Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Khusus ttg sepak terjang/sejarah jihad dan penerapan Syariah di INDONESIA & negara jiran (MALAYSIA)
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by Laurent »

http://m.merdeka.com/khas/tidak-terpili ... sma-1.html

Jumat, 23 Maret 2012 10:28:59
Tidak terpilih sebagai komandan Kopassus karena beragama Hindu
Reporter : Mohamad Taufik



262

share
136


Sudah 67 tahun usia Republik ini. Tapi di negeri dengan asas “Bhinneka Tunggal Ika”, ini penghormatan terhadap penganut agama minoritas masih kurang. Menurut Sang Nyoman Suwisma, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), bagi kelompok tertentu keberagaman belum dimaknai sebagai keistimewaan yang harus dihormati. Sebaliknya, perbedaan itu dipakai dalih menekan kelompok minoritas. Itulah yang masih dirasakan oleh penganut Hindu.

“Laporan saya terima dari beberapa daerah, ada penganut agama hindu mengurus KTP, tapi kecewa karena setelah KTP jadi, ternyata ditulis beragama lain,” kata dia ketika ditemui Muhammad Taufik dan Islahuddin dari merdeka.com di rumahnya, Jalan Kalisari 2, LAPAn, Jakarta Timur, Rabu (21/3) siang. Di beberapa daerah, rupanya pembuatan KTP masih sangat tergantung keyakinan apa yang dianut oleh penguasa di daerah itu.

Bentuk perlakuan tidak adil lain, di beberapa daerah umat Hindu masih belum berani membuat rumah-rumah ibadah berukuran besar. Mereka masih merasa ketakutan. Andai ada, dia melanjutkan, rumah ibadah itu berada di pojok-pojok kantor koramil dan kepolisian. Bahkan ketika masih berdinas sebagai tentara, dia juga sempat tidak terpilih menjadi Jenderal Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1998, menggantikan Prabowo Subiyanto saat itu.

“Alasannya sangat tidak profesional karena agama Hindu yang saya anut,” ucapnya. Dengan demikian, ia melanjutkan, kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih dalam perjalanan menuju lebih baik. Berikut penuturannya:

Bagaimana pendapat Anda tentang kerukunan beragama di Indonesia?

Saya kira kerukunan beragama di Indonesia saat ini masih dalam proses menuju lebih baik. Proses, karena belum sepenuhnya saling menghormati antar keyakinan. Ini bisa kita lihat masih ada pertentangan dalam hal agama, bahkan aliran-aliran dalam satu agama masih bertikai.

Semestinya dalam kehidupan bernegara bukan lagi menunjukkan itu. Namun, bagaimana timbal balik dari keyakinan yang selama ini kita anut dan percayai, seperti kehidupan penuh kasih sayang, saling menghormati. Kami dalam agama Hindu memiliki tiga hal harus dihindari, pertama menghindari pikiran buruk, kemudian bicara kasar dan jelek, dan tindakan buruk.

Apakah umat Hindu pernah menjadi korban kekerasan?

Umat Hindu di Indonesia jumlahnya kurang lebih 10 juta, tersebar di 31 provinsi. Mulai dari Papua, Sulawesi, Lampung, Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Bali, dan daerah lainnya. Tugas saya sebagai pengurus Parisada Hindu, membuat saya makin sering melakukan kunjungan ke daerah-daerah, baik itu tugas organisasi untuk kerohanian atau sekadar mampir.

Saya pernah mendapat laporan dari umat saya di beberapa daerah. Karena jumlah mereka kecil, di beberapa tempat ada yang belum mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Misalnya, ketika membuat KPT. Padahal dia sudah mengaku saya hindu, tapi di KTP justru ditulis beragama lain, tidak sesuai keyakinan pembuat KTP.

Ternyata masih ada hal seperti itu?

Iya. Buktinya, itu saya temukan langsung di lapangan, saat kunjungan di Toraja, Sulawesi Selatan. Saya langsung bertemu orangnya. Saya tidak mau berkomentar lebih tentang hal itu dan media juga jarang memberitakan itu. Silakan cek dan lihat sendiri.

Kami pemeluk Hindu di Indonesia dirugikan untuk ukuran jumlah. Ternyata data yang ada untuk jumlah pemeluk Hindu tidak bisa dikatakan valid. Itu adalah bentuk pemaksaan keyakinan identitas meski hanya dalam bentuk tulisan di KTP.

Bagaimana dengan diskriminasi politik?

Silakan lihat sendiri. Tapi ini menarik, ini saya rasakan sebagai anggota militer (dia berdiri, pamit masuk rumah mengambil buku berjudul “Bersaksi di Tengah Badai”, yang ditulis Wiranto). Silakan baca buku ini. Saya sempat tidak terpilih menjadi Jenderal Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1998 karena alasan sangat tidak profesional. Karena saya beragama Hindu.

Menurut Anda, perhatian pemerintah kepada umat Hindu semakin baik?

Saya kira belum. Ini kalau kita lihat dengan perhatian-perhatian beberapa agama lain di Indonesia. Demian juga dengan perlakuan yang diterima oleh pemeluk Hindu. Padahal, makna “Bhinneka Tunggal Ika”, mayoritas melindungi minoritas. Mereka harus bebas menjalankan ibadah dan lain-lain.

Di komunitas Hindu Bali saya tidak pernah mengeluhkan hal ini. Saya katakan kepada mereka, meski penganut Hindu di Bali mayoritas, bukan berarti kita bisa semena-mena terhadap minoritas. Kita memiliki tugas melindungi minoritas. Pastikan kenyamanan dan keamanan mereka menjalankan keyakinan agama mereka.

Bali di kenal sebagai pusat umat Hindu di Indonesia, apakah dengan banyaknya tamu asing membuat pergeseran nilai-nilai religinya?

Pergeseran-pergeseran itu selalu ada tiap zaman. Namun, kita harus memiliki strategi menghadapi setiap perubahan. Hal itu sudah kita bicarakan dengan komunitas Hindu, namun setiap perubahan akan dilakukan harus tetap berpegang teguh pada kitab suci Weda.

Demikian juga ajaran-ajaran menghormati resi dan guru harus tetap kita tonjolkan. Merekalah yang diberikan ilham oleh Sang Hyang Widi Wase.

Biodata

Nama : Mayor Jenderal TNI (Purn.) Sang Nyoman Suwisma

Tempat/Tgl Lahir: Bangli, 10 Mei 1941

Agama : Hindu

Warga negara : Indonesia

Alamat : Jl. Kalisari Raya II, LAPAN, Nomor 5/6, RT 013/RW 001, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur

Pendidikan akhir : Akademi Militer (Akmil), Magelang (Lulus 1971)

Status : Menikah

Istri : Ir. Rataya B. Kentjanawathy

Anak : tiga orang putra


Jabatan dan Karir

1. Pernah menjabat sebagai Instruktur Akmil (1974)

2. Komandan Kompi Parako, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (1974)

3. Wakil Komandan Kopassus (1994)

4. Komandan Korem 043/Garuda Hitam, Lampung (1994-1996)

5. Komandan Sekolah Calon Perwira Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD), Bandung (1996)

6. Panglima Divisi I Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) (1997)

7. Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) VI/Tanjung Pura (1998)

8. Kepala Staf Kostrad (1999)

9. Asisten Teritorial Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) (2000)

10. Asisten Teritorial Kepala Staf Umum (Kasum) TNI (2001)

11. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fraksi TNI/Polri, Komisi I (2003)

12. Direktur Utama (Dirut) Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) (2005)

13. Komisaris Global TV (2005)

14. Komisaris PT. Gajah Tunggal (GT Group, Jakarta) (2005)

Pengalaman organisasi kemasyarakatan

1. Pengurus Besar Persatuan Judo Seluruh Indonesia (1988–1990)

2. Ketua Umum Panitia Dharma Santi Nasional di Candi Prambanan (2000)

3. Pengurus Besar Payung Federasi Aero Sport Indonesia (PB FASI) (1997–2001)

4. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tinju Amatir Indonsia (PB Pertina) (2003–2007)

5. Ketua Umum Mahasabha Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) IX di Jakarta (2006, 2007)



(mdk/fas)

Klik Alternatif Diskusi Kalau FFI Terblokir
Mirror
Mirror Rss Feed
Faithfreedom forum static
User avatar
muslim_netral
Posts: 1705
Joined: Mon Jul 12, 2010 12:58 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by muslim_netral »

Kebangkitan agama Hindu?? :lol: ,
kresten kagak bangkit2, kini mengekspos sesama agama kafir lain, nyari temen senasib..., kasian nasib idup minoritas
scheherazade
Posts: 508
Joined: Sat Feb 02, 2013 1:19 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by scheherazade »

muslim_netral wrote:Kebangkitan agama Hindu?? :lol: ,
kresten kagak bangkit2, kini mengekspos sesama agama kafir lain, nyari temen senasib..., kasian nasib idup minoritas
Kok langsung lari kesana?
Dendam kesumat gitu ama kristen?
User avatar
Jarum_Kudus
Posts: 1698
Joined: Tue Feb 28, 2006 9:49 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by Jarum_Kudus »

muslim_netral wrote:Kebangkitan agama Hindu?? :lol: ,
kresten kagak bangkit2, kini mengekspos sesama agama kafir lain, nyari temen senasib..., kasian nasib idup minoritas
Sesama kafir memang harus bersatu membinasakan Islump.
Apakah Awlohmu menyuruhmu bertoleransi terhadap agama Hindu yang dewanya ratusan itu?
Apakah Awlohmu menyuruhmu membiarkan saja agama Kristen yang tuhannya tiga itu?

Awlohmu memerintahkanmu untuk menentang kebangkitan agama2 kafir, termasuk hindu. Lo aja pura2 **** sok toleransi sama agama kafir.
walet
Posts: 5858
Joined: Wed Feb 11, 2009 4:52 am
Contact:

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by walet »

muslim_netral wrote:Kebangkitan agama Hindu?? :lol: ,
kresten kagak bangkit2, kini mengekspos sesama agama kafir lain, nyari temen senasib..., kasian nasib idup minoritas
Semua bangkit kecuali Islam di Indonesia. Lihat saja statistiknya.
scheherazade
Posts: 508
Joined: Sat Feb 02, 2013 1:19 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by scheherazade »

Eh saya baru sadar, kayaknya musnet tuh mengira forum ini forum bikinan kresten yah?
Abis nyerangnya kesana melulu.
Sok salam buat musnet, saya bukan kresten loh, saya agnostic
Banyak temen-temen saya orang Indonesia yang agnostic juga, dan kayaknya banyak juga sepuh disini yang atheist/agnostic
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by Laurent »

http://partoxnusa.blogspot.com/2012/09/ ... i.html?m=1

S e n i n , 0 3 S e p t e m b e r 2 0 1 2

Programmer di 00.42

Sejarah Agama Hindu di Akui Resmi di Indonesia

Om Swastiastu..

Perjuangan pemeluk agama Hindu agar eksistensinya sebagai agama negara diakui atau lebih tepatnya secara eksplisit mendapat perhatian sebagai mana mestinya oleh pemerintah. Memang suatu agama tidak perlu pengakuan pemerintah karena suatu agama lahir atas wahyu Tuhan yang diterima para resi atau nabi masing-masing agama. Namun demikian, oleh karena pemeluk suatu agama berhimpun dalam suatu wilayah tertentu dalam suatu negara sehingga disebut suatu bangsa, maka pengakuan tersebut menjadi penting.

Sebagai agama tertua yang berkembang di Indonesia perkembangan agama Hindu mengalami pasang surut, terutama dari segi kuantitas. Masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekaligus dipandang sebagai masa jaya agama Hindu di Indonesia dan Sandyakalaning Majapahit, runtuhnya Kerajaan Majapahit sekaligus pula merupakan runtuhnya perkembangan agama Hindu di Indonesia sampai titik terendah. Namun, demikian sisa-sisa kejayaan agama Hindu di Indonesia dipertahankan dengan taat hingga oleh sebagian masyarakat di Pulau Bali, Lombok, Jawa, Sumbawa, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Irian, dan daerah lainnya. Mula-mula, dipertahankan oleh masyarakat dengan sistem kerajaan dan kelompok masyarakat hinduistis, kemudian juga masih dipertahankan oleh masyarakat pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada saat bangsa Indonesia melakukan perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, banyak putra Bali berjuang sampai titik darah penghabisan untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak jaman kerajaan terbukti I Gusti Agung Jelantik memimpin perjuangan masyarakat Bali dan melakukan “Perang Jagaraga” untuk menentang pendudukan Pemerintah Hindia Belanda di Bali. Ida Cokorda Mantuk Ring Rana memimpin rakyat Kerajaan Badung, melakukan “Perang Puputan Badung”, Ida Cokorda Istri Kania bersama rakyat Kerajaan Klungkung melakukan “Perang Puputan Klungkung” dan masih banyak lagi peristiwa bersejarah perlu mendapat catatan emas tinta sejarah bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Demikian pula pada masa pergerakan, I Gusti Ngurah Rai telah melakukan peperangan tiada akhir melawan usaha invasi Belanda ke Bali.

Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk, dan meskipun heruisme masyarakat Bali yang beragama Hindu diakui partisipasinya dalam perang kemerdekaan, namun secara formal, agama Hindu yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Bali belum diakui oleh pemerintah.

1. Pada tanggal tanggal 26 Desember 1950, Menteri Agama (K.H. Masykur) bersama Sekjen mendatangi Kantor Daerah Bali yang diterima oleh I Gusti Bagus Sugriwa sebagai salah satu Anggota Dewan Pemerintahan Daerah Bali (D.P.D. Bali) bersoal jawab mengenai agama Hindu Bali. Setelah itu, Menteri Agama dapat menerima alasan mengapa Agama Hindu Bali harus diakui sebagai agama negara dan menjanjikan akan mengesahkannya setelah selesai keliling di Sunda Kecil. 2. Pada Tanggal 10 Oktober 1952, Menteri Agama, Sekjen Menteri Agama (R. Moh. Kafrawi) disertai Kepala Jawatan Pendidikan Agama Islam memberi ceramah di Balai Masyarakat Denpasar dan menyatakan bahwa “.... tidak dapat mengakui dengan resmi Agama Hindu Bali karena tidak ada peraturan untuk itu berbeda dengan Agama Islam dan Agama Kristen memang telah ada peraturannya ......”. 3. Pada Pertengahan Tahun 1953, Pemerintah Daerah Bali membentuk Jawatan Agama Otonoom Daerah Bali dengan tujuan untuk mengatur pelaksanaan agama umat Hindu Bali, karena belum diatur dari pusat. Pimpinan lembaga tersebut dipercayakan kepada Ida Padanda Oka Telaga dan I Putu Serangan. Di tiap-tiap Kapupaten dibentuk Kantor Agama Otonoom yang diketuai oleh seorang Padanda. Pada tahun ini pula D.P.D. Bali atas persetujuan D.P.R.D. Bali mencabut hukuman: Asu Pundung, Anglangkahi Karang Hulu, Manak Salah, Salah Pati Angulah Pati, karena tidak sesuai lagi dalam suasana demokrasi. 4. Pada tanggal 29 Juni 1958 lima orang utusan organisasi agama dan sosial di Bali menghadap Presiden Soekarno di Tampaksiring. Diantar oleh Ketua DPR Daerah Peralihan Daerah Bali I Gusti Putu Mertha. Rombongan utusan itu adalah Ida Pedanda Made Kumenuh, I Gusti Ananda Kusuma, Ida Bagus Wayan Gede, Ida Bagus Dosther dan I Ketut Kandia. Pokok masalah yang diajukan adalah supaya dalam kementrian Kementriann Agama Republik Indonesia ada Bahagian Hindu Bali, sebagaimana yang telah diperoleh oleh Islam, Katholik dan Kristen. 5. Permohonan tersebut memperoleh response yang positif dari Pemerintah karena pada tanggal 5 September 1958 terbitlah Surat Keputusan Menteri Agama RI yang mengakui keberadaan Agama Hindu Bali. Selanjutnya terhitung mulai tanggal 2 Januari 1959 pada Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk Biro Urusan Agama Hindu Bali pada Kementrian Agama Republik Indonesia. Biro tersebut pertama kali dipimpin oleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I Nyoman Kajeng. Setelah I Gusti Gede Raka meninggal dunia saat masih menjabat, lalu digantikan oleh I Nyoman Kajeng (Agastia, 2008: 9). 6. Mengantisipasi hal tersebut Pada tanggal 7 Oktober 1958, diadakan pertemuan kembali antara Pemerintah Daerah Bali dengan Pimpinan Organisasi Keagamaan di Bali di Balai Masyarakat Denpasar. Pada pertemuan tersebut diputuskan membentuk panitia yang bertugas mempersiapkan Dewan Agama Hindu Bali. Panitia terdiri atas Paruman Para Padanda, Panitia Agama Hindu Bali, Angkatan Muda Hindu Bali, Doktor Ida Bagus Mantra dan I Gusti Bagus Sugriwa. Pada tanggal 6 Desember 1958, panitia tersebut menyelenggarakan rapat di Pasanggrahan Bedugul dan memutuskan bahwa Hindu Bali Sabha akan diadakan pada bulan Januari 1959 (Dana (ed), 2005: 13). 7. Pesamuhan Agung Hindu Bali pada tanggal 21-22-23 Februari 1959 di Gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang dihadiri oleh pejabat dan staf Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, pimpinan berbagai organisasi agama di Bali, Yayasan Yayasan Hindu bahkan Perhimpunan Buddhis Indonesia dan Partai Nasional Hindu Bali yang pada akhirnya membentuk Parisada yamng melahirkan “Piagam Parisada”. Hindu Bali Sabha atau Pasamuhan Agung Hindu Bali tersebut kemudian dikenal sebagai Sidang Pembentukan Parisada Dharma Hindu Bali.

Ada sejumlah tantangan (challenge) yang menyebabkan putra-putra terbaik Bali membentuk PHDI pada waktu itu, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Menurut Ida Padanda Putra Telaga salah seorang yang ikut membidani kelahiran PHDI yang dicatat Ida Bagus Gede Agastia (WHD, 2001), bahwa tantangan dari luar disebabkan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia di mana masing-masing agama digiring untuk mewadahi dirinya dalam suatu lembaga agar mempermudah komunikasi antarlembaga, termasuk negara sebagai sebuah lembaga. Ini tentu merupakan tantangan positif, bahwa gagasan mewadahi diri dalam satu lembaga bagi pemeluk agama Hindu di Indonesia berarti pula melakukan penataan diri sehingga terbentuk peradaban Hindu berdasarkan dharma.

Sementara itu, di tengah situasi politik yang memanas, Partai Komunis Indonesia (PKI) sangat tidak menghendaki berdirinya PHDI. Namun, karena keteguhan sejumlah orang yang bersemangat tinggi mengabdikan diri pada bidang agama Hindu—bak bintang bersinar di tengah malam paling gelap—demikian dinyatakan Ida Padanda Putra Telaga, menyebabkan PHDI akhirnya terbentuk juga, sudah tentu dengan mabela pati (resiko mati). Dari dalam, desakan untuk membentuk lembaga ini disebabkan karena kesadaran kaum intelektual pada waktu itu untuk menata kehidupan beragama Hindu agar benar-benar berlandaskah ajaran dharma.

Pembentukan PHDI memang dilandasi cita-cita mulia pendirinya untuk menata diri (dharma agama) agar peradaban Hindu benar-benar berdasarkan ajaran dharma dan menjadi mitra pemerintah menciptakan negara jagadhita (dharma nagara). Dari aula Fakultas Sastra Unud yang sederhana akhirnya pada tanggal 23 Pebruari 1959 lahirlah apa yang disebut Piagam Parisadha yang merupakan cikal bakal terbentuknya PHDI sebagai lembaga nasional yang diakui dunia. Dengan demikian, dapat dikatakan tonggak kelahiran PHDI sekaligus merupakan tonggak kebangkitan Hindu Indonesia sehingga 50 tahun PHDI berarti pula Setengah Abad Kebangkitan Hindu Indonesia yang harus diperingati secara istimewa oleh masyarakat Hindu di Indonesia.

Tulisan atau artikel diatas merupakan tulisan dari : DOKTOR I WAYAN SUKARMA dengan blognya sukarma-puseh.blogspot.com Sedangkan versi dari blog tulisan Iman Brotoseno yang saya kutip dan salin disini adalah Tahun 1953, terjadi peristiwa yang mengherankan. Fakih Usman, Menteri Agama dalam kabinet Wilopo, menyatakan bahwa syarat syarat yang harus dipenuhi sesuatu agama agar diakui Pemerintah, adalah harus memiliki kitab suci, mempunyai nabi, harus ada kesatuan ajaran serta pengakuan dari luar negeri. Menteri Agama berargumantasi bahwa Sila Pertama Pancasila harus diartikan monoteisme, sehingga kepercayaan kepada Roh-roh, dewa dewa tidak diperkenankan.

Tak lama kemudian serombongan pegawai Departemen Agama datang ke Bali dan memberitahu penduduk bahwa agama mereka tidak memenuhi syarat, maka penduduk Bali mesti mendaftarkan diri sebagai golongan Islam statistik. Mendadak sontak, Bali menjadi geger sampai ke pelosok, Penduduk Bali merasa terkejut. Roh, dewa, pura dan kebudayaan Bali akan dipisahkan dari penduduk. Protes keras dilancarkan seantero Bali.

Anggota parlemen asal bali, Ida Bagus Mauaba di Jakarta mengatakan, Indonesia Timur akan memisahkan diri jika Bali akan di Islamkan. Kita akan meminta perlindungan kepada Australia, Pemerintah buru buru mengatakan itu pendapat pribadi Menteri Agama. Presiden Soekarno sendiri merasa kecolongan, sehingga memutuskan memulai kampanye di seluruh negeri tentang negara Pancasila. Hasil gerakan tersebut akhirnya memaksa Jakarta memenuhi permintaan Bali bahwa Hindu Bali diakui sebagai agama resmi.

Tulisan ataupun artikel diatas bukan untuk dibandingkan melainkan untuk mengingatkan kita sebagai Generasi Hindu akan Sejarah Agama HIndu Diakui di Indonesia ini dan tulisan tersebut sangat menyentuh saya sebagai seorang generasi Hindu di NKRI ini, Mudah mudahan dengan cerita sejarah diatas dapat membuat generasi Hindu nusantara ini menjadikan bahwa sejarah adalah salah satu aspek penting yang menjadikan kita lebih mantap berjalan di masa depan bumi pertiwi Indonesia.Bung Karno pernah mengucapkan : “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)...Rahayu

Om Shanti Shanti Shanti om... Sumber Referensi dari : http://sukarma-puseh.blogspot.com/2011/06/parisada.html http://blog.imanbrotoseno.com/?p=1731 http://www.facebook.com/groups/bangkith ... 830755301/? comment_id=459369894085228&notif_t=like

Kebangkitan Agama Hindu di Jawa
Mirror 1: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa
Follow Twitter: @ZwaraKafir
Faithfreedompedia static
FHLI
Posts: 92
Joined: Tue Jul 24, 2012 7:15 pm

Re: Kebangkitan Agama Hindu di Jawa

Post by FHLI »

muslim_netral wrote:Kebangkitan agama Hindu?? :lol: ,
kresten kagak bangkit2, kini mengekspos sesama agama kafir lain, nyari temen senasib..., kasian nasib idup minoritas
scheherazade wrote:Kok langsung lari kesana?
Dendam kesumat gitu ama kristen?


Begitu muslim kena virus yang namanya quran/islam, otaknya selalu memikirkan Kristen / Yahudi (dalam quran tidak ada tertulis Hindu, Budha, Konghucu, yang ada hanya Nasrani dan Yahudi; sehingga yang keluar selalu Nasrani/Kristen & Yahudi), seperti komputer yang sudah terkena virus, programnya kacau, tidak bisa berfungsi dengan baik. [-X
Post Reply