TEACHING THE YOUTH THE WRONG FUNDAMENTALS
Tiga ibu rumah tangga Indonesia dari Haurgeulis, Jawa Barat, telah dijatuhi hukuman LIMA tahun penjara minggu lalu karena memberikan Injil kpd anak2 Muslim (yg diminta sendiri oleh anak2 Muslim itu). Mereka bahkan menerima ancaman teriakan2 pembunuhan dari sekitar 150 orang2 yang datang ke pengadilan.
PIHAK "KORBAN" MELIHAT KEADILAN DIJALANKAN
Dr Rebekka Zakaria, Eti Pangesti and Ratna Bangun ditangkap di tanggal 12 Mei, 2005, dengan tuduhan melakukan tindakan kriminal 'menjerat, menipu atau membujuk untuk mengubah agama anak2.
Dr. Zakaria merupakan pastor Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD), terletak di kota kecil Haurgeulis, yang merupakan daerah fundamentalis Muslim di Jawa Barat di mana populasi orang Kristen adalah 2%.
Dr. Zakarian, Pangesti dan Bangun mengadakan program “Minggu Senang” 18 bulan yang lalu. Dalam program ini dilakukan kegiatan menyanyi lagu2 Kristen, permainan2 anak2 dan pelajaran Alkitab untuk anak2. Compass Direct melaporkan bahwa jumlah anak yang datang meningkat sampai 40 anak, tapi hanya 10 anak yang berasal dari keluarga Kristen.
Kelompok Majelis Ulama Indonesia menuntut ketiga wanita ini. Menurut The Times, MUI menuduh dengan membawa anak2 ini ke taman2, kolam renang, dan memberi mereka hadiah pensil karena hafal doa2 Kristen dan ayat2 Alkitab, para wanita itu telah ‘membimbing’ anak2 Muslim ke ajaran agama Kristen.
Meskipun mereka mengatakan bahwa anak2 Muslim tsb. berpartisipasi dalam program sekolah minggu berdasarakan pengetahuan sepenuhnya dari pihak orang tua, ketiga wanita ini tetap dapat hukuman 5 tahun penjara.
Qur’an 9:68
Allah has promised the Hypocrites, both men and women, and the disbelievers the Fire of Hell for their abode: Therein shall they dwell. It will suffice them. On them is the curse of Allah, and an enduring punishment, a lasting torment.
Ishak Kristian adalah seorang pastor. Pada bulan Oktober jam 11:30 siang, sekitar 20 orang Muslim mulai berdemonstrasi di luar gereja Ishak. Dengan tenang Ishak ke luar dan mencoba menenangkan mereka, tapi kelompok ini semakin bertambah banyak dan semakin buas.
Pastor Ishak Kristian mengumpulkan keenam anggota keluarga dan teman2nya dan berlindung dalam gereja dan mulai berdoa.
Lewat jam 12 siang, kelompok Muslim ini telah bertambah menjadi 200 orang. Mereka mulai menghancurkan barang2 milik gereja dan berteriak-teriak memanggil pastor dan yang lainnya untuk ke luar. Pastor Kristian dkk. Berlindung di ruang belakang gereja.
Sambil mengamuk, massa membakar gereja. Hanya seorang dari ketujuh orang itu yang selamat dari pembakaran.
Di upacara penguburan, anak laki Ishak yang bernama Petrus diberitahu bahwa nasib keluarganya adalah sesuai dengan kehendak Awloh.
Saat ini di Indonesia, orang2 Kristen sedang dianiaya. Di pulau Maluku, mereka dipancung dengan golok, diculik, diperkosa dan dipaksa sunat. Perut2 ibu hamil dirobek. Para Jihadis telah menyatakan perang melawan Kristen, dan tampaknya tiada seorangpun yang mencoba mencegahnya.
Tindak kekerasan ini telah menjalar ke pulau2 lain dan bahkan ke Jakarta.
Seorang wanita menjerit dalam serangan baru2 ini, “Oh, Tuhan tolong kami!” Seorang Muslim mendengar tangisnya dan menjawab, “Sini kutunjukkan gimana tuhanmu menolongmu.” Dia lalu memasukkan pistolnya ke dalam mulut wanita itu dan menarik pelatuk pistol. Sebuah peluru menghancurkan bagian dalam mulutnya. Ajaib, wanita itu masih hidup.
Wanita Kristen yang lain ditemukan sedang berlindung bersama anak lakinya yang berusia 8 tahun. Wanita itu dibiarkan, tapi anaknya diambil paksa dari pelukannya. Anak itu menjerit-jerit, “Ibu! Ibu!” dan mulai menangis keras2.
Wanita itu didorong ke belakang dan para penyerang pergi membawa anak lakinya. Sejak itu, ibu itu tidak pernah mendengar lagi nasib anaknya. Orang2 Kristen Indonesia terus-menerus menghadapi penindasan yang tak terperikan.
Bagaimana kita menghadapi semua ini? Banyak orang2 Kristen, bahkan pemimpin2 gereja Amerika Serikat percaya bahwa Islam adalah agama damai. Satu2nya kejahatan yang dilakukan orang2 Kristen Indonesia adalah percaya kepada Yesus.
Para pemimpin Indonesia juga ketakutan, dan menganggap masalah ini nantinya juga akan berhenti dengan sendirinya. Dengan kata lain, tiada gereja yang akan dibiarkan berdiri dan semua Kristen akan diperkosa, dibakar dan dibunuh.
Kelompok2 Muslim mengambil kesempatan di Surat Keputusan nomer 137 dengan menuntut Pemerintah Indonesia di tahun 2002 untuk menutup beberapa gereja dan melarang gereja2 baru dibentuk dalam gedung2 di Jakarta.
Dokumen Pemerintah mengijinkan gereja2 di kota untuk ditutup – bahkan jikalau mereka pun sudah punya ijin dari pemerintah – jika masyarakat setempat tidak suka akan gereja2 itu.
Di akhir tahun 2003, pihak Muslim fundamentalis mengajak beberapa kelompok masyarakat untuk protes melawan gereja2 di Jakarta, dan hasilnya 4 gereja ditutup.
Pendeta Frans Simbolon, ketua Gereja Bethel di Pahlawan Revolusi berkata bahwa para pemimpin Islam menekannya untuk menandatangani persetujuan untuk menutup gereja, walaupun pada kenyataannya gereja telah beroperasi selama 7 tahun.
Seminggu sebelum gereja ditutup, para Muslim mengadakan demonstrasi di depan gedung gereja.
Mereka membawa jerigen berisi bensin, siap untuk membakar gereja jika tidak ditutup.