Dunia Barat HUTANG pd Muslim?? Buku Gouguenheim
Posted: Wed Feb 11, 2009 6:48 am
Dunia Barat BERHUTANG pada Muslim ???
[Useful Idiots di Barat membela Taqqiya Muslim]
Oleh: Jacob Thomas
http://www.news.faithfreedom.org/index. ... e&sid=2169" onclick="window.open(this.href);return false;
[...] Subjek ini sekarang sedang diperdebatkan di Perancis, karena munculnya sebuah buku yang membantah anggapan bahwa Barat berhutang pada Islam karena sumbangan Islam pada budaya Hellenistic (Yunani).
Tanggal 20 November 2008, harian berbahasa Arab http://www.alawan.org" onclick="window.open(this.href);return false; menerbitkan artikel menarik berjudul “Apa Dunia Kristen Barat berhutang pada Muslim Timur?” Ini adalah diskusi dari reaksi para pembela islam dan teman2 mereka di sebuah akademi Perancis terhadap buku Prof. Sylvain Gouguenheim, ARISTOTE AU MONT SAINT MICHEL (Aristotle di Gunung St Mikael), yang diterbitkan oleh Le Seuil Publishing House, di Paris, Perancis. Sekali lagi kita saksikan, in action, usaha2 para pembela islam utk membungkam semua ikhtiar keras yang menyinggung mereka dalam segala hal. Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut yg disusul dgn komentar saya.
Penulis di harian al-Awan cukup baik dalam menganalisa kritik dari artikel dengan menyatakan bahwa kritik yang diarahkan pada buku ini tidak menyentuh inti masalahnya.
Komentar
Artikel tsb memperjelas bahwa para pengritik Gouguenheim membiarkan banyak pertanyaan menggantung dan tidak mampu memberikan jawaban substantif. Yang paling disesalkan adalah sikap para akademisi Perancis yang bergabung dengan para
pengritik Arab dan ikut2an mengutuk Gouguenheim dan bukannya merespon secara kalem dan logis pada tesisnya. Artikel mengeluhkan bungkamnya sejarawan Arab yang bahkan sama sekali tidak menyentuh isi masalahnya.
Le Monde dan Le Figaro berkomentar atas karya Gouguenheim sebagai berikut:
Hellenisasi atas Eropa yg Kristen, pertama-tama, adalah buah dari kemauan orang Eropa sendiri. Jika kata 'akar' punya arti dalam peradaban, akar2 dunia Eropa adalah Yunani, sementara dunia islam bukanlah akar dunia Eropa.
“Karya Sylvain Gouguenheim akan menimbulkan debat dan polemik. Temanya adalah: Hubungan budaya antara dunia barat dan dunia islam. Subjek ini memiliki peran ideologis dan politis yg sangat besar. Profesor ahli sejarah abad pertengahan ini, menyanggah sejumlah keyakinan yang telah dominan. Selama beberapa dekade terakhir ini, menyusul karya2 Alain de Libera, atau Mohammed Arkoun, Edward Said atau Dewan Eropa, beredar pandangan yg salah mengenai peran islam dalam sejarah dan budaya eropa...
Buku ini merevisi lebih jauh penilaian kita. Ketimbang hanya percaya bahwa seluruh pengetahuan filosofi Eropa tergantung pada Arab sbg perantara, kita harus ingat peran besar yang dilakukan oleh para penerjemah Mount-Saint-Michel. Mereka menerjemahkan semua karya Aristotle langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Latin, beberapa dekade sebelum karya2 yang sama diterjemahkan dari versi Arabnya ke bhs Latin di Toledo, Spanyol, jajahan Islam dulu.
Kita hanya bermimpi bahwa dunia islam terbuka dan rajin menawarkan pembaruan pada 'Eropa yang tertimpa jaman kegelapa.' Kita perlu ingat bahwa Eropa tidak dgn mudah mendapatkan ajaran2 tsb. Eropa harus keluar dan mencarinya sendiri. Dan HANYA Eropa yang menerapkan pengetahuan tsb, baik dibidang sains maupun politik.” Roger-Pol Droit – Le Monde, 4 April 2008
Mengkontradiksi tesis “An Islam of Lights (Islam penuh pengetahuan),” Sylvain Gouguenheim membuktikan bahwa pengetahuan Yunani Kuno tidak pernah benar2 menghilang dari Eropa; dan bahwa orang2 Arab yang menerjemahkan teks2 ini BUKAN MUSLIM ! Kita memberi selamat pada Mr. Gouguenheim karena tidak takut utk mengingatkan kita bahwa dunia Kristen abad pertengahan merupakan warisan dari Atena dan Yerusalem.” Stephane Boiron – Le Figaro, 17 April 2008
[Useful Idiots di Barat membela Taqqiya Muslim]
Oleh: Jacob Thomas
http://www.news.faithfreedom.org/index. ... e&sid=2169" onclick="window.open(this.href);return false;
[...] Subjek ini sekarang sedang diperdebatkan di Perancis, karena munculnya sebuah buku yang membantah anggapan bahwa Barat berhutang pada Islam karena sumbangan Islam pada budaya Hellenistic (Yunani).
Tanggal 20 November 2008, harian berbahasa Arab http://www.alawan.org" onclick="window.open(this.href);return false; menerbitkan artikel menarik berjudul “Apa Dunia Kristen Barat berhutang pada Muslim Timur?” Ini adalah diskusi dari reaksi para pembela islam dan teman2 mereka di sebuah akademi Perancis terhadap buku Prof. Sylvain Gouguenheim, ARISTOTE AU MONT SAINT MICHEL (Aristotle di Gunung St Mikael), yang diterbitkan oleh Le Seuil Publishing House, di Paris, Perancis. Sekali lagi kita saksikan, in action, usaha2 para pembela islam utk membungkam semua ikhtiar keras yang menyinggung mereka dalam segala hal. Berikut adalah kutipan dari artikel tersebut yg disusul dgn komentar saya.
Analisa"Baru-baru ini sejarawan Gouguenheim menerbitkan sebuah buku yang menimimalkan pentingnya pengaruh muslim terhadap budaya Kristen Eropa selama abad pertengahan. Tesis dari “ARISTOTE AU MONT SAINT MICHEL” yg diterbitkan tahun 2008 oleh Le Seuil Publishing House, menyatakan bahwa warisan Hellenistic tidak sampai ke Eropa melalui muslim, TAPI pengetahuan Yunani itu datang langsung dari Barat sendiri selama abad 11 dan 12, tanpa peran besar filsuf2 Arab. Muslim tidak punya pengaruh besar dalam sejarah Renaissance Eropa, yang menurut Gouguenheim, “bagaimanapun juga akan terjadi, bahkan jika orang2 Eropa tidak punya hubungan apapun dengan dunia islam.”
Tesis Gouguenheim yang berbeda dari pendapat2 sejumlah ahli sejarah abad pertengahan ini, menimbulkan keributan di lingkaran budaya Perancis. Tesis itu dikecam sebagai teori sejarah yang salah dan menganut penghinaan rasial. Ada Muslim yg memanfaatkan tesis tsb sebagai bukti akan kebencian barat terhdp muslim dan islam. Contohnya, mantan PM Aljazair, Dr. Taleb Librahimi, menyatakan bahwa tesis ini adalah bagian dari kampanye kristenisasi dan gerakan anti-Islam di negara2 islam seperti Aljazair. Bahkan salah satu akademisi Perancis yang sehaluan dengan Librahimi menyebut buku tsb identik dgn penyebaran islamophobia.
Sebenarnya, kritik2 terhdp buku tsb sama sekali tidak menyentuh inti masalah subjeknya, melainkan [...] hanya menyerang pribadi penulisnya dan menuduhnya rasis dan berpihak pada golongan Kanan Radikal. Jadi, diskusi sudah berbelok dan dipolitisasi. 56 ‘filsuf’ dan ‘sejarawan’ menandatangani petisi yg berjudul -- gile juga !---“MENUNTUT KEPALA SANG PENULIS” dan mengeluarkan tesis tandingan dengan judul : “Yes, The West is Indebted to the Muslim world.” (Ya, Barat Berhutang pada Dunia Muslim). Ini muncul pada harian kekiri-kirian, Liberation, tanggal 30 April 2008. Mereka mengklaim bahwa sang penulis membohong ttg hubungan antara Kristen Barat dan Islam. Mereka memblokir koran Le Monde karena memuji buku Gougenheim dengan review yang positif tanggal 4 April 2008, spt yg ditulis oleh Roger Pol Droit. Pol Droit bukan saja mengulang apa yang ditulis dalam tesis Gouguenheim, dia juga menulis dalam “World of Books’, supplemen Le Monde, sbb :
Bertentangan dgn apa yang diajarkan pada kita sejak tahun 1960, budaya Eropa, dalam sejarah dan evolusinya, TIDAK berhutang pada islam. Pada dasarnya, kita sama sekali tidak berhutang pada islam dalam hal esensial manapun. Jadi buku ini menyorot subjeknya dengan keberanian yang luar biasa.
Gouguenheim, seorang profesor ahli sejarah abad pertengahan di l’École Normale Supérieure de Lyon, menuai kritik bahkan dari kolega2nya di universitas. Ini berujung pada dibentuknya sebuah komite utk menyelidiki apakah buku ini bisa dianggap sebagai sebuah karya sains yang serius atau tidak. Dia dipaksa utk berhenti mengajar sementara menunggu hasil penyelidikan. Satu2nya pihak yg membelanya adalah sejarawan2 asal Polandia yg mengingatkan pengritik2 sang profesor akan wabah penyensoran selama dominasi Soviet dinegara mereka. Mereka menceritakan masa2 sulit selama hari2 kelam tsb dan membayangkan apakah kondisi yang sama akan terjadi juga di Perancis!
Kita bisa menganggap buku ini sebagai antidote (penangkal racun) bagi penyakit yang dialami oleh beberapa profesor universitas di Eropa dan para propagandis islam yang mengarang-ngarang dan membesar-besarkan peran islam dalam jaman Renaissance. Kita juga bisa menganggap protes terhadap tesis Gouguenheim yang ditandatangani oleh 56 akademisi dan reaksi2 yang mengikutinya, sama dengan sebuah FATWA pada sang sejarawan tsb.
Kenapa kita harus marah pada seorang penulis yang mengklaim bahwa bahasa arab adalah bahasa yg hanya pantas utk puisi dan tidak mampu menyumbang apapun pada ekspresi2 filosofi ? Wong, memang fakta bahwa pengajaran filosofi dilarang di negara2 Teluk; dan kalaupun diajarkan, subyek itu tak lebih hanya sbg lelucon belaka. Kenapa kita terganggu oleh tesis Gouguenheim, padahal Adonis --seorang pemikir Siria terkenal---diserang dengan ganasnya oleh ulama islam, cuma karena menuntut kebebasan ketimbang fikih, rasionalitas daripada mitologi dan konsep filosofi ketimbang dengan pengulangan bismallah dan Alhamdullilah ?
Kita perlu mengeluarkan pertanyaan2 seperti ini, pertanyaan yang layak utk dijawab secara serius.
Bungkamnya para sejarawan Arab mengenai subjek2 yang diungkit dalam buku Gouguenheim sangatlah disesalkan. Mereka malas membahas topik itu. Sayang sekali ! Bukannya melakukan studi serius, kami---dunia Arab--malah lebih suka ngalor ngidul dan membuat tulisan2 tak bermutu utk membela budaya kami."
Penulis di harian al-Awan cukup baik dalam menganalisa kritik dari artikel dengan menyatakan bahwa kritik yang diarahkan pada buku ini tidak menyentuh inti masalahnya.
Komentar
Artikel tsb memperjelas bahwa para pengritik Gouguenheim membiarkan banyak pertanyaan menggantung dan tidak mampu memberikan jawaban substantif. Yang paling disesalkan adalah sikap para akademisi Perancis yang bergabung dengan para
pengritik Arab dan ikut2an mengutuk Gouguenheim dan bukannya merespon secara kalem dan logis pada tesisnya. Artikel mengeluhkan bungkamnya sejarawan Arab yang bahkan sama sekali tidak menyentuh isi masalahnya.
Le Monde dan Le Figaro berkomentar atas karya Gouguenheim sebagai berikut:
Hellenisasi atas Eropa yg Kristen, pertama-tama, adalah buah dari kemauan orang Eropa sendiri. Jika kata 'akar' punya arti dalam peradaban, akar2 dunia Eropa adalah Yunani, sementara dunia islam bukanlah akar dunia Eropa.
“Karya Sylvain Gouguenheim akan menimbulkan debat dan polemik. Temanya adalah: Hubungan budaya antara dunia barat dan dunia islam. Subjek ini memiliki peran ideologis dan politis yg sangat besar. Profesor ahli sejarah abad pertengahan ini, menyanggah sejumlah keyakinan yang telah dominan. Selama beberapa dekade terakhir ini, menyusul karya2 Alain de Libera, atau Mohammed Arkoun, Edward Said atau Dewan Eropa, beredar pandangan yg salah mengenai peran islam dalam sejarah dan budaya eropa...
Buku ini merevisi lebih jauh penilaian kita. Ketimbang hanya percaya bahwa seluruh pengetahuan filosofi Eropa tergantung pada Arab sbg perantara, kita harus ingat peran besar yang dilakukan oleh para penerjemah Mount-Saint-Michel. Mereka menerjemahkan semua karya Aristotle langsung dari bahasa Yunani ke bahasa Latin, beberapa dekade sebelum karya2 yang sama diterjemahkan dari versi Arabnya ke bhs Latin di Toledo, Spanyol, jajahan Islam dulu.
Kita hanya bermimpi bahwa dunia islam terbuka dan rajin menawarkan pembaruan pada 'Eropa yang tertimpa jaman kegelapa.' Kita perlu ingat bahwa Eropa tidak dgn mudah mendapatkan ajaran2 tsb. Eropa harus keluar dan mencarinya sendiri. Dan HANYA Eropa yang menerapkan pengetahuan tsb, baik dibidang sains maupun politik.” Roger-Pol Droit – Le Monde, 4 April 2008
Mengkontradiksi tesis “An Islam of Lights (Islam penuh pengetahuan),” Sylvain Gouguenheim membuktikan bahwa pengetahuan Yunani Kuno tidak pernah benar2 menghilang dari Eropa; dan bahwa orang2 Arab yang menerjemahkan teks2 ini BUKAN MUSLIM ! Kita memberi selamat pada Mr. Gouguenheim karena tidak takut utk mengingatkan kita bahwa dunia Kristen abad pertengahan merupakan warisan dari Atena dan Yerusalem.” Stephane Boiron – Le Figaro, 17 April 2008