Page 1 of 1

Simposium: Penindasan Muslim terhdp orang2 Kristen

Posted: Sun Apr 16, 2006 7:53 pm
by ali5196
http://www.bereanpublishers.com/Persecu ... new_centur y_of_martyrs.htm

Abad baru bagi MARTIR: Kekejaman Anti-Kristen
By Chuck Colson, Chairman of Prison Fellowship Ministries
June 17, 2002

Crosswalk.com News Channel - June 6, Martin Burnham, misionaris AS tewas dlm pertempuran antara Muslim jihadi yg menculiknya dan tentara Filipina yg menyelamatkannya. Burnham, menjadi anggota terbaru Te Deum, sebuah nyanyian kuno ttg "pasukan martir berjubah putih" -- yg menurut perkiraan paling akhir sudah mencapai 70 juta nyawa.

Yg paling mengagetkan adalah bahwa menurut perkiraan yg sama, 45 juta martir Kristen tewas di abad 20. Ini dilaporkan dalam buku, The New Persecuted: Inquiries into Anti-Christian Intolerance in the New Century of Martyrs oleh wartawan Italiat, Antonio Socci. Perkiraan ini datang dari sumber2 spt the Oxford's World Christian Encyclopedia.

Kebanyakan dari mereka tewas di negara2 Uni Soviet & Jerman Nazi. Namun ditempat2 lain, Kristen tewas karena agama mereka. Di Armenia, misalnya, 1.5 juta orang Kristen Armenia dibunuh secara masal.

Dan pembunuhan itu masih berlanjut. Menurut perkiraan Socci, rata2 160.000 Kristen tewas sejak th 1990 di kota2 spt Aljazair, Nigeria, Sudan & Pakistan.

Socci menulis bahwa "penindasan Kristen secara global masih berlangsung namun kebanyakan tidak digubris oleh media massa dan Kristen di Barat."

Simposium: Penindasan Muslim terhdp orang2 Kristen

Posted: Mon Nov 12, 2007 7:13 pm
by Volunteer
http://www.frontpagemag.com/Articles/Pr ... p?ID=10242
Simposium: Penindasan Muslim terhadap orang-orang Kristen
Oleh Jamie Glazov
FrontPageMagazine.com | Oktober 10, 2003

Image
Salah satu gereja di Indonesia yg dibakar di thn 1998

Penindasan/penganiayaan terhadap orang-orang Kristen yang berlangsung di mana-mana adalah suatu fenomena yang makin meningkat dalam dunia Islam. Apakah arti dan maksud penzaliman ini? Mengapa hal ini hampir tidak pernah disebutkan di media Barat? Bagaimana hal ini dihubungkan dgn konflik antara Barat dan militan Islam ? Mengapa Amerika harus prihatin?

Untuk mendiskusikan hal ini, Frontpage Magazine menyambut Bat Ye’or, pengarang tiga buku utama seputar kaum dhimmi, jihad, dan dhimmitude (www.dhimmitude.org and www.dhimmi.org). Pada tanggal 1 Mei, 1997-- setelah publikasi Kemunduran Kekristenan Timur di bawah Islam, Dari Jihad sampai Dhimmitude (1996) -- dia bersaksi pada Senat AS. Subcommittee urusan Hubungan Luar-negeri berkaitan urusan wilayah Timur Dekat dan Asia Selatan tentang hal 'Penganiayaan Religius di Timur Tengah' ("Sebuah Pengulasan Sejarah ttg Penganiayaan orang-orang Kristen di bawah Islam.") Penelitian terakhirnya adalah Islam dan Dhimmitude. Dimana Kebudayaan2 Saling Berbenturan (2002); lihat “Eurabia: Road to Munich.” National Review Online, Oktober 9, 2002; "Ketakutan2 Eropa terhadap Persatuan Jihad."

Paul Marshall, Senior Fellow di Freedom House Center untuk Religious Freedom. Dia-lah pengarang dan editor dua puluh buku, mencakup Religious Freedom di dunia: A Global Survey, dan paling laris Their Blood Cries Out. Buku terakhirnya adalah Islam pada Persimpangan Jalan (2002) dan Tuhan dan Undang2: Kekristenan dan Politik Amerika (2002);

Habib Malik, yang memegang doktorat dalam sejarah intelektual Eropa yang modern dari Harvard dan sekarang ini mengajar sejarah serta penelitian budaya di Lebanese American University di Lebanon. Beliau telah menerbitkan suatu buku tentang pemikiran Kierkegaard berjudul Between Damascus and Jerusalem: Lebanon and Middle East Peace. Dia telah juga menulis secara luas dalam kedua bahasa Inggris dan Arab di tentang orang-orang Kristen Lebanon serta Timur Tengah, tentang hak azasi manusia di wilayah2 itu, dan tentang hubungan Islam dengan golongan minoritas penduduk asli non-muslim di negara-negara bermayoritas Muslim;

dan Walid Phares, Profesor Studi Timur Tengah dan Religious Conflict pada Universitas Florida Atlantik serta Senior Fellow pada Lembaga Defense of Democracies. Beliau adalah seorang analis MSNBC dan anggota dewan Koalisi Hak Azasi Manusia dalam Dunia Muslim. Dia bersaksi kepada Senat AS tentang "Umat Kristen di Timur Tengah: Kebijakan-kebijakan Ethnic Cleansing," (1997) dan melakukan pengarahan2 kongres tentang "Jihad dan Hak azasi manusia" (1998-2003).

FRONTPAGE: Frontpage Symposium mengucapkan selamat datang kpd. bapak-bapak dan ibu-ibu. Mari mulai dengan pertanyaan : Sampai seberapa tersebar luasnya penganiayaan terhadap orang-orang Kristen dalam dunia Islam?

Marshall: Penganiayaan ini sangat tersebar luas, kecuali di beberapa gelintir negara muslim.

Ada empat bentuknya. Pertama; pemberintah membiarkan serangan kejam ekstrimis terhadap komunitas Kristen. Ini terjadi di Mesir, Algeria, Iran, Yemen, Pakistan, Banglades, Phillipines, Nigeria, Indonesia (daftar tidak menyeluruh). Pada sebagian besar kasus ini Pemerintah tidak mampu atau enggan menghentikan serangan.

Kedua, ada perang saudara dan kekerasan dlm masyarakat dgn komunitas Kristen menolak penyebaran variasi Islam radikal. Contoh, sejak National Islamic Front (tadinya Muslim Brotherhood) mengambil alih kekuasaan di Sudan pada akhir 1980, dua juta orang telah terbunuh, sebagian besar orang-orang Kristen dan penganut animisme. Di Nigeria sekitar 11.000 orang dibunuh dalam rentang tiga tahun masa penegakan sharia Islam. Hal serupa terjadi di Indonesia bagian timur, dimana organisasi militan seperti Laskar Jihad membantai penduduk setempat.

Ketiga, diskriminasi luas terhadap orang-orang Kristen di negara muslim. Mereka sering diperlakukan tidak adil dalam urusan perkawinan, pengawasan anak dan kasus warisan, dipaksa untuk memberi subsidi bagi Islam melalui pajak tinggi, dibatasi secara ketat dalam membangun dan memperbaiki gereja, dan sering dikeluarkan dari posisi pemerintahan. Ini terjadi dalam sebagian besar negara muslim. Dalam beberapa hal, seperti di Pakistan atau Iran atau Nigeria (& Malaysia), pengadilan tidak menghiraukan kesaksian seorang Kristen.

Keempat, hukum terhdp penghujatan dan para murtadin secara tdk proporsional menargetkan kaum minoritas.

Di Arab Saudi, agama Kristen dilarang total.

Bat Ye'or: Penganiayaan sulit untuk dikaji krn beberapa alasan.

(1) Situasi tidak sama di semua negara muslim, ada kasus yang lebih dramatis di negara-negara yang menerapkan shariah, spt Arab Saudi, Sudan, Iran atau, seperti Mesir, di mana shariah adalah sumber kewenangan. Kadang-kadang pemerintah lebih liberal, tetapi masyarakat tidak toleran dan suka menyerang orang-orang Kristen.

(2) orang-orang Kristen sendiri segan untuk berbicara, baik karena, sebagai dhimmi, mereka tdk sadar bhw. mereka terdiskriminasi, karena
selama berabad-abad mereka terbiasa hidup dlm dhimmitude; atau karena mereka takut pembalasan Muslim.

(3) Media Barat dan pemerintah Barat biasanya melewatkan saja diskriminasi terhadap orang-orang Kristen untuk menyenangkan pemerintah Muslim (yg kaya minyak). Kadang juga untuk melindungi orang-orang Kristen dari lebih banyak serangan, karena mereka sering dibantai oleh Muslim atas dasar alasan yang dibuat2 bahwa mereka dilindungi oleh kekuatan kafirun.

Image
November 2005, 2 dari 3 gadis yg dipenggal di POSO

Phares:
Pertama kita sedang menghadapi kasus2 penindasan terhdp orang-orang Kristen di dunia Muslim, baik di negara bermayoritas Muslim atau di bawah rejim islam ortodoks. Jadi, kita sedang menghadapi keadaan dimana komunitas Kristen di-identifikasi sebagai non-Muslim dan dalam hal ini sebagai "Umat Kristen"- oleh rejim atau organisasi di dalam lingkup negara-negara macam di atas itu.

Kedua, ada dua jenis penindasan terhdp orang-orang Kristen di negara2 bermayoritas Muslim atau rejimnya. Yg satu adalah penindasan religius langsung terhadap orang-orang Kristen, ini yang paling parah. Yg lainnya adalah tekanan politis terhadap komunitas Kristen.

Kedua tipe di atas melanggar Hak azasi manusia dan harus dihukum oleh hukum internasional. a) penganiayaan Religius nyata-nyata dianut di Afghanistan tetapi saat ini pun dilembagakan di Arab Saudi dimana menurut hukum mereka anda sama sekali tidak dapat menganut agama Kristen maupun berpindah kepada keyakinan Kristen. Mengikuti ajaran Wahabi, Muslim2 ortodoks telah melakukan berbagai agresi terhadap orang-orang Kristen (dan terdp sesama Muslim juga) seperti di: Mesir, Pakistan, Indonesia, dan lain-lain.

b) penindasan Komunitas adalah satu fenomena yg tersebar luas. mengambil bentuk tekanan etnis, contoh: Libanon, Sudan, Irak, Syria, Iran, Mesir dan Indonesia.

Ringkasnya, penindasan orang-orang Kristen di dunia Muslim adalah satu masalah internasional.

Malik: tidak banyak negara Muslim yg membiarkan orang-orang Kristen menikmati status sama dan sejajar dengan rekan warga Muslim mereka. Mereka lebih sering direduksi menjadi status kelas dua, atau status dhimmi.

Di dunia Arab, sebagai contoh, satu-satunya tempat dimana orang-orang Kristen penduduk asli telah bertahan selama berabad-abad untuk menghindari penghinaan sebagai dhimmi adalah di Lebanon. Tetapi di sini pun berbagai hal telah memburuk sejak ada peperangan di negara ini, yang mulai pada tahun 1975 dan karena pendudukan Syria serta kebangkitan orang islam ortodoks. Semua komunitas Kristen Timur Tengah lain (Copts, Palestina, Suriah, Irak, dan lain-lain.) adalah para dhimmi yang essential. Demikianlah jika dhimmitude itu mewakili satu cara untuk memunahkan suatu target komunitas secara lambat-laun dan perlahan-lahan, inilah bentuk penganiayaan paling halus dan paling tersamar dan tersebar luas.

FRONTPAGE: Apakah penganiayaan Muslim sesuatu yang baru bagi orang-orang Kristen atau lanjutan satu pola dan tradisi Islam turun-temurun?

Marshall: Diskriminasi itu hampir selalu ada, dan sering juga berbentuk kekerasan, tetapi saat ini kita melihat satu kebangkitan penganiayaan dalam dunia Islam.

Bat Ye'or: Sungguh hal ini bukan barang baru. Yahudi dan orang-orang Kristen (Ahlul Kitab) di negara muslim berbagi nasib yang sama: menjadi kafir dhimmi, - penduduk asli yang ditaklukkan dan ditundukkan oleh hukum jihad.

Hukum Islam mengatur status mereka adalah sama (Yahudi dan Kristen), sedangkan populasi asli yang lain seperti Zoroastrians di Persia lebih lagi terdiskriminasi. Tekanan orang-orang Kristen mulai dari awal penaklukan Muslim di daratan mereka. Catatan2 sejarah menjadi saksi sebelum aturan2 muslim ini tersusun menjadi hukum dari abad ke-8.

Ini mencakup semua aspek kehidupan dan hal fitnahan/pencemaran, pemaksaan agama, serta kegelisahan massa. Ini sering mencakup perbudakan, pengusiran, peng-islam-an paksa dan pembunuhan massa, walaupun orang-orang Kristen juga Yahudi 'dilindungi' oleh hukum Islam yang mensyaratkan sepanjang mereka mau tunduk, mau berstatus lebih rendah dan mengakui status terhina mereka. Aturan itu adalah terukir dalam shariah, re-Islamisasi negara Muslim, pola tradisional berusia 13 abad sedang diaktifkan, setelah negara2 muslim di abad ke-19 dan ke-20 tertahan oleh kolonisasi Eropa. Umat Kristen juga dianiaya karena mereka adalah secularists dan menentang kembalinya shariah.

Phares: Pertama mari kita memahami bahwa ada satu perselisihan atas bukti sejarah ini. Sementara banyak sejarawan Muslim dan sejumlah sejarawan simpatik di Barat menegaskan penganiayaan itu tidak pernah (atau hampir tidak pernah) ada, sebagian besar sejarawan Kristen Timur Tengah dan sejumlah humanis Muslim yang berkembang scr intelektual menegaskan dengan jelas bahwa tekanan ini telah ada sejak abad ke-7.

Jawaban bervariasi antara kaum moderat vs radikal. Ini akan terus diperdebatkan dalam dunia teologi dan linguistik hingga terjadinya sebuah reformasi. Di sisi lain, catatan sejarah seputar penganiayaan non-Muslim tak dapat dipungkiri. Sejak penetapan status Dhimmi hingga abad ke-7 Masehi, Kalifah dan berbagai negara bagian Islam lain telah memdiskriminasikan Kristen serta Yahudi. Penguasa2 lain - termasuk orang-orang Kristen - juga diskriminatif, tetapi di kemudian hari, generasi mereka telah mengakui perilaku tsb.

Masalahnya sekarang ini terdapat kebohongan terhadap fakta2 ini. Sebagian besar sejarawan Politik Islam masih menyangkal masa lalu dan yang lebih parah lagi, mereka menyangkal adanya diskriminasi Islam yang masih berlangsung sampai saat ini.

Malik: Sejak penaklukan Islam paling awal di abad ke 7M, ketika pasukan penyerbu Muslim menginvasi komunitas tetangganya, banyak dari korban mereka adalah Kristen & disanalah terjadi penganiayaan sistematis terhdp orang-orang Kristen.

Kalau kita mengesampingkan mitos2 ttg toleransi yang menghiasi begitu banyak literatur sejarah Islam, kenyataannya memang sungguh menjijikkan, mulai dari pengurangan jumlah non-Muslim yg ditaklukkan kedlm status kelas dua, secara berangsur & sistematis —terutama bagi orang-orang Kristen dan Yahudi—sampai ke pembantaian massal sekaligus.

FRONTPAGE: Adakah di dalam Islam unsur atau elemen yang membuatnya menjadi penindas agama lain? Mungkinkah Islam bisa menjadi toleran terhadap suatu agama seperti terhadap Kristen ?

Marshall: Status Dhimmi telah mendorong kelanjutan diskriminasi terhadap orang-orang Kristen sampai zaman modern, dan dalam abad terakhir, pemberontakan Kristen melawan status Dhimmi telah mendorong ke arah pembunuhan massal.

Hukum bagi murtadin dan penghujatan menetapkan bahwa Muslim yang ingin mengubah agamanya, atau Kristen yang berbicara kepada Muslim tentang Kekristenan, harus dihukum mati.

Bat Ye'or: Qur'an dan ahadis mewajibkan jihad dan dominasi Islam atas semua agama lain. Orang-orang Muslim sering menyebut-nyebut beberapa ayat yg toleransi dan ajakan hidup berdampingan dari Allah. Namun, sesuai dengan pandangan klasik para ahli hukum Muslim dan ahli teologi, ayat2 ini sudah dibatalkan oleh ayat2 berikutnya yang lebih keras/bengis. Dalam hubungannya dengan
Kristen dan Judaisme, doktrin Muslim berdakwah bahwa semua tokoh kitab Injil dari Adam, sampai Yesus, adalah nabi2 Muslim yang men-dakwahkan Islam. Itulah awalnya, konflik teologis yang langsung menuju jantung ketiga agama tsb. Islam tidak mengenali hubungan antara
Kristen dan Yudaisme, karena Yesus dianggap seorang Muslim. Lebih dari itu, sesuai dengan beberapa hadits pada hari kiamat nanti Yesus yang Muslim akan kembali dan menghancurkan Kristen.

Phares: Semua agama membedakan antara umat yg beriman dan umat yg tidak beriman. Yg jadi masalah bukan aqidah Islam yg membagi kemanusiaan menjadi dua kelompok (Muslimin dan kafirun). Yg menjadi masalah adalah cara berperilaku terhadap kafir dan terutama sekali terhadap orang-orang Kristen.

Anda bisa menemukan ayat2 yang memungkinkan tindakan penghukuman kolektif terhadap mereka yang melawan maupun ayat2 yang berbicara mengenai perlakuan khusus. Elemen2 Islam yg anda cari adalah penggunaan ayat2 yg ada sejak abad ke 7 oleh penguasa muslim di jaman modern, untuk menekan Kristen di zaman sekarang ini.

Agama apapun bisa digunakan untuk menekan dan agama apapun bisa dijalankan dengan toleransi. Namun masalahnya adalah, Jihadis abad ke-21 menggunakan ayat2 itu untuk mengekalkan penaklukan harafiah dan penerapan Kekalifahan dalam konteks hubungan internasional saat ini.

Malik: Quran berisi ayat2 berkaitan dengan penganut agama2 lain, khususnya Kaum Ahlul Kitab (Umat Kristen dan Yahudi), yang memungkinkan mereka membuat tafsir yang mendorong ke arah kekerasan.

Seperti kata2 Allah sendiri yang tidak boleh dibantah, hanya ada sedikit ruang untuk memperlembut kesan kejamnya beberapa ayat yang memang sangat menonjol. Badan tafsir dalam tradisi Islam sering berbeda dalam tekanan2, nuansa dan penerapan satu penafsiran bagi ayat2 bengis ekstrim tsb. Ambil permasalahan kebangkitan Kristus, misalnya. Kepercayaan Kristen yg menghubungkan dua figur lain dengan Ilahi tertinggi untuk menghasilkan Trinity dianggap terkutuk oleh Al-Qur'an, yakni sebagai sebuah bentuk dari pemujaan berhala. Sulit untuk melihat bagaimana Islam bisa hidup dengan damai dengan satu agama semacam Kristen yg dirasakan muslim2 sebagai pemujaan berhala (musyrik).

FRONTPAGE: Mengapa anda pikir penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh orang-orang Muslim di negara-negara Arab hampir tidak pernah dibicarakan di media Barat?

Marshall: Bukan hanya di negara-negara Arab, tetapi di negara muslim non-Arab juga.

... saya kira para wartawan Barat seringkali tidak bersimpati kepada orang-orang Kristen dari dunia ketiga, menganggap mereka akan menjadi Jerry-jerry Falwell cilik (pendeta AS yg lantang). Mereka juga cenderung tidak menganggap serius agama, jadi juga tidak mengujinya dari dekat: mereka mengasumsikan penderitaan Kristen di negara2 Muslim diakibatkan hal-hal 'ekonomi', 'politis', 'etnis' atau apapun yg sedang jadi trend di dalam pemikiran ilmu sosial Amerika.

Akhirnya, dgn pengetahuan sejarah yg mendekati 0, mereka membentuk satu sikap yang memandang orang-orang Kristen di negara-negara Muslim ini sebagai orang asing, antek2 Amerika, kaum imperalis cangkokan dan semacamnya. Padahal komunitas Kristen di sebagian besar negara-negara Muslim ini sebenarnya jauh lebih tua dari komunitas Muslim tsb.

Saya kenal seorang koresponden internasional yang menanyakan saya apakah orang-orang Kristen merusak Mesir & "tidakkah mereka tahu bahwa Mesir adalah negara Muslim?" Saya harus menjelaskan bahwa gereja Mesir sudah esksi sejak tahun 54 Masehi, jauh sebelum lahirnya Islam, dan bahwa Alkitab menuliskan bahwa Yesus tumbuh dewasa disana.

Bat Ye'or: Media Barat obsesi dgn masalah Palestina dan suka mengabaikan situasi2 tragis lain di dunia Muslim. Hal ini adalah satu kebijakan yg disengaja. Kita tidak mendengar terlalu banyak ttg kekejaman Saddam Hussein dan anak-anaknya terhdp sesama orang Irak sebelum kehancuran rejimnya. Mass-media memproyeksikan satu image dunia Muslim yg palsu dengan cara memusatkan perhatian hanya terhadap Israel.

Mengkritik negara muslim juga bisa melibatkan bahaya, baik fisik dan profesional. Dlm sebuah artikel, saya menguji kebijakan Uni Eropa dengan dunia Arab Mediterania dlm rentang masa 30 tahun lalu, yg saya lihat mengarah pd satu masa depan "Eurabia" (Eropa-Arab), penyebaran sebuah budaya dhimmitude.

Phares: Banyak sekali alasannya. Salah satunya adalah kebodohan. Media Barat terdiri dari otak2 terdidik namun minim pengetahuan umum ttg penindasan kaum minoritas, khususnya penindasan atas orang-orang Kristen di dunia Muslim. Itu bahkan dilewati begitu saja oleh para pejuang HAM, demokrasi dan tokoh2 liberal dari Maroko sampai Afghanistan.

Siapa yg salah ? Ya jelaslah mereka yg bertanggung-jawab atas pendidikan, misalnya para universitas. Yang membawa kita kepada alasan kedua.

Hingga 1970-an, petrodollar dari negara2 produsen minyak di dunia Arab dan Muslim yg sebagian besar otoriter, di-investasi di kampus-kampus Barat. Mereka itulah yg melumpuhkan proses informasi dan pendidikan. Rejim2 otoriter ini memblok sirkulasi pengetahuan untuk menghindari penyelidikan internasional atas pelanggaran HAM dan kebebasan religius di dalam negara2 mereka. Hasil langsungnya adalah sarjana2 Barat yg berpartisipasi langsung dalam menyembunyikan kebenaran tentang penindasan, tidak hanya terhdp orang-orang Kristen, tetapi juga terhdp para reforman Muslim.

Malik: Selama hampir 30 tahun saya masih juga menulis dan berbicara serta berusaha keras untuk membangkitkan sensitivitas Barat atas keadaan orang-orang Kristen Timur Tengah, khususnya mereka yg di Lebanon, Sudan, dan kaum Koptik di Mesir, tetapi dengan hasil konkrit sangat minim.

Alasannya saya kira, berhubungan dgn sejumlah faktor yang terkait. Eropa, yang dari dulu sering dilibatkan dalam urusan Timur Dekat dan Timur Tengah, kini tidak lagi menjadi pemain berpengaruh. Juga, trend sekularisasi agresif di Barat telah mengurangi sensitivitas Barat atas penderitaan kelompok religius minoritas dalam dunia Islam. Lebih dari itu, minyak dan minat strategis yang lain memaksa pembuat kebijaksanaan di Barat, terutama sekali di Washington, untuk tutup mata atas pelanggaran2 tsb agar tidak menjengkelkan atau mempermalukan teman Arab mereka.

Pengalaman pahit manis Israel pada tahun 1982 di Lebanon juga telah menyebabkan orang2 Israel menjaga jarak terhadap Lebanon dan orang-orang Kristen, demi perbaikan hubungan dengan Damascus. Faktor-faktor ini semua menyulitkan isu-isu seperti penganiayaan Muslim terhadap orang-orang Kristen utk masuk berita utama dan merebut simpati massa.

FRONTPAGE: Baik, penindasan Muslim terhadap orang-orang Kristen jelas tersebar luas dan merupakan fenomena mengejutkan. Namun, apakah orang-orang Kristen tidak juga menindas orang-orang Muslim karena "keyakinan" mereka? Adakah orang-orang Muslim tidak dianiaya dan hidup dalam ketakutan karena orang-orang Kristen berusaha untuk memaksakan Injil kpd Muslim ?

Malik: Terus terang, saya tidak bisa membayangkan satu situasi dimana orang-orang Kristen dengan aktif menganiaya orang-orang Muslim. Memang orang2 Serbia berkelakuan buruk terhadap orang-orang Muslim Balkan pada 1990-an, atau bangsa Russia terhadap orang Chechen, tetapi hal semacam ini secara luas dikecam oleh komunitas internasional, termasuk juga oleh orang-orang Kristen lain. Berperang Salib melawan Muslim “infidels” tidak lagi merupakan bagian dari worldview orang-orang Kristen. Mungkin itu dulu menjadi aqidah Christendom sbg satu entitas politis, namun bukan sbg aqidah agama. Sebuah negara dng teokrasi Kristen tidak lagi terlihat nyata masa kini.

Mencampuri urusan gereja dgn urusan negara melanggar ajaran Kristus yg tegas mendesak bahwa urusan Caesar harus diserahkan pada Caesar serta urusan Tuhan kepada Tuhan, jadi pemisahan batas atas kedua dunia. Dalam kasus Serbia atau Russia, isu-nya adalah sebagian besar politis dan kebangsaan, bukan religius. Dgn kata lain, tak seorangpun berusaha dg ancaman memaksa orang-orang Muslim pindah agama dan memeluk Kristen. Namun pemaksaan shari’a Islam terhadap orang-orang Kristen terjadi sejak permulaan lahirnya Islam sampai sekarang.

Marshall: Saya tidak menemukan satupun contoh tentang orang-orang Kristen yg berusaha memaksakan Injil. Memang ada contoh dimana orang-orang Kristen telah menargetkan orang-orang Muslim. Ketika Milosevic memerintah Serbia dia (seorang bekas apparatchik komunis) membungkus dirinya dalam jubah Orthodox sebagai alat mengobarkan api kebanggaan nasional Serbia religius melawan orang-orang Muslim. Dia berhasil dan beribu-ribu orang-orang Muslim Bosnia dibunuh cuma karena mereka adalah orang-orang Muslim.

Di Rusia, peperangan di Chechnya sering dilukiskan secara resmi sebagai sebuah peperangan Kristen melawan Islam atau Wahhabisme, dan perilaku brutal Rusia dlm peperangan itu sering dilihat oleh orang-orang Muslim sebagai penindasan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen.

Diskriminasi terhadap kaum minoritas Muslim Yunani, sebagian besar digunakan sebagai suatu chip penawar oleh Yunani untuk mendapatkan konsesi2 paralel dari Turki dalam perlakuannya terhadap minoritas Kristennya. Orang-orang Muslim telah juga menderita diskriminasi di Filipina (karena mereka menuntut negara sendiri, terpisah dari Filipina).

Jadi penganiayaan orang Kristen atas orang-orang Muslim memang ada, tetapi secara sporadis. Ini berbeda dgn pola penganiayaan dalam dunia Muslim yang tersebar luas dan sistimatis.

Bat Ye'or: Orang-orang Muslim tidak dianiaya oleh orang-orang Kristen karena "iman" mereka, tetapi krn pertentangan politik berdarah seperti di bekas Yugoslavia dan di Chechnya. Ini adalah warisan masa lalu, karena selama berabad-abad penjajah Muslim Ottoman mengisi harem mereka, pasukan mereka, dan pemerintahan sipil mereka dengan anak-anak Kristen yang di-Islam-kan dan yang diculik dari wilayah2 Balkan, terutama sekali dari Serbia.

Di Eropa Barat, dimana berjuta-juta orang-orang Muslim secara hukum berimigrasi selama 30 tahun, mereka menikmati hak yg sama dgn warga negara lainnya. Politikus Eropa telah menyambut imigrasi ini, mengagungkan keunggulan peradaban Islam, malah diatas budaya miliknya mereka sendiri. Banyak orang Eropa dibiarkan pindah ke Islam. Apakah artinya ini? Uni Eropa berharap dapat menjaga hubungan baik dengan negara muslim dgn cara apapun -- untuk alasan ekonomi dan politis serta karena takut terorisme.

Selain itu, negara2 Barat mempunyai lembaga2/institusi sekuler yang betul2 menjalankan persamaan hak, jenis kelamin dan kebebasan sipil, sementara negara muslim sering mempunyai hukum shariah yang menolak persamaan antara laki-laki dan perempuan, antara orang-orang Muslim serta non-Muslim -- dan SELALU menghubungkan agama dengan politik.

Phares: Banyak Muslim dan sejumlah sarjana Barat sekarang ini menerbitkan kasus2 penindasan raja2 Kristen di masa lampau terhadap orang-orang Muslim yg mereka setarakan dengan penindasan rejim islam ortodoks masa kini thd komunitas Kristen. Perbandingan ini secara akademik adalah tidak akurat. Karena dalam metode komparatif kita melakukan perbandingan, baik secara diachronic,yi membandingkan institusi atau kultur yg sama dari waktu ke waktu, atau secara sinkronis, yaitu membandingkan dua institusi atau kultur pada kurun waktu yang sama.

Bukan ini masalahnya. Tentu saja, pengikut Perang Salib dan Inquisition Spanyol menganiaya orang-orang Muslim di Palestina serta Spanyol. Ini harus dibandingkan dengan penganiayaan global terhdp orang-orang Kristen di bawah Pemerintahan Khalifah dari Laut Atlantik sampai Lautan India. Perbandingan ini baru sah dan layak dianalisa.

Belakangan ini, sarjana islam ortodoks mengidentifikasikan "pembersihan etnis" atas orang-orang Muslim di Bosnia dan Kosovo sebagai satu contoh penganiayaan oleh Kristen jaman ini terhadap orang-orang Muslim, menganggap bahwa rejim Milosevitch = "Kristen." Namun mereka lupa bahwa rejim ini tidak mengakui "Kristen" sebagai identitas mereka, lain dengan cara rejim2 di Sudan, Arab Saudi, Afghanistan, Pakistan, Mesir dsb yang selalu merujuk pada hukum agama dalam menindas orang-orang Kristen di tengah-tengah mereka.

Image

Image

Walaupun semua penindasan patut dicela dan harus dihentikan, tidak ada hal seperti penganiayaan "Berdasar aqidah Kristen" terhadap orang-orang Muslim. Komunitas etnis Muslim melakukan pemberontakan melawan pemerintahan2 dalam beberapa negara bermayoritas Kristen. Di sisi lain, ada banyak kasus sekarang ini dimana orang-orang Kristen dianiaya atas dasar Shariah dan bukan karena alasan etnis. Perihal jumlahnya, statistik jelas mengatakan: secara kasar lebih dari 120 juta orang-orang Kristen [dinegara Muslim] tinggal di bawah berbagai bentuk tekanan vs. 15 juta orang-orang Muslim yang menanggung penindasan politis [dinegara Barat].

FRONTPAGE: Dari kenyataan ini, tampaknya sungguh-sungguh sedang berlangsung suatu Perang Antar Peradaban, betul atau tidak?

Malik: Saya selalu terpesona oleh ungkapan di dalam buku terkenal Samuel Huntington : “Perbatasan2 Berdarah” Islam.

Tampaknya dimanapun Islam bertemu non-Islam selalu ada pertumpahan darah: Kashmir, Mindanao, Chechnya, Balkan, Sudan, Nigeria, Israel/Palestina, Lebanon, dll. (Jangan lupa : Aceh, Poso, Maluku, Irja, Kalimantan, Jakarta, Paris, London, Madrid, New York dsb).

Masalahnya, syahadat Islam memang lain daripada yg lain, yaitu membelah dunia menjadi Darul Islam (Wilayah Islam) dan Darul Harb (Wilayah Perang). Anda tidak bisa benar-benar menganggap ini suatu perselisihan antar peradaban; ini lebih seperti peperangan antara peradaban umumnya vs barbarisme (yg kita sebut terorisme). Orang-orang Muslim adalah sama seringnya menjadi korban barbarisme ini seperti juga non-Muslim.

Marshall: Saya tidak akan mengatakan suatu "peperangan peradaban." Dunia terlalu bervariasi. Saya kira ungkapan Huntington 'suatu perselisihan peradaban' (yang mana maksudnya ingin menghindari menjadi suatu peperangan) adalah lebih akurat.

Kita mempunyai satu 'perselisihan,' ‘tekanan,' telah meletus ke arah peperangan atau kekerasan skala rendah di beberapa tempat, yang dapat menjadi lebih tersebar luas.

Bat Ye'or: Dari dulu perang antar peradaban ini sudah anda, tapi kita enggan mengatakannya. Ini suatu perang ide-ide, ideologi, dengan banyak Muslim pada sisi Barat yg menunjukkan karakter masyarakat sekuler, terbuka dan modernis, atau religi dan jihadis; persamaan jenis kelamin; hak azasi manusia universal, kebebasan berpolitik; kebebasan peradilan; proses hak menggantikan ganti rugi/balas jasa individual; penghormatan terhadap pluralisme, tanggung-jawab politis dan moral, kritik-lebih tajam.

Dan di dalam hubungan internasional, konfrontasi antara ideologi jihad dan legitimasi negara non-muslim. Oleh karena sensor Barat yg rada
munafik (pro-Muslim), Barat tidak siap melancarkan perang ideologi yang komponen dasarnya adalah hak azasi manusia yang terkaburkan.

Phares: Thh 1979, saya mengarang 3 buku ttg "Persilisihan antar Kebudayaan." Dua tentang satu "garis bertemunya kedua peradaban," (the fault line) yi Lebanon, dan satu lagi adalah tentang pertemuan antar budaya di seluruh dunia.

Buku ini, "al-Taadudiya al-Hadariya fil aalam" (Pluralisme Kebudayaan di dunia) terbit 14 tahun sebelum terbitnya artikel terkenal Professor Samuel Huntington ini pada tahun 1993. Dalam essay itu, saya berargumentasi bahwa kebudayaan2 bertabrakan dan co-exist spt layaknya setiap negara. Mereka mempunyai urusan hubungan dalam negeri dan internasional. Saya mengusulkan satu klasifikasi keanggotaan mereka. Dan saya berkesimpulan bahwa perang antara kebudayaan2 adalah sama seringnya dengan perang antar negara.

Ada dua problema dengan buku saya. Satu adalah waktu: selama masa perang dingin tak seorangpun menghiraukan teori saya. Kedua adalah bahasa (Arab), oleh karena itu tidak mampu menembus press internasional. Intinya, ya, ada satu persilisihan peradaban yg sedang berlangsung. Itu adalah begitu nyata dan jelas, sedikitnya dalam pemikiran satu pihak: Jihadis. Belakangan mereka mengumumkan peperangan itu, melancarkannya dan berpikir sejalan dengannya.

Bagaimanapun, persilisihan peradaban bukan selalu dalam bentuk peperangan militer, dan tidak harus menenggelamkan semua peradaban, atau pun mengerahkan keseluruhan satu peradaban tertentu. Para Jihadis mengobarkan peperangan antar kebudayaan sekalipun mayoritas orang-orang Muslim tidak demikian.

FRONTPAGE: Apakah siasat terbaik yang kita bisa lakukan dalam membantu orang-orang Kristen yang ditindas dalam dunia Islam?

Malik: Sinari lampu sorot publisitas atas keadaan mereka. Tingkatkan ketertarikan media Barat. Meminta dengan tegas prinsip timbal balik dengan dunia Muslim, misalnya. Negara Islam harus membiarkan non-Muslim yg tinggal di tengah-tengah mereka sedikitnya memiliki hak sipil dan politis yg sama dengan yang dinikmati orang-orang Muslim di Barat.

Bantuan aktif politis, moral dan materi utk orang-orang Kristen yang menderita dibawah syariah Islam, demikian pula sanksi atas negara2 yang melakukan penindasan atau yg membiarkan saja penganiayaan itu atau pura2 tidak melihat.

Marshall: Taktik akan bervariasi dari situasi ke situasi. Pertama membuat orang sadar. Sebagian besar komunitas Kristen Amerika tidak tahu menahu ttg isu ini.

Peperangan thd terorisme juga akan membantu. Dlm jangka lebih pendek mungkin mendorong peningkatkan serangan2 terhadap orang-orang Kristen, seperti di Pakistan--6 pembantaian tahun lalu. Tetapi jika AS berhasil dalam mengalahkan atau benar-benar melemahkan teroris islam ortodoks, kemudian ini akan menenangkan keadaan komunitas ini. Kita telah melihat ini di Indonesia: setelah crackdown mengikuti pengeboman Bali, Laskar Jihad, yang adalah pelaku pembantaian dan memaksa meng-Islam-kan orang-orang Kristen di wilayah Indonesia bagian timur, sebagian besar dibubarkan.

Di kasus lain kita perlu mendukung pemerintah melawan pertumbuhan Islam radikal dan mendukung orang-orang Muslim moderat diseluruh dunia, yang mana mereka sendiri sering diserang, dan sering ditakut-takuti. Perhatikan apa yg terjadi pada Irshad Manji--dan dia tinggal di Kanada. Bayangkan kesukaran yg akan dihadapi jika ada yg melancarkan kritik thd Islam sambil tinggal di Sudan atau Pakistan.

Amerika Serikat juga tidak boleh takut menyuarakan dukungannya bagi
komunitas non-muslim)di seluruh dunia. AS sering segan untuk membicarakan mereka dibandingkan jika yg terhimpit adalah orang-orang Muslim.

Bat Ye'or: Tidak ada yg baik karena situasi mereka adalah sangat tidak kuat. Kultur jihad dan kebencian yang tengah berkembang meningkatkan bahaya. Tapi yg pasti, siasat terburuk adalah menyembunyikan kebenaran dan tinggal diam. Sungguh buruk untuk para korban dan untuk para penindas yang akan melanjutkan praktek2 mereka dengan melenggang kangkung, sesungguhnya, ini adalah kelanjutan cara2 kuno, ketika hidup Yahudi dan orang-orang Kristen dinilai sangat murah serta dapat dihilangkan begitu saja tanpa ganti rugi/pembalasan, harta milik mereka dicuri, kesaksian mereka ditolak, dan kegelisahan merajai hidup mereka. Kita harus menegakkan kembali hak2 orang pribumi yg non-muslim, Yahudi dan orang-orang Kristen, di-eliminasi di dalam negara2 mereka yang sudah di-Islam-kan lewat jalan pembersihan etnis dan religius yg dilembagakan melalui hukum jihad serta dhimmitude (Shariah).

Selama subjek ini dibiarkan sbg sebuah tabu, kultur teror jihadis dan
kelolosan dari hukuman akan merajalela. Eropa telah memutuskan untuk mengabaikan itu dan lebih menyukai untuk mempromosikan jihad dgn membiayai Palestinian Authority, mendukung pengharaman Israel dan dengan cara membelokkan penyebab terorisme terhdp Amerika serta Israel. Dalam hal ini, Eropa -- atau badan2 resmi politisnya -- secara finansial bersekutu dan secara moral bertanggungjawab atas tindak teror para jihadis dan mengikis prinsip kebebasan Eropa sendiri. Kebijakan ini dimulai oleh Perancis tiga dekade lalu melalui Uni Eropa dan telah bergulir bagai efek bola salju dan saat ini nampak tak dapat dibalikkan lagi.

Phares: Benar-benar, sebelum mengadopsi taktik, ingin saya menyarankan satu strategi.

Pada mulanya komunitas internasional harus mengakui adanya suatu
penindasan atas manusia jenis tertentu, dengan cara sama anti-Semitisme, pembedaan ras dan Ethnic Cleansing telah dikenali. Penindasan berjuta-juta orang-orang Kristen tidak boleh menjadi masalah "Kristen" semata, tetapi masalah seluruh kemanusiaan. PBB harus berjalan terus pada level yang sama dengan yg diterapkan di Afrika Selatan dan di Balkan. Tetapi dalam rangka untuk mencapai kesepakatan di PBB, itu harus menjadi satu kebijakan isu luar-negeri di AS.

Ada beberapa UU signifikan di Kongres dan cabang eksekutif telah mengembangkan beberapa inisiatif. Tetapi itu bukan satu "Isu Amerika dalam Kebijakan Luar-negeri." Setelah September 11, siapapun bisa melihat bahwa kapasitas publik Amerika untuk memahami dan mengidentifikasi penindasan macam ini telah mencapai sebuah level pengerahan nasional. Jadi, waktu telah matang. Tetapi penting juga utk melibatkan para tokoh intelektual Muslim, secular dan humanis. Kontribusi Mereka atas pengakuan masalah ini adalah benar-benar penting. Dan pada level itu juga, kita bisa melihat munculnya kesadaran dunia, walau lamban namun signifikan.

FRONTPAGE: Apa makna penindasan Muslim terhadap orang-orang Kristen bagi anda? Jika seseorang harus bertanya pd anda mengapa isu ini adalah penting, apa yang akan anda katakan?

Malik: Sebagai Kristen, saya melihat penganiayaan2 macam itu memuakkan dan sepenuhnya tak dapat diterima. Sebagai seorang manusia dan aktifis hak azasi manusia, saya tidak bisa duduk diam sementara berlangsung penindasan terhdp manusia pada umumnya. Tidak ada kelompok manusia yg harus menderita akibat kepercayaan yang mereka peluk. Hal ini adalah satu pelanggaran langsung atas Piagam PBB, Hak Azasi Manusia Universal.
Apa yg lebih penting dibandingkan kebebasan menganut kepercayaan dan suara hati yg dijamin Pasal18 UDHR ?

Marshall: Ini adalah masalah hak azasi manusia, penindasan religius di dunia adalah yg paling tersebar luas. Itu sampai mempengaruhi nasib 100 juta orang.

Kedua, adalah satu tanda radikalisme Islam--banyak dari kelompok radikal saat ini terlibat dalam terorisme domestik melawan orang-orang Kristen dan kelompok minoritas selama bertahun-tahun. Kelompok yang melaksanakan pengeboman Bali telah membom beberapa gereja pada malam Natal 2000 (dengan banyak bom dibungkus sebagai hadiah Natal sedemikian rupa sehingga anak-anak akan mengambilnya). Dimana penganiayaan ini terjadi, anda biasanya akan menemukan hubungan dgn jaringan terorisme.

Ketiga, konflik antara Israel dan Palestina.
Jika penindasan terhdp orang-orang Kristen dari Timur Tengah (dimana mereka adalah dulunya seperempat dari populasi satu abad lalu) berlanjut, maka konflik akan sebagian besar menjadi Israel/Yahudi vs Arab/Muslim dengan tanpa perantara.

Keempat, umat Kristen di seluruh dunia cenderung menjadi agen pasar-bebas dan demokrasi. Huntington percaya bahwa perubahan dalam Gereja Katholik y diakibatkan oleh Dewan Vatikan Kedua adalah satu faktor utama demokratisasi di Amerika Latin, Eropa Timur, Portugal, Spanyol dan Pilipina. Karenanya mempertahankan komunitas Kristen juga berarti membantu mempromosikan demokrasi.

Bat Ye'or: Ini sangat berarti bagi saya. Pertama, karena sebagai seorang Yahudi Mesir, saya sendiri ditindas di Mesir, dan karena itu, melihat dgn kepala mata sendiri kesengsaraan orang-orang Kristen -- karenanya kami senasib. Teror jihadis saat di Haifa menargetkan keduanya, yaitu Yahudi Israel dan Kristen Maronit.
Keluarga2 disapu bersih. Ini menggambarkan nasib bersama kita yang bersejarah sebagai "Umat Kitab" (Alkitab) dalam peradaban dhimmitude.

http://en.wikipedia.org/wiki/Jewish_exo ... Arab_lands

Ada sesuatu yang sangat hina dina dan memuakkan untuk melihat orang dianiaya hanya karena "keyakinan" mereka, warna mereka atau apa mereka; untuk melihat identitas mereka, sejarah mereka diambil-alih dan martabat mereka ditolak. Ini juga sejarah Yahudi. Saya telah membaca secara ekstensif tentang kesusahan orang-orang Kristen ini di dalam sistem dhimmitude. Saya kira bahwa pengingkaran martabat manusia dan penindasan hidup semena-mena adalah agresi yang paling bengis, ini bertentangan dengan kemanusiaan dan peradaban.

Pemelorotan Kemanusiaan (dehumanisation) ini adalah inti dhimmitude yang sesungguhnya.

Phares: Nyata sekali itu adalah isu Hak azasi manusia yang paling menonjol dan terutama. Umat Kristen tidak kebal dari penderitaan spt umat lain juga, bukan? Oleh karenanya, harus ada satu usaha serius menghadapi krisis ini.

Sikap barat yang sangat pro-Islamis mendorong terjadinya penindasan ini, memberi semangat kpd teroris Jihadi utk merasuk ke "Dunia Kafir" (dar el Harb) setelah mereka berhasil menghancurkan kaum "minoritas" di dalam apa yg mereka sebut sebagai "Dunia Muslim" (dar el-Islam).

Jika anda secara menyeluruh belajar alasan sejarah di balik September 11, anda akan memahami bahwa Usama Bin Laden ini menafsirkan bahwa ditinggalkannya Kristen oleh barat sebagai sebuah sinyal kemunduran moral. Semua anda harus lakukan hanyalah mengamati videotape al-Qaida dan menyadari mengapa New York serta Washington disatroni. Barulah anda akan memahami pentingnya mempedulikan semua penindasan di seluruh dunia dan tentu saja termasuk penganiayaan terhadap orang2 Kristen.

FRONTPAGE: Terima kasih Tuan Phares. Jadi, dalam kaitan dengan point terakhir anda, kita melihat bahwa penganiayaan thd orang-orang Kristen oleh Muslim sangat berhubungan dgn 9/11 dan Perang Melawan Terror. Jadi, mari kita selesaikan diskusi dengan pertanyaan ini: mengapa Amerika harus memperhatikan nasib orang-orang Kristen yg hidup dalam dunia Islam?

Malik: Sebagai sebuah prinsip utama, Amerika harus peduli akan penganiayaan kelompok apapun di dunia dan dengan sumber-sumber daya dan kekuatan besarnya, AS dalam setiap kejadian hendaknya menghentikan penganiayaan sebisanya. Ketika pada thn 1915, Amerika dan dunia tidak peduli, hampir 2 juta orang Armenia (Kristen) dengan brutal dibantai, atau menjadi tunawisma, oleh Muslim Turki dan Kurdi.

Selama Perang Dunia Kedua, Amerika dan dunia benar-benar sedikit sekali peduli untuk menghentikan pembinasaan sistematis orang Yahudi Eropa oleh Hitler --6 juta manusia binasa dalam Holocaust.

Image
1939 : holocaust Yahudi oleh Nazi

Image
http://www.amazon.com/Silent-Exodus-Pie ... 59-2849610
Film : holocaust Yahudi oleh Muslim Timur Tengah

Lebih lagi baru-baru ini kita menyaksikan kekejaman yg mengejutan oleh Pol Pot di Kamboja, mereka dari Serbia di Bosnia, dan pertumpahan darah di Ruanda. Amerika tidak dapat jadi polisi dunia, tetapi sebagai satu-satunya adikuasa, AS harus bisa memperlihatkan sensitivitas lebih besar di dalam kebijakan luar negerinya atas penindasan2 berskala besar ini.

Semakin banyak orang-orang Kristen di dunia Muslim ditindas, dirampok,
disiksa dan dibunuh oleh kelompok2 atau rejim Muslim fanatik, semakin meningkat pula ambisi jahat teroris dan semakin tinggi semangat mereka untuk menargetkan Barat, khususnya Amerika, sebagai target terror. Membiarkan terjadinya penindasan religius macam itu jelas tidak menguntungkan kepentingan nasional Amerika atau dunia beradab yang cinta damai. Ketidakpedulian macam itu akan menghantui mereka yang bersalah.

Marshall: Ini harusnya menjadi perhatian utama Amerika karena kebebasan religius adalah yang terutama disebutkan di Amandemen pertama Perjanjian hak asasi manusia. Itu disebut sbg "First Freedom" hak dasar yang merupakan dasar dari terbentuknya hak2 lain.

Ini juga satu isu utk mempengaruhi kebijakan-kebijakan kita terhadap terorisme islam, konflik di Timur Tengah, dan memajukan demokrasi. Mempertahankan kebebasan religius, terutama untuk sebagian besar komunitas religius yg tertindas, akan juga membantu mencapai gol kita di dalam konteks ini.

Phares: Amerika harus perduli terhadap penganiayaan thd. orang-orang Kristen di bawah rejim Islam atau oleh organisasi Jihadis atas dasar ini ; Pertama, jujur pada prinsip. AS telah menunjukkan perhatian luar biasa atas pelecehan Hak azasi manusia di seluruh dunia di bawah Perang Dingin dan sejak kehancuran Uni Sovyet. AS turut campur dalam banyak kesempatan.

Umat Kristen ditindas oleh rejim Komunis di Eropa Timur dan RUSIA, Umat Kristen terhimpit oleh rejim militer di Amerika Latin, Orang-orang Muslim di bawah ancaman di dalam negara bermayoritas Kristen seperti di Bosnia dan Kosovo, demikian pula orang-orang Muslim Kurdi ditindas di Irak.

Image
http://www.pierrerehov.com/holyland.htm
Film : Kristen menghadapi bahaya etnik cleansing oleh Muslim di Yerusalem, Bethlehem & Nazareth.

Tetapi satu kategori tetap tidak disentuh oleh Foreign Policy kita, yi penindasan orang-orang Kristen di bawah rejim Islam. Dan ini adalah salah dan tidak adil. Alasan lain adalah terorisme. Jika AS tidak membantu penindasan ini, maka ini akan mengirimkan suatu kesan bagi para Jihadi untuk memperluas pembersihan etnis mereka atas orang-orang Kristen di seluruh dunia, yang semakin meningkat pada 1990-an.

Tahap berikutnya adalah logis bagi Jihadi untuk menghantam apa saja yang mereka nilai sebagai masyarakat berbau Yudeo-Kristen dan karenanya melakukan aksi2 teror menyerang Barat. Kita telah melihat kejadian ini pada tanggal 11 September.

Bat Ye'or: Penindasan Kristen di dalam wilayah2 Muslim harus dipedulikan Amerika karena beberapa alasan. Yang terutama adalah kesetiakawanan manusia dan pengurangan penderitaan bagi semua; yg lain adalah penyelenggaraan HAM secara universal di negara muslim.

Namun jangan lupa bahwa Piagam HAM pun memiliki dua penafsiran. Yg satu adalah Piagam Hak Azasi Manusia Universal PBB 1948; yg lain adalah buatan Piagam Kairo tahun 1990 atau Piagam 'Hak Azasi Manusia menurut Islam' yg disetujui oleh OKI (Organisasi Konferensi Islam), yang menyesuaikan diri kepada Islam dan Shariah.

Kerancuan ini menjatuhkan "legalitas internasional" PBB karena ke 56 negara anggota Muslim berpihak kepada Islam dan oleh karena itu kpd prinsip religius-politis-- yang bertentangan dengan hukum sekular Barat.

Ini jelas mengancam semua negara non-muslim. Orang-orang Kristen di Timur kadang-kadang berpikir bahwa persekutuan Barat dengan Arab akan membantu mereka (muslim). Ini digunakan sebagai satu kesempatan untuk meng-islam-kan barat dan untuk membenarkan ideologi2 jihadist. Kebijakan ini sukses di Eropa dalam banyak hal dan adalah sumber kelemahan barat, subversi/goyahnya nilai2 Eropa, dan Atlantik.

FRONTPAGE: Walid Phares, Bat Ye'or, Paul Marshall dan Habib Malik, kita kehabisan waktu. Terima kasih atas kehadiran anda di edisi Frontpage Symposium ini. Sampai jumpa lagi.

Saya persilakan semua pembaca kita untuk berhubungan dengan saya jika mereka mempunyai satu ide bagus untuk satu simposium, email saya di [email protected].

Posted: Wed Nov 14, 2007 10:59 pm
by ali5196