Musicman wrote:
Anda harus perhatikan dg konteks kalimat sebelumnya yaitu
"aku datang bukan utk meniadakannya". Kalau konteksnya adalah
hukum, meniadakan hukum artinya membuat hukum tsb menjadi tidak berlaku. Artinya, tidak meniadakan hukum Taurat adalah hukum Taurat masih tetap berlaku.
Nah...
kata menggenapi harus dipahami sesuai konteks kalimat sebelumnya. Beberapa terjemahannya adalah
complete (melengkapi), to make replete (membuat jadi penuh), to cram (menjejalkan)....ketiganya justru menunjukkan bhw proses melengkapi, membuat jadi penuh, ataupun menjejalkan adalah dengan cara MENAMBAHI.
Kalau dipahami sbg menyelesaikan hukum Taurat = hukum Taurat tidak berlaku lagi, maka justru itu bertentangan dengan konteks frase
"bukan utk meniadakan" dan akan bertentangan dg frase pd ayat selanjutnya (5:22) "harus dihadapkan ke mahkamah agama (sanhedrin)".
Anda itu lucu, habis bikin terjemahan menggenapi = menambahi... sekarang bikin Cram = menjejalkan = menambahi
Masak untuk menang debat dan menyudutkan kekristenan anda harus pake cara bikin terjemahan sendiri sih?
http://www.thefreedictionary.com/cram
Cram: To force, press, or squeeze into an insufficient space
Dan lagi di kutipan terjemahan saya tertulis, cram (a net)... bisa bayangkan orang menggulung jala, dan berusaha memasukkannya ke peti? Apanya yang ditambahi?
Semua terjemahan itu ditulis, adalah untuk anda mengerti nuansanya... terjemahan tidak akan bisa sama persis, karena itu nuansanya diharapkan didapat dengan cara menyebutkan kata-kata yang mirip dan semuanya melukiskan kata tersebut. Yang lucunya, anda pilih yang kira2 bisa anda paksakan untuk mendukung argumen anda. Satu hal yang pasti, tidak ada kata menambahi, kalau memang mau menambahi, Alkitab tidak akan mencatat dengan menggunakan kata yang artinya menggenapinya
Anda serius mau membahas ini dengan cara debat bahasa?
Dan satu hal Musicman, apa yang Yesus katakan, tidak pernah menambahi hukum Musa... apa yang Yesus katakan, hukum itu sudah ada sejak awal. Bedanya.... pada waktu Yesus belum datang, orang memahami hukum sama seperti sekarang anda memahami hukum tersebut. Ketika hukum Musa diberikan, Tuhan juga bukan tidak memberikan hukum "kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi diri sendiri". Artinya hukum yang diajarkan Yesus itu sendiri sudah diberikan di awal, tetapi ditambah implementasi hukum Musa bagi Israel.
Tetapi mental orang hukuman, penjahat, kan memang seperti itu. Mereka gemar berbuat jahat, sehingga mereka berusaha mencari celah agar bisa menikmati dosa... Bagi orang-orang seperti ini, hukum Taurat sangat perlu, orang-orang seperti ini perlu dijelaskan satu demi satu apa itu dosa, dan mereka akan berusaha menuruti kedagingan dengan berbuat semaunya asal tidak melanggar hukum Taurat. Dan setelah itu menghakimi orang lain dengan Taurat karena mereka merasa diri mereka suci tidak berdosa di bawah Taurat.
Konteksnya memang terkait, Yesus bukan meniadakan hukum Taurat. Kalau Yesus meniadakan hukum Taurat, maka hukum itu tidak bisa dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus tidak berdosa. Hukum Taurat ketika diberikan, itu mengajarkan orang akan standard2 apa yang berdosa. Kalau hukum Taurat ditiadakan, atas dasar apa Yesus dikatakan tidak berdosa. Hukum Taurat itulah yang menunjukkan standard dosa.
Saya kasih contoh:
- 10 Hukum Allah, berkata melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan istrinya atau suaminya itu dosa.
- Lalu ada hukum agama lain yang mengatakan berhubungan seks dengan budakmu itu diijinkan. Maka orang yang menganut hukum kedua akan berpikir bahwa berarti melakukannya dengan budak tidak berdosa.
- Lalu ada hukum Kerajaan Allah yang mengatakan "kamu mengingini saja sudah berzinah", maka orang yang menganut hukum ketiga akan berpikir baru lihat cewek cantik sudah mikir yang tidak2 aja itu adalah dosa.
Jadi hukum yang diberikan Tuhan itu justru menjadikan manusia mengenal lebih dalam soal dosa.
Rom 7:7 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak!
Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Jangan mengingini!"
Tetapi bukankah hukum Tuhan itu tetap? Ketika Tuhan berkata "jangan makan buahnya, engkau akan mati". Dan kemudian ular membujuk Hawa "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."... Hawa yang memilih mengikuti hukum Ular, tetap akhirnya mati. Ketika ia memilih percaya kepada perintah dan hukum yang bukan dari Tuhan, ia akhirnya mati.
Orang baru mengenal dosa lebih dalam setelah Taurat diberikan, tetapi apa yang adalah dosa, merupakan dosa, diperhitungkan atau tidak. Dan sebaliknya, bukan karena ada Iblis yang menyesatkan hukum Tuhan, maka orang yang melanggar hukum Tuhan dibebaskan dari hukuman. Bukan karena Iblis menyesatkan Hawa, maka Hawa dibebaskan dari hukuman.
Meskipun yang dimaksud 'mati' Tuhan, tidak sama dengan 'mati' Iblis.... Tetapi itulah cara iblis menipu, iblis selalu bicara dalam 'kebenaran'... 'kebenaran' yang terselubung. Apabila dalam kebenaran hukum Tuhan, manusia mengenal dosa.... dalam 'kebenaran' hukum Iblis, manusia tidak lagi mengenali dosa.
Tetapi
either way, dengan hukum, manusia mengenal apa itu dosa. Jadi atas Taurat, orang mengenal dosa... makanya tertulis "Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat"
Tetapi bagi orang yang sudah dibebaskan dari belenggu dosa, bagi mereka seharusnya mereka adalah orang-orang yang mengenal Tuhan, yang Taurat nya tertanam di dalam hati nurani mereka... orang yang secara aktif mengerjakan keselamatannya dengan mengasihi Tuhan mereka dan sesama mereka sama seperti mereka mengasihi diri sendiri. Untuk orang-orang seperti ini, hukum apakah yang berlaku bagi mereka? Mereka bukan orang-orang pelanggar hukum, mereka adalah standard moral, mereka adalah hukum itu sendiri. Itu artinya jadi orang Kristen.... yang meskipun sangat susah... adalah suatu panggilan untuk kita belajar melakukannya tiap-tiap hari.
Itu adalah cerita dan penjelasan untuk pemahaman anda, semoga anda membacanya.
Jadi, hukum Taurat tidak ditiadakan. Kalau ditiadakan, standard dosanya berubah. "Jangan berzinah" kalau ditiadakan separo misal jadi "boleh berzinah asal mau sama mau", itu meniadakan hukum Taurat. Tetapi Yesus memang membuat hukum Taurat jadi tidak diperlukan ketika menggenapinya, dengan cara: (perhatikan kata2 saya dengan baik kali ini)
Yesus menggenapi hukum Taurat, dengan cara membuktikan diri melaksanakan hukum yang lebih tinggi dari Taurat itu sendiri. Hukum Kerajaan Allah yang berlandaskan kasih karunia
Dengan demikian, orang yang menganut ajaran Yesus,
tidak lagi memerlukan hukum Taurat. Karena sebagai contoh, orang yang mengasihi sesamanya manusia sama seperti ia mengasihi diri sendiri, tidak akan berzinah dengan alasan apapun.
Kalau tidak diperlukan lagi... artinya juga udah expired... udah jadul.... itulah nuansa terjemahan kata 'expired' dari menggenapi. Penjelasan di bawah mungkin akan lebih jelas lagi.
Wah wah…tunggu dulu…kok sepertinya anda “menutupi” keterbatasan jawaban anda yg Mungkin..
mungkin lho…saya jawab mungkin..hehe ..baru anda dapatkan dengan berdalih
“Saya tidak ingin menggunakan argumen di atas di awal karena saya sedang bicara dengan Muslim, di mana pemahaman kalian belum sejalur dengan saya”
..baru anda menggunakan argument tsb?
keyakinan apa bahwa saya sudah sepaham dengan jawaban-jawaban anda sekarang?
Tidak yakin, dan tambah lama koq saya tambah merasa tidak akan pernah.
Karena kalau saya bicara A, anda tangkap B, dan saya disuruh membahas B, ya kapan ketemunya. Kalau saya menjelaskan maksud dari kata menggenapi sesuai pengetahuan kekristenan, anda malah mengajak saya debat bahasa, ya kapan ketemunya.
Makanya saya tidak gunakan hal tersebut, karena justru saya tahu sebelumnya, akan percuma... Saya mengutip sumbernya adalah demikian apa adanya tanpa saya tutup2i, maka saya jelaskan pada anda, bahwa sebenarnya arti terjemahan itu sudah jelas. Anda saja yang tidak bisa membacanya. Tetapi toh akhirnya sesuai perkiraan saya, anda akan ambil yang anda mau saja, dan kemudian dipaksa2 sampe bikin stament cram = menambahi, hanya untuk mendebat penjelasannya
M:Apa yang Yesus lakukan pada Taurat
F: Yesus menggenapinya
M: Menggenapi = menambahi
F: Menggenapi bukan menambahi, menggenapi itu memenuhi, menyelesaikan, ...
M: Menggenapi itu menambahi, buktinya ada cram = menambahi
F: Cram bukan menambahi.... cram itu meremas supaya menjadi pas
biasanya kalau sama muslim yang lain.... akhirnya kita jadi debat soal "Cram"... dan turunan2nya... akhirnya OOT, esensi masalahnya jadi malah tidak dibahas...
So, saya jelaskan sekali lagi secara panjang lebar, bukan karena saya hobi... supaya anda paham, bahwa ketika saya berkata bahwa menggenapi itu bukan menambahi,
bukan sekedar terjemahan, melainkan karena memang dari seluruh pemahaman dalam ajaran Yesus di dalam Alkitab, menunjukkan bahwa menggenapi itu bukan menambahi. Dan Yesus memang tidak pernah meniadakan hukum Taurat. Yesus hanya memberikan hukum Kerajaan Allah, hukum kasih karunia, yang menjadikan hukum Taurat tidak diperlukan lagi. Bukan ditiadakan.
Dan hukum Kerajaan Allah, target marketnya berbeda dengan Taurat.
Sekali lagi, terakhir, saya akan tunjukkan bahwa Taurat tidak ditiadakan, tetapi menjadi tidak diperlukan.
Dan menggenapi, bukan menambahi.
Kepada murid2Nya, pengikut Kristus, Yesus mengajarkan... (saya terjemahkan dalam bahasa awam)
"Jangankan melakukan hubungan (seks), ketika mengingini saja, engkau sudah berzinah"
Itu adalah hukum Kerajaan Allah dari Yesus.
Sekarang, apabila ada orang Kristen yang melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan istrinya atau suaminya, secara hukum Kerajaan Allah, dia berdosa atau tidak? Tentu berdosa.
Lantas, secara hukum Taurat, Ia berdosa atau tidak? Tentu masih berdosa... lantas darimana dikatakan Yesus meniadakan hukum Taurat? Tentu tidak. Karena toh dengan standard hukum Taurat dia juga tetap berdosa. Karena itu jelas Yesus tidak meniadakan hukum Taurat.
Tetapi apakah Taurat diperlukan lagi untuk menentukan orang Kristen tersebut berdosa? Juga tentu tidak, dia sudah terbukti berdosa di bawah hukum kerajaan Allah, kenapa harus dengan hukum Taurat lagi dibuktikan berdosa? Dengan demikian hukum Taurat jadi tidak diperlukan lagi.
Tetapi apabila Yesus
menambahi, "Jangan engkau berzinah, disahkan dulu jadi istrimu atau suamimu, tapi kalau mau sama mau ya nggak apa-apa, dengan budak juga tidak apa-apa karena budak harus mau atas semua kemauanmu"
Maka dengan menambahi, Yesus justru meniadakan hukum Taurat yang sudah ada. Karena dengan hukum yang baru, orang yang melakukannya mau sama mau jadi tidak berdosa, orang yang melakukannya dengan budaknya juga tidak berdosa, dan dengan demikian hukum Taurat jadi tiada.
Bukankah Ular, menipu Hawa juga dengan menambahi hukum Tuhan? Jadi menggenapi, bukan menambahi, menambahi juga kadang justru menjadikan suatu esensi menjadi tiada.
Foxhound: Musicman, saya Foxhound, adalah orang berdosa...
Stop sampai disini..
Anda berstandart ganda..saya copas pernyataan anda.
.
.
Saya perjelas
Fox wrote: Musicman, saya Foxhound, adalah orang berdosa...
vs
Fox wrote: lha emang saya itu siapa kok anda suruh menentukan nasib bayi yang polos?
"Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi”
saya justru sedang menyindir orang2 Kristen sendiri yang menetapkan hukum untuk menghakimi orang lain.
Ya..dalam bbrp hal untuk membela keyakinan Kristen anda..anda menggunakan dalil "Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi”
Dalam hal lain..anda justru tidak memakai ayat Kristen tsb dengan menghakimi ?
Saya yg menambah-nambahi, atau
anda sendiri yg secara telanjang mengakui Orang Kristen ling lung dengan status dosa warisan?sudah jelas seperti yg anda tulis sendiri bro fox…?
Saya masih tidak paham dengan argumen anda di atas. Anda tanya soal dosa waris,
saya jawab dengan tegas dosa waris sudah tidak ada.... Koq anda tuduh saya linglung soal "dosa waris" dari mana?
Saya tidak berani menghakimi siapa masuk surga siapa masuk neraka. Apa hubungannya dengan linglung soal dosa waris?
Saya berkata, "Saya Foxhound adalah orang berdosa".... lho, lha apa hubungannya dengan saya menghakimi? Atau maksud anda saya menghakimi diri sendiri gitu? Saya kan tidak sedang bilang "saya orang berdosa saya pasti masuk neraka"?
Lha memang "saya orang berdosa koq", meskipun status dosa waris saya hilang, saya ini tetap pernah berdosa. Lha kalau ngomong mencuri, jambu air tetangga saya dulu juga sudah sering jadi langganan. Bedakan antara dosa waris dengan perbuatan dosa.... anda perhatikan sekali lagi ya:
Jer 31:29 Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu,
Jer 31:30 melainkan:
Setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu.
Jangan salah berpikir bahwa konsep orang Kristen adalah; Yesus mati menebus perbuatan2 dosa orang Kristen, lantas orang Kristen bebas berbuat dosa.... Saya ingat pernah debat dengan muslimah yang menuduh Kristen konsepnya seperti itu. Karena bukan perbuatan dosa yang ditebus, tetapi status umat berdosa itulah yang ditebus. Makanya ditulis, setiap orang akan mati karena kesalahannya sendiri, setiap manusia yang makan buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu. Yesus tidak mati diatas kayu salib untuk membuat semua gigi menjadi kebal dengan buah mentah. Yesus mati di atas kayu salib supaya gigi anak tidak menjadi ngilu ketika ayah makan buah mentah.
Kita kan baru ngomongin khotbah Yesus diatas bukit spt yg tercantum dlm Matius 5:22. Kalau anda bilang Sanhedrin adalah kiasan tentunya ada maksud dibalik kiasan tsb.
Ketika Yesus mengatakan "siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama (SANHEDRIN)"...apa yg sesunggunya dimaksud Yesus?
Saya sebenarnya sudah tulis, tetapi anda sekali lagi tidak membacanya
Foxhound - Ulangan 1 wrote:Arti dari ajaran "siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Sanhedrin" adalah yang ini:
Mat 7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Mat 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Sanhedrin adalah penghakiman, tempat orang2 mengadili orang. Siapa yang berteriak kepada orang lain "Kafir", sudah menghakimi orang tersebut.... dan seperti ada tertulis siapa menghakimi dia akan dihakimi. Itulah artinya "siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Sanhedrin"...
Sekali lagi saya tuliskan dengan penjabaran
1. Sanhedrin adalah penghakiman, tempat orang2 mengadili orang.
2. Siapa yang berteriak kepada orang lain "Kafir", sama dengan melakukan penghakiman terhadap orang tersebut....
3. dan seperti ada tertulis siapa menghakimi dia akan dihakimi.
4. Itulah artinya "siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Sanhedrin"...
5. Itulah artinya....
"siapa yang menghakimi orang, akan dihakimi"
Maksudnya kan sudah jelas...
tidak hanya pembunuh yg harus dihukum tetapi pemarah pun hrs dihukum.
Jangan anda katakan pemarah tdk bisa dihukum. Saat ini saja orang yg sering memarahi istri, anaknya, atau orang lain bisa dihukum atas dasar KDRT atau pebuatan tdk menyenangkan. Jadi bukan mustahil hukum Yesus itu diterapkan.
Lha ini salah satu yang saya suka kalau sedang melayani muslim yang sedang mempelajari kekristenan.... biasanya keluar ide2 baru yang cukup menakjubkan. Memarahi istri atau anak itu KDRT ya? Kekerasan Dalam Rumah Tangga sekarang termasuk didalamnya kekerasan suara dan kekerasan raut muka ya?
Pemarah, memang melanggar hukum Kerajaan Allah... Pendendam melanggar hukum Kerajaan Allah... tetapi tidak pernah dikatakan marah itu melanggar hukum Kerajaan Allah....
Eph 4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu
Yahudi, dihukum sedemikian rupa, itu juga karena Tuhan marah,
Eze 5:15 Engkau akan menjadi buah celaan dan cercaan, menjadi peringatan dan suatu kengerian bagi bangsa-bangsa yang di sekitarmu, tatkala Aku menjatuhkan hukuman kepadamu di dalam kemurkaan dan kemarahan dan di dalam penghajaran-penghajaran kemarahan--Aku, TUHAN, yang mengatakannya--
Yang tidak boleh adalah marah yang berlarut2, Daud dalam Mazmurnya juga mengajarkan: Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu,
tetapi tetaplah diam.
Dalam konteks ayat diatas, Yesus mengajarkan; orang yang marah, dan kemudian dalam amarahnya menghakimi (bukan marah lantas diam, malah keluar umpatan kafir dan jahil), tidak dibenarkan.
1. Kalau Yesus tidak melanjutkan hukum Taurat, artinya Yesus membatalkan Taurat. Ini jelas salah krn Yesus tidak pernah membatalkan Taurat.
Sudah dijelaskan di atas
2. Kalau memang orang Kristen tidak boleh menghakimi maka orang Kristen tidak boleh menjadi hakim di negara manapun. Orang Kristen harus menentang sistem hukum sebuah negara yg menghakimi orang yg dianggap bersalah.
Nah ini nih, koq anda menentukan hukum bahwa "orang Kristen
harus menentang sistem hukum" itu logika darimana?
(Jangan bilang kalau terinsipirasi FPI ya... fyi, FPI bukan ormas Kristen
)
Katakan
misal, dalil anda yang pertama
dianggap benar "orang Kristen tidak boleh menjadi hakim di negara manapun"... apa hubungannya dengan "Orang Kristen harus menentang sistem hukum sebuah negara yg menghakimi orang yg dianggap bersalah"
Saya ini bukan hakim... kenapa karena saya tidak jadi hakim lantas saya harus menentang sistem hukum sebuah negara?!?
Tetapi lepas dari itu, dalil anda yang pertama pun salah kaprah.
Orang Kristen, tidak pernah memandang hukum Kerajaan Allah ada di atas hukum negara.
1. Karena hukum Kerajaan Allah adalah hukum aktif. Artinya hukum yang harus dilaksanakan, dan dikerjakan dari waktu ke waktu. Hukum Kerajaan Allah, bukan hukum yang bekerja ketika hanya terjadi pelanggaran.
2. Karena hukum kerajaan Allah itu sifatnya dikerjakan dari waktu ke waktu, artinya hukum Kerajaan Allah itu mengikat orang Kristen secara pribadi, tidak mengikat orang lain.
3. Karena itu pula, orang Kristen harus mendisiplin diri mereka sendiri, bukan mendisiplin orang lain.
Hukum negara, adalah hukum yang mendisiplin pelanggar hukum. Ranahnya berbeda, hukum negara lebih mirip dengan hukum Musa, makanya itu sebabnya pula disebutkan hukum Musa adalah juga hukum negara bagi Israel pada waktu itu.
Menghakimi, dihakimi, menjadi hakim, semuanya membutuhkan satu hal... "Hukum"
Ketika Yesus berkata janganlah engkau menghakimi, siapa menghakimi dia akan dihakimi... Maka perlu dicari, dengan hukum apakah dia menghakimi bukan? Dan dengan hukum itu dia akan dihakimi balik.
Kalau saya Foxhound menghakimi anda Musicman dengan hukum "Kamu itu berdosa karena sudah sesat merubah2 ajaran Tuhan"... maka dengan hukum yang sama saya akan dihakimi "Apakah saya juga tidak sesat merubah2 ajaran Tuhan", dan tentunya buat saya jadi lebih berat, karena apabila ditemukan pada anda Musicman anda merubah2 50 ajaran.... maka cukup pada saya, satu saja yang saya rubah, sengaja tidak sengaja saya sudah terhakimi dengan apa yang saya pakai untuk menghakimi. Paham kan?
Tetapi apa benar orang Kristen tidak boleh mengambil profesi sebagai Hakim? Ya kalau ini namanya terus terang agak kelewatan dan debat kusir. Tetapi ya tidak apa-apa, mari kita lihat apakah anda benar atau tidak....
Hakim negara, menghakimi dalam suatu sistem hukum negara. Apakah dengan menjadi hakim negara, maka hakim negara tersebut dibebaskan dari hukum negara? Tentu tidak, dia masih terikat juga oleh hukum negara tersebut bukan? Jadi ketika orang Kristen tersebut menjadi hakim negara, ia juga hidup dalam kuasa penghakiman dari Hukum Negara tersebut. Tidak ada konsep apapun yang dilanggar di sini....
Tetapi lain dengan hukum Kerajaan Allah. Orang Kristen adalah orang yang dibebaskan dari hukum kerajaan maut. Bagaimana lantas orang Kristen berhak mengatakan saudaranya adalah milik kerajaan sorga, dan saudaranya yang lain adalah milik kerajaan maut?
Saya sudah bicara soal Benar, saya sudah bicara soal Salah.... Mari kita bicara soal "Pembenaran"
Pembenaran
Ada Benar, maka ada Salah... saya sudah jabarkan. Tetapi selain Benar dan Salah.... ada yang namanya Pembenaran... yaitu salah, tapi dianggap benar.
Dalil 1+1=2 itu benar. 1+1=3 itu salah.. 1+1>=2 juga salah... Tetapi dalam dunia bisnis, dikenal pameo, atau suatu konsep bahwa apabila satu orang ditambah satu orang bekerja sama, hasilnya harus bisa lebih dari dua orang bekerja. Artinya 1+1>=2.
Jadi apakah 1+1>=2 itu benar? Ya, dianggap benar, diterima jadi benar. Itulah pembenaran... tidak pernah menjadikan 1+1>=2 itu benar, tetapi menjadikan 1+1>=2 bisa diterima sebagai kebenaran.
Itulah, orang yang diselamatkan. Manusia yang diselamatkan, adalah orang2 yang salah, tidak bisa bersekutu dengan Tuhan. Tetapi karena Anak Manusia sudah terbukti benar, maka manusia yang lain akan dibenarkan. Salah dianggap benar, salah yang diterima jadi kebenaran.... Quote dibawah saya berikan ilustrasi
Ilustrasi sederhana wrote:Ada satu kelas berisi anak2 yang sedang belajar. Ketika gurunya pergi meninggalkan kelas untuk menyelesaikan suatu urusan sebentar, gurunya meninggalkan pesan, "Belajar yang baik, jangan ribut, dan jangan nakal". Tetapi ada anak2 yang iseng, tidak menurut pada gurunya, malah bermain2 di kelas, membuat gaduh, menggergaji kursi gurunya, saling melempar kapur di dalam kelas.
Ketika Gurunya datang, semua terdiam, tetapi kelas sudah kacau balau. Siapa salah, siapa ikut2an, siapa tidak ikut2an, sudah tidak jelas lagi. Gurunya marah dan memberikan hukuman pada seluruh kelas tidak boleh pulang. Tetapi karena gurunya tahu, tidak semua melawan perintahnya, guru tersebut memberikan aturan, kalau ada di antara kalian bisa menjawab soal ini: 1+1 dengan benar,.... maka saya akan bebaskan kalian dari hukuman. Anda dan saya adalah termasuk di antara anak2 tersebut, dan dengan usaha yang keras berusaha berpikir mengerjakan soal "1+1"... tapi karena kita tidak belajar sebelumnya, kita tidak mampu menjawab soal "1+1" tersebut.
Saya Foxhound, kemudian menjawab 1+1=3, saya adalah anak yang salah, dan saya gagal.
Anda Musicman, kemudian menjawab 1+1=4, anda juga ikut2an salah, ikut2an gagal.
Lalu ada seorang anak, namanya Yesus, dia menjawab 1+1=2... Dia benar. Dan Gurunya membatalkan hukuman atas seisi kelas dan membolehkan seluruh anak pulang. Gurunya tanya kepada setiap murid satu persatu sebelum pulang memeriksa masing2 jawaban mereka...
Sampai ke saya, gurunya bertanya, "Foxhound apa jawabanmu?" ...
Saya jawab, "1+1=3"
Guru tersebut berkata, "Kamu salah, yang benar itu 1+1=2, lihatlah Yesus, tetapi kamu saya ijinkan pulang, karena Yesus sudah menjawab dengan benar"
Lantas anda dan saya yang sama2 keluar kelas, berjalan bersama, dan saya tanya kepada anda... "Apa jawabanmu tadi Musicman?"... dan anda menjawab "saya tulis 1+1=4"... lantas saya ketawa2... terguling2.... dan kemudian berkata "Kamu salah musicman, 1+1 itu bukan 4!!"... dan kemudian saya berkata "Kamu harusnya tadi tetap tinggal di kelas, saya heran bisa2nya guru mengijinkan kamu keluar"
Anda bisa melihat kekonyolan Foxhound yang luar biasa dan tidak tahu malu di atas atau tidak? Itulah orang Kristen, kalau menghakimi orang lain....
Kita adalah orang2 yang dibebaskan dari hukuman dosa karena kita orang yang salah yang dibenarkan.... kita ini bukan orang2 benar, melainkan orang2 yang dibenarkan. Kita ini bisa bersekutu dengan Tuhan kembali hanya karena dibenarkan. Tetapi pembenaran itu hanya membuat kita dianggap benar... bukan merubah salah jadi benar. Karena benar itu mutlak, dan artinya kita tetap salah.
Dan itu sebabnya kita tidak pernah berhak berkata, "Hey muslim, kamu orang kafir yang berdosa, neraka adalah jatahmu"
Itu sebabnya saya sadar, "Musicman, saya Foxhound, adalah juga orang yang berdosa, saya tadi menjawab 1+1=3"
Tafsiran saya, anda menganggap bhw Mahkamah Agama yg dimaksud Yesus itu ada di akhirat..faktanya Mahkamah Agama tsb adalah sanhedrin yg ada di dunia.
Sudah saya jelaskan di atas. Itu adalah bahasa puitis dari ajaran "siapa yang menghakimi akan dihakimi"
Itu artinya...kerajaan maut itu belum ada sebelum manusia diciptakan oleh Tuhan. Bagaimana kerajaan itu tiba-tiba bisa muncul sendiri? Apakah kemunculan kerajaan maut DIIJINKAN oleh Tuhan? Apakah kemunculan kerajaan maut adalah bagian dari kehendak Tuhan?
No, saya sudah katakan bahwa salah, itu ada karena ada benar. Tetapi salah tidak diciptakan oleh benar. Salah adalah sesuatu yang tidak benar.
Kerajaan maut adalah area dimana tidak ada Tuhan di dalamnya. Tuhan yang kudus, dipisahkan dari segala sesuatu yang tidak kudus. Yang tidak kudus, itulah kerajaan maut.
Tuhan tidak berkehendak, Tuhan tidak mengijinkan, tetapi kekudusan Tuhan lah yang menyebabkan ada kerajaan maut. Karena 1+1=2 benar, maka 1+1=3 itu salah.
Anda tidak menjawab inti pertanyaan saya. Dimanakah posisi kerajaan maut? Di luar kuasa Tuhan atau di dalam kuasa Tuhan?
Saya tidak jelas dengan maksud kata anda dengan "posisi", "di luar kuasa", dan "di dalam kuasa"... itu sebabnya saya tidak bisa menjawabnya sesuai keinginan anda.
Kebenaran, meniadakan kesalahan.... dengan demikian menurut anda, di mana posisi "kesalahan"? Di luar kuasa "kebenaran", atau di dalam kuasa "kebenaran"?
Pertanyaan saya adalah atas dasar DEAL atau kesepakatan apa antara Tuhan dg kerajaan maut shg segala yg terpisah dari Tuhan itu lantas diberikan kpd maut?
Apakah Adam dan Hawa yg terpisah dari Tuhan itu sudah TIDAK BERADA dalam kuasa Tuhan?
Bukan deal, tapi hukum kekudusan Tuhan. Karena Tuhan itu benar, dan benar itu kudus, dan tidak bisa bersentuhan dengan yang salah. Ketika manusia menjadi salah, manusia terpisah dari kasih karunia Tuhan, dan menjadi bagian dari kerajaan maut.
Ketika jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa, dan manusia lain yang terbukti berdosa, tidak lagi hidup di dalam kasih karunia Tuhan yang utuh. Dunia dan seisinya, dan tanah menjadi terkutuk. Kutuk adalah lawan dari Kasih Karunia. Dan kuasa Kutuk, adalah hukum!
Sejak awal Tuhan menciptakan alam semesta, Tuhan menetapkan hukum alam. Salah satunya, hukum termodinamika dua. Dengan bahasa awam saya terjemahkan "tanpa campur tangan dari luar sistem, apa yang ada di dalam sistem akan bergerak menuju kekacauan, dan tidak bisa berbalik ke kondisi semula" <--- mungkin kurang tepat tapi kurang lebih begitu
Supaya jelas tentang Termodinamika Dua saya kasih contoh dan ilustrasi saja... Besi yang diletakkan, akan berkarat. Kayu yang tidak dipelihara akan jadi lapuk. Rumah yang tidak dijaga akan runtuh. Itulah hukum alam, salah satu contoh fenomena hukum termodinamika dua.
Kasih Karunia Tuhan lah yang mampu membebaskan segala sesuatu dari hukum. Ketika manusia diciptakan, manusia diciptakan dalam kasih karunia Tuhan, dan tidak terikat oleh hukum, termasuk hukum alam. Itu sebabnya, dikatakan manusia itu hidup.Tetapi ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia terpisah dari kasih karunia Tuhan, dan hidup di bawah kutuk. Manusia jadi hidup dalam belas kasihan hukum. Itu sebabnya pula konsep keselamatan, adalah bebas dari belenggu hukum dosa...
Apakah Adam dan Hawa sudah TIDAK BERADA di dalam kuasa Tuhan?
Saya sekali lagi tidak bisa menjawab karena saya belum jelas arti yang anda maksud dengan "di dalam kuasa Tuhan". Tetapi satu yang pasti, ketika manusia jatuh dalam dosa, manusia tidak hidup di dalam kasih karunia Tuhan.