Penyerangan terhdp MEKAH 1979

Sejarah, asal usul ALLAH & KABAH, hubungan Allah dgn Muhamad. Juga, pribadi dan latar belakang MUHAMAD
Post Reply
User avatar
javatar
Posts: 43
Joined: Fri Jul 13, 2007 9:55 am
Location: Semak-Semak yg terbakar di Gunung Sinai

Penyerangan terhdp MEKAH 1979

Post by javatar »

Sumber: Wikipedia

On November 20, 1979, some 200 dissidents took over Al-Masjid al-Haram in Mecca, taking hundreds of pilgrims present for hajj as hostages. The seizure left the Saudi government paralyzed. Before any military action, the Saudi government secured the permission of the religious establishement, as bloodshed is strictly prohibited in Mecca. Led by Juhaiman ibn Muhammad ibn Saif al Utaibi, belonging to a powerful Sunni family, the dissidents (men and women) were apparently protesting at the ruling Saudi dynasty. They claimed that the Saud family was corrupt, ostentatious and had destroyed Saudi culture by an aggressive policy of Westernization.
Terjemahan :
Pada tanggal 20 November 1979, sekitar 200 dissiden mengambil alih Masjidil Haram di Mekah, menyandera ratusan jemaah haji. Perebutan ini membuat pemerintah Saudi lumpuh. Sebelum terjadinya aksi militer, pemerintah Saudi mengatur ketetapan religius, bahwa pertumpahan darah sangat dilarang di Mekah. Dipimpin oleh Juhaiman ibn Muhammad ibn Saif al Utaibi, diantara keluarga Sunni yang kuat, para dissiden (laki2 & perempuan) memprotes kepemerintahan dinasti Saudi. Mereka mengklaim bahwa keluarga Saud telah korup, suka pamer dan menghancurkan kebudayaan Saudi dengan kebijakan Westernisasi yang agresif.


The Saudi Special Security Force, which is the equivalent of a special weapons assault team (SWAT), was organized in response to the poor performance of the National Guard during the Grand Mosque seizure.Pakistani and French security forces retook the shrine in a battle which left approximately 250 dead, and 600 wounded. Pakistani and French troops reportedly entered the Grand Mosque and flooded it with water; applied electricity to it; and electrocuted most of the rebels. Other reports said that paralyzing gas was used. Still others say the highly trained French GIGN counter-terrorist commandos led the assault after receiving an instant conversion to Islam by Saudi religious leaders. The Pakistanis and French were called in after poor results from assaults by the Saudi Arabian National Guard (SANG). 127 were reported to have been killed. al Utaibi, was a member of SANG and some guardsmen were reported to have joined the rebels. This would have been especially shocking to the Saudi ruling family. The Saudi Army was not used as it is comprised of the poorer elements of Saudi society, while SANG's officers come from the upper strata. SANG was established as the crown prince's "personal army" and to protect the royal family from a coup by the regular military. To insure loyalty, SANG is mainly recruited from the tribes that have traditionally been most loyal to the al Saud family. The anxiety created by the poor results of SANG's assaults led to the calling in of the French and Pakistanis. The confusion stems from the fact that infidels(non-Muslims)are not allowed in the Holy City of Medina and especially the Grand Mosque enclosing the Sacred Kaaba. The Saudis, worried about their legitimacy in the Islamic world, do not mention the French in their official stories. Other official type statemnts say they were only used as advisors. Thus the number of French GIGN used varies from 3 to 40. The rebels' leader, Juhayman, was killed and 63 of his fellow rebels were publicly beheaded. Saudi television broadcast the executions live.
Terjemahan:
Saudi Special Security Force, yang ekuivalen dengan Special Weapon Assault Team (SWAT), diatur sebagai respon dari kinerja Garda Nasional yang buruk selama pengambil alihan. Security Force dari Pakistan dan Perancis mengambil alih kembali tempat suci dalam pertempuran yang mengakibatkan kurang lebih 250 orang tewas, dan 600 terluka. Tentara Pakistan dan Perancis dilaporkan memasuki Masjid Agung dan membanjirinya dengan air; mengalirkan arus listrik ke air tsb; dan menyetrum hampir semua pemberontak. Beberapa sumber melaporkan bahwa gas pelumpuh digunakan. Beberapa sumber mengatakan komando anti teroris Perancis yang terlatih (GIGN) memimpin penyerangan setelah sebuah konversi instan ke Islam oleh para pemimpin religius Saudi.

Pakistan dan Perancis dipanggil setelah hasil yang tidak memuaskan dari Saudi Arabian National Guard (SANG). 127 orang dilaporkan dibunuh. Al Utaibi, adalah mantan anggota SANG dan beberapa guardsmen dilaporkan bergabung dengan pemberontak. Keadaan ini membuat shock keluarga Saudi. Tentara Saudi tidak digunakan karena merupakan elemen terbawah dari masyarakat Saudi, sementara petugas2 SANG berasal dari strata yang lebih tinggi. SANG dibentuk sebagai “tentara pribadi” putra mahkota dan menjaga keluarga kerajaan dari perebutan kekuasaan (kudeta) dari militer reguler. Untuk menjamin kesetiaan, SANG direkrut dari suku-suku yang secara tradisional telah setia kepada keluarga Saud. Kinerja buruk SANG membuat keluarga Saud meminta bantuan Perancis dan Pakistan.

Kebingungan terjadi karena faktanya kafirin (non-Muslim) tidak diijinkan berada di dalam kota suci Madinah dan khususnya Masjid Agung yang mengelilingi Kabah. Keluarga Saudi khawatir tentang legitimasi mereka di dunia Islam, tidak ingin Perancis ada dalam kisah resmi. Tipe pernyataan resmi lainnya menyatakan bahwa mereka hanya digunakan sebagai penasehat. Maka jumlah GIGN Perancis yang digunakan bervariasi antara 3 sampai 40 orang. Pemimpin pemberontak, Juhayman, dibunuh dan 63 pengikutnya dipancung di muka umum. Televisi Saudi menyiarkan eksekusi tersebut secara langsung.

Sumber : Answer.com
63 orang dipancung pada tanggal 9 Januari 1980.

Keluarga Bin Laden diduga Terlibat

Keluarga Bin Laden dan sumber-sumber bisnis diduga terlibat dalam konflik ini. Dr. Daly, dari Washingston’s Middle East Institute, dan pengarang untuk Jane’s Intelligence Review mengatakan, ”dilaporkan bahwa salah satu saudara (half-brother) Osama ditahan karena sebagai simpatisan dari aksi pengambilalihan tetapi kemudian dibebaskan dari tuduhan.”

Menurut Cooperative Research :
Pada tahun 60-an saudara (half-brother) Osama bin Laden bernama Mahrous bin Laden bergabung ke dalam sebuat kelompok pemberontak yang beroposisi dengan pemerintah Saudi. Melalui bantuannya, di tahun 1979 para pemberontak tersebut menyelundupkan senjata ke Mekah, Saudi Arabia, menggunakan truk yang dimiliki oleh perusahaan keluarga bin Laden. 500 pemberontak mengambil-alih Masjid Agung (Al Haram), masjid paling suci Islam di kota paling suci. Mereka mencoba namun gagal, untuk menggulingkan keluarga kerajaan Saudi. Semua orang yang terlibat pemberontakan akhirnya dipancung kecuali Mahrous. Secepatnya dia dilepaskan dari penjara karena hubungan dekat antara para bin Laden dengan keluarga kerajaan Saudi. Mahrous meninggalkan pemberontakan dan bergabung dengan bisnis keluarga. Dia menjadi kepala cabang Madinah dan anggota organisasi. Dia tetap memegang posisi ini dalam 9/11. Namun sebuah surat kabar melaporkan bahwa “masa lalunya tidak dapat dimaafkan dan kebanyakan dari keputusan-keputusan penting dalam bisnis keluarga bin Laden dibuat tanpa input dari Mahrous.”

Penjelasan lain mengenai keterlibatan Mahrous kemungkinan bahwa dia adalah agen ganda.

Steve Coll’s Ghost War, menyebut mengenai senjata yang diangkut dalam rencana takeover. Ini memang bisa dimungkinkan bahwa mereka datang dari dalam truk perusahaan bin Laden sebagaimana di 1973 mereka telah memenangkan kontrak untuk merenovasi dan memodernisasi Masjid. Keluarga bin Laden membantu rejim selama takeover, dengan memberi rencana arsitektur kepada Saudi security forces.

Akibat
Di Iran, Ayatollah Khomeini berkata di siaran radio bahwa Amerika Serikat berada di belakang (dalang) pengambilalihan. Rumor secara cepat menyebar sepanjang daerah Teluk Persia. Kebencian tersulut dari rumor ini memuncak selama berjam-jam di Islamabad, Pakistan, dan pada 21 November 1979, sehari setelah terjadinya takeover, kedutaan U.S. di kota tsb yang dibanjiri demonstran yang marah, kemudian dibakar. Seminggu kemudian kebencian ini mengalir ke jalanan kota Tripoli, Libya dimana khalayak yang marah menyerang dan membakar kedutaan US pada tanggal 2 Desember 1979.

Buku:
Kalau ada yang mau beli buku ini pastilah menarik :
Judul : The Siege of Mecca
http://www.randomhouse.com/doubleday/siegeofmecca

Last edited by javatar on Mon Oct 01, 2007 11:56 am, edited 1 time in total.
Post Reply