Islam terus tekan kafir : gereja2 yg jadi mesjid

Muslim moderat, radikal, bgm pemikiran mereka & bgm hubungan mereka dgn NON-Muslim, sejarah perlakuan Muslim terhdp NON-Muslim, Dhimmi & Jizyah
Post Reply
User avatar
pod-rock
Posts: 829
Joined: Tue Nov 28, 2006 1:25 pm

Islam terus tekan kafir : gereja2 yg jadi mesjid

Post by pod-rock »

Islam mendapat konsesi, kafir ditaklukan
Apa yg mereka rebut, mereka pegang. tapi begitu mereka kalah, mereka mengeluh ke PBB.
--------------------------------------------------------------------------------
http://www.latimes.com/news/opinion/la- ... -rightrail
By Raymond Ibrahim

RAYMOND IBRAHIM adalah peneliti perpustakaan di Perpustakaan Kongres. Bukunya, "The Al Qaeda Reader," terjemahan dari teks2 religius dan propaganda Islam akan diterbitkan 5 Dec 2006.

Beberapa hari sebelum Paus Benedict XVI berkunjung ke kompleks Hagia Sophia di Istanbul, Muslim dan orang Turki menunjukkan rasa takut, prihatin dan marah. “Risikonya,” menurut koran independen Turki, Vatan, “Benedict akan membuat marah Muslim2 di Turki dan di dunia islam lainnya jika timbul persepsi bahwa Paus mencoba merebut kembali pusat Kristen yg jatuh ke muslim.” Kelihatannya, membuat tanda salib atau isyarat2 ala Kristen lainnya di Hagia Sophia begitu dianggap menghujat Islam.

Dibangun di abad ke 6, Hagia Sophia – Bahasa Yunani utk ‘Kebijakan Suci” – adalah gereja terbesar dan paling ternama dlm dunia Kristen. Setelah menangkis berabad2 serangan jihad Arab, Konstantinopel – sekarang Istanbul – akhirnya jatuh di tangan Turki th 1453, dan Salib Hagia Sophia didesekrasi dan gambar2 ikon dicongkal-congkel. Bersama dg ribuan gereja lain di kekaisaran Byzantine, yg langsung diubah jadi mesjid, dibangunlah minaret2 Islam tinggi yg mengepungnya dgn sombongnya. Hampir 500 th kemudian ditahun 1935, dlm rangka modernisasi turki, Hagia Sophia diubah menjadi museum oleh Kemal Ataturk.

Protes yg bermaksud utk mencegah kunjungan Paus ke Hagia Sophia mengoncang Istanbul dimulai sejak dini. Bandingkan ketiadaan toleransi ini dg toleransi yg diberikan pd Muslim di mesjid Al Aqsa – kali ini, mesjid di Yerusalem yg diserobot Yahudi. Berbeda dgn penodaan abadi Muslim terhdp Hagia Sophia, setelah kemenangan Israel dalam perang th 1967, Yahudi tidak menodai atau mengubah mesjid menjadi kuil atau sinagog Yahudi sekalipun, walau mesjid Al Aqsa sengaja dibangun tepat diatas Temple Mount, tempat paling keramat Judaisme dan Kristen. Bahkan, sejak menduduki Temple Mount, Israel mengijinkan Muslim mengatur mesjid Al Aqsa (kecuali selama krisis).

Semua ini menggambarkan status istimewa yg diharapkan Muslim dari dunia internasional. Ketika Muslim menaklukan wilayah non muslim – seperti Konstantinopel, belum lagi Afrika Utara, Spanyol dan Asia Barat Daya – mereka yg ditaklukan, juga keturunannya jangan mengharap dapat permintaan maaf, apalagi konsesi politik atau teritorial.

Disinilah kekonyolannya. Jika Islam melancarkan jihad – entah di masa lalu, sekarang atau dikemudian hari – menaklukkan dan menggabungkan wilayah milik non-muslim dan membuatnya pusat kegiatan Islam, tidak pernah mereka mempertimbangkan utk mengembalikannya kpd pemilik semula. Mereka menunjukan bahwa mereka hidup atas dasar peribahasa kuno ‘kekuatan membenarkan segala2nya.’

Tapi kalau begitu, mengapa giliran daerah Muslim yg ditaklukan, seperti
Palestina, Muslim tidak akan pernah mau menyerahkan satu jengkalpun hasil penaklukan Muslim dari Yahudi ini, dan malah berlindung pada PBB dan opini publik, merengek menuntut 'keadilan,' ganti rugi, hak dst?

Kalau Muslim mengalahkan kafir, sial-lah si kafir : mereka harus tunduk dan menelan semua aturan2 tuan penjajah baru dg segala diskriminasi dan penghinaan yg memang diamanatkan Muslim bagi non muslim. Tapi giliran Islam kalah, mereka menuntut permintaan maaf dan konsesi
dari dunia kafir seluruh dunia.

Standar ganda macam ini tidak bisa dipakai dlm menerapkan keadilan internasional. Entah penaklukan teritorial dianggap tidak adil dan harus diperbaiki melalui konsesi, atau diberlakukan prinsip yg-kuat-yg-paling- bertahan. Tapi kita tidak bisa pilih kedua2nya !

Jika Muslim utk selama2nya ingin melancarkan jihad sampai Islam mendominasi dunia, mereka cuma berlaku sesuai ajaran agama mereka. Tapi bgm mereka bisa berpikir bahwa mereka bisa mendapatkan konsesi dari komunitas internasional ? Kalau mereka berpendapat bahwa
‘yg kuat adalah yg benar’ maka ‘yg menanglah mendapatkan barang pampasan,’ jadi mereka juga harus merelakan kafir memenangkan barang pampasan Muslim !

Fakta bahwa Turki menaklukan Konstantinopel lebih dari 500 th lalu bukan halangan bagi Turki utk mengembalikan Hagia Sophia kpd dunia
Kristen. Tapi tentu saja tidak akan terjadi. Dunia muslim akan ‘dilanda kemarahan besar’ jika Paus Kristen berani mencoba2 berdoa di gereja yg mereka taklukkan; bayangkan apa yg akan dilakukan Muslim jika Hagia Sophia diubah kembali menjadi gereja?

Dan apa yg dilakukan Paus selama kunjungan kontroversialnya di Hagia Sophia itu ? Ia menahan dirinya dari gerak gerik yg dapat ditafsirkan sebagai gerakan berdoa ala Kristen dan ia akhrinya cuma mondar mandir melihat2 museum. Bahkan ketika ia diundang ke Mesjid Biru didekatnya,
ia dg hormat membuka sepatunya dan berdoa, mata menuju kebawah, berdiri disamping Mufti Istanbul, persis seperti dhimmi sejati (dhimmi adalah non muslim yg ditundukkan dan hidup dibawah hukum islam dan mengakui superioritas islam).

Dan pelajaran terakhir adalah ini : semangat muslim utk tetap mencengkram tempat2 suci bekas milik Kristen ini bisa ditebak. Disinilah pihak Barat bisa belajar dari Islam. Karena bila dan dimana Barat menyerah secara ideologis, politis dan khususnya spiritual, Islam pasti akan menaklukan. Jika (Muslim) tidak berhasil dgn menunjukkan kekuatan, paling tidak mereka akan mencoba dgn semangat yg menggebu2.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Ini gereja2/sinagog2 yg diambil alih Islam :

http://www.wikiislam.com/wiki/List_of_w ... by_Muslims

http://islam-deutschland.info/forum/vie ... 58&start=0

Hagia Sophia(Istanbul/Türkei)
Selimiye Moschee(Nicosia/Nordzypern) - Sophien-Kathedrale
Haydar Pascha Moschee(Nicosia/Nordzypern) - Kirche der hl. Katharina
Lala Mustafa Pascha-Moschee(Famagusta/Nordzypern) - Kathedrale St. Nikolaus Link: http://www.schwarzaufweiss.de/Nordzypern/gazimagusa.htm

Sinan Pascha-Moschee(Famagusta/Nordzypern) - St. Peter und Paul
Fatih Moschee(Trabzon/Türkei) - Kirche Panaghia Chryokephalos
Yeni Cuma Moschee(Trabzon/Türkei) - Eugenioskirche
Hagia Sophia(Trabzon/Türkei)
Salahmoschee(Nablus/Palästina) – früher byzanthinische Kirche
Khadra-Moschee(Nablus/Palästina) - Kreuzfahrerkirche
Arap Evliasi(Alanya/Türkei)
Hallawiya-Medresse(Aleppo/Jordanien)
Al-Aksa-Moschee(Jerusalem/Basilika St. Maria)

Durch die Eroberung von Damaskus:

Die Johannes dem Täufer-gewidmete Basilika in Damaskus wurde in eine Moschee umgewwandelt.

Bei der Islamisierung Siziliens: Gewaltsame Umwandlung der Kirchen in Moscheen

Bei der Einnahme Belgrads durch die Muslime: Umwandlung aller Kirchen in Moscheen

Die nach sechs Jahren Bauzeit fertiggestellte Suleimanje Moschee in Istanbul, galt damals als die größte Moschee der Welt. Dabei wurden für den Bau dieser machtdemonstrierenden Moschee unzählige Marmorsäulen geschändeter Kirchen sowie die polierten Platten von den Ruinen des Belisarpalastes verwendet.

Durch einen aktuellen Spiegelartikel bin ich auf die kleine türkische Stadt Ayvalik gekommen:

Hier eine Übersicht, über ehemalige Kirchen oder christliche Einrichtungen, die nach der Vertreibung der anatolischen Griechen geschändet,entweiht oder dem Verfall überlassen wurden:

Agios-Yannis-Kirche wurde zur İSaatli Camii (Uhrenmoschee)

Agios-Yorgios-Kirche zur Çınarlı Camii (Platanenmoschee)

Agios-Nicholaus-Kirche zur Biberli Camii

Kato Panaya(griechisches Waisenhaus) zur Moschee Hayrettin Camii

Phanaromani-Kirche wurde zu einer Olivenmanufaktur

Ziele in der Umgebung:
Image
Ebenfalls eine Kirche der Umgebung - man beachte das fehlende Kreuz

Ruinen der Panaya-Kirche

Ruinen der Agios-Yannis-Kapelle
Last edited by ali5196 on Mon Jan 22, 2007 7:27 pm, edited 1 time in total.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

'THEY DESTROYED THE CHURCH TO BUILD A MOSQUE'

Under this title Milliyet daily of Turkey informed on October 19 that in Argun village of Kulp province of Diarbekir an Armenian church was pulled down to build a mosque in its place. Construction of the mosque was suspended after a few citizens' complaint. According to Milliyet the historic Armenian church of Argun was partially destroyed in the time of republic to build houses with its stones thus making it useless for religious services.

But the Council of Protection of Cultural Heritage and Ecology included the semi-ruined church and the Armenian graveyard into the list of historic monuments needing protection. But builder Kerem Emre, resident of the village, pulled the church down together with part of the graveyard by approbation of his fellow villagers and used the stones of the church to lay foundation of the mosque.

The construction of the mosque began on May 10 but it was stopped after the complaint of several citizens that made the mayor of Kulp and the Diarbekir museum administration intervened.

Head of the village administration, Sadek Turan, told Milliyet on occasion of the illegal construction: "I tried to stop the construction. I provided them with another area for the mosque and told that there are already two mosques functioning in the village. Then builder Emre gathered his fellow villagers and came to me. They accused me of being against the mosque and therefore concluded that I must be an Armenian. I could not stand the pressure any more and gave in."

The village of Kulp was formerly Armenian village Khulp that administratively belonged to province of Mush before 1915.

Link: http://www.azg.am/?lang=EN&num=2005102102

Das Ganze ereignete sich Ende Oktober 2005.
Die Beitrittsverhandlungen mit der Türkei liefen schon.
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Vor jüdischen Heiligtümern machen die auch keinen Halt:


In den palästinensischen Gebieten wurden jüdische Heiligtümer zerstört: das Grab des Josef in Sichem (Nablus) und die Synagoge in Jericho aus byzantinischer Zeit (ca. 5. bis 6. Jahrhundert.) Nach der Zerstörung wurde das Josefsgrab wieder aufgebaut - als Moschee!
http://www.einzigartiges-israel.de/konf ... _krieg.htm

Donnerstag, 20. Februar: Josefsgrab bei Nablus zerstört

Das Josefsgrab bei Nablus ist offenbar von Palästinensern zerstört worden.

Jerusalem. Das Josefsgrab bei Nablus ist offenbar von Palästinensern zerstört worden. Der israelische Militärsprecher bestätigte auf Anfrage einen entsprechenden Bericht der Tageszeitung «Jedijot Achronot». Fotos des völlig zertrümmerten Katafalks und der verrußten Wände der Grabkammer in der Nähe des palästinensischen Flüchtlingslagers Balata wurden von chassidischen Juden gemacht, die sich trotz Verbots der israelischen Armee zu der Heiligen Stätte durchgeschlagen hatten.
Die Armee sehe sich nicht in der Lage, die für Juden, Christen und Muslime heilige Stätte wieder in Stand zu setzen, so der Militärsprecher. Es gebe auch keinen Beschluss, das Grab wieder zu besetzen und vor Vandalismus zu schützen. Beim Josefsgrab hatte es während der «Tunnelunruhen» 1996 und nach Ausbruch der zweiten Intifada im Herbst 2000 schwere Kämpfe zwischen israelischen Soldaten und Palästinensern gegeben, bei denen zahlreiche Kämpfer auf beiden Seiten ums Leben kamen.

Entsprechend der Osloer Verträge sollte das Grab als Enklave im palästinensischen Gebiet unter israelischer Verwaltung bleiben. Nach dem palästinensischen Angriff auf israelische Soldaten am Grab im Herbst 2000 gab die israelische Armee das Monument jedoch auf. Das hinderte fromme Juden nicht, weiter am Grab ihres Erzvaters zu beten; mehrere ultraorthodoxe Juden kamen auf dem Weg dorthin ums Leben. Nach der israelischen Räumung zerstörten Palästinenser alle jüdischen Symbole im und um das Grabmal und tünchten das Kuppeldach mit grüner Farbe, dem Symbol des Islam. Auf inter-nationalen Druck versprach Palästinenserpräsident Arafat, das Grab zu renovieren. Zudem befahl er, die Kuppel wieder weiß zu tünchen.
http://www.erzbistum-muenchen-und-freis ... ewsID=6264

Vor der Zerstörung:
Image

Nach der Zerstörung:
Image

Image

Image

englische Links:
http://www.shechem.org/kyos/engkyos.html
http://www.palestinefacts.org/pf_1991to ... hstomb.php
http://www.jewishvirtuallibrary.org/jso ... etomb.html
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Image
Dies ist ein Bild einer Moschee(ehemals Kastell St.Peter in Bodrum, Turki)
ali5196
Posts: 16757
Joined: Wed Sep 14, 2005 5:15 pm

Post by ali5196 »

Islam tidak pernah bisa buat bangunan sendiri. Bisanya : rebut, jajah, hancurkan segala isinya (termasuk orang), dan rubah dekorasi... Dasar maling !

http://www.blinkbits.com/en_wikifeeds/mosque Quote:

ARAB
Conversion of non-Muslim houses of worship into mosques began during the life of Muhammad, who turned the pagan sanctuary of Kaaba into a mosque, and continued during subsequent Islamic conquests and under the Muslim rule. As a result, numerous churches, synagogues, Zoroastrian and Hindu temples became Muslim places of worship.

According to Islamic law, non-Muslims should not continue to use their places of worship for their intended purposes if they are conquered by Muslims and if there exists no treaty of surrender that explicitly mentions the right of non-Muslims to continue to use their places of worship.

According to early Muslim historians, towns that surrendered without resistance and made treaties with the Muslims received permission to retain their churches and synagogues, while in towns taken by conquest, Jewish and Christian places of worship were seized by the Muslims.

SYRIA
One of the earliest examples of these kinds of conversions was in Damascus, Syria, where in 705 Umayyad caliph Abd al-Malik took the church of St. John from the Christians and had it rebuilt as a mosque, which is now known as Umayyad Mosque; overall, Abd al-Malik is said to have transformed 10 churches in Damascus into mosques.

MESIR
The process of turning churches into mosques was especially intensive in the villages, with the gradual conversion of the people to Islam. During his persecution of the Copts, Abbasid caliph al-Ma'mun turned many churches into mosques, both in Cairo and in Egyptian villages, which had no mosques in the earlier generations of Islam.

TURKI
Ottoman Turks converted into mosques nearly all churches, monasteries, and chapels in Constantinople, including the famous St. Sophia cathedral, immediately after capturing the city in 1453. In some instances mosques have been established on the places of Jewish or Christian sanctuaries associated with Biblical personalities who were also recognized by Islam.

ISRAEL
For example, Al-Aqsa Mosque and the Dome of the Rock are built on the Temple Mount, the most sacred site in Judaism.

INDIA
Muslim rulers and war commanders in India destroyed many Hindu temples and built mosques in their stead, seeing their actions as fulfillment of religious duty of asserting Islamic superiority. The most notable of them is the Qutub Minar and its complex which are believed to be a complex of 27 hindu and jain mandirs before they were demolished and a Mosque built on them.

IRAN
The same fate awaited many Zoroastrian temples after the Islamic conquest of Persia.

Hebat memang agama damai yg satu ini ! :twisted:
User avatar
telor
Posts: 994
Joined: Sat Oct 22, 2005 1:51 pm

Post by telor »

Saya setuju dengan pernyataan sdr Ali : muslim hanya bisa menghancurkan tanpa bisa membangun, mereka hanya bisa merampas dan mengklaim. Watak maling + penghancur bener!


Berikut petikan dari wikipedia mengenai patung buddha bamiyan di hancurkan muslim
http://id.wikipedia.org/wiki/Patung_Buddha_Bamiyan

- Bukan muslim sebenarnya :
Pada Juli 1999, Mullah Mohammed Omar menyerukan agar patung Buddha Bamiyan dilestarikan, karena potensial sebagai sumber pendapatan dari pengunjung internasional. Namun para pemuka agama Afghan melakukan kampanye untuk melarang semua hal yang dianggap bertentangan dengan Islam, termasuk patung berhala.


- Muslim sebenarnya
Pada tahun 2001 Mahkamah Agung Taliban memutuskan bahwa semua patung di Afganistan harus dihancurkan karena telah atau dapat menjadi berhala. Hal ini didukung oleh keputusan dari 400 pemuka agama Afganistan.

Akhirnya pada tahun 2001, setelah bisa terlestarikan selama lebih dari 1.500 tahun, pemerintahan Taliban mengeluarkan fatwa bahwa patung-patung ini adalah berhala, dan kemudian dihancurkan dengan dinamit dan tembakan tank. [1] Pada bulan Maret 2001, kedua patung terbesar Buddha ini hancur setelah usaha pengeboman secara intensif selama hampir satu bulan.

Pada saat penghancuran, Menteri Penerangan Taliban, Qudratullah Jamal mengeluhkan bahwa, "pekerjaan pengrusakan ini tidaklah semudah apa yang dipikirkan oleh orang. Tidaklah mungkin untuk merusak patung-patung ini dengan menembakinya saja karena keduanya dipahat pada tebing jurang, mereka lekat sekali pada gunung."

Dalam wawancara dengan Mainichi Shimbun, Wakil Ahmad Mutawakel, menteri luar negeri Afgan, menegaskan bahwa penghancuan patung Buddha adalah sesuai dengan hukum Islam, dan murni merupakan masalah religius (bukan pembalasan ekonomi).

Meski kedua patung-patung Buddha terbesar ini hampir seluruhnya rusak, sketsa figurnya dan beberapa ciri khasnya masih tampak. Bahkan para pengunjung masih bisa menjelajahi gua-gua para bhiksu dan lorong-lorong yang menghubungkan gua-gua ini. Maka sebagai bagian dari usaha internasional untuk membangun kembali Afganistan setelah perang Taliban, pemerintah Jepang sudah bertekad untuk membangun kembali kedua patung Buddha yang dihancurkan ini.
User avatar
telor
Posts: 994
Joined: Sat Oct 22, 2005 1:51 pm

Post by telor »

Satu lagi..
Source: http://www.socineer.com/soc-heritage.html



Kemarin saya membaca berita headlines yang sangat menyedihkan. Mesjid Al Askariyah di kota Samarra, Iraq terlihat habis dibom. Mesjid itu didirikan lebih dari seribu tahun yang lampau, dan saat ini merupakan situs arkeologi yang penting di dunia untuk peradaban Islam di masa lalu. Kota Samarra adalah ibukota dari Dinasti Islam Abbasiyah dalam jangka waktu yang cukup lama. Ketertarikan pada sejarah dan budaya membuat hati terasa nyilu ketika ada peninggalan sejarah yang dihancurkan dengan cara konyol seperti itu.

Dinasti Abbasiyah adalah salah satu kekhalifahan terkenal dengan banyak peninggalan peradaban. Khalifah tersohor Harun al-Rashid, yang populer keseluruh dunia oleh Kisah Seribu Satu Malam, adalah salah satu sultan Dinasti Abbasiyah. Dengan menaklukkan pusat-pusat kebudayaan Yunani pada waktu itu, Abbasiyah membuat kekhalifahannya salah satu wilayah yang maju dalam bidang-bidang sains dengan mempelajari ulang karya-karya filsuf Yunani dan mengembangkannya, dan melahirkan tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Al-Biruni, al-Kindi, dan banyak lagi lainnya.

Ibu kota Abbasiyah yang banyak diketahui umum adalah Baghdad. Tetapi pada waktu tertentu dipindahkan ke Samarra gara-gara ada kerusuhan yang terjadi di Baghdad. Cerita ini bisa menjadi kisah yang menarik untuk dijadikan novel sejarah. Selama lebih dari lima puluh tahun, Abbasiyah memerintah dari Samarra sebelum akhirnya dikembalikan ke Baghdad. Pada waktu Samarra menjadi pusat Abbasiyah, didirikan mesjid agung Al-Mutawakil yang mempunyai bentuk spiral. Melihat bentuk itu, mengingatkan kita pada bentuk ziggurat era Mesopotamia dan Babilonia, bangunan dengan basis persegi yang bertingkat seperti piramid untuk tempat kegiatan ritual penganut kepercayaan tempo dulu. Cerita dari Bible tentang Menara Babel juga berasal dari bangunan ziggurat ini.

Sesudah ibukota Abbasiyah dikembalikan ke Baghdad, penduduk Shiah Samarrah mendirikan juga mesjid dimana disana dikebumikan imam-imam penting dalam komunitas Islam Shiah. Sebelumnya tempat itu adalah juga mesjid yang dibangun oleh Sultan Mutasim untuk keperluan ibadah prajuritnya. Mesjid tempat makam para imam tersebut itu dinamakan Mesjid Al-Askariyah karena disana terdapat kuburan imam Hasan al-Askari dengan bapaknya, yang mati diracun dalam penjara. Mesjid itu kemudian terus dibangun dan diperbaiki terus menerus dan bertahan terus selama lebih dari seribu tahun, sebelum dihancurkan pada Februari 2006.

Setiap bangunan kuno adalah warisan kemanusiaan. Kita sebagai umat manusia, satu species yang berhasil menjadi makhluk yang berpikir dan mengerti nilai sejarah, memandang ke masa silam sebagai perjalanan panjang dari peradaban kita sampai ke titik masa kini. Mesjid Al Askariyah adalah salah satu jejak langkah peradaban yang ingin kita langgengkan terus menerus sampai ke generasi-generasi mendatang. Pada saat dia dihancurkan, umat manusia kehilangan satu dari permata peradaban.

Kelihatannya kelompok yang menghancurkan Al Askariyah itu tahu persis, bahwa penghancuran itu akan mengakibatkan ketidak-stabilan di kalangan muslim disana. Benar sekali, baru satu hari sesudah diledakan, sudah lebih dari seratus orang mati, puluhan mesjid lain dihancurkan oleh massa beringas. Padahal majoritas muslim Sunni tidak bersalah, yang membom itu kelompok yang jestru ingin membuat perpecahan. Mereka mulai menyerang bukan hanya imam Sunni, tetapi kantor-kantor partai politik Sunni, dan kelompok Sunnipun menyerang balik.

Kenapa massa menyerang dan membunuh penduduk yang kebetulan beragama Islam Sunni yang tidak tahu menahu soal pemboman tersebut? Itu disebabkan karena sebagian massa Islam belakang ini mengembangkan dikotomi "kita" versus "mereka" terlalu ekstrim. Setiap orang sudah tidak dipandang lagi sebagai individu yang unik, tetapi dianggap sebagai bagian kolektif dari kelompok tertentu. Secara eksternal, maka dunia dibagi menjadi muslim dan non-muslim. Non-muslim dibagi-bagi lagi menjadi kelompok-kelompok menurut kepercayaannya. Secara internal, massa Islam juga sibuk membagi-bagi siapa yang kelompok "mereka" dan siapa yang kelompok "kita", dan berbagai usaha dilakukan untuk mengenyahkan kelompok "mereka". Kasus Ahmadiyah di Indonesia belakangan ini contoh yang baik dimana satu kelompok berusaha dienyahkan hanya karena mereka agak berbeda. Kemudian, individupun dianggap lebih sebagai bagian dari kelompok, daripada sebagai individu yang unik. Tidak mengherankan saling menyerang antar kelompok, seperti perang tribal masa pra-sejarah, terjadi sampai saat ini.

Dan karena pengetahuan tentang perilaku massa itulah, maka kelompok terror yang memang ingin membuat kekacauan mudah sekali untuk mengendalikan massa ke suatu titik tertentu. Massa cukup disulut sedikit, lalu bertindak persis seperti yang diinginkan para provokator tersebut. Dan mereka tahu persis, bahwa penghancuran Mesjid Al Askariyah akan menghentikan kerja sama Sunni dan Shiah untuk membangun Irak masa depan. Saat ini sudah terjadi.

Jika massa Islam mampu menjadi lebih dewasa, tidak sensitif. Tidak ngamuk hanya oleh kartun, tidak ngamuk karena mesjid Al Askariyah dibom, maka para provokator sukar untuk mampu menyulut massa, dan bangunan-bangunan bersejarah mempunyai harapan yang lebih besar untuk bertahan ribuan tahun mendatang. Saya yakin bagian besar umat Islam yang bukan bagian massa sensitif yang mudah terprovokasi seperti ini. Tetapi cukup besar juga yang mudah sekali naik darah dan mengamuk, dan mereka-mereka inilah yang menjadi wajah Islam saat ini.

Pada bulan Maret 2001, peninggalan bersejarah umat Buddha di lembah Bamian dihancurkan. Dua patung Buddha raksasa yang setinggi bangunan lima tingkat, yang sudah berdiri disana 1500 tahun, dihancurkan menjadi keping-keping kecil oleh sikap yang sudah lebih parah dari kegilaan semata. Regional Asia Tengah mekar menjadi pusat-pusat agama Buddha selama beberapa ratus tahun sebelum akhirnya ditaklukkan dan diakuisisi oleh kekuasaan Islam. Daerah yang menjadi silang perjalanan ziarah dan perdagangan antara Eropa, India dan China, mengembangkan kebudayaan Buddhist dengan sentuhan Parsi dan Yunani. Patung-patung itu diakui sebagai peninggalan sejarah peradaban manusia oleh UNESCO.

Penghancuran peninggalan sejarah 1500 tahun ini, membuat banyak pihak terpana dan menangis. Dunia terkejut dan sangat menyayangkan tindakan barbar tersebut. Sudah tentu umat Buddhist paling tersentuh emosinya dengan kejadian tersebut. Tetapi apakah lantas massa Buddhist menyerang mesjid-mesjid dan meledakkannya? Apakah mereka menyalahkan tetangganya yang kebetulan muslim? Pada tahun 1985 yang lalu, Borobudur, peninggalan sejarah Buddhist yang menjadi kebanggaan Indonesia dibom. Tidak juga terjadi kerusuhan massal umat Buddhist pada waktu itu. Umat Buddhist mampu untuk mengembangkan sikap inert dan tidak mudah untuk terprovokasi.

Terlihat kebiasaan untuk menghancurkan peninggalan sejarah dan peradaban sudah menjadi hobbi untuk kelompok tertentu. Hal ini sangat disayangkan. Untuk peninggalan di Lembah Bamian, dari dokumen sejarah China, disebutkan ada patung Buddha Bamian ketiga yang jauh lebih besar, kira-kira 300 meter. Patung Buddha itu ada pada posisi terlentang, dan saat ini diperkirakan terkubur di padang pasir di Bamian. Para arkeolog sedang mencoba untuk menemukan patung Bamian terbesar tersebut. Saya sendiri tidak begitu antusias, dan mengharap peninggalan sejarah itu jangan sampai ditemukan sampai abad mendatang. Biarlah peninggalan itu tertimbun di bawah tanah, sampai saat di masa mendatang waktu penduduk setempat mampu menghargai peninggalan sejarah kemanusiaan. Semoga para arkeolog itu tidak bekerja terlalu keras untuk mendapatkannya.

Sementara itu, tempat-tempat suci di Iraq dan daerah-daerah rawan di Timur Tengah seharusnya diamankan. Iraq adalah wilayah penting dalam sejarah peradaban manusia, adalah tempat cikal bakal lahirnya banyak peradaban di wilayah tersebut. Kota-kota urban pertama di wilayah tersebut terletak di Iraq kuno, yaitu Mesopotamia. Wilayah itu terlalu penting untuk dibiarkan hancur. Ada banyak lagi peninggalan tak ternilai di bawah bumi Iraq, yang lebih baik dibiarkan di bawah tanah tanpa terjamah, sampai suatu saat di masa depan manusia bisa membebaskan diri dari kepicikan pikiran.
Post Reply