Siapakah Allah? (1-15)
Posted: Sat May 12, 2007 7:09 am
Siapakah Allah?
Bagian 1
oleh Abul Kasem
http://www.faithfreedom.org/oped/AbulKasem60530.htm
Sejarah Singkat tentang Allah
Jika kita pelajari Allah dg serius, hal yg penting untuk dipelajari adalah bahwa Allah benar2 punya sejarah yg menarik. Di Arab kuno, diwaktu jaman bible, beberapa milenium sebelum Muhammad lahir, Allah dipunja oleh kaum Beduin Arab. Orang arab kuno ini menghubungkan Allah dg bulan yg bersinar dg terangnya dipadang gurun yg liar dan luas. Alasan kenapa Allah diperlakukan sebagai dewa bulan tidak sulit utk dimengerti. Kaum Beduin Arab adalah orang nomad. Hidup di tanah gurun yg gersang, keras, kekurangan air dan sungai2 bagi irigasi dan tidak mungkin bisa bertahan hidup dg bertani, Beduin Arab adalah milik masyarakat penggembala.
Suku ini adalah suku anarki yg selalu kelaparan (Rodinson, 2002, hal 17). Kekurangan dalam kehidupan mereka umumnya karena menggembala dan merawat ternak, melakukan perampokan berkala dan menjarah suku2 lain atau karavan liwat. Rodinson menulis bahwa vendetta (aksi balas dendam) Bangsa Arab yg sukar dikendalikan menjadi pilar dari masyarakat Beduin (Rodinson, 2002, hal 14). Kaum Beduin jaman itu juga punya sebuah kehidupan yg berputar tak habis2nya dalam penjarahan dan balas dendam. Perjalanan siang hari hampir tidak mungkin karena panas tak tertahankan dari sinar matahari. Kebanyakan perjalanan dilakukan malam hari, dibawah sinar bulan dan dibawah langit yg penuh bintang2.
Mereka takjub akan keindahan langit malam dg bulan ditengah2 semua keindahan itu. Bagi mereka munculnya bulan yg indah adalah ibarat munculnya raja langit malam. Itu sebabnya orang Arab Beduin itu begitu merasa dekat dg bulan dan fase kemunculannya. Hidup mereka secara harafiah diatur oleh bulan.
Bagi mereka, bulan adalah penyambung hidup mereka. Mereka dasarkan kalendar primitif mereka atas pergerakan bulan; upacara komunal dan religius mereka semuanya diatur sesuai dg posisi dan fase bulan. Tidak heran, bahwa orang2 Arab padang pasir menganggap bulan sebagai dewa tertinggi – Allah Taalaa – Tuhan paling Mutakhir. Profesor Sejarah Arab, Phillip K. Hitti, menulis bahwa pemujaan bulan secara prinsip kebanyakan dilakukan oleh sebuah masyarakat padang rumput, dan pemujaan matahari oleh masyarakat petani (Hitti, 2002, hal 97). Bagi rakyat Arab Beduin, bulan adalah sebuah entiti suci yg mutlak harus disembah dan diucapkan dg kefanatikan yg tinggi. Setelah Muhammad memaksakan, memakai pedang, Islam pada orang2 Arab padang pasir ini, para beduin muslim tetap saja melanjutkan praktek tua mereka, yaitu mengatur hidup mereka berdasarkan bulan.
Bahkan sekarang, kita lihat obsesi orang Arab Beduin akan bulan sangat kuat merata dalam Islam. Islam secara dekat terhubung dengan bulan. Semua ritualnya didasarkan akan penampakan bulan atau kalendar berdasar bulan. Tidak peduli betapa banyak dan sering islam bilang telah menghilangkan pemujaan berhala atau paganisme, tapi tetap saja tidak menyingkirkan hubungan lamanya dg Paganisme dan berhala. Yg benar adalah bahwa Islam tetap dilambangkan dg bulan, khususnya bulan sabit. Lihat dipuncak2 menara mesjid mana saja anda akan melihat bulan sabit, kadang disertai bintang juga. Nanti, akan saya berikan alasan sejarah kenapa bintang juga menjadi lambang dari Islam.
Utk menganalisa lebih jauh, lihatlah lambang dari “Palang Merah” di surga2 islamik. Lambangnya, tentu saja bukan “Palang Merah” atau “Red Cross” “Salib Merah”, tapi sebuah bulan sabit yg menjadi lambang islam, sebuah emblem dewa bulan kaum Pagan Arab yg ada dimana-mana. Bahkan bendera dari banyak negara islam kalau tidak bulan sabit dan bintang, maka bulan sabit saja. Lihatlah bendera nasional dari beberapa negara islam seperti: Aljazair, Pakistan, Azerbaijan, Kazakhstan (bulan penuh), Malaysia, Mauritania, Brunei, Turki, dll. Sedangkan utk penyembahan berhala dan pemujaan batu, tolong diingat bahwa objek paling disucikan umat islam adalah batu Kabah. Batu ini (atau batu2 – karena pecah jadi tiga bagian batu oleh orang islam sendiri, seperti banyak ditulis sejarawan islam.) juga adalah batu yg dipuja oleh kaum Pagan Arab sebelum Islam. Bahkan Muhammad mencium dan memeluk didadanya dg penghormatan yg dalam, Kalifah Umar melakukan hal yg sama dan para muslim diharuskan melakukan ini juga setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sekarang secara singkat sejarah Allah akan kita tinjau :
Sejarawan percaya bahwa Allah orang Arab aslinya dari Syria. Orang Aramaean tinggal di Syria sekitar 1300 SM. Orang2 syria ini biasa menyembah dg patuh pada beberapa dewa, yg utama diantara dewa2 itu adalah dewa-badai Hadad; dewa-langit Alaha dan dewi Athargatis. Orang Syria mungkin mendapatkan Allah (dalam beberapa bentuk gambar) dari orang2 Sumeria di kota kuno Babylon. Menurut banyak sejarawan, Alaha adalah nama Syria dari Allah (Walker, 2004, hal 20). Bagi mereka Allah adalah seorang dewa Laki-laki, dewa utama, yg punya tiga anak perempuan, Allat, Uzza dan Manat. Orang Nabatea, turunan dari anak pertamanya Ismail disekitar Semenanjung Sinai adalah kaum pertama yg membawa Allah ini ke Arab dari Syria (Walker, 2004, hal 22). Orang2 Nabatea ini kemungkinan menyembah Allah dalam nama lain, seperti : Elh dan Alh. Disamping Allah, orang nabatea juga membawa dewa Hubal dari Syria, sebuah dewa berbentuk patung laki2 yg besar. Hubal ini belakangan ditempatkan didalam Kabah. Hubal adalah yg teresar diantara semua patung didalam maupun disekitar Kabah.
Patung raksasa dari Hubal terbuat dari Agnate merah dg bentuk seorang laki2 yg bertangan buntung. Orang2 Quraish menerima Hubal dalam bentuk ini dari Khuzaymah ibn Mudrikah, seorang mekah yg membawanya dari Syria. Kemudian, orang Quraish membuatkan tangan dari emas. Hubal berdiri didepan Kabah. Kaum Pagan Quraish menganggap Kabah hanya diperuntukan bagi Hubal (Rodinson, 2002, hal 54). Mereka ginakan panah dewa utk menentukan keabsahan dari anak yg baru lahir (Al-Kalbi, 1952, hal 23). Banyak sejarawan percaya bahwa Hubal adalah representasi fisik dari Allah di Kabah. Dimasa mudanya Muhammad menolong menyiapkan upacara2 ritual karena dia sangat rajin melakukan persiapan2 upacara Hubal didalam Kabah (Walker, 2004, hal 42).
Penulis biografi Muhammad, Martin Lings, seorang Katolik yg masuk islam, setuju bahwa Hubal berasal dari Syria (Lings, 1983, hal 5 dan 11). Sejarawan Arab percaya bahwa Hubal yg perkasa sebenarnya adalah variasi kuno lain dari Allah (Walker, 2004, hal 31). Kata Hubal berasal dari kata Semit Hu, yg artinya “Dia” atau “Dia adalah” dg akhiran El, yg tentu saja, adalah nama lain dari Allah. Pendewaan nama Hubal dilakukan oleh Quraish dalam upacara dan ketika meneriakan peperangan utk membangkitkan semangat. Pelahan2, konsep dari Allah tuhan, menyebar keseluruh Arab. Sebuah prasasti ditemukan diselatan arab bertuliskan nama Allah. Allah adalah Hallah dalam Prasasti Safa. Ini lima abad sebelum Islam. Orang2 Arab selalu memanggil Allah disaat2 genting. Allah yg sangat berkuasa ini pelahan menjadi dewa utama suku Quraish. Bahkan Quran memastikan ini dalam ayat2nya 6:109, 6:136, 10:22, 31:22, dan 31:29 (Hitti, 2002, hal. 100–101). Allah dikenal juga dg nama2 lain yaitu: Llu oleh Babylonian dan Assyrian, El oleh Kanaan, Ilah di Arab tengah dan Elohim oleh yahudi (Walker 2004, hal 420).
Nama lain dari Allah adalah Wadd – dewa bulang yg berdiri pada kepala Pantheom Minaean. Allat, Uzza dan Manat adalah tiga anak perempuan dari Allah bagi Wadd ini (Hitti, 2002, hal 97-98).
Versi tambahan dari Allah datang dari Hadramaut di Arab selatan. Disana, Allah dikenal sebagai Sin, dewa bulan. Sebuah kota kuno Arab selatan yg terkenal adalah Saba, dimana Ratu Saba atau Ratu Bilqis memerintah. Orang2 Saba juga memuja Allah. Orang disana memanggil Allah sebagai Almaqah (hitti, 202, hal 60). Dalam Quran kita temukan referensi utk Ratu Saba dalam Surat 27 (an-Naml), dimana kota biblical kuno ini disebut Sheba dan ratu Bilqis disebut sebagai Ratu Sheba. Agama orang Saba berdasar pada sistem planet yg mana menjadikan pemujaan bulan menyebar. Tanpa kecuali, orang Saba memuja Allah sebagai dewa bulan. Tapi, tidak seperti kaum Pagan Arab, mereka tidak punya gambaran jelas akan Allah mereka dan berpikir bahwa Allah tidak berbentuk, dewa laki2 yg berkuasa penuh. Mengenai dewa ini, Benjamin Walker menulis:
Sebuah bayangan akan sebuah dewa yg sulit digambarkan, Allah tidak disajikan dalam gambaran apapun, ataupun sebagai dewa yg menikmati pemujaan populer, seperti dewa dan dewi yg lebih rendah. Untuk membedakannya dari dewa2 lain, dia diberi gelar Allah Taala, “Tuhan Maha Tinggi” (Walker, 2004, hal 42).
Selain Allah dan dewa2 lain, orang Nabatean juga menyembah dua dewa lain (yg mungkin lebih rendah dari Allah), yang bernama ar-Rahman dan ar-Rahim. Baik ar-Rahman dan ar-Rahim, keduanya dipuja dg penuh ketaatan berkaitan dg kehormatan dan martabat. Quran, herannya, tetap memakai nama dua dewa Pagan ini, meski mengklaimb ahwa kedua nama ini dimiliki oleh Allah. Surat Quran yg pertama sekali (Al Fatiha) menyebut dua nama ini. Terlebih lagi dalam Surat 19, Maryam, didominasi oleh nama2 dari dua dewa ini.
Menurut Professor Hitti, Kaum Pagan bangsa Nabatean dari Arab utara yg pertama mengenalkan ar-Rahman dan ar-Rahim,kemungkinan dari Syria selatan. Belakangan dua nama dewa pagan ini mendapatkan tempat dalam sekumpulan dewa2 dikuil Orang Arab Selatan (Hitti, 2002, hal 105). Saingan Muhammad, Maslama (atau Musaylima) berkhotbah dalam nama ar-Rahman, tuhannya orang arab selatan (Rodinson, 2002, hal 67, 119). Ini kemungkinan jadi alasan kenapa Muhammad lalu membuang ar-Rahman dan mengadopsi nama Allah dari kaum Pagan Mekah sebagai satu-satunya Tuhan.
Menurut sejarawan Arab, Petra (Arab utara, dekat Syria, kampung dari orang Nabatean), punya sejenis Kabah dg Dushara (Dusares), objek pemujaan yg berupa batu hitam berbentuk kotak, yg ditaruh ditempat paling terhormat dalam kuil/pantheon (Hitti, 2002 hal 72).
Mengenai Rabbi Yahudi, Muhammad punya versi buatannya juga: Allahnya juga dikenal sebagai ar-Rab – the Lord, the Sustainer, the Supreme: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu” (Q 3:51); “Tuhan kami (Rabb) adalah Tuhan (Rabb) langit dan bumi” (Q 18:14); menempati tempat dari Jehovahnya Yahudi (Hughes, 1994, hal 531).
Kaum Beduin Arab menaruh perhatian khusus pada Allah sang rembulan, dewa utama mereka beserta ketiga anak perempuannya, Allat, Uzza dan Manat. Seperti yg telah dianalisa sebelumnya, bulan adalah tema religius yg menjadi pusat dalam masyarakat padang gurun. Kaum Arab Beduin yg buta huruf, selalu lapar dan kurang informasi menghubungkan bulan dg kekuatan, vitalitas, kekuasaan dan segala yg ada hubungannya dg maskulinitas. Dg demikian, bulan (dan Allah) sebenarnya adalah satu tuhan laki-laki (male God); sangat sedikit keraguan akan hal ini (anda akan membaca lebih banyak lagi nanti).
Jadi, bagaimana tentang matahari? Apa matahari punya posisi sebagai dewa dalam masyarakat Pagan? Jawabannya adalah Iya. Kaum Beduin juga memuja dewa matahari. Namanya adalah Baal. Herannya, orang Syrian dan Phoenician juga memuja Baal – tuhan, patung. Dipercaya bahwa Baal dipuja ketika jaman Nabi Elisa (Hughes 1004, hal 35). Mesir mengadopsi Baal sebagai tuhan mereka (atau Allah Matahari). Baal digambarkan sebagai seorang laki2 dg jenggot runcing dan memakai helm bertanduk. Dia adalah dewa perang, langit, badai, fertilitas dan panen. Dalam Quran kita temukan penyebutan Baal ketika nabi Elia memperingatkan kaumnya karena malahan memuja dewa Baal (dewa Matahari), bukannya memuja dewa Rembulan, pencipta sebaik-baiknya “Patutkah kamu menyembah Ba`l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu” [37.125-6]. Sebuah versi lain yg kontradiksi adalah tentang dewa matahari disebutkan bahwa dewa matahari sebenarnya adalah dewi, yg disebut Shams (Rodinson, 2002, hal 23). Anehnya, ada sebuah surat dalam Quran (Surat 91, surat Mekkah) yg berjudul Shams atau matahari. Muhammad jelas2 lebih suka Shams daripada Baal, dewa matahari mesir. Tapi tidak heran, ada juga sebuah surat dalam Quran yg diberi judul Qamar atau bulan (Surat 54, surat Mekkah).
Kenapa Muhammad punya ketidaksukaan bagi dewa Matahari, Baal? Jawabannya cukup sederhana. Matahari adalah sumber prinsipal dari sebuah masyarakat agrikultural/petani. Dg demikian, sangat alami sebuah masyarakat petani mengadopsi dewa matahari, Baal sebagai dewa utamanya. Itu sebabnya, Mesir, yg masyarakatnya agraris mengadopsi Baal. Muhammad, yg berasal dari masyarakat pastoral (padang rumput/gurun), tidak tertarik akan pertanian – jadi, kenapa repot2 memuja Baal? Lagipula, Baal, Allah matahari tidak begitu populer di Arabia nya Muhammad.
Jelaslah, kaum Pagan Mekah lebih akrab dg Allah bulan mereka. Mereka begitu terbiasa dg bulan Allah mereka hingga mereka punya praktek pembagian hasil panen mereka jadi dua bagian, satu utk Allah bulan dan yg satu lagi utk dewa2 lainnya, seperti: Ammanas dinegara Khaulan (Q 6.136) (ibn Ishaq, 2001, hal 37). Hal itu adalah sebuah sistem religius yg sudah menjadi kebiasaan yg dipraktekkan banyak generasi kaum Pagan Arab. Lalu Muhammad mulai berkhotbah, mendesak Kaum Quraish Mekah utk menyembah hanya Allah (monoteisme). Muhammad sekarang punya Allah versinya sendiri, yg oleh kaum Pagan Arab rasa sangat membingungkan dan menyusahkan. Dia mulai menegur mereka karena membagi hasil panen mereka dg dewa2 lain selain Allah, Allah disini maksudnya jenis Allahnya Muhammad. Tapi kaum Quraish mekah cukup toleran. Mereka membiarkan Muhammad bicara apa semau dia. Masalah baru mucnul ketika Muhammad mulai ingin membidik sumber penghasilan utama kaum Quraish, ziarah haji dan turisme yg mana berhubungan dg ziarah ke kuil dewa2 dan dewi2. Kaum Pagan Mekah bahkan punya gambar dari Abraham, Yesus dan maria – dg maksud utk menarik minat turis2 orang kristen dan yahudi. Dijaman Muhammad, menurut Phillip Hitti, sejarawan Arab terkenal, Mekah punya satu koloni Kristen Abyssinian (Hitti, 2002 hal 106).
Dg begitu ziarah ke Mekah – Turisme adalah sumber penghasilan terbesar (ibid, hal 64). Pada awalnya, kaum pagan Mekah tidak ingin merusak secara parah bidang turis dg menciptakan anarki dg para pengikut Muhammad. Meskipun Muhammad berteriak2 pidato dan menyemburkan kata2 marah, mereka tetap membiarkannya. Bahkan sejarawan terkenal al-Tabari mengakui bahwa Muhammad tidak menderita apa-apa dari kaum pagan Mekah. Menurut Tabari, para pengikut Muhammad kebanyakan anak2 muda, ada dari mereka merupakan anak dan adik dari pedagang2 disana. Muhammad Cuma menderita sedikit sekali ditangan kaum Quraish, terlepas dari sedikit kejengkelan. Perlindungan Abu talib (Pamannya Muhammad) telah menyelamatkan Muhammad dari gangguan fisik (tabari, 1988 hal 643).
Alasan utama utk melawan Muhammad adalah berkurangnya keroyalan para peziarah yg pada akhirnya mengurangi keuntungan para pedagang Mekah. Para pedagang ini juga merasa bahwa Muhammad mungkin mengancam para pengatur politis dalam urusan2 Mekah. Kaum Quraish terutama sekali tidak bermusuhan dg Muhammad sampai ketika Muhammad menyebut2 tentang patung pujaan mereka. Khususnya, penolakan Muhammad terhadap Allat, salah satu anak perempuan dari Allah, mempengaruhi bisnis dari para pedagang Taif (ibid, hal 6.42, 43).
Bagian 1
oleh Abul Kasem
http://www.faithfreedom.org/oped/AbulKasem60530.htm
Sejarah Singkat tentang Allah
Jika kita pelajari Allah dg serius, hal yg penting untuk dipelajari adalah bahwa Allah benar2 punya sejarah yg menarik. Di Arab kuno, diwaktu jaman bible, beberapa milenium sebelum Muhammad lahir, Allah dipunja oleh kaum Beduin Arab. Orang arab kuno ini menghubungkan Allah dg bulan yg bersinar dg terangnya dipadang gurun yg liar dan luas. Alasan kenapa Allah diperlakukan sebagai dewa bulan tidak sulit utk dimengerti. Kaum Beduin Arab adalah orang nomad. Hidup di tanah gurun yg gersang, keras, kekurangan air dan sungai2 bagi irigasi dan tidak mungkin bisa bertahan hidup dg bertani, Beduin Arab adalah milik masyarakat penggembala.
Suku ini adalah suku anarki yg selalu kelaparan (Rodinson, 2002, hal 17). Kekurangan dalam kehidupan mereka umumnya karena menggembala dan merawat ternak, melakukan perampokan berkala dan menjarah suku2 lain atau karavan liwat. Rodinson menulis bahwa vendetta (aksi balas dendam) Bangsa Arab yg sukar dikendalikan menjadi pilar dari masyarakat Beduin (Rodinson, 2002, hal 14). Kaum Beduin jaman itu juga punya sebuah kehidupan yg berputar tak habis2nya dalam penjarahan dan balas dendam. Perjalanan siang hari hampir tidak mungkin karena panas tak tertahankan dari sinar matahari. Kebanyakan perjalanan dilakukan malam hari, dibawah sinar bulan dan dibawah langit yg penuh bintang2.
Mereka takjub akan keindahan langit malam dg bulan ditengah2 semua keindahan itu. Bagi mereka munculnya bulan yg indah adalah ibarat munculnya raja langit malam. Itu sebabnya orang Arab Beduin itu begitu merasa dekat dg bulan dan fase kemunculannya. Hidup mereka secara harafiah diatur oleh bulan.
Bagi mereka, bulan adalah penyambung hidup mereka. Mereka dasarkan kalendar primitif mereka atas pergerakan bulan; upacara komunal dan religius mereka semuanya diatur sesuai dg posisi dan fase bulan. Tidak heran, bahwa orang2 Arab padang pasir menganggap bulan sebagai dewa tertinggi – Allah Taalaa – Tuhan paling Mutakhir. Profesor Sejarah Arab, Phillip K. Hitti, menulis bahwa pemujaan bulan secara prinsip kebanyakan dilakukan oleh sebuah masyarakat padang rumput, dan pemujaan matahari oleh masyarakat petani (Hitti, 2002, hal 97). Bagi rakyat Arab Beduin, bulan adalah sebuah entiti suci yg mutlak harus disembah dan diucapkan dg kefanatikan yg tinggi. Setelah Muhammad memaksakan, memakai pedang, Islam pada orang2 Arab padang pasir ini, para beduin muslim tetap saja melanjutkan praktek tua mereka, yaitu mengatur hidup mereka berdasarkan bulan.
Bahkan sekarang, kita lihat obsesi orang Arab Beduin akan bulan sangat kuat merata dalam Islam. Islam secara dekat terhubung dengan bulan. Semua ritualnya didasarkan akan penampakan bulan atau kalendar berdasar bulan. Tidak peduli betapa banyak dan sering islam bilang telah menghilangkan pemujaan berhala atau paganisme, tapi tetap saja tidak menyingkirkan hubungan lamanya dg Paganisme dan berhala. Yg benar adalah bahwa Islam tetap dilambangkan dg bulan, khususnya bulan sabit. Lihat dipuncak2 menara mesjid mana saja anda akan melihat bulan sabit, kadang disertai bintang juga. Nanti, akan saya berikan alasan sejarah kenapa bintang juga menjadi lambang dari Islam.
Utk menganalisa lebih jauh, lihatlah lambang dari “Palang Merah” di surga2 islamik. Lambangnya, tentu saja bukan “Palang Merah” atau “Red Cross” “Salib Merah”, tapi sebuah bulan sabit yg menjadi lambang islam, sebuah emblem dewa bulan kaum Pagan Arab yg ada dimana-mana. Bahkan bendera dari banyak negara islam kalau tidak bulan sabit dan bintang, maka bulan sabit saja. Lihatlah bendera nasional dari beberapa negara islam seperti: Aljazair, Pakistan, Azerbaijan, Kazakhstan (bulan penuh), Malaysia, Mauritania, Brunei, Turki, dll. Sedangkan utk penyembahan berhala dan pemujaan batu, tolong diingat bahwa objek paling disucikan umat islam adalah batu Kabah. Batu ini (atau batu2 – karena pecah jadi tiga bagian batu oleh orang islam sendiri, seperti banyak ditulis sejarawan islam.) juga adalah batu yg dipuja oleh kaum Pagan Arab sebelum Islam. Bahkan Muhammad mencium dan memeluk didadanya dg penghormatan yg dalam, Kalifah Umar melakukan hal yg sama dan para muslim diharuskan melakukan ini juga setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sekarang secara singkat sejarah Allah akan kita tinjau :
Sejarawan percaya bahwa Allah orang Arab aslinya dari Syria. Orang Aramaean tinggal di Syria sekitar 1300 SM. Orang2 syria ini biasa menyembah dg patuh pada beberapa dewa, yg utama diantara dewa2 itu adalah dewa-badai Hadad; dewa-langit Alaha dan dewi Athargatis. Orang Syria mungkin mendapatkan Allah (dalam beberapa bentuk gambar) dari orang2 Sumeria di kota kuno Babylon. Menurut banyak sejarawan, Alaha adalah nama Syria dari Allah (Walker, 2004, hal 20). Bagi mereka Allah adalah seorang dewa Laki-laki, dewa utama, yg punya tiga anak perempuan, Allat, Uzza dan Manat. Orang Nabatea, turunan dari anak pertamanya Ismail disekitar Semenanjung Sinai adalah kaum pertama yg membawa Allah ini ke Arab dari Syria (Walker, 2004, hal 22). Orang2 Nabatea ini kemungkinan menyembah Allah dalam nama lain, seperti : Elh dan Alh. Disamping Allah, orang nabatea juga membawa dewa Hubal dari Syria, sebuah dewa berbentuk patung laki2 yg besar. Hubal ini belakangan ditempatkan didalam Kabah. Hubal adalah yg teresar diantara semua patung didalam maupun disekitar Kabah.
Patung raksasa dari Hubal terbuat dari Agnate merah dg bentuk seorang laki2 yg bertangan buntung. Orang2 Quraish menerima Hubal dalam bentuk ini dari Khuzaymah ibn Mudrikah, seorang mekah yg membawanya dari Syria. Kemudian, orang Quraish membuatkan tangan dari emas. Hubal berdiri didepan Kabah. Kaum Pagan Quraish menganggap Kabah hanya diperuntukan bagi Hubal (Rodinson, 2002, hal 54). Mereka ginakan panah dewa utk menentukan keabsahan dari anak yg baru lahir (Al-Kalbi, 1952, hal 23). Banyak sejarawan percaya bahwa Hubal adalah representasi fisik dari Allah di Kabah. Dimasa mudanya Muhammad menolong menyiapkan upacara2 ritual karena dia sangat rajin melakukan persiapan2 upacara Hubal didalam Kabah (Walker, 2004, hal 42).
Penulis biografi Muhammad, Martin Lings, seorang Katolik yg masuk islam, setuju bahwa Hubal berasal dari Syria (Lings, 1983, hal 5 dan 11). Sejarawan Arab percaya bahwa Hubal yg perkasa sebenarnya adalah variasi kuno lain dari Allah (Walker, 2004, hal 31). Kata Hubal berasal dari kata Semit Hu, yg artinya “Dia” atau “Dia adalah” dg akhiran El, yg tentu saja, adalah nama lain dari Allah. Pendewaan nama Hubal dilakukan oleh Quraish dalam upacara dan ketika meneriakan peperangan utk membangkitkan semangat. Pelahan2, konsep dari Allah tuhan, menyebar keseluruh Arab. Sebuah prasasti ditemukan diselatan arab bertuliskan nama Allah. Allah adalah Hallah dalam Prasasti Safa. Ini lima abad sebelum Islam. Orang2 Arab selalu memanggil Allah disaat2 genting. Allah yg sangat berkuasa ini pelahan menjadi dewa utama suku Quraish. Bahkan Quran memastikan ini dalam ayat2nya 6:109, 6:136, 10:22, 31:22, dan 31:29 (Hitti, 2002, hal. 100–101). Allah dikenal juga dg nama2 lain yaitu: Llu oleh Babylonian dan Assyrian, El oleh Kanaan, Ilah di Arab tengah dan Elohim oleh yahudi (Walker 2004, hal 420).
Nama lain dari Allah adalah Wadd – dewa bulang yg berdiri pada kepala Pantheom Minaean. Allat, Uzza dan Manat adalah tiga anak perempuan dari Allah bagi Wadd ini (Hitti, 2002, hal 97-98).
Versi tambahan dari Allah datang dari Hadramaut di Arab selatan. Disana, Allah dikenal sebagai Sin, dewa bulan. Sebuah kota kuno Arab selatan yg terkenal adalah Saba, dimana Ratu Saba atau Ratu Bilqis memerintah. Orang2 Saba juga memuja Allah. Orang disana memanggil Allah sebagai Almaqah (hitti, 202, hal 60). Dalam Quran kita temukan referensi utk Ratu Saba dalam Surat 27 (an-Naml), dimana kota biblical kuno ini disebut Sheba dan ratu Bilqis disebut sebagai Ratu Sheba. Agama orang Saba berdasar pada sistem planet yg mana menjadikan pemujaan bulan menyebar. Tanpa kecuali, orang Saba memuja Allah sebagai dewa bulan. Tapi, tidak seperti kaum Pagan Arab, mereka tidak punya gambaran jelas akan Allah mereka dan berpikir bahwa Allah tidak berbentuk, dewa laki2 yg berkuasa penuh. Mengenai dewa ini, Benjamin Walker menulis:
Sebuah bayangan akan sebuah dewa yg sulit digambarkan, Allah tidak disajikan dalam gambaran apapun, ataupun sebagai dewa yg menikmati pemujaan populer, seperti dewa dan dewi yg lebih rendah. Untuk membedakannya dari dewa2 lain, dia diberi gelar Allah Taala, “Tuhan Maha Tinggi” (Walker, 2004, hal 42).
Selain Allah dan dewa2 lain, orang Nabatean juga menyembah dua dewa lain (yg mungkin lebih rendah dari Allah), yang bernama ar-Rahman dan ar-Rahim. Baik ar-Rahman dan ar-Rahim, keduanya dipuja dg penuh ketaatan berkaitan dg kehormatan dan martabat. Quran, herannya, tetap memakai nama dua dewa Pagan ini, meski mengklaimb ahwa kedua nama ini dimiliki oleh Allah. Surat Quran yg pertama sekali (Al Fatiha) menyebut dua nama ini. Terlebih lagi dalam Surat 19, Maryam, didominasi oleh nama2 dari dua dewa ini.
Menurut Professor Hitti, Kaum Pagan bangsa Nabatean dari Arab utara yg pertama mengenalkan ar-Rahman dan ar-Rahim,kemungkinan dari Syria selatan. Belakangan dua nama dewa pagan ini mendapatkan tempat dalam sekumpulan dewa2 dikuil Orang Arab Selatan (Hitti, 2002, hal 105). Saingan Muhammad, Maslama (atau Musaylima) berkhotbah dalam nama ar-Rahman, tuhannya orang arab selatan (Rodinson, 2002, hal 67, 119). Ini kemungkinan jadi alasan kenapa Muhammad lalu membuang ar-Rahman dan mengadopsi nama Allah dari kaum Pagan Mekah sebagai satu-satunya Tuhan.
Menurut sejarawan Arab, Petra (Arab utara, dekat Syria, kampung dari orang Nabatean), punya sejenis Kabah dg Dushara (Dusares), objek pemujaan yg berupa batu hitam berbentuk kotak, yg ditaruh ditempat paling terhormat dalam kuil/pantheon (Hitti, 2002 hal 72).
Mengenai Rabbi Yahudi, Muhammad punya versi buatannya juga: Allahnya juga dikenal sebagai ar-Rab – the Lord, the Sustainer, the Supreme: “Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan Tuhanmu” (Q 3:51); “Tuhan kami (Rabb) adalah Tuhan (Rabb) langit dan bumi” (Q 18:14); menempati tempat dari Jehovahnya Yahudi (Hughes, 1994, hal 531).
Kaum Beduin Arab menaruh perhatian khusus pada Allah sang rembulan, dewa utama mereka beserta ketiga anak perempuannya, Allat, Uzza dan Manat. Seperti yg telah dianalisa sebelumnya, bulan adalah tema religius yg menjadi pusat dalam masyarakat padang gurun. Kaum Arab Beduin yg buta huruf, selalu lapar dan kurang informasi menghubungkan bulan dg kekuatan, vitalitas, kekuasaan dan segala yg ada hubungannya dg maskulinitas. Dg demikian, bulan (dan Allah) sebenarnya adalah satu tuhan laki-laki (male God); sangat sedikit keraguan akan hal ini (anda akan membaca lebih banyak lagi nanti).
Jadi, bagaimana tentang matahari? Apa matahari punya posisi sebagai dewa dalam masyarakat Pagan? Jawabannya adalah Iya. Kaum Beduin juga memuja dewa matahari. Namanya adalah Baal. Herannya, orang Syrian dan Phoenician juga memuja Baal – tuhan, patung. Dipercaya bahwa Baal dipuja ketika jaman Nabi Elisa (Hughes 1004, hal 35). Mesir mengadopsi Baal sebagai tuhan mereka (atau Allah Matahari). Baal digambarkan sebagai seorang laki2 dg jenggot runcing dan memakai helm bertanduk. Dia adalah dewa perang, langit, badai, fertilitas dan panen. Dalam Quran kita temukan penyebutan Baal ketika nabi Elia memperingatkan kaumnya karena malahan memuja dewa Baal (dewa Matahari), bukannya memuja dewa Rembulan, pencipta sebaik-baiknya “Patutkah kamu menyembah Ba`l dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta, (yaitu) Allah Tuhanmu” [37.125-6]. Sebuah versi lain yg kontradiksi adalah tentang dewa matahari disebutkan bahwa dewa matahari sebenarnya adalah dewi, yg disebut Shams (Rodinson, 2002, hal 23). Anehnya, ada sebuah surat dalam Quran (Surat 91, surat Mekkah) yg berjudul Shams atau matahari. Muhammad jelas2 lebih suka Shams daripada Baal, dewa matahari mesir. Tapi tidak heran, ada juga sebuah surat dalam Quran yg diberi judul Qamar atau bulan (Surat 54, surat Mekkah).
Kenapa Muhammad punya ketidaksukaan bagi dewa Matahari, Baal? Jawabannya cukup sederhana. Matahari adalah sumber prinsipal dari sebuah masyarakat agrikultural/petani. Dg demikian, sangat alami sebuah masyarakat petani mengadopsi dewa matahari, Baal sebagai dewa utamanya. Itu sebabnya, Mesir, yg masyarakatnya agraris mengadopsi Baal. Muhammad, yg berasal dari masyarakat pastoral (padang rumput/gurun), tidak tertarik akan pertanian – jadi, kenapa repot2 memuja Baal? Lagipula, Baal, Allah matahari tidak begitu populer di Arabia nya Muhammad.
Jelaslah, kaum Pagan Mekah lebih akrab dg Allah bulan mereka. Mereka begitu terbiasa dg bulan Allah mereka hingga mereka punya praktek pembagian hasil panen mereka jadi dua bagian, satu utk Allah bulan dan yg satu lagi utk dewa2 lainnya, seperti: Ammanas dinegara Khaulan (Q 6.136) (ibn Ishaq, 2001, hal 37). Hal itu adalah sebuah sistem religius yg sudah menjadi kebiasaan yg dipraktekkan banyak generasi kaum Pagan Arab. Lalu Muhammad mulai berkhotbah, mendesak Kaum Quraish Mekah utk menyembah hanya Allah (monoteisme). Muhammad sekarang punya Allah versinya sendiri, yg oleh kaum Pagan Arab rasa sangat membingungkan dan menyusahkan. Dia mulai menegur mereka karena membagi hasil panen mereka dg dewa2 lain selain Allah, Allah disini maksudnya jenis Allahnya Muhammad. Tapi kaum Quraish mekah cukup toleran. Mereka membiarkan Muhammad bicara apa semau dia. Masalah baru mucnul ketika Muhammad mulai ingin membidik sumber penghasilan utama kaum Quraish, ziarah haji dan turisme yg mana berhubungan dg ziarah ke kuil dewa2 dan dewi2. Kaum Pagan Mekah bahkan punya gambar dari Abraham, Yesus dan maria – dg maksud utk menarik minat turis2 orang kristen dan yahudi. Dijaman Muhammad, menurut Phillip Hitti, sejarawan Arab terkenal, Mekah punya satu koloni Kristen Abyssinian (Hitti, 2002 hal 106).
Dg begitu ziarah ke Mekah – Turisme adalah sumber penghasilan terbesar (ibid, hal 64). Pada awalnya, kaum pagan Mekah tidak ingin merusak secara parah bidang turis dg menciptakan anarki dg para pengikut Muhammad. Meskipun Muhammad berteriak2 pidato dan menyemburkan kata2 marah, mereka tetap membiarkannya. Bahkan sejarawan terkenal al-Tabari mengakui bahwa Muhammad tidak menderita apa-apa dari kaum pagan Mekah. Menurut Tabari, para pengikut Muhammad kebanyakan anak2 muda, ada dari mereka merupakan anak dan adik dari pedagang2 disana. Muhammad Cuma menderita sedikit sekali ditangan kaum Quraish, terlepas dari sedikit kejengkelan. Perlindungan Abu talib (Pamannya Muhammad) telah menyelamatkan Muhammad dari gangguan fisik (tabari, 1988 hal 643).
Alasan utama utk melawan Muhammad adalah berkurangnya keroyalan para peziarah yg pada akhirnya mengurangi keuntungan para pedagang Mekah. Para pedagang ini juga merasa bahwa Muhammad mungkin mengancam para pengatur politis dalam urusan2 Mekah. Kaum Quraish terutama sekali tidak bermusuhan dg Muhammad sampai ketika Muhammad menyebut2 tentang patung pujaan mereka. Khususnya, penolakan Muhammad terhadap Allat, salah satu anak perempuan dari Allah, mempengaruhi bisnis dari para pedagang Taif (ibid, hal 6.42, 43).