Duladi & Ibra: Allah SWT, Muhammad, Quran & Islam

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Pak DUladi

Wah terima kasih atas bingkisannya.
Diagram Venn nya lucu, terima kasih atas pesannya buat saya..Saya pertimbangkan :)

Boleh saya berpesan buat Mbak Rahayu (keponakan Bapak ):
"Dik, belajar yang bener ajah, jangan mikir masalah agama, agama bukan didebatkan tapi dijalankan dengan istiqomah. Pelajaran SMP udah susah, ini di SMP kelas 1 udah mikir jurusan tiga angka (padahal itu kerjaannya nahkoda), ntar kelas 2 suruh mbelah2 kodok (kerjaanya tukang sweeke), ntar kelas 3 suruh bikin rangkaian listrik (kerjaannya tukang reparasi alat elektronik). Artinya bagian dari track sekolah yang paling sulit adalah SMP. Jadi, biar om-nya aja yang debat2an, dik Rahayu belajar yang pinter, nanti kalo pinter sekolah di Harvard, pulang jadi menteri. Dan tetap beragama dengan baik ya! Apapun agamanya :) "

Buat Om nya Dik Rahayu

1. Mana yang lebih sahih, tulisan karangan Haekal atau tulisan Ibnu Ishaq?

Yang lebih sahih adalah tulisan karangan Ibnu Ishaq pastinya. TAPI yang sumbernya jelas, misalnya dari kitab Hayatu MUhammad (karya Hussain Haikal), bukan tulisan Ibnu Ishak yang dikutip2 di wikipedia (wikipedia gak necessarily salah lo) atau (lebih2 RC FFI) :))

2.Siapakah kaum Yahudi yang memerangi Islam secara terbuka di Medinah? Mari kita selidiki hal ini dengan teliti dan runtut dari asal-muasalnya. Siapakah PEMBUAT GARA-GARA YANG PALING PERTAMA di Medinah?

Saya quotkan dari Jawaban saya,

Tantanagn dari yahudi sangat besar. Yahudi SELALU bersedia membantu siapapun asalkan objek utama adalah penghancuran Islam. Karena itu, peperangan pertama dilakukan kepada bani Nadhir dan Bani Qainuqa, yang bertindak sebagai spionase bagi para pihak yang ingin menghancurkan Islam. Ketiga adalah bani Quraizhah yang sepakat dilindungi di Medinah TAPI justru bergabung dengan yahudi Mekah berusaha menyerang Islam.

Orang yang Menolak Masuk Islam dan Menolak Bayar Jizyah, Tidak Diapa-apakan

Anda salah meng quote, yang Islam WAJIB bayar zakat dan yang Non Islam wajib bayar jizyah. Adil kan?

Quran dengan Contoh Kasus 1 & Kasus 2 perihal Harta Waris

SUDAH beribu kali dijawab
Contoh 1 ada aul
Contoh 2 ada muashob
Klop


IBra

jazakumulah khoir
MuridMurtad
Posts: 1081
Joined: Fri Sep 30, 2005 1:49 pm

Post by MuridMurtad »

Kok debatnya jadi kayak gini ? :roll:

Mendingan ngomongin jizya.

@Ibra...tidak sependapat dengan definisimu mengenai jizyah..

Dalil Jizyah di At Taubah ayat 29


Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.


Jizyah adalah semacam upeti. Pembayar jizyah atau ahli zimmah adalah warga kelas dua yang hak-haknya dibatasi kerena menolak Islam. Jizyah harus dilihat bukan saja dari sisi materi saja, tapi dari juga sisi psikis yaitu sebagai symbol kehinaan.

Jizyah sangat berbeda dengan zakat. Membayar zakat dapat dianggap suatu KEHORMATAN kerena dilakukan dalam rangka penyucian diri. Hasil-hasil zakat juga sebagian akan kembali lagi ke komunitas, sementara Jizyah tidak.

Hadist Malik Muwatta 17.24.46 :
..............................zakat dibebankan kepada Muslim dalam rangka menyucikan mereka dan untuk menyalurkan kembali kepada kaum miskin diantara mereka, sementara Jizyah dibebankan kepada para ahli Kitab untuk MERENDAHKAN mereka............


Ketika Muslim menyerbu suatu daerah dan berhasil menguasainya, maka yang menolak Islam diwajibkan menjadi ahli Zimmah atau subject Jizyah - meskipun dia adalah penduduk asli- kalau tidak keamanannya tidak dijamin alias boleh dibunuh oleh siapa saja tanpa perlindungan hukum.

Jadi jelas Jizyah SANGAT BERBEDA dengan zakat maupun pajak. Warga yang baik tentu saja harus menjadi wajib pajak yang baik (asal tidak dikorupsi), tapi pembayar jizyah adalah obyek DISKRIMINASI gara-gara tidak mau mengakui Muhammad sebagai nabi.

Kadang sesorang lebih suka membayar materi yang lebih daripada dihina dan direndahkan.

Thread ini milik Duladi jadi gw tidak akan berlama-lama... :lol:
Last edited by MuridMurtad on Sun Jul 20, 2008 1:41 pm, edited 1 time in total.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Cek lagi..
Muwatta apa Mutawwa?

practically memang, konsyah kekuansi dari Khilafah, berarti memang semua ajaran dan nilai berdasarkan Islam. Artinya, ayat di atas tidak salah.

TAPI
Dalam penerapannya jizyah itu berfungsi fiskal biasa sebagai sumber pe,biayaan untuk non Muslim karena non Muslim TIDAK membayar zakat. dan karena zakat merupakan ibadah maaliyah yang tidak mengikat umat agama lain

Ibra
MuridMurtad
Posts: 1081
Joined: Fri Sep 30, 2005 1:49 pm

Post by MuridMurtad »

Cek lagi..
Muwatta apa Mutawwa?
Sorru, sudah diperbaiki kesalahan ketiknya..
Sumber inet..
http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamental ... h/muwatta/
TAPI
Dalam penerapannya jizyah itu berfungsi fiskal biasa sebagai sumber pe,biayaan untuk non Muslim karena non Muslim TIDAK membayar zakat. dan karena zakat merupakan ibadah maaliyah yang tidak mengikat umat agama lain
Apapun penerapannya, meski dilunakkan, jizyah mengandung diskriminasi sesuai esensi Islam. Ya itulah kalau hukum agama (syariat)dijadikan hukum negara akan selalu ada diskriminasi. Jumlah zakat ditetapkan, tapi jizyah tidak. Jadi kalau zakat tidak mencukupi -peras saja non muslim- seperti jaman kalifah yang bisa mencapai 40 x zakat......

Supaya lebih memahami jijyah, lebih baik melihat kepada negara adikuasa jaman Muhammad, yaitu Byzantium. Byzantium menganggap diri kerajaan Kristen, dan meski tidak mengenal perang jihad seperti Islam, undang-undangnya yang berlandaskan Justinian Code diwarnai semangat kesuperioran Kristen dan anti Yahudi.

Justinian Code Novella 146, mengenai Yahudi sangat mirip ayat Quran di atas.

Ch.II.
Bila ada di antara mereka (Yahudi) tidak beriman (kepada Tuhan), menyangkal kebangkitan atau penghakiman, atau karya Tuhan, atau malaikat-malaikat sebagai ciptaan, kami meminta dimanapun mereka untuk diusir dengan segera;


Byzantium waktu itu adalah negara adikuasa yang mata uangnya dijadikan standard kerena kestabilannya dari Spanyol hingga India (kalau sekarang mungkin Amerika). Maka tentu saja pengaruh budayanya kemana-mana, termasuk ke pola pikir Muhammad.

Tapi kalau Justinian Code hanyalah peraturan manuisa yang sudah kedaluarsa, yang tidak ada seorangpun sekarang akan memakainya lagi, maka Quran DIANGGAP peraturan yang berasal dari langit.....yang berlaku sepanjang jaman.

Quran sebenarnya tidak lebih dari ide-ide manusiakuno yang dijadikan HUKUM ILAHI.....sehingga banyak muslim ungin menerapkannya sebagai hukum negara...

...sudah OOT terlalu jauh... :wink:
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Gak apa-apa pak..
Sebelum pak Duladi datang.Kita bisa ngobrol2 dulu :))

landasannya adalah Udkhulu Fissilmi Kaffah (masuklah ke dalam islam dengan sempurna)

Artinya kalau sempurna IPOLEKSUSBUD HANKAM nya harus sempurna
Nah kalau demikian, maka Ekonomi juga harus islam(i)
perbankan Islam, Fiskal islam, moneter islam, dst.

Saya sendiri BUKAN orang yang setuju formalisasi Islam.
Saya lebih senang, kita bisa menggunakan nilai2 yang disepakati bersama (say Pancasila) tapi toh anjuran dan pelaksanaannya tidak ada yang menyimpang dengan Islam.

Jadi selama kita bukan khilafah yang kuat, sistem fiskal di atas masih debatable.
Kecuali, bisa lahir sebuah khilafah Islamiyyah yang kuat, maka sisi fiskal di atas bisa berjalan. TOh masyarakat madani yang didengung2kan jaman rasululullah salah satu isisnya adalah masyarakat Islam dan non Islam yang bisa hidup berdampingan dengan harmonis.

kalaupun gak tercapai, ya bisa dengan non formalisasi tapi efektif

Wallahu alam

Ibra
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

ibra wrote:Pak DUladi

1. Mana yang lebih sahih, tulisan karangan Haekal atau tulisan Ibnu Ishaq?

Yang lebih sahih adalah tulisan karangan Ibnu Ishaq pastinya.
Bagus, saya senang dengan jawabannya. Sangat jujur.
Ibra wrote:TAPI yang sumbernya jelas, misalnya dari kitab Hayatu MUhammad (karya Hussain Haikal), bukan tulisan Ibnu Ishak yang dikutip2 di wikipedia (wikipedia gak necessarily salah lo) atau (lebih2 RC FFI) :))
Konsekuensinya, Anda harus sanggup, bila saya meminta Anda menampilkan RUJUKAN TULISAN IBNU ISHAK yang dipakai Husein Haekal berkenaan dengan pernyataan-pernyataan Anda.
Ibra wrote:2.Siapakah kaum Yahudi yang memerangi Islam secara terbuka di Medinah? Mari kita selidiki hal ini dengan teliti dan runtut dari asal-muasalnya. Siapakah PEMBUAT GARA-GARA YANG PALING PERTAMA di Medinah?

Saya quotkan dari Jawaban saya,

Tantanagn dari yahudi sangat besar. Yahudi SELALU bersedia membantu siapapun asalkan objek utama adalah penghancuran Islam.
Bagaimana bila masalah ini kita diskusikan di thread terpisah? Apakah Sdr Ibra setuju? Saya ingin meneliti masalah YAHUDI & MUHAMMAD di Medinah ini dengan lebih mendalam.

Juga mengenai yang ini:
  • Saudara Ibra membuat pernyataan: "...Misalnya Perang Khaibar.
    kaum Yahudi yang memerangi Islam secara terbuka di Medinah kalah (terusir), mereka berpindah di Khaibar (Yahudi Khaibar). Di Khaibar mereka bersekongkol dengan "intel" kerajaan Persia yang berencana untuk meggerogoti Islam. saya pikir, di negara manapun, upaya makar seperti ini layak dituntaskan."
Akan kita selesaikan dalam thread tentang Yahudi.
Ibra wrote:Orang yang Menolak Masuk Islam dan Menolak Bayar Jizyah, Tidak Diapa-apakan

Anda salah meng quote, yang Islam WAJIB bayar zakat dan yang Non Islam wajib bayar jizyah. Adil kan?
Tentang JIZYAH juga, bagaimana bila kita diskusikan di thread baru? Saya akan buat threadnya tentang "KESEWENANG-WENANGAN ISLAM TERHADAP UMAT LAIN". Bagaimana Saudara Ibra, bersediakah sampeyan?
Ibra wrote:Quran dengan Contoh Kasus 1 & Kasus 2 perihal Harta Waris

SUDAH beribu kali dijawab
Contoh 1 ada aul
Contoh 2 ada muashob
Klop


IBra

jazakumulah khoir
Nah, kalau yang ini, dibahas di sini sebagai kelanjutan pembahasan tentang KEBENARAN QURAN sebagai buku dewa.
Mohon dijawab, apa arti kata "aul" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "muashob" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "faroid" dalam bahasa Indonesia?

Semoga para pembaca nantinya dapat mengerti jalan berpikir Anda, kenapa Anda menjadikan istilah-istilah Arab itu untuk mengubah Alquran yang salah menjadi tampak benar.


Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan dari Sdr MuridMurtad yang saya setuju 100%:
MuridMurtad wrote:Ketika Muslim menyerbu suatu daerah dan berhasil menguasainya, maka yang menolak Islam diwajibkan menjadi ahli Zimmah atau subject Jizyah - meskipun dia adalah penduduk asli- kalau tidak keamanannya tidak dijamin alias boleh dibunuh oleh siapa saja tanpa perlindungan hukum.

Jadi jelas Jizyah SANGAT BERBEDA dengan zakat maupun pajak. Warga yang baik tentu saja harus menjadi wajib pajak yang baik (asal tidak dikorupsi), tapi pembayar jizyah adalah obyek DISKRIMINASI gara-gara tidak mau mengakui Muhammad sebagai nabi.

Justinian Code Novella 146, mengenai Yahudi sangat mirip ayat Quran di atas.

Ch.II.
Bila ada di antara mereka (Yahudi) tidak beriman (kepada Tuhan), menyangkal kebangkitan atau penghakiman, atau karya Tuhan, atau malaikat-malaikat sebagai ciptaan, kami meminta dimanapun mereka untuk diusir dengan segera;

Byzantium waktu itu adalah negara adikuasa yang mata uangnya dijadikan standard kerena kestabilannya dari Spanyol hingga India (kalau sekarang mungkin Amerika). Maka tentu saja pengaruh budayanya kemana-mana, termasuk ke pola pikir Muhammad.

Tapi kalau Justinian Code hanyalah peraturan manuisa yang sudah kedaluarsa, yang tidak ada seorangpun sekarang akan memakainya lagi, maka Quran DIANGGAP peraturan yang berasal dari langit.....yang berlaku sepanjang jaman.

Quran sebenarnya tidak lebih dari ide-ide manusiakuno yang dijadikan HUKUM ILAHI.....sehingga banyak muslim ungin menerapkannya sebagai hukum negara...
Bagaimana kalau begini:

Orang Kristen konon diwajibkan membayar perpuluhan.
Nah, bagaimana dengan non-Kristen? Keenakan dong, kenapa Kristen disuruh bayar perpuluhan setiap Minggu, sedangkan umat lain tidak? Bagaimana bila umat lain (non-Kristen) diwajibkan bayar JIZYAH aja?

Sdr Ibra yang bijaksana, silakan ditanggapi opini saya di atas. :D
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

Saya ingin memberi sedikit komentar. Semoga tidak menggangu diskusi Ibra-Duladi.

Sangat naif kalau dalam RBI ini salah satu pihak menginginkan pihak lainnya untuk setuju dengan pandangan/pemahamannya sendiri. Bagi saya (dan saya yakin banyak pembaca FFI lainnya) yang penting adalah bagaimana masing-masing memaparkan pendapatnya sebaik-baiknya, semampunya. Tidak ada kalah atau menang. Terserah bagaimana pembaca menyikapinya.

Saya berdiskusi dengan Dahlan beberapa waktu yang lalu. Saya sampaikan bahwa saya menemukan banyak fakta yang saya pandang tidak bermoral dalam Quran, tafsir, hadits. Banyak hal negatif yang saya baca dalam perilaku nabi Muhammad sehingga saya berani menyatakan bahwa dia bukan nabi. Bahwa Quran hanyalah buatan manusia. Saya tidak bicara banyak dengan teori-teori langit. Saya hanya mendasarkan pemahaman saya dengan akal dan suara hati. Saya tidak membuat tafsir sendiri, tidak memberikan fakta karangan saya. Apa yang saya paparkan adalah seperti apa yang Dahlan dan banyak muslim lainnya yakini kebenarannya. Kenyataannya adalah bahwa saya dan Dahlan memahaminya dengan cara berbeda. Faktanya sama, tapi pemahamannya yang berbeda. Bagi saya, siapapun mempunyai hak untuk tidak sepandapat dengan pemahaman saya. Dan sebaliknya.

Dalam salah satu tulisannya, Ibra mengutip Haekal, yang kebetulan juga pernah saya baca.

Saperti yang ditulis Haekal, saya begitu terpukul membaca bagaimana seorang nabi meniduri budaknya (Mariyah) tanpa ikatan perkawinan dan setelah “kepergok” istrinya (Hafsa) bersumpah tidak akan berbuat hal itu lagi dan kemudian dengan mudahnya “Allah” membatalkan sumpah itu dengan menurunkan surat At-Tahrim S66:1-5. Buat seorang Haekal, Dahlan, Ibra, semua itu biasa saja. Tidak ada yang salah. Hati mereka tidak terusik sedikitpun dengan fakta semacam itu. Fakta yang dibaca sama, pemahamannya berbeda.

Penulis yang sama memaparkan cerita mengenai Kinana dan Safiya, yang bagi saya sangat memuakkan dan sangat tidak pantas dilakukan olah manusia yang bermoral, apalagi seorang Nabi. Bagi Haekal, Dahlan, Ibra hal itu semua bukan masalah. Faktanya sama, pemahamannya berbeda.

Mayoritas Muslim orang baik-baik karena mereka tidak tahu Islam. Ini pendapat saya…dulu. Tidak sekarang. Saya tidak bisa melihat bahwa Ibra, Dahlan bahkan seorang Hamka adalah orang yang tidak bermoral. Mereka mengetahui fakta-fakta mengenai Nabinya dan tidak menyangkal kebenaran cerita itu. Mereka tidak (bisa) melihat bahwa yang dilakukan Nabinya tidak bermoral. Mereka sangat mencintai Nabinya. Bagaimana bisa? Itulah keyakinan agama. Absurd tapi tetap percaya.
User avatar
AkuAdalahAing
Posts: 6093
Joined: Sat Oct 28, 2006 5:20 pm
Contact:

Post by AkuAdalahAing »

suara_hati wrote:Saya ingin memberi sedikit komentar. Semoga tidak menggangu diskusi Ibra-Duladi.

Sangat naif kalau dalam RBI ini salah satu pihak menginginkan pihak lainnya untuk setuju dengan pandangan/pemahamannya sendiri. Bagi saya (dan saya yakin banyak pembaca FFI lainnya) yang penting adalah bagaimana masing-masing memaparkan pendapatnya sebaik-baiknya, semampunya. Tidak ada kalah atau menang. Terserah bagaimana pembaca menyikapinya.

Saya berdiskusi dengan Dahlan beberapa waktu yang lalu. Saya sampaikan bahwa saya menemukan banyak fakta yang saya pandang tidak bermoral dalam Quran, tafsir, hadits. Banyak hal negatif yang saya baca dalam perilaku nabi Muhammad sehingga saya berani menyatakan bahwa dia bukan nabi. Bahwa Quran hanyalah buatan manusia. Saya tidak bicara banyak dengan teori-teori langit. Saya hanya mendasarkan pemahaman saya dengan akal dan suara hati. Saya tidak membuat tafsir sendiri, tidak memberikan fakta karangan saya. Apa yang saya paparkan adalah seperti apa yang Dahlan dan banyak muslim lainnya yakini kebenarannya. Kenyataannya adalah bahwa saya dan Dahlan memahaminya dengan cara berbeda. Faktanya sama, tapi pemahamannya yang berbeda. Bagi saya, siapapun mempunyai hak untuk tidak sepandapat dengan pemahaman saya. Dan sebaliknya.

Dalam salah satu tulisannya, Ibra mengutip Haekal, yang kebetulan juga pernah saya baca.

Saperti yang ditulis Haekal, saya begitu terpukul membaca bagaimana seorang nabi meniduri budaknya (Mariyah) tanpa ikatan perkawinan dan setelah “kepergok” istrinya (Hafsa) bersumpah tidak akan berbuat hal itu lagi dan kemudian dengan mudahnya “Allah” membatalkan sumpah itu dengan menurunkan surat At-Tahrim S66:1-5. Buat seorang Haekal, Dahlan, Ibra, semua itu biasa saja. Tidak ada yang salah. Hati mereka tidak terusik sedikitpun dengan fakta semacam itu. Fakta yang dibaca sama, pemahamannya berbeda.

Penulis yang sama memaparkan cerita mengenai Kinana dan Safiya, yang bagi saya sangat memuakkan dan sangat tidak pantas dilakukan olah manusia yang bermoral, apalagi seorang Nabi. Bagi Haekal, Dahlan, Ibra hal itu semua bukan masalah. Faktanya sama, pemahamannya berbeda.

Mayoritas Muslim orang baik-baik karena mereka tidak tahu Islam. Ini pendapat saya…dulu. Tidak sekarang. Saya tidak bisa melihat bahwa Ibra, Dahlan bahkan seorang Hamka adalah orang yang tidak bermoral. Mereka mengetahui fakta-fakta mengenai Nabinya dan tidak menyangkal kebenaran cerita itu. Mereka tidak (bisa) melihat bahwa yang dilakukan Nabinya tidak bermoral. Mereka sangat mencintai Nabinya. Bagaimana bisa? Itulah keyakinan agama. Absurd tapi tetap percaya.
Saya SETUJU 100% dengan "GANGGUAN" Sdr.Suara_Hati !!!

Pertanyaan saya kepada sdr.SH,
Bagaimana penilaian anda jika yang diperbincangkan adalah masalah yang EKSAK ??? yang rumusannya SUDAH DENGAN JELAS ditentukan oleh "KITAB SUCI" ???

Terima kasih atas tanggapan sdr.SH jika anda bersedia menjawab pertanyaan saya di thread ini, sehingga kita bisa saling "MENGGANGGU" atau minimal "DISERUPAKAN DENGAN MENGGANGGU" :smile:

ps: Oya... tolong kasi link tempat anda bincang-bincang dengan dahlan.
User avatar
xinthing_lu
Posts: 852
Joined: Fri Nov 10, 2006 4:55 am
Location: Surga Islam

Post by xinthing_lu »

Gwa ngebaca thread ini dari hal 1 s/d 6, gwa sangat2 miris ngelihat jawaban dari sdr Mr Compatible (Ibra) kita ini. Jawaban dari calon Phd aja kaya gini, gimana pula dengan lulusan yang SD.

Gwa cuma bisa bilang:


TURUT BERDUKA CITA ATAS MATINYA HATI NURANI DAN NALAR SODARA2 MUSLIM KITA INI
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Bagaimana bila masalah ini kita diskusikan di thread terpisah? Apakah Sdr Ibra setuju? Saya ingin meneliti masalah YAHUDI & MUHAMMAD di Medinah ini dengan lebih mendalam.

My pleasure Pak. Apapun untuk memudahkan diskusi kita dan semua yg membaca. saya akan mendukung :)


Tentang JIZYAH juga, bagaimana bila kita diskusikan di thread baru? Saya akan buat threadnya tentang "KESEWENANG-WENANGAN ISLAM TERHADAP UMAT LAIN". Bagaimana Saudara Ibra, bersediakah sampeyan?

Sebagai orang yang belajar statistik. Hal ini saya tidak setuju. kalimat Bapak di atas adalah konklusi. DAN sebuah konklusi harus dibuat/dibangun dari suatu Hipotesis. Konklusi ditulis JIKA suatu hipotesis terbukti/tidak terbukti.
Jadi akan sounds nice
"Islam dan hubungannya dengan Umat Beragama Lain" :)

Nah, kalau yang ini, dibahas di sini sebagai kelanjutan pembahasan tentang KEBENARAN QURAN sebagai buku dewa.
Mohon dijawab, apa arti kata "aul" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "muashob" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "faroid" dalam bahasa Indonesia?

Semoga para pembaca nantinya dapat mengerti jalan berpikir Anda, kenapa Anda menjadikan istilah-istilah Arab itu untuk mengubah Alquran yang salah menjadi tampak benar.


Tidak begitu juga Pak. karena seperti itulah adanya. Dan inipun mudah untuk orang yang belajar. Sama dengan diskusi dengan Mas Hillman. Bukan suatu pembenaran yang diangkat tapi suatu kebenaran yang didisclossure. Karena memang benar!.
Faroid = ilmu tentang warisan
Muashob =adalah fail (pelaku) untuk ashoba, ashoba adalah "kelebihan"
Aul diterjemahkan mudah sebagai "kekurangan".

Al Qur'an itu sumber ilmu, dan membukanyapun harus dengan ilmu.

Apakah anda akan bilang Qur;an tidak lengkap? Jika orang yang membaca Qur'an harus belajar Tajwid? harus tahu idghom bighunnah dan bila ghunnah?

Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? Jika orang yang membaca Al Qur'an harus belajar Nahwu, harus tahu bahwa sesudah huruf ba, dibaca kasroh (jair)

Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? Jika orang yang ingin memahami Al Qur'an harus belajar Tafsir? Bahwa konteks "memukul istri" adalah suatu kesatuan dari "suami sebagai imam yang berfungsi sebagai pendidik'

Semua adalah bagian dari SOP belajar Al Qur'an..

Sama dengan:
Apakah anda akan bilang Qur'an tridak lengkap? Jika orang yang ingin sholat 5 waktu dengan baik dan benar, maka rujukannya adalah Hadist?
Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengka[? JIka orang yang berzakat nisob, haul dan porsinya diatur hadist?
Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? JIka bagian tentang warisan GUIDLINE nya diatur oleh An Nisa 11/12 dan detailnya pada Hadist DAN dikodifikasi dalam Ilmu FAROID!
Semua adalah gambaran bahwa AQ sumber ilmu, dan Rasululullah, shohabat dan ulama menjelaskannya!.


Bagaimana kalau begini:

Orang Kristen konon diwajibkan membayar perpuluhan.
Nah, bagaimana dengan non-Kristen? Keenakan dong, kenapa Kristen disuruh bayar perpuluhan setiap Minggu, sedangkan umat lain tidak? Bagaimana bila umat lain (non-Kristen) diwajibkan bayar JIZYAH aja?


Loh yang nyuruh perpuluhan siapa? :)
Kalau memang itu ibadah maaliah kRisten, ya silakan, silakan dijalankan dengan konsisten. Pada islam zakat penghasilan hanya 2.5%. Dan itu ibadah maaliah islam.


Sangat naif kalau dalam RBI ini salah satu pihak menginginkan pihak lainnya untuk setuju dengan pandangan/pemahamannya sendiri. Bagi saya (dan saya yakin banyak pembaca FFI lainnya) yang penting adalah bagaimana masing-masing memaparkan pendapatnya sebaik-baiknya, semampunya. Tidak ada kalah atau menang. Terserah bagaimana pembaca menyikapinya.
A hundred precent YES!
Dari titik awal saya "diundang" di forum ini, visi dan misi saya adalah "SAYA SEORANG FAKIR NAMUN SEFAKIR-FAKIRNYA MUSLIM SAYA PERTANYAKAN IMAN DAN ISLAMNYA JIKA TIDAK MENGGELORA MEMBACA FORUM INI". Artinya saya akan berusaha menjelaskan dan menampilkan Islam se-baik- bagaimana orang (baik Islam maupun non Islam_ seharusnya memahaminya. BUkan untuk menyerang, bukan untuk memaksa.

Some paragraph sesudahnya



mas Suara hati, Saya pernah menulis di treat yang lain.
Islam itu agama untuk manusia. BUkan untuk malaikat, (apalagi) bukan untuk setan. Sebagai konsekuensi dari agama manusia. Solusi dan domain yang dihasilkan adalah domain"kemanusiaan". Termasuk dalam hubungan suami-istri.
Justru karena Islam adalah agama manusia, penampilan nya juga untuk manusia bahkan sangat manusia(wi).

-bagaimana Rasulullah menghadapi istrinya yang "bawel", manja
-bagaimana rasulullah menghadapi istri yang tidak sekufu
-bagaimana Nabi mencotohkan hubungan dengan wanita yang jauh lebih tua
-Bagaimana Nabi "memanjakan " istrinya
-Bagaimana Nabi tegas mengatakan "Istri saya Khadijah (AL Kubro)" di depan Aisyah yang cemburu buta.

Semuanya sangat manusiawi, sangat menyentuh dan sangat wajar. karena memang Islam adalah agama yang wajar.
Jadi tidak ada hikmah yang tidak ada daam setiap uswah yang diberikan oleh nabi.
"kenapa nabi menceraikan istrinya yang lepra?"
ya karena Islam memandang hubungan suami-istri B UKAN seminor suatu rumah tangga! Melainkan suatu KEUMMTAN! Bagaimana mungkin Umat lahir bukan dari generasi yang baik?

(dan banyak contoh yang lain)

Gwa ngebaca thread ini dari hal 1 s/d 6, gwa sangat2 miris ngelihat jawaban dari sdr Mr Compatible (Ibra) kita ini. Jawaban dari calon Phd aja kaya gini, gimana pula dengan lulusan yang SD.

Gwa cuma bisa bilang:
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Bagaimana bila masalah ini kita diskusikan di thread terpisah? Apakah Sdr Ibra setuju? Saya ingin meneliti masalah YAHUDI & MUHAMMAD di Medinah ini dengan lebih mendalam.

My pleasure Pak. Apapun untuk memudahkan diskusi kita dan semua yg membaca. saya akan mendukung :)


Tentang JIZYAH juga, bagaimana bila kita diskusikan di thread baru? Saya akan buat threadnya tentang "KESEWENANG-WENANGAN ISLAM TERHADAP UMAT LAIN". Bagaimana Saudara Ibra, bersediakah sampeyan?

Sebagai orang yang belajar statistik. Hal ini saya tidak setuju. kalimat Bapak di atas adalah konklusi. DAN sebuah konklusi harus dibuat/dibangun dari suatu Hipotesis. Konklusi ditulis JIKA suatu hipotesis terbukti/tidak terbukti.
Jadi akan sounds nice
"Islam dan hubungannya dengan Umat Beragama Lain" :)

Nah, kalau yang ini, dibahas di sini sebagai kelanjutan pembahasan tentang KEBENARAN QURAN sebagai buku dewa.
Mohon dijawab, apa arti kata "aul" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "muashob" dalam bahasa Indonesia?
Apa arti kata "faroid" dalam bahasa Indonesia?

Semoga para pembaca nantinya dapat mengerti jalan berpikir Anda, kenapa Anda menjadikan istilah-istilah Arab itu untuk mengubah Alquran yang salah menjadi tampak benar.


Tidak begitu juga Pak. karena seperti itulah adanya. Dan inipun mudah untuk orang yang belajar. Sama dengan diskusi dengan Mas Hillman. Bukan suatu pembenaran yang diangkat tapi suatu kebenaran yang didisclossure. Karena memang benar!.
Faroid = ilmu tentang warisan
Muashob =adalah fail (pelaku) untuk ashoba, ashoba adalah "kelebihan"
Aul diterjemahkan mudah sebagai "kekurangan".

Al Qur'an itu sumber ilmu, dan membukanyapun harus dengan ilmu.

Apakah anda akan bilang Qur;an tidak lengkap? Jika orang yang membaca Qur'an harus belajar Tajwid? harus tahu idghom bighunnah dan bila ghunnah?

Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? Jika orang yang membaca Al Qur'an harus belajar Nahwu, harus tahu bahwa sesudah huruf ba, dibaca kasroh (jair)

Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? Jika orang yang ingin memahami Al Qur'an harus belajar Tafsir? Bahwa konteks "memukul istri" adalah suatu kesatuan dari "suami sebagai imam yang berfungsi sebagai pendidik'

Semua adalah bagian dari SOP belajar Al Qur'an..

Sama dengan:
Apakah anda akan bilang Qur'an tridak lengkap? Jika orang yang ingin sholat 5 waktu dengan baik dan benar, maka rujukannya adalah Hadist?
Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengka[? JIka orang yang berzakat nisob, haul dan porsinya diatur hadist?
Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? JIka bagian tentang warisan GUIDLINE nya diatur oleh An Nisa 11/12 dan detailnya pada Hadist DAN dikodifikasi dalam Ilmu FAROID!
Semua adalah gambaran bahwa AQ sumber ilmu, dan Rasululullah, shohabat dan ulama menjelaskannya!.


Bagaimana kalau begini:

Orang Kristen konon diwajibkan membayar perpuluhan.
Nah, bagaimana dengan non-Kristen? Keenakan dong, kenapa Kristen disuruh bayar perpuluhan setiap Minggu, sedangkan umat lain tidak? Bagaimana bila umat lain (non-Kristen) diwajibkan bayar JIZYAH aja?


Loh yang nyuruh perpuluhan siapa? :)
Kalau memang itu ibadah maaliah kRisten, ya silakan, silakan dijalankan dengan konsisten. Pada islam zakat penghasilan hanya 2.5%. Dan itu ibadah maaliah islam.


Sangat naif kalau dalam RBI ini salah satu pihak menginginkan pihak lainnya untuk setuju dengan pandangan/pemahamannya sendiri. Bagi saya (dan saya yakin banyak pembaca FFI lainnya) yang penting adalah bagaimana masing-masing memaparkan pendapatnya sebaik-baiknya, semampunya. Tidak ada kalah atau menang. Terserah bagaimana pembaca menyikapinya.
A hundred precent YES!
Dari titik awal saya "diundang" di forum ini, visi dan misi saya adalah "SAYA SEORANG FAKIR NAMUN SEFAKIR-FAKIRNYA MUSLIM SAYA PERTANYAKAN IMAN DAN ISLAMNYA JIKA TIDAK MENGGELORA MEMBACA FORUM INI". Artinya saya akan berusaha menjelaskan dan menampilkan Islam se-baik- bagaimana orang (baik Islam maupun non Islam_ seharusnya memahaminya. BUkan untuk menyerang, bukan untuk memaksa.

Some paragraph sesudahnya



mas Suara hati, Saya pernah menulis di treat yang lain.
Islam itu agama untuk manusia. BUkan untuk malaikat, (apalagi) bukan untuk setan. Sebagai konsekuensi dari agama manusia. Solusi dan domain yang dihasilkan adalah domain"kemanusiaan". Termasuk dalam hubungan suami-istri.
Justru karena Islam adalah agama manusia, penampilan nya juga untuk manusia bahkan sangat manusia(wi).

-bagaimana Rasulullah menghadapi istrinya yang "bawel", manja
-bagaimana rasulullah menghadapi istri yang tidak sekufu
-bagaimana Nabi mencotohkan hubungan dengan wanita yang jauh lebih tua
-Bagaimana Nabi "memanjakan " istrinya
-Bagaimana Nabi tegas mengatakan "Istri saya Khadijah (AL Kubro)" di depan Aisyah yang cemburu buta.

Semuanya sangat manusiawi, sangat menyentuh dan sangat wajar. karena memang Islam adalah agama yang wajar.
Jadi tidak ada hikmah yang tidak ada daam setiap uswah yang diberikan oleh nabi.
"kenapa nabi menceraikan istrinya yang lepra?"
ya karena Islam memandang hubungan suami-istri B UKAN seminor suatu rumah tangga! Melainkan suatu KEUMMTAN! Bagaimana mungkin Umat lahir bukan dari generasi yang baik?

(dan banyak contoh yang lain)

Gwa ngebaca thread ini dari hal 1 s/d 6, gwa sangat2 miris ngelihat jawaban dari sdr Mr Compatible (Ibra) kita ini. Jawaban dari calon Phd aja kaya gini, gimana pula dengan lulusan yang SD.

Gwa cuma bisa bilang:


Wallahu hu alam bishowab

(yang bener dari Allah dan yang salah dari saya)

Jazakillah

IBra
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

AkuAdalahAing wrote:Bagaimana penilaian anda jika yang diperbincangkan adalah masalah yang EKSAK ??? yang rumusannya SUDAH DENGAN JELAS ditentukan oleh "KITAB SUCI" ???
Salah satu contoh pertanyaan ini tentu mengenai hukum waris yang dinyatakan oleh Quran dan sedang didiskusikan oleh Duladi dan Ibra. Duladi telah memberikan contoh yang sangat jelas, sama persis dengan apa yang saya pahami bahwa Quran telah keliru dalam menentukan pembagian warisnya. Dan untuk itu perlu campur tangan manusia untuk meluruskannya, supaya bisa dijalankan. Yang dipermasalahkan disini bukan bagaimana hukum waris itu sekarang dijalankan dan bisa diterima dengan baik oleh muslim, tetapi lebih pada klaim bahwa Quran adalah firman Allah, kitab yang sempurna. Bagi saya, contoh hukum waris ini menunjukkan bahwa Quran hanyalah ucapan manusia, yang dipakai untuk kepentingan Muhammad dan islamnya.

Tentu saja Ibra (dan banyak muslim lainnya) tidak bisa (tidak mau?) melihat inti permasalahannya. Sebagai contoh jawaban Ibra berikut:
Ibra wrote: (My personal opinion) sih, antara 14.6% (minus aul) dan 16.6% hanya berselisih 2%. Dan itu toh adil karena berlaku proporsional untuk ahli waris yang lain. dan menurut saya, jika ahli warisnya adalah muslimin dan muslimah yang kaffah, itu sih gak bakal dipersoalkan
Jawaban diatas menunjukkan bahwa Ibra tidak mau melihat atau sengaja mengabaikan apa yang sebenarnya jadi inti permasalahannya.

Sama persis dengan pembelaan dia mengenai perilaku Muhammad. Disatu sisi, quran (Allah) menyatakan kesempurnaan moral Muhammad. Pada waktu saya menyodorkan fakta mengenai perbuatan Muhammad, yang menurut kesadaran saya sebagai seorang manusia, sangat tidak bermoral bahkan untuk ukuran manusia normal, apalagi seorang nabi, Ibra menyatakan:
Ibra wrote: Semuanya sangat manusiawi, sangat menyentuh dan sangat wajar. karena memang Islam adalah agama yang wajar.
Silahkan pembaca menyimpulkan sendiri.
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

ibra wrote: My pleasure Pak. Apapun untuk memudahkan diskusi kita dan semua yg membaca. saya akan mendukung :)
Terima kasih, saya akan segera menyiapkan threadnya.
Ibra wrote: Tidak begitu juga Pak. karena seperti itulah adanya. Dan inipun mudah untuk orang yang belajar. Sama dengan diskusi dengan Mas Hillman. Bukan suatu pembenaran yang diangkat tapi suatu kebenaran yang didisclossure. Karena memang benar!.
Faroid = ilmu tentang warisan
Muashob =adalah fail (pelaku) untuk ashoba, ashoba adalah "kelebihan"
Aul diterjemahkan mudah sebagai "kekurangan".
Bagaimana bila mulai sekarang, sampeyan memakai istilah "KELEBIHAN" dan "KEKURANGAN" saja, tidak usah memakai bahasa asing?

Gantilah kata muashob dengan "kelebihan" dan kata aul dengan "kekurangan".

Sekali lagi, saya minta jawaban simpel dari Anda: Bila Alquran tidak keliru, ngawur, error, mengapa para ulama mengoreksinya?

Sampai detik ini, saya masih tidak mengerti dengan JALAN BERPIKIR ANDA. Jadi, mohon pertanyaan saya ini, yang sebenarnya juga pertanyaan orang-orang di belakang saya yang selalu setia mengikuti diskusi ini termasuk adik kita yang kecil-kecil cabe rawit, Rahayu, dijawab dengan SEPENUH-PENUHNYA LOGIKA ORANG WARAS. :wink:

Saya yakin, bahwa otak saya masih waras. Jadi, saya sangat heran, kenapa CARA BERPIKIR SAYA bisa berbeda dengan CARA BERPIKIR ANDA?

Saya boleh yakin, bahwa cara berpikir sayalah yang benar, sebab Sdr AAA dan Sdr Suara Hati sudah menyatakan KESAMAAN CARA BERPIKIR-nya dengan saya. Tapi...... sampeyan kok beda? Ada apa ya? :shock:

Maka dari itu, agar memperjelas jalan berpikir Anda, gantilah istilah-istilah asing (Arab) dengan kata Indonesia saja.

Sekali lagi, saya minta jawaban simpel dari Anda: Bila Alquran tidak keliru, ngawur, error, mengapa para ulama mengoreksinya?
Ibra wrote:Apakah anda akan bilang Qur'an tidak lengkap? JIka bagian tentang warisan GUIDLINE nya diatur oleh An Nisa 11/12 dan detailnya pada Hadist DAN dikodifikasi dalam Ilmu FAROID!
Semua adalah gambaran bahwa AQ sumber ilmu, dan Rasululullah, shohabat dan ulama menjelaskannya!
Sekali lagi, saya minta jawaban simpel dari Anda: Bila Alquran tidak keliru, ngawur, error, mengapa para ulama mengoreksinya?
Ibra wrote: Loh yang nyuruh perpuluhan siapa? :)
Kalau memang itu ibadah maaliah kRisten, ya silakan, silakan dijalankan dengan konsisten. Pada islam zakat penghasilan hanya 2.5%. Dan itu ibadah maaliah islam.
:shock: :shock: :shock: :shock: :shock: :shock: :shock:

Lho? Lho? Lho?

Tentang JIZYAH, apa latar belakang dan tujuannya, kita bahas di thread berikut:

Duladi & Ibra: JIZYAH, latar belakang dan tujuannya
http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... 283#368283
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Saya yakin, bahwa otak saya masih waras. Jadi, saya sangat heran, kenapa CARA BERPIKIR SAYA bisa berbeda dengan CARA BERPIKIR ANDA?

Saya boleh yakin, bahwa cara berpikir sayalah yang benar, sebab Sdr AAA dan Sdr Suara Hati sudah menyatakan KESAMAAN CARA BERPIKIR-nya dengan saya. Tapi...... sampeyan kok beda? Ada apa ya?"


Persis Pak!
Abi jahal abu lahab juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan Anak nabi Luth juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan anak Nabi Nuh juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Artinya kesamaan berpikir, kewarasan bukan jaminan kita bisa memandang dengan jernih. Apalagi masalah agama. Masalah agama adalah faith! Dan lebih pada Hidayah (IMHO).

Bila Alquran tidak keliru, ngawur, error, mengapa para ulama mengoreksinya?

Which correction?
Aul dan Ashoba adalah terminologi sangat lumrah dalam farodh :)


IBRa
User avatar
xinthing_lu
Posts: 852
Joined: Fri Nov 10, 2006 4:55 am
Location: Surga Islam

Post by xinthing_lu »

ibra wrote:Saya yakin, bahwa otak saya masih waras. Jadi, saya sangat heran, kenapa CARA BERPIKIR SAYA bisa berbeda dengan CARA BERPIKIR ANDA?

Saya boleh yakin, bahwa cara berpikir sayalah yang benar, sebab Sdr AAA dan Sdr Suara Hati sudah menyatakan KESAMAAN CARA BERPIKIR-nya dengan saya. Tapi...... sampeyan kok beda? Ada apa ya?"


Persis Pak!
Abi jahal abu lahab juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan Anak nabi Luth juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan anak Nabi Nuh juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Artinya kesamaan berpikir, kewarasan bukan jaminan kita bisa memandang dengan jernih. Apalagi masalah agama. Masalah agama adalah faith! Dan lebih pada Hidayah (IMHO).

Bila Alquran tidak keliru, ngawur, error, mengapa para ulama mengoreksinya?

Which correction?
Aul dan Ashoba adalah terminologi sangat lumrah dalam farodh :)


IBRa
Mas Mr Compatible, gwa boleh nyela dikit khan???

1.Darimana mas Mr Compatible tahu kalo semua yang gwa bold diatas "gak bener"???. Apakah karena mereka berperilaku ga sebejat muhammad????. Lama lama kelihatannya mas act playing god buat sesama manusia??? Boleh tahu ga, cara berpikir yang benar menurut standart islam???

Ckk..ck...ck....pantesan muslim/muslimah (Islam) ga punya rasa malu walopun telah telak dibuktikan bersalah. Rupanya muslim/muslimah (Islam) punya standart moral yang berbeda dengan kafir.

2. Gwa ingin mas Mr Compatible jawab dgn lugas, menurut anda quran itu adalah firman aulloh swt ga??? Apakah aulloh swt anda termasuk tuhan yang beg0 sampe membutuhkan intervensi pemikiran manusia untuk membenarkan firmannya sendiri???
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Nah..
kalo ini tipe pertanyaan "mengapa 1+1=2"
Kita sedikit menggunakan "real analysis" :)

___________________________________

CARA BERPIKIR MENURUT AGAMA ISLAM
IMHO lebih tepat dikatakan cara berpikir jika orang sudah meyakini dia BERAGAMA (kalau gak sepakat silakan tambahkan kata ISLAM setelah kata BERAGAMA pada kalimat saya sebelumnya) adalah

Dia harus merelakan diri bahwa standar kebenaran, kebathilan, kebaikan, kemuliaan itu tidak lagi bersumber dari EGOnya tapi bersumber dari ajaran Risalah yang dia yakini.

Artinya, dia harus sadar bahwa, zina itu enak, baik dan praktis (karena gak mengikat), tapi kharam. Darimana? dari AQ dan hadist.

Artinya, dia harus sadar bahwa, menjadi kaya itu enak tapi ingat bahwa standar "kemuliaan" ternyata bukan dari kaya tapi dari "ketaqwaan". darimana : dari Qur'an

Artinya, dia harus sadar, seorang remaja yang gak nikah2 bisa onani, onani itu enak, tapi ternyata, kebaikan bagi orang yang mampu adalah besegera menikah. Dari mana : dari Hadist.

Artinya, dia harus sadar, merokok itu enak, menghilangkan stress, tapi ulama menijtihadkan dia haram (minimal makruh). darimana : Ijtihad.

Nah kapling-kapling cara berpikir, menentukan salah dan benar seperti di atas, pakem! strick bagi umat Islam.

Sama halnya dengan pertanyaan , darimana kita tahu

Abi jahal abu lahab juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener"---> QS Al Lahab

Istri dan Anak nabi Luth juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" --> QS 11 78/79

Istri dan anak Nabi Nuh juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" --> 11.42/43

Bottom Line
Islam itu meminimalkan konflik antar individu karena kebaikan/kebagusan/kepatutan itu tidak triple atau quadruple standard! Semuanya pakem. Lihatlah Qur'an dan hadist.
Dan kalau menemukan konteks kekinian, menurutlah para mujtahid dan fuqoha..

Simple, Bukan ? :)


Jazakillah
(Yang bener dari Allah yang salah dari saya)

IBra
Duladi
Posts: 7006
Joined: Thu Apr 12, 2007 10:19 pm
Location: Samarinda
Contact:

Post by Duladi »

ibra wrote:Which correction?
Quran menentukan:

Kedua orang tua mendapat total 2/6 bagian harta waris.
Istri mendapat 1/8 bagian.
Anak-anak perempuan mendapat 2/3 bagian.

Ulama mengoreksinya:

Kedua orang tua mendapat total 8/27 bagian harta waris.
Istri mendapat 1/9 bagian.
Anak-anak perempuan mendapat 16/27 bagian.

Pastilah Anda akan berkata: Itu bukan mengoreksi, karena di Islam ada "MUASHOB" !!! :lol:

Untuk para santri di pesantren, mendapat pengajaran "MUASHOB", mereka akan takjub. "Wow keren, hebat bener ya Quran, ada MUASHOB-nya..... Quran benar-benar sumber ilmu pengetahuan..." :lol:

Mereka dibuat terkagum-kagum oleh istilah-istilah ARAB, yang dalam telinga mereka terkesan SUCI & penuh NUANSA ILAHI.

Tapi bila istilah itu diterjemahkan, maka akan ketahuan DOGOL-nya. :wink:

"Itu bukan keliru, tapi KELEBIHAN. Di Quran ada KELEBIHAN, maka dari itu para ulama membuat tafsir untuk mengoreksi KELEBIHAN tersebut." :lol:
Ibra wrote: Aul dan Ashoba adalah terminologi sangat lumrah dalam farodh :)
Tuh, khan? Sampeyan tetap mempertahankan istilah-istilah Arab itu, karena sampeyan sendiri tahu, betapa dogolnya ILMU ISLAM itu.

Anda mungkin berhasil membikin takjub anak-anak santri di TPQ atau Pesantren, tapi di sini, tidak semudah itu. :wink:

Orang yang sudah dicuci otak sejak kecil dengan pendidikan Arab, mereka akan terkagum-kagum dan terkesan oleh "ILMU MUASHOB" dan "ILMU AUL" dari Anda.

Saya bertanya: "Anda tidak mau mengakui Alquran itu keliru. Bila Alquran itu tidak keliru, kenapa ulama mengoreksinya?"

Anda menjawab: "Ulama tidak mengoreksinya. KELEBIHAN HITUNGAN WARIS & KEKURANGAN HITUNGAN WARIS, adalah sebuah terminologi yang sudah lumrah dalam HUKUM WARIS." :shock: :shock: :shock: :shock:

Okelah, inilah kesimpulannya:

ALQURAN KELIRU, karena dalam ketentuan perhitungan harta warisnya ada KELEBIHAN & KEKURANGAN. Agar ketentuan dalam Quran itu dapat diterapkan dalam kehidupan muslim, maka para ulama mengoreksi bilangan-bilangan yang sudah ditentukan Alquran agar tidak ada lagi KELEBIHAN (ashoba) dan tidak ada lagi KEKURANGAN (aul).

Bila Sdr Ibra tidak setuju dengan konklusi saya ini, silakan dibantah. :wink:
Ibra wrote: Persis Pak!
Abi jahal abu lahab juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan Anak nabi Luth juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Istri dan anak Nabi Nuh juga punya cara berpikir yang sama, KESAMAAN CARA BERPIKIR. Mereka juga waras. Tapi mereka juga "gak bener" :)

Artinya kesamaan berpikir, kewarasan bukan jaminan kita bisa memandang dengan jernih. Apalagi masalah agama. Masalah agama adalah faith! Dan lebih pada Hidayah (IMHO).
:lol: Jadi, menurut sampeyan, SAYA GAK BENER, sementara ANDA BENER?

Oke. Mari kita uji sekali lagi:

Alquran mengajarkan 2/6 + 1/8 + 2/3 hasilnya sama dengan 1.

Pelajaran berhitung adalah EKSAKTA (ilmu pasti). Anda tidak perlu hati nurani atau moral untuk mengetahui kebenarannya. Mungkin saja hati nurani saya dengan hati nurani Anda berbeda untuk membedakan moralitas dan kebajikan. Tapi kalau soal MATEMATIKA, yang diperlukan cuma INTELEKTUALITAS.

Nah, otak saya mengatakan: 2/6+1/8+2/3=1 adalah GAK BENER.

Tapi, Sdr Ibra mengatakan 2/6+1/8+2/3=1 adalah BENER!

Jadi, antara KEWARASAN dengan KEBENARAN itu ada korelasi yang berbanding lurus.

Saya bukannya bermaksud mengatai sampeyan tidak waras, tapi saya menduga, sampeyan "CUMA TERLALU CERDAS" dalam memahami Islam. :wink:

Salam buat Anda dan keluarga,

DULADI
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

(Geleuh euy)...Pertanyaannya itu2 saja

Sekali lagi kan itu guidline!

nice analogy buat bapak Nih
____________________________

1. Seorang mahasiwa ekonomi tingkat 1 ngotot dengan profesornya. Kenapa Bill Gates, seorang yang kaya, bekerja dengan waktu kerja yang minim. Padahal di buku ekonomi yang dia baca. Jelas-jelas, kalao gaji naik, waktu kerja juga naik.

Prof Said : Your book is JUST GUIDELINE when you study labor economics, you ll find "backward bending supply curve". Sehingga bener, kalao orang makin kaya, dia makin gak kerja

2. Seorang mahasiwa ekonomi tingkat 1 ngotot dengan profesornya. Kenapa di suatu negara tingkat suku bunga tinggi, investasi juga tinggi? Padahal jelas-jelas di buku dijelaskan tingkat bunga tinggi, investasi rendah.

Prof Said : Your book is JUST GUIDELINE when you study advance macroeconomics, kamu akan ketemu bahwa BOLEH terdapat hubungan postif.

3. Seorang "mualaf ngotot", kenapa penjumlahan warisan tidak sama.

Muslim said : AQ adalah guidance. Bacalah kitab2 Faoridh, bagaimana menentukan aul dan ashobah. Dan key word nya lihat apakah ada muashob, karena selagi ada muashob semua kasus warisan akan balance..

Persis lah seperti pendekatan modern pada ilmu pengetahuan. :)

IBra
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

Karena Quran diyakini muslim sebagai firman Allah, maka tidak mungkin ada kesalahan. Karena Allah mengangkat Muhammad sebagai nabi dan menyatakan kesempurnaan moralnya yang perlu diteladani muslim, maka apapun yang dilakukan Muhammad tidak mungkin salah.

Kalau non-muslim memberi fakta-fakta (yang diakui kebenarannya oleh muslim) yang dinilai orang non muslim berdasarkan kesadarannya sebagai manusia normal, berdasarkan surara hati dan akalnya, betapa tidak bermoralnya Muhammad, muslim menolak dan mengatakan bahwa pemahaman seperti itu keliru. Muslim mengatakan bahwa tidak mungkin Muhammad, nabi Allah, dinilai sebagai orang yang tidak bermoral.

Jadi, meskipun muslim tidak menolak semua fakta-fakta itu, imannya mengharuskan mereka untuk tidak memahami fakta-fakta itu menurut EGO masing-masing, dan membuat fakta apapun yang dijumpainya untuk dipahami sesuai dengan imannya.

Persis seperti jawabam Ibra berikut mengenai cara berpikir muslim.
ibra wrote: Dia harus merelakan diri bahwa standar kebenaran, kebathilan, kebaikan, kemuliaan itu tidak lagi bersumber dari EGOnya tapi bersumber dari ajaran Risalah yang dia yakini.
Dengan kata lain, muslim tidak boleh menggunakan akal dan hati nuraninya sendiri untuk hal-hal yang berkaitan dengan imannya.

Kalau misalnya perbuatan yang dilakukan Muhammad dengan meniduri Mariyah yang bukan istrinya, ditempat tidur istrinya (Hafsa) itu dilakukan oleh orang lain, Muslim (yang masih punya akal dan hati nurani) tentu akan setuju bahwa perbuatan itu tidak bermoral. Tetapi jika itu dilakukan nabinya, muslim tidak bisa dan tidak boleh memahaminya dengan cara yang sama. Kenapa? Ya, karena imannya mengharuskan itu.

Ibra menggunakan kata-kata “EGO” seolah-olah ingin mengaburkan makna bahwa perbuatan-perbuatan negatif seperti perampokan, pembunuhan, zina itu sesuatu yang sifatnya relatif, tergantung pemahaman “EGO” masing-masing.

Saya tidak perlu Quran untuk tahu bahwa membunuh itu jahat, mengumbar nafsu seks itu tidak benar, merampok itu salah. Akal dan suara hati saya mengatakan itu. Kalau ada orang yang mengaku utusan Tuhan melakukan hal itu dan bilang bahwa semua itu dilakukan atas nama Tuhan dan mengharuskan pengikutnya untuk meyakini perbuatan-perbuatan “hina” itu sebagai “baik”, akal dan suara hati saya akan bilang bahwa orang itu utusan setan. Dan saya yakin orang yang normal akan sependapat dengan saya. Tentu saja ada orang-orang keji yang tidak bisa melihat bahwa perbuatan-perbuatan itu salah.

Manusia dibekali Tuhan dengan hati dan pikiran tapi ironisnya begitu hal itu berkaitan dengan keyakinan agama seringkali mereka tidak mau menggunakannya meskipun misalnya jelas-jelas hati dan akalnya mengatakan sebaliknya.

Duladi membuat kesimpulan berikut dan minta Ibra untuk setuju atau tidak setuju.
duladi wrote: ALQURAN KELIRU, karena dalam ketentuan perhitungan harta warisnya ada KELEBIHAN & KEKURANGAN. Agar ketentuan dalam Quran itu dapat diterapkan dalam kehidupan muslim, maka para ulama mengoreksi bilangan-bilangan yang sudah ditentukan Alquran agar tidak ada lagi KELEBIHAN (ashoba) dan tidak ada lagi KEKURANGAN (aul).
Dan, seperti yang telah berkali-kali Ibra sampaikan, tentu saja Ibra akan menjawab “tidak setuju” dan bahwa pemahaman Duladi (dan saya) diatas adalah keliru. Saya rasa kita tidak mungkin “memaksa” Ibra untuk setuju dengan kesimpulan diatas karena kalau Ibra setuju, itu berarti bahwa Ibra sudah bukan lagi muslim. Iman islamnya mengharuskan Ibra untuk tidak boleh menggunakan EGOnya (akal dan hatinya ?) untuk menyetujui kesimpulan Duladi diatas.

Semoga komentar-komentar saya tidak mengganggu diskusi Ibra-Duladi.
User avatar
AkuAdalahAing
Posts: 6093
Joined: Sat Oct 28, 2006 5:20 pm
Contact:

Post by AkuAdalahAing »

ibra wrote: (Geleuh euy)...Pertanyaannya itu2 saja
Wajar aja diulang-ulang karena pertanyaan eksak dijawab dengan muter-muter :sad::sad::sad:
ibra wrote: nice analogy buat bapak Nih
gua jamin nice pisan pastina :D

ibra wrote: 1. Seorang mahasiwa ekonomi tingkat 1 ngotot dengan profesornya. Kenapa Bill Gates, seorang yang kaya, bekerja dengan waktu kerja yang minim. Padahal di buku ekonomi yang dia baca. Jelas-jelas, kalao gaji naik, waktu kerja juga naik.
- mohon info di universitas mana mahasiswa ekonomi tingkat 1 diajar oleh profesor ???
- mohon info judul buku pengarang serta penerbit yang menyatakan "kalao gaji naik, waktu kerja juga naik"
- mohon anda jelaskan apakah gaji naik dan waktu kerja adalah sesuatu yang eksak ???
ibra wrote: Prof Said : Your book is JUST GUIDELINE when you study labor economics, you ll find "backward bending supply curve". Sehingga bener, kalao orang makin kaya, dia makin gak kerja
prof.ibra said: My book (quran) is human made too :D karena buku gua (ibra) setara dengan buku ekonomi :D:D:D



KESIMPULAN:
ANALOGINYA "PATEN" PISAN EUY !!! (sesuai prediksi gua euy !!!) :D
Post Reply