Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Post by Foxhound »


Warning:
Saya taruh di sini karena saya tidak ingin ada spamming baik dari muslim maupun netter non muslim sendiri. Jadi harap anggota RBI sendiri tidak sembarangan menaruh komentar spamming di thread ini.

Terima kasih.

_____________________________________________________________________________
Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Orang memang sering salah kaprah, bahwa perekonomian berbasis syariah, adalah apa yang selama ini dikenal dengan perbankan syariah. Pengertian perekonomian berbasis syariah sendiri sebenarnya sangat luas. Bukan melulu masalah perbankan.

Dasar pengertian perekonomian syariah adalah beberapa ayat yang melarang mengambil riba, salah satunya yang paling jelas adalah
Al Baqarah wrote: 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.

279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Di budaya kuno yang dimaksud riba adalah bunga pinjaman. Larangan tersebut jelas ditujukan bagi orang yang meminjamkan uang, tanpa perduli apakah yang dipinjami itu menggunakan uangnya untuk pekerjaan yang menguntungkan sehingga uang mejadi berlipat, atau hanya menggunakannya karena terjepit kebutuhan, atau akhirnya gagal mengeruk keuntungan.

Karena konsepnya yang sangat dekat dengan riba hasil bunga pinjaman, orang selalu mengindentikkan perekonomian syariah dengan perbankan syariah. Tetapi di jaman modern ini, ekonom syariah memperluasnya menjadi suatu pemahaman di mana suatu hubungan kerja sama ekonomi, harus berdasarkan pemahaman untuk saling menguntungkan. Dan tidak mengambil apa yang lebih dari haknya, harus sesuai akidah agama, tidak memikirkan diri sendiri, dsbnya. Dalam bahasa singkat, riba di sini diperluas artinya menjadi apa yang lebih dari hak keuntungannya.

Kali ini saya ingin membahas perekonomian syariah di luar perbankan. Posting berikutnya baru mungkin akan membahas topik-topik perbankan dan absurdity- nya, antara idealisme dan realita juga.

Contoh aplikasinya:
Dalam hubungan horizontal, antar rekan bisnis. Kerja sama tidak akan bisa berjalan tanpa suatu win win solution. Ini sudah dipahami oleh pelaku bisnis manapun. Bedanya, bargain power sangat menentukan definisi win win solution nya. Di dunia umum, yang lebih kuat, tentu akan minta porsi bagi hasil lebih daripada yang lebih lemah.
Sedangkan ekonomi berbasis syariah punya idealisme bahwa bargain power harus dikesampingkan, bagi hasil harus berasaskan keadilan.

Dalam hubungan vertical, antara perusahaan dan karyawan. Yang berlaku di dunia usaha sekarang ini adalah tarik ulur antara perusahaan dan karyawan.

Untuk perusahaan dengan fundamental yang kuat. Perusahaan ketika membutuhkan karyawan bagus dengan skill khusus, tidak segan untuk merogoh duit besar untuk karyawannya, terutama di jajaran eksekutif. Sedangkan untuk jajaran buruh dengan skill umum, kalau perusahaan merasa karyawannya bisa dikaryakan dan butuh pekerjaan, perusahaan akan berusaha menekan cost dengan memberikan gaji yang secukupnya, atau malah sekedar UMK (atau malah ada yg berani di bawah UMK). Siapa yang menikmati laba yang diraih dengan menekan cost buruh tersebut? Umumnya adalah jajaran eksekutifnya lagi. Hal seperti ini bisa termasuk kategori pemungutan riba dalam perekonomian syariah.
Sedangkan ekonomi berbasis syariah punya idealisme bahwa status-status seperti ini harus dikesampingkan, take home pay, harus benar-benar adil berdasarkan gain yang didapat.

Apakah ini konsep yang sangat bagus? Saya katakan YA! SANGAT BAGUS!!! Tetapi suatu idealisme salah kaprah

Dalam hubungan horizontal, ketika terjadi perjanjian bisnis, siapa menguntungkan siapa, tidak pernah bisa ditarik garis yang jelas bahkan ketika perjanjian ditandatangani. Seorang investor yang punya dana ketika bertemu dengan seorang kontraktor yg punya chance mengerjakan project, porsi bagi hasilnya sangat ditentukan dari siapa butuh siapa.

Kalau sang kontraktor punya banyak calon penyandang dana dan atau reputasinya success ratenya sudah sangat menonjol, dia tentu tidak mau mendapatkan porsi kecil. Sebaliknya apabila kontraktor tersebut hanya punya satu dua alternatif penyandang dana, dan atau reputasinya masih lemah, investor tentu cenderung menekan bagian laba milik kontraktor tersebut. Atau bahkan menerapkan beberapa term tentang garansi investasi sebesar berapa persen, dan pinalti2.

Apakah di atas itu adil? Ekonom syariah tertentu akan menganggap kasus terakhir tersebut adalah pemungutan riba terselubung yang tidak sesuai dengan nafas syariah. Tetapi bagaimana bisa dikatakan tidak adil? Resiko bagi investor tersebut, jelas lebih tinggi untuk kasus kedua. Reputasi adalah faktor yang sangat penting dalam penilaian resiko. Sedangkan term garansi adalah salah satu cara untuk risk management. High risk high gain, low risk low gain adalah hukum ekonomi, bukan lagi teori ekonomi.

Untuk contoh kasus hubungan vertical. Ekonom syariah akan berusaha mengusulkan ide bentuk hubungan kerja sama berdasarkan hasil, kalau buruh A menghasilkan banyak diberi duit banyak, kalau buruh B menghasilkan sedikit diberi duit sedikit. Dengan demikian, tidak ada yang dizolimi, tidak ada pemungutan riba. Perusahaan juga harus memberikan harga yang konsekuen sesuai dengan hasil laba yang dimiliki.

Konsep ini tidak beda dengan konsep subcontract, yang justru seringkali dilawan oleh serikat buruh di Indonesia. Dan percaya atau tidak, hukum perburuhan di Indonesia sendiri sangat tidak klop dengan perekonomian syariah. Benarkah ini baik apabila konsep ekonomi syariah diterapkan? Saya katakan, sangat baik untuk kondisi perburuhan di Indonesia, terutama terkait mental pekerjanya.

Contoh paling nyata adalah bisnis garment di Indonesia. Bisnis garment di Indonesia, adalah bisnis yang naik turun dalam periode tertentu. Kadang booming, kadang hancur, nanti booming lagi, nanti hancur lagi. Booming dan hancurnya dulu adalah sangat tergantung antara hubungan Cina dengan Amerika. Kenapa?

Sekitar tahun 2002/2003, waktu case study untuk masalah ini, saya masih ingat. Buruh di Cina, dibayar 2 kali lipat gaji buruh di Indonesia per hari. Tetapi buruh Cina bekerja 12 jam tanpa dibayar lembur, sedangkan buruh Indonesia bekerja 8 jam sedangkan 4 jam lagi sisanya dibayar lembur hampir 2x lipat gaji. Yang buntutnya berarti untuk 12 jam, gajinya sama. Dalam 12 jam tersebut, buruh Cina bisa menjahit 10-12 baju, buruh Indonesia cuma bisa menjahit 4-6 baju. Dan, yang mampu bekerja keras, tentu tidak mau bekerja lebih keras menjahit 10 baju kalau melihat temannya yang menjahit cuma 4 baju, mendapat gaji sama.

Itu sebabnya, pemilik brand lebih suka subcon ke Cina daripada ke Indonesia. Indonesia hanya menjadi alternatif apabila ada blokade ekonomi, anti dumping dsb yang memperburuk hubungan ekonomi Cina dan Amerika. Dengan begitu, sebenarnya ide memperlakukan konsep syariah, akan sangat membantu perusahaan. Tetapi, hal ini sendiri juga ditentang uu perburuhan.

Buruh di Indonesia, boleh dibilang punya mental yang belum dewasa. Banyak perusahaan yang sedang tercekik sebenarnya menjadi lebih tercekik oleh mental-mental seperti ini. Ketika perusahaan over capacity karena ekonomi memburuk, buruh akan cenderung bekerja santai, dan produktifitas menurun. Ketika ekonomi membaik, kapasitas buruh tidak ikut naik, sehingga perusahaan akhirnya harus menambah jumlah karyawan untuk melayani order yang meningkat. Tentu cost jadi naik dan laba menurun, atau terkadang karena salah perhitungan malah merugi.

Perusahaan akhirnya harus melakukan efisiensi, dan melakukan PHK. Tetapi biaya PHK di Indonesia sangat tinggi, thanks to Jacob dari PDI Perjuangan. Sehingga untuk mengikuti jalur hukum, perusahaan harus menyisihkan uang pesangon yang sangat besar untuk melakukan efisiensi. Bagi perusahaan yang mulai tercekik, hal ini tidak mungkin dilakukan karena uang sudah sangat minim untuk working capital. Dan akhirnya, mereka terlilit lingkaran setan, tidak ada jalan keluar. Dan buruh yang bermental kadal, yang semakin lama semakin senior, akan kipas2, duduk2, menunggu di PHK mendapat pesangon besar. Memberikan pengaruh buruk kepada buruh yang lain.

Kenapa buruh menolak konsep kerja subcontract? Karena dalam hal ini, buruh menghendaki security. Jaminan dari perusahaan bahwa ketika dia bekerja di perusahaan, masa depannya terjamin. Sedangkan pekerja subcontract tidak terjamin. Apabila perusahaan sepi order, tentu saja mereka juga mendapatkan sedikit. Sedangkan yang dimaui buruh adalah ketika mereka tidak bekerjapun, perusahaan tetap menanggung gaji mereka. Dan sekali lagi, hal ini ditanggulangi oleh UU buruh dengan ketentuan bahwa upah subcontract pun minimum adalah UMK.

Jadi, apakah konsep ekonomi syariah akan membantu hal ini? Oh tentu! Ide perekonomian syariah ini sangat bagus diterapkan di bagian ini, kecuali di bagian 'harga yang konsekuen sesuai laba'. Nah, orang sekilas tentu akan menuduh saya mau menangnya sendiri membela kepentingan perusahaan dibanding 'wong cilik'.

Tentu tidak, konsep perburuhan yang ada sekarang ini sebenarnya sudah sangat tidak business friendly. Menghambat investor2 asing, dan membuat mereka berpikir berkali2 sebelum menanamkan investasinya di Indonesia. Perekonomian syariah dalam hal ini tidak membawakan konsep baru. Karena subcontract adalah hal-hal yang sudah umum dan adil diterapkan di banyak negara.

Masalah dengan harga yang konsekuen sesuai laba, ini yang tentunya tidak bisa serta merta diterapkan. Karena faktor penentu laba sangatlah luas. Tidak bisa melulu dari kontribusi buruh. Hal yang paling masuk akal dalam penentuan imbal hasil subcontract adalah:
1. Harga pasar.
2. Banyaknya demand dan supply antara pekerja VS pekerjaan.
3. Kompleksitas pekerjaan itu sendiri, dan skill yang dibutuhkan

Dengan demikian, resiko tidak dapat melepas produk ke pasar, resiko blunder pihak eksekutif, juga tidak terbeban kepada pekerja di lapis bawah. Sekali lagi high risk high gain, low risk low gain adalah hukum ekonomi.

Setelah membaca artikel saya, yang belajar ekonomi, tentu tahu dimana saya berdiri. Ya, kapitalisme. Apakah saya pendukung kapitalisme? Bukan! Saya sendiri secara pribadi punya keyakinan, yang tentunya belum bisa dibuktikan. Bahwa tidak ada satupun ide perekonomian yang benar-benar ok, akan saya jelaskan di lain waktu. Tetapi kapitalisme, adalah yang paling masuk akal terjadi dengan sendirinya karena lebih dekat dengan teori evolusi. Dan paling dekat dengan realitas.

Orang memang dulu berpikir bahwa kapitalisme adalah ide ekonomi yang paling ok. Terutama setelah komunisme di mana-mana tidak membawakan hasil apa-apa selain penjajahan rakyat yang dilakukan pemerintahnya sendiri. Tetapi krisis global yang terjadi saat ini, membuat kepercayaan orang hancur atas kapitalisme. Dan perekonomian syariah berusaha menyeruak mencoba memberika solusi.

Tetapi saya katakan, Kapitalisme menjadi yang nomor satu saat ini di dunia, bukan karena kapitalisme adalah ide ekonomi paling ok. Melainkan karena tidak ada ide ekonomi lainnya yang mampu survive di dunia nyata ketika bersaing dan bertempur dengan kapitalisme. Sehingga mau tidak mau, akhirnya seluruh orang harus ikut dalam perekonomian kapitalis.

Contoh, ide yang menurut saya sangat bagus adalah koperasi. Bagaimana beberapa orang dalam satu community, menggabungkan kebutuhan2 mereka seperti kebutuhan pokok dalam satu badan, sehingga bisa punya bargain untuk membeli barang2 dengan harga lebih murah karena quantity. Menjual ke sesama anggota, dan keuntungannya pun kemudian dibagi bersama-sama.

Tetapi saat ini, bisakah koperasi seperti itu bersaing mensejahterakan anggotanya apabila dilawankan dengan harga miring Carrefour??? :roll:

Itulah yang akan kita coba bedah di thread ini. Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas.

Perekonomian berbasis Syariah, buat saya pribadi, adalah ide yang sangat bagus. Tetapi terlalu bagus sehingga hanyalah mimpi di siang bolong. Sama seperti ide2 ekonomi lainnya. Apabila diimplementasikan, prediksi saya dan simulasi saya adalah ekonomi syariah akan tidak mampu bersaing dengan capitalisme. Dan bahkan, saya sedikit condong ke dalam pemikiran, lama-lama bukan hanya tidak bersaing lagi, tetapi akan dimanfaatkan dan di-abuse oleh capitalisme.

I think, that's enough for now.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Perekonomian Berbasis Kesadaran Agama

Post by Foxhound »

http://www.inilah.com/berita/ekonomi/20 ... -rp-169-m/" onclick="window.open(this.href);return false;

INILAH.COM, Jakarta - Audit Intern Bank Rakyat Indonesia telah menemukan indikasi penyimpangan dalam pemberian kredit yang diduga dilakukan oleh oknum pejabat BRI di Kantor Cabang BRI Syariah Serang sehingga kredit menjadi macet.

Hal ini diakui Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan PT BRI Perseroan Hartono Sukiman dalam penjelasan tertulis ke BEI, Senin (27//4).

Ia mengakui, pemyimpangan pemberian kredit ini potensi kerugian akibat kredit macet tersebut diperkirakan sebesar Rp 169 miliar. BRI telah menindaklanjuti temuan tersebut dnegan manarik oknum petugas BRI dari jabatannya dan memproses hukuman disiplin. “Saat ini kasus tersebut tengah ditangani oleh Kejaksaan Asung untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan,” tegasnya.

BRI juga telah membentuk cadangan atas kredit macet tersebut pada tahun 2008 sehingg tidak berpengaruh terhadap kinerja tahun 2009.

Sementara itu, pada 2008 BRI mencatat laba bersih sebesar Rp 5,96 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 23,16% dibanding perolehan laba setelah taksiran pajak pada periode yang sama tahun 2007 sebesar Rp 4,84 triliun. [cms]
_____________________________________________________________________________________

Perekonomian syariah, kenapa saya sendiri bisa mengatakan konsep yang bagus? Karena ide nya adalah mengadakan sistem ekonomi berbasis kelakuan agama. Setiap tindakan ekonomi yang dilakukan harus berdasarkan asas-asas agama yang tidak menghendaki kecurangan, tindakan amoral, pelanggaran hukum, dan keserakahan.

Yang saya tebali itu adalah apa yg digembar-gemborkan ekonom syariah sebagai sumber kejatuhan kapitalisme. Tidak salah memang, karena dalam kapitalisme, pasar modal sendiri sebagai opini publik dalam tindakan ekonomi memang juga berpihak ke emiten dengan rasio laba yang meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga tujuan ekonomi kapitalis jelas, yaitu mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Dan ini berbuah kepada transaksi2 derivatif penuh resiko yang angka2 ekonominya hanya berdasarkan hitungan2 yang seringkali tidak realistis untuk memancing aliran dana kapital.

Tetapi justru itulah salah satu alasan kenapa ekonomi syariah tidak bisa bertahan melawan kapitalisme. Andaikata bisa hidup berdampingan pun, kapitalis akan menggunakan kedok syariah ini untuk abuse orang-orang fanatik yang seperti kerbau dicucuk hidungnya berpihak pada ekonomi syariah dengan alasan ibadah mensukseskan paham beragama.

Berita di atas adalah salah satu bukti, bahwa ekonomi syariah tidak berbeda dengan konsep2 ekonomi lainnya. Seberapapun bagus idenya, semua tergantung manusia pelakunya. Bagaimana bisa suatu konsep ekonomi berharap bahwa pelakunya masing-masing punya itikad baik atas nama agama, sementara di pihak lain yang menawarkan janji keuntungan lebih besar bertebaran di mana-mana. Yang terjadi tentu saja adalah suatu konsep bisnis yang menguntungkan lebih sang empunya bisnis, dengan sasaran nasabah yang bersedia mendapat keuntungan lebih sedikit atas nama agama. Yang paling kelihatan ya perbankan syariah.

Islam tidak mungkin bisa menanamkan suatu kesadaran beragama sampai pada titik seluruh pengikutnya rela punya keuntungan sedikit demi rasa sosialisme dan semangat religi. Semua itu hanya bisa dilakukan ketika syariah islam ditegakkan dan aturan-aturan kemudian ditetapkan dengan hukum syariah sehingga pelaku ekonomi mau tidak mau mengikuti aturan-aturan tersebut. Kalau eskalasi hukum ini meningkat hingga pemberian sanksi yang sangat keras diatur oleh pemerintahan agama, maka konsep perekonomian ini akan mendekat ke konsep komunisme.

Kapitalisme, adalah suatu realita, konsep ekonomi yang memang berdasarkan sifat humanisme fundamental, yaitu serakah. Tetapi karena ini adalah realita, ketika kebebasan menjadi idola, konsep ekonomi juga pasti condong ke sana. Yang paling tepat dilakukan adalah regulasi. Regulasi untuk mencegah tindakan-tindakan amoral yg mewarnai kapitalisme.

Dengan begitu, lantas di mana posisi ekonomi syariah? Kalau gerak liar kapitalisme berhasil dibendung dengan regulasi, dimanakah posisi ekonomi syariah? Kalau tetap bertahan pun, hanya akan menguntungkan para kapitalis. Dan itu berarti, seluruh kapitalis yang pintar, akan mendukung semangat perekonomian syariah. Saya tidak tahu, apakah hal seperti ini disadari para ekonom syariah tersebut. Karena seringkali saya melihat di FFI ini, fanatisme atas agama ini membuat orang-orang pintarnya kehilangan akal.

Saya sering geli, ketika membaca berita yang digembar-gemborkan muslim tentang bagaimana Inggris atau negara kapitalis lain mendukung konsep ekonomi syariah. Mereka seperti orang2 yang **** tidak berotak, merasa harga diri mereka naik karena konsep agama mereka ternyata diadopsi oleh orang2 kafir. Dan itu seperti seolah-olah justifikasi bahwa agama mereka adalah yang sempurna..... padahal keinginan mereka diadopsi dan diterima supaya mereka bisa disembelih...

Islam, hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi.
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 24&start=0" onclick="window.open(this.href);return false;
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Post by HILLMAN »

Mas Fox, kalau kita lihat grand design dari "syariah" ini adalah "pemaksaan" penerapan hukum syariah di dalam hukum negara agar semua hal yang memuat konsep syariah memiliki landasan hukum.

Gejala ini terlihat, saat desakan penerapan hukum syariah secara frontal ditolak, pihak yang menginginkan penerapan hukum ini memulai strategi "resapan" dalam setiap sendi. Salah satunya adalah sendi ekonomi.

Kita dapat lihat di link ini, bagaimana ekonomi syariah ini merupakan salah satu metode dakwah.

http://g1s.org/blog/menuju-bank-syariah ... lusif-968/" onclick="window.open(this.href);return false;

Mas Fox, dengan ekonomi syariah ini, salah satu persyaratan yang fundamental adalah pelaku harus Islam, sehingga dapat di ikat dalam perjanjian secara syariah dan apabila terjadi persengketaan dilanjutkan di pengadilan Agama Islam tentunya.

InsyaAllah cukup jelas.

Wassalam
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Re: Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Post by Foxhound »

HILLMAN wrote:Mas Fox, kalau kita lihat grand design dari "syariah" ini adalah "pemaksaan" penerapan hukum syariah di dalam hukum negara agar semua hal yang memuat konsep syariah memiliki landasan hukum.

Gejala ini terlihat, saat desakan penerapan hukum syariah secara frontal ditolak, pihak yang menginginkan penerapan hukum ini memulai strategi "resapan" dalam setiap sendi. Salah satunya adalah sendi ekonomi.

Kita dapat lihat di link ini, bagaimana ekonomi syariah ini merupakan salah satu metode dakwah.

http://g1s.org/blog/menuju-bank-syariah ... lusif-968/" onclick="window.open(this.href);return false;

Mas Fox, dengan ekonomi syariah ini, salah satu persyaratan yang fundamental adalah pelaku harus Islam, sehingga dapat di ikat dalam perjanjian secara syariah dan apabila terjadi persengketaan dilanjutkan di pengadilan Agama Islam tentunya.

InsyaAllah cukup jelas.

Wassalam
Memang mas Hillman, seperti yang saya tulis
Foxhound wrote:Islam tidak mungkin bisa menanamkan suatu kesadaran beragama sampai pada titik seluruh pengikutnya rela punya keuntungan sedikit demi rasa sosialisme dan semangat religi. Semua itu hanya bisa dilakukan ketika syariah islam ditegakkan dan aturan-aturan kemudian ditetapkan dengan hukum syariah sehingga pelaku ekonomi mau tidak mau mengikuti aturan-aturan tersebut. Kalau eskalasi hukum ini meningkat hingga pemberian sanksi yang sangat keras diatur oleh pemerintahan agama, maka konsep perekonomian ini akan mendekat ke konsep komunisme.
Perekonomian syariah memang hanya bisa berjalan apabila pelaku dipaksa mau tidak mau mengikuti aturan tersebut. Justru inilah yang nanti akan membawa perekonomian syariah kembali ke jaman kalifah.

Tidak ada konsep perekonomian manapun yang kebal dari rasa serakah pelakunya.
Komunisme, kalah dengan rasa serakah dan prioritas yang duduk di pemerintahan.
Kapitalisme, kalah dengan rasa serakah pemegang uang.
Koperasi, kesetiaan anggota akan kalah dengan rasa serakah anggotanya.

Lantas apa yang terjadi apabila ekonomi syariah juga harus menyerah terhadap perilaku serakah? Akan jadi super bahaya. Setidaknya, komunisme di atur oleh negara yang mempunyai wewenang supremasi secara hukum. Kapitalisme adalah masalah siapa menang siapa kalah.

Tetapi apabila ekonomi syariah akhirnya berjalan di atas hukum agama, para pemuka agama yang punya modal dan duit tentunya akan cenderung semena-mena menerapkan konsep yang tetap kembali merugikan orang lain di atas hukum syariah. Dan segalanya akan kembali ke jaman kekalifahan.

Penjajahan, adalah satu humanity trait yang tidak pernah hilang dari jaman ke jaman. Hukum Islam sendiri kalau diambil pure dari AlQuran mana cukup untuk mengatur sendi-sendi hukum? Semuanya harus diproyeksikan lagi menjadi hukum-hukum baru atas tafsir-tafsir ulama, berdasarkan sunnah nabi, dalam kondisi budaya Arab. Padahal, Islam sendiri adalah agama kolonialisme, selama masih ada yang dijajah, sasaran Islam adalah menjajah non muslim. Tetapi begitu tidak ada lagi sasaran empuk, segalanya akan menjadi milik para kalifah.

Lepas dari itu semua, ekonomi syariah memang secara idealisme memberikan suatu jawaban bagi kondisi saat ini, bahwa perilaku ekonomi, seharusnya tidak boleh serakah. Idealis, tetapi tidak realistis.

Simple thing, kenapa kartu kredit syariah secara total membebani pemegangnya biaya lebih besar dari kartu kredit konvensional? Kenapa kompensasi pinjaman kepada bank syariah secara total membebani nasabahnya lebih besar dari bank konvensional?

Ekonom syariah, kalau diperlihatkan kenyataan ini hanya akan tersenyum kecut, dan kemudian kembali berkata, "Konsepnya kan bukan cuma perbankan?". Saya akan jawab bahwa dimanapun, kapanpun, dalam bentuk apapun, wujud implementasi konsep ekonomi tidak akan bisa lepas dari sifat greedy.

Karena itu lebih baik kapitalisme yang jelas2 secara terbuka menunjukkan sifat keserakahannya, sehingga segala sesuatu bisa kemudian dikendalikan dengan regulasi. Daripada konsep ekonomi syariah, yang keserakahannya akan bersembunyi di balik sebuah kemunafikan agama.

Jadi pengamatan mas hillman juga tidak salah. Proses proposal ekonomi syariah kira-kira akan seperti ini:
1. Mengunggulkan konsep ekonomi syariah yang berasaskan kesadaran beragama yang membuang keserakahan
2. Menerapkan konsep ini kepada dunia bisnis
3. Setelah implementasi dilakukan, akan timbul gesekan dari penerapan dikarenakan pelaku tetap cenderung condong kepada higher profit
4. Dibutuhkan regulasi untuk memastikan pelaku ekonomi taat kepada konsep "kesadaran beragama yang membuang keserakahan"
5. Regulasi tersebut adalah hukum syariah.

Dan setelah step 5, gampang... hukum syariahnya tinggal diperluas ke sendi-sendi lain.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Re: Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Post by HILLMAN »

Benar sekali mas Fox, dan saya melihat secara keseluruhan dari peta-peta gerakan menuju "pemaksaan" penerapan hukum syariah dengan pengepungan dari segala sendi kehidupan.

Kita berdoa dan ber-ijtihad agar yang terbaik menjadi hasil akhir.

Salam dalam damai dan kemerdekaan.

Nanti kita sambung, saya Isya' dulu. :lol:
User avatar
dulilah
Posts: 300
Joined: Fri Nov 23, 2007 8:50 pm

Re: Perekonomian Berbasis Syariah, Antara Idealisme dan Realitas

Post by dulilah »

apalagi kalau dari awal sudah di-iming2-i dakwah semacam dibawah ini:
Konsep perbankan/ekonomi konvensional adalah ciptaan manusia yang penuh dengan kelemahan, sedangkan konsep perbankan/ekonomi Islam adalah ciptaan Yang menciptakan manusia, Allah SWT yang maha sempurna.

http://daudrasyid.com/index.php?option= ... &Itemid=29" onclick="window.open(this.href);return false;
InsyaAllah pengikut bank syariah dapat pahala dan Barokah! Karena InsyaAllah kita sudah berusaha menghindari dari dosa riba. Dalam Al-Baqarah 278-279 , disitu disebutkan bahwa barangsiapa yang tetep keukeuh menggunakan sistem riba dalam perniagaannya, akan diperangi Allah swt dan Rasul-Nya saw!!

Bahkan ayat yang menjelaskan bahwa ‘Allah swt dan Rasul-Nya saw akan memerangi makhluknya’, HANYA terdapat pada ayat ini. Berperang itu kalo dari kaidah makhluk, lebih ke arah emosi dan penetapan secara TEGAS ke makhluk lain. Sehingga dosa musyrik, dosa membunuh dan dosa-dosa besar lainnya lebih ringan kadarnya ketimbang dosa riba !!! Riba itu mempunyai 73 tingkatan, yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang melakukan Zina dengan ibunya

http://www.yarsi.ac.id/berita/48-yarsi- ... riah-.html" onclick="window.open(this.href);return false;
masyaallah
Post Reply