipakai Geertz 1960). Beberapa kelompok masyarakat terpencil masih tetap memeluk Hindu secara terbuka. Salah satu kelompok ini adalah masyarakat Hindu yang tinggal di dataran tinggi Tengger (Hefner 1985, 1990) di Jawa Timur. Orang2 ‘Hindu’ Jawa yang ditulis di laporan ini adalah mereka yang tadinya Muslim dan kemudian murtad untuk memeluk agama Hindu.

Laporan tahun 1999 yang tidak pernah diumumkan oleh Kantor Statistik Nasional Indonesia memperkirakan terdapat 100.000 orang Jawa yang secara resmi murtad atau ‘kembali lagi’ pindah dari Islam ke Hindu dalam waktu 20 tahun terakhir. Pada saat yang bersamaan, cabang organisasi Hindu (PHDI) Jawa Timur mengatakan bahwa umatnya bertambah sampai berjumlah 76.000 di tahun ini saja. Angka ini tidak sepenuhnya dapat dipercaya, dan tidak dapat pula menggambarkan besarnya kebangkitan agama Hindu di Jawa karena ini hanya berdasarkan nama agama yang tercantum di KTP dan hanya berdasarkan laporan agama resmi. Menurut pengamatan saya, banyak yang pindah agama tapi tidak melaporkan diri.

Meskipun demikian, perhitungan jumlah orang Hindu di Jawa ternyata lebih banyak daripada orang Hindu di Bali. Data yang dikumpulkan secara independen selama penelitian saya di Jawa Timur menunjukkan bahwa tingkat cepatnya proses pindah agama melesat secara dramatis selama dan setelah jatuhnya Pemerintahan Rezim Suharto di tahun 1998.

Sebelum tahun 1962, agama Hindu tidak diakui secara nasional sehingga orang2 beragama Hindu tidak bisa mencantumkan agama mereka secara resmi. [2] Permohonan pengakuan Hindu sebagai agama resmi diajukan oleh organisasi agama dari Bali dan dikabulkan di tahun 1962 demi kepentingan masyarakat Bali yang mayoritas adalah Hindu. Organisasi yang terbesar yakni Parisada Hindu Dharma Bali yang kemudian diubah menjadi PHD Indonesia (PHDI) di tahun 1964, berupaya untuk memperkenalkan Hindu secara nasional dan bukan hanya milik Bali saja (Ramstedt 1998).

Di awal tahun 70-an, orang2 Toraja Sulawesi mengambil kesempatan ini dengan memeluk agama nenek moyang mereka yang banyak dipengaruhi oleh Hindu. Masyarakat Batak Karo dari Sumatra di tahun 1977 dan masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan di tahun 1980 juga melakukan hal yang sama (Bakker 1995).

b) Identitas agama menjadi masalah hidup-mati saat agama Hindu memperoleh status resminya, yakni di saat terjadinya kerusuhan anti komunis di tahun 1965-66 (Beatty 1999). Orang2 yang tidak dapat menyebutkan agamanya digolongkan sebagai orang atheis dan dituduh komunis. Terlepas alasan politis ini, kebanyakan orang menganut Hindu karena juga ingin mempertahankan agama nenek moyang dan bagi masyarakat di luar Jawa, Hindu merupakan pilihan terbaik dibandingkan Islam. Sebaliknya, kebanyakan orang Jawa tidaklah melihat Hindu sebagai agama pilihan di saat itu karena kurang adanya organisasi Hindu dan juga karena takut pembalasan organisasi2 Islam besar seperti Nahdatul Ulama (NU). Anggota2 muda NU tidak hanya aktif membunuhi orang2 komunis tapi juga unsur2 Jawa Kejawen atau anti Islam yang banyak dianut Partai Nasionalis Islam milik Sukarno selama tahap pertama pembunuhan masal di jaman itu (Hefner 1987). Demi keslamatan nyawa, para pengikut Kejawen terpaksa mengumumkan diri mereka sebagai Muslim.

Pada awal Orde Baru, Presiden Suharto tidak mengikuti paham agama apapun. Baru di tahun 1990-an, Suharto mulai mendekati organisasi2 Islam. Awalnya Suharto adalah pembela aliran Kejawen yang gigih, tapi ia lalu mengajukan tawaran2 kepada kelompok Islam di masa itu karena berkurangnya dukungan masyarakat dan militer terhadap rezimnya. Tindakannya yang paling jelas tampak pada dukungannya atas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yang anggotanya secara terbuka menginginkan negara dan masyarakat Islam Indonesia (Hefner 1997).

Kekuatiran mulai tumbuh tatkala ICMI menjadi organisasi yang mendominasi birokrasi nasional dan melaksanakan program2 pendidikan Islam besar2an dan pembangunan mesjid2 melalui Departemen Agama dan sekali lagi menyerang aliran dan penganut Kejawen. Pada waktu yang sama, terjadi pembunuhan2 oleh ekstrimis Muslim atas orang2 yang dituduh sebagai dukun yang melakukan pengobatan tradisional Kejawen. (Ingat serentetan kasus pembunuhan dukun santet oleh ‘ninja’ yang terjadi di desa2 terpencil di Jawa?)

Pengalaman2 pahit dan penindasan2 membuat para penganut Kejawen takut dan juga benci. Dalam wawancara yang dilakukan di tahun 1999, orang2 yang baru saja murtad dan memeluk Hindu di Jawa Tengah dan Timur mengaku bahwa mereka sebenarnya tidak keberatan dengan identitas Islam. Tapi mereka sakit hati saat harus meninggalkan tradisi Hindu Jawa dengan tidak lagi melakukan upacara2 tertentu yang sudah menjadi bagian hidup mereka. Untuk menyalurkan hasrat politik, banyak penganut Kejawen dan pemeluk baru agama Hindu yang menjadi anggota partai politik Megawati Sukarnoputri. Sumber2 keterangan dari kelompok ini menyatakan bahwa kembalinya mereka kepada agama Majapahit (Hindu) merupakan kebanggaan nasional dan ini diwujudkan melalui pandangan politik baru yang penuh rasa percaya diri..


2)Kebangkitan Agama Hindu dalam Konteks Sosial dan Ekonomi

Ciri2 umum yang tampak di masyarakat baru Hindu di Jawa adalah kecenderungan untuk berkumpul di pura2 yang baru saja dibangun atau candi2 kuno yang dinyatakan kembali sebagai tempat ibadah masyarakat Hindu. Satu dari pura2 Hindu yang baru dibangun di Jawa Timur adalah contoh, Candi Mandaragiri Semeru Agung, di bukit dekat Gunung Semeru. Ketika candi ini selesai dibangun pd bulan Juli 1992 dengan bantuan keuangan Bali, hanya segelintir keluarga setempat secara resmi memeluk agama Hindu. Penelitian di bulan Desember 1999 menunjukkan masyarakat Hindu lokal berkembang menjadi lebih dari 5.000 keluarga.

Perpindahan agama besar2an yang sama juga terjadi di daerah sekitar Candi Agung Blambangan yang merupakan candi baru yang dibangun di daerah sisa2 kerajaan Blambangan, pusat kekuatan politis Hindu terakhir di Jawa. Yang tidak kalah pentingnya adalah Candi Loka Moksa Jayabaya (di desa Menang dekat Kediri), di mana raja dan petinggi Hindu, Jayabaya, dipercaya mencapai moksa (kemerdekaan spiritual).

Gerakan Hindu lain yang juga mulai tampak terjadi di daerah sekitar Candi Pucak Raung (di Jawa TImur) yang baru saja dibangun. Daerah ini disebut dalam sastra Bali sebagai tempat di mana begawan Hindu, Maharishi Markandeya, mengumpulkan pengikutnya untuk melakukan perjalanan ke Bali dan dengan itu membawa agama Hindu ke Bali di abad 5 M.

Kebangkitan agama Hindu juga tampak di daerah Candi Hindukuno di Trowulan dekat Mojokerto. Daerah ini dikenal sebagai ibukota kerajaan Hindu Majapahit. Gerakan Hindu setempat berusaha untuk mendapatkan ijin menggunakan candi yang baru saja digali sebagai tempat ibadah agama Hindu. Candi ini akan dipersembahkan bagi Gajah Mada, perdana menteri Majapahit yang berhasil mengembangkan kerajaan Hindu kecil itu sampai meliput wilayah dari Sabang sampai Merauke.

Meskipun terdapat lebih banyak pertentangan dari kelompok Islam di Jawa Tengah daripada di Jawa Timur, masyarakat Hindu ternyata juga berkembang di Jawa Tengah (Lyon 1980). Contohnya adalah di Klaten di dekat Candi Prambanan.


Candi Prambanan
Image
http://www.pbase.com/howardbanwell/prambanan

Selain itu candi2 besar Hindu juga dapat mendatangkan kemakmuran baru bagi masyarakat setempat. Selain mengundang biaya bagi pekerja2, pelebaran dan perbaikan candi itu sendiri, mengalirnya peziarah Bali yang terus menerus ke candi2 nasional itu menciptakan suatu industri baru bagi penduduk setempat. Di sepanjang jalan utama menuju Candi Semeru terdapat sederetan hotel dan toko2 yang menawarkan sesajen siap pakai, angkutan, dan makanan bagi para pendatang. Pada hari2 raya besar, puluhan ribu peziarah akan datang setiap hari. Peziarah yang memberi sumbangan dana besar bagi candi besar itu juga ternyata menarik perhatian penduduk setempat. Kemakmuran ekonomi orang2 Bali juga membuat penduduk setempat berpendapat bahwa ‘budaya Hindu ternyata lebih banyak mendatangkan keberhasilan pariwisata internasional dibandingkan budaya Islam’.

3) Kebangkitan Hindu sebagai Pemenuhan Ramalan Utopia (negara impian)

Pihak pendukung dan penentang agama Hindu biasanya menghubungkan bangkitnya agama Hindu secara tiba2 di Jawa dengan ramalan terkenal Sabdapalon dan Jayabaya. Dalam ramalan itu dinyatakan beberapa utopia dan bencana alam dahsyat, meskipun pengertian akan ramalan ini berbeda antara kedua pihak.

Harapan terpenuhinya ramalan itu merupakan cermin ketidakpuasan yang semakin membesar atas Pemerintahan Suharto yang korup dan tangan besi di tahun 1990-an sampai berakhir di tahun 1998, yang diikuti dengan demonstrasi mahasiswa di berbagai kota di Jawa sejalan dengan krisis ekonomi Asia. Krisis politik dan ekonomi yang lebih besar yang terus berlangsung di Indonesia saat ini juga semakin menumbuhkan harapan itu.

Presiden Abdurahman Wahid, presiden Indonesia pertama yang terpilih secara demokratis, ternyata mengundang banyak kritik karena pada masanya terjadi pertentangan agama, pemberontakan di Aceh dan Papua Barat dan skandal korupsi di Pemerintahan. [3] Masyarakat luas menduga ketidakstabilan politik di bawah Pemerintahan Megawati Sukarnoputri (sejak tanggal 23 Juli 2001) akan terus berlangsung. Selain itu dikhawatirkan penindasan seperti yang terjadi di jaman Suharto akan terulang lagi. Menurut penentang dan pendukung gerakan baru agama Hindu, keadaan politik yang tak menentu saat ini sesuai dengan ramalan Sabdapalon dan Jayabaya.

Menurut legenda, Sabdapalon adalah pendeta dan penasehat Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Hindu Majapahit. Dikisahkan pula bahwa Sabdapalon mengutuk rajanya yang meninggalkan agama Hindu untuk memeluk agama Islam di tahun 1478. Sabdapalon lalu berjanji untuk kembali setelah waktu 500 tahun berlalu di masa merajalelanya korupsi politik dan bencana2 alam besar, untuk mengenyahkan Islam dari pulau Jawa dan membangkitkan kembali agama dan masyarakat Hindu Jawa.

Beberapa candi Hindu baru yang pertama dibangun di Jawa memang selesai dibangun sekitar tahun 1978, misalnya Candi Blambangan di daerah Banyuwangi. Sesuai dengan ramalan, Gunung Semeru meledak di waktu itu pula. Semua ini dianggap sebagai bukti tepatnya ramalan Sabdapalon. Pihak penentang Hindu dari agama Islam menerima prinsip ramalan itu, meskipun menafsirkannya secara berbeda. Beberapa kalangan Islam menganggap murtadin yang memeluk Hindu disebabkan karena kelemahan sesaat dalam masyarakat Islam itu sendiri, dengan menyalahkan sifat materialisme di dunia modern dan turunnya nilai2 Islami atau karena penerapan Islam yang tak murni melalui tatacara ibadat Kejawen (Soewarno 1981). Menurut pendapat mereka, ‘kembalinya Sabdapalon’ berarti ujian bagi Islam dan perlunya memurnikan dan membangkitkan kembali iman Islam.

Ramalan yang lain yang juga terkenal di seluruh Jawa dan Indonesia adalah ramalan Jayabaya. Buku tentang ramalan ini yang ditulis oleh Soesetro & Arief (1999) telah jadi best seller nasional. Ramalan Jayabaya juga seringkali didiskusikan di koran2. Ramalan2 kuno ini memang bagian dari percakapan dan diskusi sehari-hari dalam masyarakat Indonesia.

Tokoh legendaris Sri Mapanji Jayabaya berkuasa di kerajaan Kediri di Jawa Timur dari tahun 1135 sampai 1157 M (Buchari 1968:19). Dia terkenal atas usahanya menyatukan kembali Jawa setelah pecah karena kematian raja sebelumnya, Airlangga. Jayabaya juga terkenal karena keadilan dan kemakmuran kerajaannya dan karena pengabdiannya bagi kesejahteraan rakyatnya. Jayabaya dikenal sebagai titisan dewa Wishnu dan dianggap sebagai ‘ratu adil’ yakni raja yang bijaksana yang muncul di jaman edan di akhir putaran tatasurya untuk menegakkan kembali keadilan sosial, keteraturan dan keseimbangan di dunia.

Banyak yang percaya waktu datangnya sang ratu adil yang baru telah dekat (seperti yang disebutkan dalam ramalan itu, “jika kendaraan2 besi bergerak sendiri tanpa kuda2 dan kapal2 berlayar menembus langit“), dan ia akan datang untuk menyelamatkan dan menyatukan Indonesia kembali setelah krisis hebat yang mengantarkan kepada awal jaman keemasan yang baru.

Dugaan terjadinya bencana besar dan utopia ini mengingatkan akan berakhirnya putaran tatasurya di masa kejayaan yang lampau untuk masuk ke jaman sekarang yang penuh kebobrokan moral, dan perlu diperbaiki kembali di masa depan dengan mengulangi kembali kejayaan di masa lampau.

Image

Orang2 Hindu Jawa mengenang Sabdapalon dan Jayabaya dgn penuh kebanggaan karena mewakili jaman keemasan sebelum Islam. Kalangan Islam sendiri sebaliknya percaya bahwa Jayabaya itu sebetulnya adalah seorang Muslim dan Sabdapalon tidak mau masuk Islam karena saat itu dia berhadapan dengan bentuk Islam yang salah dan tidak murni lagi (Soewarno 1981). Meskipun begitu, para penelaah ramalan dari pihak Muslim dan Hindu setuju bahwa sekaranglah masa terjadinya bencana hebat. Mungkin dalam bentuk reformasi politik besar2an dan mungkin pula sebuah revolusi. Kedua belah pihak juga setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi yang murni hanya dapat terlaksana dengan adanya pemimpin yang bermoral sangat tinggi yang mencampurkan kesadaran demokrasi modern dengan karisma kepemimpinan tradisional.

Pengaruh ramalan Jayabaya tampak nyata pada diri masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan dan ini tampak pula dengan kunjungan2 rahasia yang dilakukan Presiden Abdurahman Wahid (sekali sebelum dia dicalonkan untuk jadi presiden dan sekali lagi sebelum dia terpilih) sewaktu menjabat ketua NU ke candi keramat Raja Jayabaya di Bali, Pura Pucak Penulisan. [4] Setelah kunjungan pribadi malam hari di pura Hindu kuno ini, demikian menurut pengakuan pendeta2 Hindu setempat, Gus Dur berbicara dengan mereka untuk waktu lama tentang ramalan2 Jayabaya dan kedatangan kembali ratu adil.

Image
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Image

Persecution in Paradise : Jihad in Indonesia 1999 - 2003
http://www.youtube.com/watch?v=xTi_Imyacx0

Teror Bom di Indonesia (beberapa di luar negeri) 1962-2006
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=8332
Last edited by ali5196 on Thu Mar 20, 2008 9:10 pm, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Lihat
ISLAM DI ACEH
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 791#154791

Terutama tanggapan terhdp artikel Laurent :
Aceh Tidak Pernah Berontak Pada NKRI
http://swaramuslim.net/GALLERY/more.php ... 4_0_10_0_M
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Post by Laurent »

http://www.dhammacakka.or.id/mahasati/d ... 021019.htm

Mengungkap Budaya Buddhisme di Nusantara (2):
Pasca Majapahit
Oleh: Bhikkhu Dhammasubho Thera
Ringkasan 3, Diskusi Dhamma (19/10/2002)

Image
www.borobudur.tv

Peninggalan budaya pada Jaman Majapahit di Nusantara sekarang ini dapat dilihat situsnya di Mojokerto. Di sana ada Situs Majapahit tetapi karena bahan bakunya dari batu bata, maka tidak bisa bertahan lama, kini tampak telah aus dimakan waktu/keropos, runtuh. Berbeda dengan peninggalan Candi-candi Majapahit yang lain di mana bahannya terbuat dari batu andesit, hingga kini masih utuh. Yang menarik untuk diperhatikan dan dipelajari adalah bagaimana Agama Buddha yang demikian besar di Jaman Majapahit akhirnya mengalami kemunduran hingga lenyap tidak dikenal sama sekali, yang tersisa tinggal berupa kepingan-kepingan sejarah.

Hal yang patut dicatat bahwa suatu agama akan berkembang menjadi besar bila didukung oleh beberapa syarat, sekurang-kurangnya ada lima, yaitu:

1. Kalau menjadi agama negara; sehingga kegiatan keagamaan maju pesat karena sepenuhnya didukung oleh raja. Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan lain-lain, dibangun karena sepenuhnya didukung oleh raja.
2. Ditangani oleh kaum profesional agama (ulama); artinya sebagai ahli pelaku agama (ulama), waktu sepenuhnya tercurah, berpikir, berucap, dan bertindak untuk kemajuan agamanya.
3. Tingkat kemakmuran masyarakat mendukung;
4. Tingkat kerelaan umat; jika dari kemakmuran dan kerelaan cukup, pengadaan sarana dan prasarana demi kegiatan pengembangan keagamaan semua dengan mudah terwujud.
5. Tingkat keimanan umat cukup mantap; artinya tidak mudah terpengaruh atau pindah agama

Agama Buddha pada Jaman Majapahit menjadi besar karena lima hal tersebut di atas terpenuhi. Raja, pejabat tinggi negara, dan rakyatnya menganut cara berpikir Buddhis, beragama Buddha. Akan tetapi ketika yang terjadi sebaliknya, petinggi-petinggi negara beralih agama, para profesional (ulama) agama menyimpang dari haluannya, tingkat kesejahteraan rakyat tidak mendukung, keimanan goyah, maka lambat laun agama akan ditinggalkan.

Begitu pula Agama Buddha pada jaman pasca Majapahit menjadi merosot tajam, lenyap hilang. Agama Buddha di Indonesia sekarang dalam kondisi baik dan aman, karena sah dan dilindungi undang-undang, akan tetapi karena belum ditangani oleh kaum profesional (ulama) sepenuhnya, maka masih tersendat-sendat, sering ngadat.

Selama ini lembaga-lembaga, organisasi agama masih ditangani oleh pemimpin-pemimpin yang belum sepenuhnya profesional agama, sehingga perhatian dan pencurahan energi, serta pemikirannya masih harus dibagi dua dengan tanggung jawab kebutuhan keluarga atau profesi lain yang menjadi kendala.

Hal lain yang menjadi sebab Agama Buddha menurun adalah Raja ke-5 pada Jaman Majapahit yaitu Raja Brawijaya V mempunyai anak laki-laki hasil pernikahannya dengan Putri Campa (China), di mana sejak kecil anak tersebut yang diberi nama Raden Babah Patah dididik oleh Raja Ariyodamar di Palembang, Sumatera, yang telah beragama lain (ISLAM). Jadi Raden Patah diajar agama lain bukan Agama Buddha yang telah dianut di negeri itu, sampai Raden Patah menjadi besar dan kembali ke negeri Tanah Jawa di Kerajaan Majapahit.

Oleh Brawijaya diterima dan diberikan wilayah kekuasaan untuk dibuka menjadi kerajaan baru. Tempat tersebut oleh Raden Patah dibangun bersama dengan guru-guru spiritualnya yakni para wali, jadilah Kerajaan Demak Bintoro, di Jawa Tengah. Akhirnya demi kepentingan tertentu guru-guru spiritualnya mendesak Raden Patah sebagai Raja Demak Bintoro, untuk segera mereformasi Majapahit berganti agama baru. Meskipun berkali-kali Raden Patah menunda-nunda permintaan gurunya, akan tetapi karena didesak dan didesak terus, akhirnya Raden Patah menurut juga. Oleh karena Brawijaya tidak mendidik Raden Patah untuk mempelajari Agama Buddha, akibatnya Raden Patah tidak menganut Agama Buddha, malah bermaksud mengganti agama yang dianut Brawijaya, orangtuanya.

Sampai suatu ketika Majapahit didatangi PANSUS tentara dari Demak, untuk tujuan mereformasi Majapahit (lewat PEDANG !). Prabu Brawijaya sebagai orangtua tentu berpikir panjang, apakah dia harus berperang berhadapan dengan anak, sedangkan sebagai orangtua rela kurang makan minum, kurang tidur, asal anak bahagia orangtua sudah cukup puas. Maka meskipun negeri kerajaan dalam keadaan didesak bahaya, daripada perang dengan anak, Prabu Brawijaya memilih pergi meninggalkan kerajaan; lewat pintu belakang beliau meninggalkan Kerajaan Majapahit menuju Blambangan.

Jadi Kerajaan Majapahit ketika itu bukan diambil alih dengan peperangan (???) atau perundingan, tetapi tepatnya ditinggal pergi oleh rajanya. Raja Demak berhasil mengambil alih istana Kerajaan Majapahit, tetapi misinya dianggap belum sukses karena Prabu Brawijaya belum pindah agama baru. Akhirnya diputuskan untuk mengirim Raden Sahid Sunan Kalijaga menyusul Prabu Brawijaya ke Blambangan, di ujung timur Pulau Jawa. Tujuannya membujuk dan merayu, serta memohon agar Prabu Brawijaya kembali ke Majapahit dan berganti agama.

Pembicaraan ini berlangsung berhari-hari sampai akhirnya Prabu Brawijaya menyanggupi untuk kembali ke Majapahit. Tetapi beliau mengatakan bahwa: "Saya mau kembali ke Majapahit bukan untuk kekuasaan sebagai Raja Majapahit, tetapi demi anak."

Sudah jelas dikudeta, tetapi Prabu Brawijaya tetap tidak pupus rasa sayang pada anaknya. Walaupun demikian misi para wali guru spiritual Raden Patah belum tercapai, maka berhari-hari terus diadakan dialog. Karena alotnya sampai suatu ketika dialog diambil alih oleh kedua penasehat spiritual Prabu Brawijaya yaitu Sabdopalon dan Noyoginggong (nama yang sudah diistilahkan, yang dimaksud adalah bhikkhu). Akhirnya Sabdopalon, Noyoginggong, dan Sunan Kalijaga berdebat seru mengadu ilmu dan kesaktian.

Di mana untuk membuktikan misi baru ini hebat, Raden Sahid mengambil air untuk mencuci muka, begitu tersentuh tangan, air tersebut berubah menjadi berbau wangi. Untuk menandai kejadian ajaib ini, maka di tempat itu diberi nama Banyuwangi.

Akhirnya disepakati rombongan meninggalkan Blambangan menuju Majapahit. Dalam perjalanan ke Majapahit rombongan berhenti di suatu tempat peristirahatan (villa). Di tempat itu diteruskan lagi diskusi yang belum usai. Sabdopalon dan Noyoginggong menerima keajaiban air wangi tidak tinggal diam, tetapi ingin menguji air wangi tersebut sampai kapan bertahan. Air wangi yang dibawa dalam bumbung (tabung) dari Blambangan, oleh Sabdopalon dan Noyoginggong dibuka tutupnya, ternyata air yang semula berbau wangi itu sekarang berubah menjadi berbau basin (busuk) dan banger.

Prabu Brawijaya berkata: "Saya sudah tua, semuanya demi anak. Permintaan saya, meskipun Majapahit sudah berganti pemerintahan tetapi jangan sampai dinodai tetesan darah. Saya sanggup berganti agama tetapi saya mempunyai permintaan, kalau saya meninggal jangan ditulis di sini makam Brawijaya, cukup diberi tanda 'di sini peristirahatan si putra bulan [trowulan]."

Begitu Prabu Brawijaya memberi disposisi, kedua penasehat spiritualnya berkata: "Brawijaya, saya tidak akan mengikuti perjalananmu lagi, saya akan tidur saja, dan saya tidak akan bangun sebelum Agama Buddha kembali. Dan ingatlah keharuman air wangi nanti akan bertahan selama 500 tahun dan 4 jaman."

Usai berkata demikian Sabdopalon dan Noyoginggong "Moksa" (menghilang). Mendengar kata-kata itu, Brawijaya menangis tetapi semuanya sudah terlambat. Untuk memberi saksi harumnya air wangi menjadi berbau basin dan banger, tempat itu diberi nama Jember. Dihitung-hitung perjalanan dari Banyuwangi sampai Jember selama 4 hari dan 5 malam. Artinya keharuman itu nanti bertahan selama 500 tahun dan 4 jaman.

Inilah pentingnya dunia pendidikan, besar sekali pengaruh ucapan seorang guru pada anak-anak. Diakui atau tidak, sebuah nasehat yang sama isi kata-kata maupun artinya dari orangtua, masih lebih didengar ucapan guru untuk anak-anak. Maka berhati-hatilah orangtua mencarikan guru untuk anak-anak, karena ucapan guru lebih didengar oleh anak-anak.

Orangtua jika ingin hidupnya aman, agamanya tidak terputus, maka seyogyanya anak-anak harus diajar agama yang sama dengan orangtuanya. Kalau orangtua terlambat mendidik anak, suatu ketika akan menjadi masalah dikemudian hari. Jadi jangan heran kalau nanti anaknya tidak akan menyembayangi orangtuanya yang sudah menjadi leluhur. Tetapi kadang orangtua terlalu merdeka, bebas, dan bangga mempunyai keluarga yang berbeda-beda agamanya, padahal itu akan menjadi masalah dikemudian hari.

Sejak terjadi reformasi pemerintahan di Majapahit, petinggi-petinggi Majapahit, banyak yang terpaksa atau dipaksa berubah haluan. Bagi yang tidak kuat imannya dan goyah, demi hidup, demi jabatan, mereka pindah keyakinan agama. Yang bimbang diberi pilihan hidup atau mati.

Tetapi yang betul-betul idealis, Buddhis meskipun dengan berbagai cara ditekan, tidak tergoyahkan. Orang-orang idealis Buddhis ini lebih baik menyingkir, menjauh sampai ke daerah-daerah pedalaman hingga menjadi komunitas masyarakat tersendiri. Mereka hidup apa adanya tidak banyak aturan, tetapi aman tenteram tanpa gangguan, tidak ada gejolak, tetap memegang teguh ajaran agama lama secara turun temurun.

Ajaran penting ini diberikan sangat tradisional/sederhana, tidak ada tulis menulis, tetapi dihafal melalui lisan, contoh dalam perilaku dan perbuatan, bagian-bagian yang amat penting cukup di dalam bathin. Orang-orang idealis yang ditakut-takuti, ajarannya "diamputasi", budayanya dilarang berfungsi, dan menyingkir ini, selanjutnya dikenal sebagai Orang Badui di Jawa Barat, Orang Samin di Jawa Tengah, Orang Tengger di Jawa Timur, Suku Kajang di Sulawesi Selatan, Suku Kaly di Sulawesi Tengah, Orang Sangir di Sulawesi Utara, Suku Dayak Kaharingan di Kalimantan, Suku Karo di Sumatera, dan lain-lain.

Ajaran yang diajarkan turun-temurun melalui hafalan lisan dan perbuatan itu tadi tetap utuh. Hanya karena tidak terbuka secara umum dan kadang-kadang hanya di bathin-bathin saja, maka lama-lama menjadi istilah "Kebathinan" yang di Jawa disebut "Kejawen", sehingga ketika mengalami kebangkitan lagi 500 tahun kemudian, orang-orang kebathinan itu umumnya sangat respon pada Agama Buddha. Ibarat bola karet yang menggelinding di pasir, tidak lagi terlihat itu sebagai bola karet tetapi yang tampak adalah bola pasir.

Begitu juga dengan Ajaran Buddha yang meskipun tetap dipraktekkan oleh masyarakat, tetapi tidak dikenal lagi bahwa itu sesungguhnya Ajaran Buddha. Ajaran ini dapat dilihat hanya dalam bentuk sastra budaya, tradisi puja, perilaku tata krama, sopan santun, dan beberapa kosa kata yang menjadi dialek masyarakat, atau kepingan-kepingan candi yang kita baca lewat prasasti; tetapi bentuk agama yang kongkrit sudah tidak dikenal lagi selama 500 tahun sejak Majapahit surut, runtuh.

Meskipun Ajaran Buddha sudah hilang dari permukaan Bumi Nusantara ini, tetapi tetap tidak lenyap. Ibarat sebatang pohon yang cabang rantingnya sudah patah, daunnya sudah rontok, batangnya sudah rubuh, tetapi akarnya belum tercabut. Jadi meskipun pohon tersebut tumbuh tidak segar, rantingnya tidak panjang, batang tidak besar, daunnya tidak subur karena tidak dipupuk dan iklim yang tidak menunjang, tetapi pohon itu tetap hidup. Cuma tumbuhnya kecil seperti bonsai, namun meskipun bonsai itu kecil, nilainya unggul harganya mahal.

Di Sulawesi Selatan dahulu ada 15 kerajaan yang masyarakatnya beragama Buddha. Pada abad ke-15 kerajaannya berganti agama, maka yang tersisa tinggal kosa kata. Seperti Bahasa Makasar, ada beberapa yang persis sama dengan yang ada di Jawa.

Di Kabupaten Bone ada Kecamatan Palaka, di Kabupaten Sengkang ada Kecamatan Attangasila, di Kabupaten Sopeng ada Kecamatan Aparitta. Di daerah Aparitta ada satu hal yang mentradisi dari tahun ke tahun yaitu dilarang keras orang-orang menggunakan warna kuning. Jika ditanya alasannya, dikatakan kalau memakai warna kuning hidupnya akan sial. Ternyata warna kuning adalah warna bagi bhikkhu, warnanya Agama Buddha. Karena mendapat tekanan politik pada jaman itu, mereka tidak boleh mengaku ini itu, apalagi membaca paritta (aparitta); tidak memakai warna Buddhis supaya tidak ketahuan.

Di Sulawesi Selatan pernah diketemukan sebuah Patung Buddha posisi berdiri. Menurut ahli antropologi patung tersebut duplikatnya ada di Jember dan Nepal. Patung itu hadiah dari Mpu Tantular ketika melakukan perjalanan mengunjungi daerah-daerah Wilayah Majapahit.

Disposisi Prabu Brawijaya pada waktu itu ditandai dengan Chandra Sangkala (Tahun Caka) 'Sirno Hilang Kertaning Bumi' artinya Tahun Caka 1400 (Tahun Masehi 1478). Itulah awal perjalanan Dhamma selama 500 tahun tidak dikenal wujud sesungguhnya. Baru di jaman Republik ini 'api' Dhamma mulai berkelip lagi, dan yang mengelipkannya adalah kaum Theosofi yaitu kelompok kebathinan terdiri dari kumpulan kaum elit Belanda dan ningrat Jawa yang secara khusus mendiskusikan ilmu agama-agama serta Ketuhanan dalam Agama Buddha. Sehingga pada tahun 1934 mengundang Bhikkhu Narada dari Sri Lanka berkunjung ke Indonesia.

Tanggal 4 Maret 1934, untuk pertama kalinya ada seorang bhikkhu di Bumi Nusantara sejak surutnya Majapahit. Dari tahun ke tahun Beliau selalu datang ke Indonesia mengadakan ceramah-ceramah umum di berbagai tempat, sehingga akhirnya resmi menjadi kunjungan negara, dan ditandai dengan penanaman Pohon Bodhi di lingkungan Candi Borobudur. Setelah putera Indonesia menerima benih-benih Ajaran Buddha, akhirnya beberapa dari mereka memutuskan untuk menjadi bhikkhu.

Dihitung-hitung sejak 500 tahun lampau Pemerintahan Majapahit runtuh, berganti jaman Kerajaan Demak, jaman penjajahan Hindia Belanda, dan jaman pendudukan Jepang, di ketiga jaman itu Agama Buddha tidak dikenal sama sekali, tidak sebagai agama negara. Sekarang dihitung sejak kejatuhan Majapahit, tahun 1400 caka, 500 tahun kedepan berarti tahun 1900 caka, dan tahun 1478, ditambah 500 tahun kedepan berarti tahun 1978, sejak itulah sesuai perkataan Sabdopalon dan Noyoginggong, Agama Buddha bangkit kembali sejak kedatangan Bhikkhu Narada dari Sri Lanka tahun 1934. Dan duduk sejajar dengan agama-agama lainnya di Indonesia sejak Direktorat Urusan Agama Buddha berdiri tahun 1978.

Saat ini memang Agama Buddha sedang tumbuh kembali di Bumi Nusantara. Maju atau mundur Agama Buddha ada di tangan kita. Oleh karena kita sudah belajar dari sejarah mengapa agama yang begitu besar bisa runtuh, maka dari itu hendaklah kita tidak mengulang pengalaman tidak indah itu. Tiga hal penting tanda menjadi umat beragama yang tidak mudah goyah yaitu beragama di tempat ibadah, di rumah, dan di masyarakat. Tahu, mengerti, mengalami praktik sehari-hari. Praktik untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. [MR]

Image
Bebaskan puteri Jawa ini dari kekangan Islam ... Aisyah oh Aisyah ... beginikah wajahmu ketika Muhamad, playboy tuek itu, meminangmu ?

Image
Kembalikan kejayaan masa lalu indonesia, dan TENDANG budak2 Muslim Arab dari muka bumi nusantara !

Image
Musik dilarang dlm Islam !
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

BACA : DEVIDE et EMPERA dan BELANDA
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... sc&start=0

kafir disini sih JUJUR2 aja, emang sih TEKNIK adu domba itu asalnya dari BELANDA.
T
A
P
I

.... Taukah Kalian,darimana BELANDA mendapat TRIK LICIK itu????????????????

mari kita baca sejarah ISLAM asli dari SIRAH NABI IBNU HISYAM
Sumber : Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2 halaman 205.

Masuk islamnya Nu'afm bin Mas'ud Ahchathafanl dan Tawaran Bantuan darinya.

Ibnu Ishaq berkata, "Kemudian Nu'alm bin Mas'ud bin Amir bin Unalf bin Tsa labah bin Qunhidz bin HilaJ bin Khalawah bin Asa' bin Raits bin Gha-lhaan datang ke tempal Rasulullah SAW dan berkata Wahal Rasulluah aku telah masuk Islam dan kaumku tidak mengetahui keislamanku. Oleh karena itu, suruhlah aku apa saja yang engkau inglnkan.' Beliau bersabda, 'Engkau salah seorang dari kaml. Oeh karena itu, pecahkan mereka jika engkau mampu karena perang adalah tipu-daya'."
Last edited by ali5196 on Sat Aug 22, 2009 6:25 am, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Image
ISLAM adalah OGOH-OGOH/setan haus darah dan rakus dari PADANG PASIR yg seenak udel memarkir di negeri kita !
Last edited by ali5196 on Thu Mar 20, 2008 9:17 pm, edited 3 times in total.
User avatar
dark_freedom
Posts: 332
Joined: Mon Feb 18, 2008 7:47 am

Post by dark_freedom »

ternyata sejarah adalah sesuatu yang sangat penting, gue yakin orang2 yang udah berniat meninggalkan Indonesia saat ini jika mereka mau sedikit saja membuka sejarah2 besar negara tercinta ini mereka akan bangga dan memang bener yang bikin rusak bukan orang/oknum tapi ideologi islam. ternyata islam dari dulu sudah mulai merusak Indonesia. Kenapa kaum mudah Indonesia masih belon mau membuka mata mereka sendiri. ckck. harus makin giat nih ajakin temen2 baca ffi. thanks.

INDONESIA SAYA MASIH CINTA KAMU
berani_murtad
Posts: 2496
Joined: Sat May 19, 2007 3:11 pm
Location: Surga 72 bidadari

Post by berani_murtad »

dimanapun ada kaum yang memuja setan, biasanya akan ada hanya perusakan. topik yang mantap!
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Image

BALI and NOT Islam = masterpiece of the gods :wink:
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

wahabi
Posts: 165
Joined: Sun Aug 06, 2006 2:22 am
Location: Alam Fana

Post by wahabi »

ali5196 wrote:Image
ISLAM adalah OGOH-OGOH/setan haus darah dan rakus dari PADANG PASIR yg seenak udel memarkir di negeri kita !
serem banget, apa ini model penduduk negeri sebelum islam datang?
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Islamic Jihad: A Legacy of Forced Conversion, Imperialism and Slavery
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 36#p452236" onclick="window.open(this.href);return false;

Sejarawan Indonesia, Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo menulis ttg masuknya non-muslim Indonesia ke Islam,
Widjojoatmodjo wrote:'Dlm seluruh sejarah penyebarannya di Indonesia, tidak ada tanda2 kekerasan dari luar. Karena Jihad bukan satu2nya cara menyebarkan agama yg (paling) benar. Menurut teori, kekerasan hanya digunakan jika bujukan dan kotbah terbukti sbg percuma.'clxxiii
:supz:

Widjojoatmodjo jujur mengakui bahwa penggunaan kekerasan dlm menyebarkan agama DIIJINKAN Islam, walau ia tidak melihat bukti metoda (kekerasan) itu di Indonesia. Namun, ia juga mengaku bahwa kalau kafir2 kepulauan Indonesia MENOLAK cara2 penyebaran Islam secara damai, maka KEKERASAN AKAN DIGUNAKAN. (huruf besar, bold & smilies dari saya - ali5196)

Image
Moslems feeling sad for the dead kafirs in bali, obviously never having read the Quran before !


http://www.faithfreedom.org/forum/viewt ... c&start=75" onclick="window.open(this.href);return false;
netter FFi Lovers
Posts: 11
Joined: Sat Oct 10, 2009 10:47 pm

Re: Sejarah Jihad di INDONESIA sejak abad 13

Post by netter FFi Lovers »

btul2. setuju...
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

perguruan-santriloka-kecam-alquran-dan-haji-t35833/

Mojokerto - Perguruan Ilmu Kalam Santriloka menganggap sebagian isi Alquran sesat dan membahayakan persatuan. Perguruan ini juga mengecam ibadah haji yang dianggap sebagai pembodohan Bangsa Arab terhadap Bangsa Indonesia.

Image
"Alquran sebagian salah dan sesat, sebagian benar. Seperti Surat Alkafirun, itu sesat. Bukan kalam Allah tapi suara orang Arab," kata Pengasuh Perguruan Ilmu Kalam Santriloka Kiai Ahmad Naf'an kepada detiksurabaya.com di Padepokan Santriloka, Kelurahan Kranggan gang 5, Kota Mojokerto, Rabu (28/10/2009).

Menurut pria yang biasa dipanggil Gus Aan ini, Surat Alkafirun menyerukan perpecahan, bukan persatuan. "Bagaimana, kok bisa Tuhan Allah mengecam dan menyuruh orang agar memusuhi orang yang dianggap kafir," jelas Aan.

Terkait dengan Alquran yang beredar di Indonesia, Gus Aan menyatakan salah. Menurutnya, Alquran bukan dari Bahasa Arab. Melainkan Bahasa Kawi, Bahasa Sansekerta dan Bahasa Jawa Kuno. Alquran merupakan buatan orang Arab untuk menjajah Bangsa Indonesia.

"Alquran yang ada ini, dimodifikasi oleh orang-orang untuk merusak Majapahit, Jawa dan Pancasila. Siapa yang bertanggungjawab, kalau Alquran ini salah. Apa nabi mau tanggungjawab," tambah Aan sambil menunjuk Alquran yang ada di depan kakinya.

Terkait ibadah haji, Gus Aan juga menganggap ibadah haji saat ini tidak sesuai dengan inti ajaran Islam. "Siapa yang menyuruh ke Makkah. Dulu banyak orang mati di Terowongan Mina. Begini kok katanya perintah Allah," kata Gus Aan berapi-api.

Menurut Aan, ibadah haji sebenarnya tidak harus pergi ke Makkah dan sekitarnya. "Sudah dikatakan, kalau Allah itu dekat seperti urat nadi, kenapa umat Islam mengitari batu, dan mau dibodohi orang Arab," kata Gus Aan menambahkan.

Sebelumnya Pondok Pesantren dan MUI di Mojokerto meminta polisi melacak keberadaan pengajian Ilmu Kalam Santriloka. Ajaran pengajian komunitas itu dianggap sesat karena tidak mewajibkan puasa Ramadan dan salat 5 waktu.

-----------------------------------

Perguruan Santriloka Ajarkan Wihdatul Wujud

Mojokerto Jawa Timur, (voa-islam) - Perguruan Ilmu Kalam Santriloka meyakini akidah Wihdatul Wujud atau Manunggaling Kawulo Gusti (MKG), menyatunya antara Tuhan dengan hamba. Konsep ini dalam tradisi sufisme kuno dikembangkan Al-Hallaj.

Penuturan pengasuh Perguruan ini, Ahmad Naf'an yang sering dipangil Gus Aan alias KS Mustofa alias Pangeran Kuning, manusia memiliki kesempatan untuk menyatu dengan Allah. "Sifat wajib Allah itu kan ada 20. Kalau manusia bisa melakukan sifat-sifat wajib Allah itu, maka dia bisa menyatu dengan Allah," Penuturannya di Padepokan Santriloka, Kelurahan Kranggan Gang 5, Kota Mojokerto, Rabu (28/10/2009)nya.

Namun demikian, Gus Aan menyatakan manusia tidak mungkin menjadi Allah. Sebab Allah hanya satu. Hanya saja manusia bisa menyatu, karena kedekatan Allah dengan manusia, lebih dekat daripada urat nadi manusia.

Menurut Gus Aan, jika ada yang mengaku sebagai Allah, maka dia akan meminta orang itu membuatkan matahari lagi. "Karena itu Allah itu satu, tidak mungkin ada yang bisa menyamai. Tapi manusia bisa dekat dan menyatu dengan Allah," jelasnya.

Ajaran Wihdatul Wujud, dalam sejarah kewalian di Jawa, diyakini dan diajarka oleh Syekh Siti Jenar atau dikenal Syekh Lemah Abang. Keyakinan dan ajaran Syekh Siti ini ditentang dan dinyatakan sesat oleh wali sanga. Dan karena keyakinan ini, kerajaan Islam Demak menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

Ajaran Wihdatul Wujud, dalam sejarah kewalian di Jawa, diyakini dan diajarkan oleh Syekh Siti Jenar atau dikenal Syekh Lemah Abang.

Dalam salah satu ritual ibadah perguruan santriloka terdapat pengagungan khusus kepada Syekh Siti Jenar. Di samping melakukan wirid dan tawassul ke Rasulullah SAW, Mereka juga bertawassul ke Syekh Siti Jenar. Ritual tawassul ini dipaparkan perguruan Santriloka dalam situsnya santriloka.net, yang sekarang tidak bisa diakses.

Bukti lain perguruan Santriloka adalah pengagum Syekh Siti Jenar adalah penuturanGus Aan, Syekh Siti Jenar merupakan salah satu wali yang tidak meninggalkan unsur Jawa. "Syekh Siti Jenar merupakan salah satu wali yang kami tawassul saat wiridan," katanya. (PurWD/dbs)
Post Reply