Apakah Muhammad Lemah Lembut Sewaktu Hidup Mekah?
Posted: Fri Oct 02, 2009 6:22 am
Apakah Muhammad Lemah Lembut Sewaktu Hidup Mekah?
Kamis, 1 October 2009, jam 16:07
Oleh: Ibn Kammuna
Pendahuluan
Dalam artikel ini, aku menelaah pandangan umum bahwa Muhammad bersikap lemah lembut di Mekah, tapi berubah sikap setelah dia hijrah ke Medinah. Penyelidikan ini berdasarkan hanya pada perbandingan ayat² Qur’an Mekah terdahulu dengan ayat² Qur’an di masa awal hijrah ke Medinah, juga ayat² yang kemudian muncul setelah Muhammad menjadi penguasa mutlak Arabia.
Muhammad di Mekah
Pesan Muhammad adalah untuk pengikutnya sendiri. Intinya adalah: Allâh penguasa segalanya dan Muhammad tak lebih hanya sekedar pemberi peringatan. Yang bisa dilakukan Muhammad hanyalah mengancam orang² saja, tanpa mewujudkan ancaman tersebut. Perhatikan di Qur’an 42:7 menyatakan barangsiapa yang tak percaya padanya akan dibakar api neraka.
Q 42:7
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
Sura² Mekah Qur’an mengandung lebih banyak alunan berirama dibandingkan Sura² Mekah. Hal ini karena masyarakat Arab sangat menyukai puisi dan rangkaian kalimat yang berirama sehingga Muhammad terpaksa berusaha menampilkan ayat² Qur’an yang menarik hati mereka. Masyarakat Quraish terbiasa menyelenggarakan perayaan tahunan di Mekah di mana para penyair bersaing dalam menyairkan puisi² mereka. Puisi² terbaik akan digantungkan di dinding² Ka’bah, dan tentunya hal ini merupakan kehormatan istimewa yang tidak bisa dinikmati sembarang penyair.
Muhammad sendiri tak berhasil menciptakan syair terbaik dari ayat² Qur’an bikinannya yang berantakan. Ada banyak penyair yang jauh lebih berhasil daripada Muhammad dalam mengambil simpati pendengar lewat puisi mereka. Pada akhir tahun ke-13 sejak dia mengaku jadi Nabi di Mekah, Muhammad menyadari bahwa rangkaian kalimat puisi dapat mempengaruhi massa secara efektif. Tapi dia juga sadar bahwa kemampuannya bersyair tidak mampu menandingi kemampuan para penyair ternama Arab di masa itu.
Setelah dia hijrah ke kota Yathrib (yang kemudian disebut sebagai Medinah), Muhammad tampaknya menaruh dendam pada para penyair yang menolak pesannya atau menghinanya lewat syair² mereka. Sejarah Islam menunjukkan rasa tak suka Muhammad terhadap para penyair yang menentangnya. Bukankah dia membunuh Asma binti Marwan dan para penyair lainnya yang menulis puisi mengritik dirinya?
Pembunuhan² yang dilakukan Muhammad terhadap para penyair menjelaskan rasa dendamnya atas mereka. Dulu di Mekah dia tidak mampu berbuat apapun terhadap mereka, karena saat itu dia tidak punya tentara militer apapun. Setelah dia punya tentara kuat di Yathrib (Medinah), Muhammad mulai melakukan pembunuhan² terhadap para penyair yang berani mengritiknya. Bahkan setelah berhasil menguasai Mekah, dia juga memerintahkan pembunuhan atas Ibn Khatal dan dua budak penyanyi perempuannya yang dulu sering menghinanya lewat nyanyian². Hal ini menunjukkan rasa dendam dan kebenciannya memang sudah muncul sejak dia masih tinggal di Mekah. Berikut adalah beberapa ayat Qur’an jaman Mekah:
Qur’an 26:214
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Qur’an 42:3 – 7
Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sebelum kamu.
Kepunyaan-Nya lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
Sewaktu berada di Mekah, Muhammad sangatlah menghina kakek moyang dan agama² sukunya sendiri. Tapi masyarakat pagan Quraish adalah masyarakat beradab. Mereka tidak mengusir dirinya dan umat Muslim untuk meninggalkan Mekah. Muhammad mengambil keputusan meninggalkan Mkeah karena sadar bahwa dia tidak akan mungkin bisa jadi pemimpin Mekah jika tetap tinggal di Mekah. Dalam jangka waktu 13 tahun berkhotbah sebagai ‘nabi’, dia hanya punya pengikut sekitar 100 Muslim saja, dan kebanyakan dari mereka merupakan masyarakat kelas bawah saja. Sebenarnya Muhammad memang sudah lama punya rencana meninggalkan Mekah. Dia mengirim sekelompok Muslim ke Abyssinia (Ethiopia, tahun 614-616 M) untuk melihat keadaan di sana. Muhammad juga hijrah ke Taif tahun 619 M, tapi masyarakat Taif lalu mengusirnya. Pernyataan Muslim bahwa Muhammad terpaksa meninggalkan Mekah ternyata tak punya dukungan keterangan sejarah apapun. Para pembaca sebaiknya membaca keterangan dari buku M.A. Khan berjudul Islamic Jihad, hal. 18-26.
bersambung...
Kamis, 1 October 2009, jam 16:07
Oleh: Ibn Kammuna
Pendahuluan
Dalam artikel ini, aku menelaah pandangan umum bahwa Muhammad bersikap lemah lembut di Mekah, tapi berubah sikap setelah dia hijrah ke Medinah. Penyelidikan ini berdasarkan hanya pada perbandingan ayat² Qur’an Mekah terdahulu dengan ayat² Qur’an di masa awal hijrah ke Medinah, juga ayat² yang kemudian muncul setelah Muhammad menjadi penguasa mutlak Arabia.
Muhammad di Mekah
Pesan Muhammad adalah untuk pengikutnya sendiri. Intinya adalah: Allâh penguasa segalanya dan Muhammad tak lebih hanya sekedar pemberi peringatan. Yang bisa dilakukan Muhammad hanyalah mengancam orang² saja, tanpa mewujudkan ancaman tersebut. Perhatikan di Qur’an 42:7 menyatakan barangsiapa yang tak percaya padanya akan dibakar api neraka.
Q 42:7
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
Sura² Mekah Qur’an mengandung lebih banyak alunan berirama dibandingkan Sura² Mekah. Hal ini karena masyarakat Arab sangat menyukai puisi dan rangkaian kalimat yang berirama sehingga Muhammad terpaksa berusaha menampilkan ayat² Qur’an yang menarik hati mereka. Masyarakat Quraish terbiasa menyelenggarakan perayaan tahunan di Mekah di mana para penyair bersaing dalam menyairkan puisi² mereka. Puisi² terbaik akan digantungkan di dinding² Ka’bah, dan tentunya hal ini merupakan kehormatan istimewa yang tidak bisa dinikmati sembarang penyair.
Muhammad sendiri tak berhasil menciptakan syair terbaik dari ayat² Qur’an bikinannya yang berantakan. Ada banyak penyair yang jauh lebih berhasil daripada Muhammad dalam mengambil simpati pendengar lewat puisi mereka. Pada akhir tahun ke-13 sejak dia mengaku jadi Nabi di Mekah, Muhammad menyadari bahwa rangkaian kalimat puisi dapat mempengaruhi massa secara efektif. Tapi dia juga sadar bahwa kemampuannya bersyair tidak mampu menandingi kemampuan para penyair ternama Arab di masa itu.
Setelah dia hijrah ke kota Yathrib (yang kemudian disebut sebagai Medinah), Muhammad tampaknya menaruh dendam pada para penyair yang menolak pesannya atau menghinanya lewat syair² mereka. Sejarah Islam menunjukkan rasa tak suka Muhammad terhadap para penyair yang menentangnya. Bukankah dia membunuh Asma binti Marwan dan para penyair lainnya yang menulis puisi mengritik dirinya?
Pembunuhan² yang dilakukan Muhammad terhadap para penyair menjelaskan rasa dendamnya atas mereka. Dulu di Mekah dia tidak mampu berbuat apapun terhadap mereka, karena saat itu dia tidak punya tentara militer apapun. Setelah dia punya tentara kuat di Yathrib (Medinah), Muhammad mulai melakukan pembunuhan² terhadap para penyair yang berani mengritiknya. Bahkan setelah berhasil menguasai Mekah, dia juga memerintahkan pembunuhan atas Ibn Khatal dan dua budak penyanyi perempuannya yang dulu sering menghinanya lewat nyanyian². Hal ini menunjukkan rasa dendam dan kebenciannya memang sudah muncul sejak dia masih tinggal di Mekah. Berikut adalah beberapa ayat Qur’an jaman Mekah:
Qur’an 26:214
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Qur’an 42:3 – 7
Demikianlah Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang yang sebelum kamu.
Kepunyaan-Nya lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Tuhan) dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka; dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Umulqura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.
Sewaktu berada di Mekah, Muhammad sangatlah menghina kakek moyang dan agama² sukunya sendiri. Tapi masyarakat pagan Quraish adalah masyarakat beradab. Mereka tidak mengusir dirinya dan umat Muslim untuk meninggalkan Mekah. Muhammad mengambil keputusan meninggalkan Mkeah karena sadar bahwa dia tidak akan mungkin bisa jadi pemimpin Mekah jika tetap tinggal di Mekah. Dalam jangka waktu 13 tahun berkhotbah sebagai ‘nabi’, dia hanya punya pengikut sekitar 100 Muslim saja, dan kebanyakan dari mereka merupakan masyarakat kelas bawah saja. Sebenarnya Muhammad memang sudah lama punya rencana meninggalkan Mekah. Dia mengirim sekelompok Muslim ke Abyssinia (Ethiopia, tahun 614-616 M) untuk melihat keadaan di sana. Muhammad juga hijrah ke Taif tahun 619 M, tapi masyarakat Taif lalu mengusirnya. Pernyataan Muslim bahwa Muhammad terpaksa meninggalkan Mekah ternyata tak punya dukungan keterangan sejarah apapun. Para pembaca sebaiknya membaca keterangan dari buku M.A. Khan berjudul Islamic Jihad, hal. 18-26.
bersambung...