Ibra wrote:saya pernah juara debat se-Jawa Bali tingkat ekonomi
Selamat!!!
Ibra wrote:Sejujurnya saya merasa amat di brainwash.
Sdr Ibra, bukankah setelah dibrainwash oleh Arab, Anda tidak lagi sanggup berpikir kritis?
Orang yang sudah dicuci-otak, pikirannya menjadi seperti ZOMBIE.
Apapun yang dikatakan oleh Arab, Anda langsung percaya 100% tanpa mempertanyakannya lagi. Benar, bukan?
Arab sebagai
master dan sampeyan selaku
slave.
Saya sarankan, kepintaran Anda di bidang ekonomi belum sempurna bila Anda belum keluar dari
brainwashing Arab.
Oke, sekarang mari kita lanjutkan diskusi.
Sdr Ibra yang budiman,
Saya bagi postingan saya menjadi 4 bagian:
1) TENTANG ALLAH SWT
Lanjutan postingan awal:
Tuhan tidak mengekor pada nabinya
5. Tuhan itu Baik, Dia membenci Kejahatan. Tuhan membenci perbuatan-perbuatan yang nista, perbuatan yang mencerminkan ketidaksetiaan dan ketamakan.
Sampeyan menanggapi:
Wallahu alam, sebatas yang saya tahu, nabi dan (apalagi Rasul) adalah manusia pilihan. (Bagi kami mulim) apalagi Muhammad SAW.
Karena manusia pilihan, sejahat apapun dia, Tuhan akan selalu membelanya?
Tuhan tidak akan menggandengkan namanya dengan nabinya
6. Tuhan ketika menyampaikan firman dengan perantaraan nabiNya, Dia akan menggunakan DiriNya sebagai Subyek yang harus dipatuhi. Nabi hanyalah sebagai alat, sebagai penerus kata-kataNya, sebagai penyambung lidahNya.
Sampeyan menanggapi:
Untungnya di Al Qur'an juga tidak ada. Saya banyak membahas ini dengan Mas Hilman.
Anda berdusta. Faktanya ada.
Saya kutipkan 2 contoh:
QS 8:1
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."
QS 33: 57
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan.
"Barangsiapa taat kepada Rasul maka dia taat kepada Allah. Karena secara hakikiki Dia lah yang memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang menyampaikan perintah dan larangan.
Bukankah itu janggal? Siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat itu kepada orang Arab? Bukankah Muhammad? Bila dirinya turut disertakan sebagai SUBYEK dalam ayat-ayat itu, tidakkah itu sarat dengan kepentingannya sendiri?
Sunnah Allah sudah berlaku bahwa Dia tidak memerintah kecuali melalui Rasul.
Dengan kata lain, RASUL itu sudah menjadi TUHAN bagi para pengikutnya?
Jadi apapun yang diperintahkan Rasulullah merupakan deviasi dari perntahNya sebagaimana larangan Rasul adalah deviasi dari laranganNya.
Tahu darimana kita, bahwa apa yang diperintahkan orang tersebut adalah perintah tuhan bernama allah?
Apa buktinya?
Rasul jelas tidak sama dengan Allah SWT, karena sifat wajib, sifat jaiz dan sifat mustahilnya tidak sama.
Ini pandangan yang naif. Saya tidak bilang Muhammad memiliki sifat-sifat Tuhan. Tapi kalau sifat-sifat allah sama dengan sifat-sifat Muhammad, memang iya, karena yang memerankan diri menjadi allah adalah Muhammad.
Seperti yang pernah saya tuliskan, Allah memiliki 20 sifat wajib sebagai Dzat yang Azza wa jalla (wujud, qidam, baqo, mukhalafatul lilkhawadist, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah, qudrah, irodah, ilmu, hayat, sama, bashor, kalam, qodiron, muridan, aliman, khayyan, samian, bashiran, mutakalliman)
Itu teori. Apakah ada buktinya dari riwayat sejarah bahwa allah swt benar-benar memiliki 20 sifat itu?
dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Tentang ini akan dibahas di sub MUHAMMAD.
Jelas Rasul tidak baqo' karena beliau wafat, jelas rasul tidak qiyamuhu binnafsih karena dia lahir dari Siti Aminah, dan ayah Abdullah, jelas dia tidak wahdaniyyah karena dia beristri dan berketurunan. Sifat jaiznya pun juga beda, sifat jaiz nabi sebagaimana manusia biasa: makan, minum, biologis sementara sifat jaiz allah fi'lu kulli mutamakinin au tarkhuhu (Allah berkehendak menjadikan sesuatu atau tidak menjadikan sesuatu), suatu sifat jaiz yang jelas Rasul tidak dilekati. Sehingga apa hal yang harus menyamakan Allah SWT dan Rasulullah SAW dari sisi sifat dan keberadaanya??
Muhammad dan allah swt adalah SAMA, tapi Muhammad memang tidak sama dengan TUHAN.
Tuhan tidak bergantung pada mulut satu orang manusia
7. Keberadaan Tuhan tidak bergantung pada "congor" satu orang manusia,
Simply karena Rasulullah adalah rasul terakhir, dan dinyatakan telah lengkap sebagaimana ayat terakhir yang turun "Al yuma akmaltu lakum diinukum...ila akhir"
Maksud saya, apakah pada masa ketika Muhammad hidup, allah swt (Jibril) juga pernah berbicara kepada orang lain?
Bila di masa Muhammad hidup, allah swt atau setidak-tidaknya Jibril pernah berbicara kepada orang lain, maka saya akan percaya kalau allah swt benar-benar EKSIS sebagai TUHAN. Bila tidak pernah, bagaimana ia bisa diyakini ada sebagai tuhan kecuali tuhan karang-karangan Muhammad belaka?
Tuhan bukan PENIPU
8. Tuhan itu maha suci, jauh dari sifat-sifat buruk, salah satunya adalah suka menipu. Jadi, Tuhan bukanlah penipu!
Wallahu alam, bagian mana yang anda maksud. Alhamdulillah, Allah azza wajalla bukan penipu.
QS 3:54
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Bila allah swt tak beda dengan orang kafir, lalu ngapain allah swt dipuja sebagai TUHAN?
Lanjutan komentar-komentar Sdr Ibra dari postingan terakhir:
Mohon tidak dipenggal cara membacanya, menurut saya anak kalimat di atas tidak lengkap:
Dan justru karena absurdnya memahami Allah yang maha segalanya ini dari panca indera dan logika kita yang terbatas
Bisakah Anda jelaskan pada saya secara ilmiah darimana Anda tahu ALLAH SWT (tuhan bangsa Arab itu) MAHA SEGALANYA? Dari fakta sejarah, atau dari hasil klaim Muhammad?
Saya hanya mengatakan, tools dalam memahami keAda-an TUhan seperti yang anda tawarkan itu, sebenarnya ilmu yang sangaaaaat lama. Al Qur'an juga menjelaskan, bagaimana Ibrahim Alaihissalam, memulainya dengan pendekatan yang anda lakukan. Apakah Tuhan itu Matahari , matahari ternyata tenggelam, apakah Tuhan itu Bulan, bulan hilang pada pagi hari pakah bulan api, api padam kena air.
Itu Ibrahim versi Muhammad. Tapi faktanya, bukan Ibrahim yang mencari TUHAN, melainkan TUHAN-lah yang menemui Ibrahim.
Sdr Ibra, Islam tidak pernah bertemu Tuhan, tapi Islam hanyalah sekedar berkayal tentang Tuhan.
Seringkali umat Muslim berkata,
"umat agama lain suka membuat Tuhan sendiri menurut imajinasi mereka sendiri."
Tapi muslim tidak menyadari, justru Islam-lah yang menciptakan "tuhan".
Allah swt adalah tuhan ciptaan Muhammad, tuhan ciptaan bangsa Arab.
Allah swt tidak pernah hadir secara nyata lewat perantaraan PANCA INDERA, karena ia mitos. Muhammad dan para muslim-lah yang menciptakan sosok tuhan menurut selera & akal pikiran mereka sendiri, ibarat seorang perancang merancang boneka mainannya. Si perancang ini menghendaki sosok yang benar-benar MAHA-SEGALANYA, SANGAT SUPER, sangat sempurna dan tak terkalahkan, seperti pencipta komik SUPERMAN. Tapi, alih-alih bukannya mendapatkan sosok yang diharapkan, Muhammad justru lebih tertarik pada sosok benda imut berwarna hitam sebagai allah-nya.
Makanya saya katakan, memaknai Tuhan dengan logika dan panca indera kita yang terbatas itu akan absurd dalam menyimpulkan keberadaan Allah yang maha agung, sebagaimana lesson leatned yang telah ditunjukkan Ibrahim AS sampai akhirnya dia berujung bahwa Allah itu Dzat yang Maha segalanya dan tidak usah diukur dari indikator versi manusia.
Sdr Ibra, gambaran di dalam Quran tentang bagaimana Ibrahim mencari Tuhan sebenarnya adalah gambaran tentang diri Muhammad sendiri ketika dirinya mencari Tuhan.
Dari sini saja kelihatan, kalau allah swt adalah tuhan hasil ciptaan pikiran Muhammad, sebuah rekayasa permainan pikiran Muhammad belaka, dan bukan benar-benar Tuhan yang pernah datang menemuinya.
Menurut saya, Bapak masih terbalik, Tuhan itu exogen yang paling exogen, independen dan manusia dependen yang paling dependen.
kenapa dihubungkan dengan Allah taala karena kita sedang mengkaji tuhan : Allah SWT, bukan Zeus, bukan Yesus Kristus.
Maksud saya adalah: Kenapa Anda begitu percaya kalau allah swt si tuhan Arab itu adalah TUHAN?
Kalau orang Yunani berkata: "Zeus adalah tuhan kami dan tuhan Anda juga. Percayalah pada Zeus." Anda tidak percaya.
Tapi kalau orang Arab yang berkata: "Allah swt adalah tuhan kami dan tuhan Anda juga. Percayalah pada allah swt." Anda langsung percaya. Kenapa?
Bukankah sesungguhnya Zeus dan allah swt tak ada bedanya? Keduanya sama-sama mitos (khayalan)?
Agar Anda paham maksud saya, pertanyaan saya ubah begini: Dari mana Anda yakin kalau allah swt itu adalah variabel dependen dan manusia adalah variabel independennya, sementara allah swt tidak pernah terbukti sebagai TUHAN?
Kan anda ingin membuktikan bagaimana mengukur keberadaan Tuhan. Sumonggo kalau Tuhan lain diterjemahkan dengan sederhana dengan indera manusia. Tapi BUKAN itu yang dilakukan untuk mengukur Tuhan Arab, sekali lagi yang bisa ngukur adalah Qullub. Hati yang gimana? hati yang bersih.
Seperti apa hati yang bersih itu? Apakah Muhammad hatinya bersih? Tidak. Ternyata untuk mengerti allah sebagai Tuhan, tidak diperlukan hati yang bersih, tapi HATI YG BUTA.
Yang bagaimana? hati orang yang beeriman dan bertaqwa dan berilmu.
Beriman? maksudnya percaya saja secara membuta tanpa dasar yang kuat & intelek?
Bertaqwa? maksudnya harus sujud dulu kepada allah swt walau hatinya belum percaya?
Berilmu? bila beriman dan bertaqwa saja dijalani dengan terpaksa, bagaimana bisa dikatakan sebagai orang yang berilmu?
Apakah orang yang percaya pada kayalan bisa dibilang berilmu?
Mungkin saja ilmu yang Anda maksudkan adalah ilmu "MERANCANG DAN MENCIPTAKAN TUHAN". Saya pun juga bisa, kalau cuma sekedar menciptakan tuhan super. Saya katakan bahwa Gusti itu tuhan yang maha dahsyat, maha besar, maka kuat, dan sebagainya (pokoknya serba maha yang bagus-bagus.) Saya tidak mungkin menyematkan gelar maha kecil atau maha ***** kepada sang Gusti. So....? Betapa mudahnya menciptakan Tuhan Khayalan, bukan?
dalam ilmu modern pun (ekonomi, misalnya) membuktikan sesuatu itu bukan dengan contoh. kalau kita bisa menggunakan if-then dan logic ya itulah proof nya.
Masalahnya, IF-THEN tersebut salah sasaran.
Orang yang mengira allah swt sebagai TUHAN adalah orang yang keliru dan salah duga.
Ibaratnya TUHAN menciptakan kue, tapi kemudian manusia-manusia **** mengira yang bikin kue itu adalah IBLIS. Jadi manusia itu bukannya menyembah TUHAN, tapi malah menyembah IBLIS.
2) TENTANG MUHAMMAD
dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
Siddiq berarti benar. Maksudnya, Muhammad itu diklaim selalu bersikap dan berkata dengan benar. Tapi saya katakan, TIDAK. Karena Muhammad adalah seorang pembohong dan pelanggar sumpah.
Amanah berarti dapat dipercaya. Maksudnya, Muhammad dapat dipercaya semua perkataan dan perbuatannya. Bagaimana dapat dipercaya, bila sumpah saja dibuat main-main?
Tabligh berarti menyampaikan. Maksudnya, Muhammad bertugas menyampaikan kabar baik dan peringatan kepada kita semua. Namun, kabar baik apakah yang dibawa Muhammad selain seruan agar orang-orang sujud di bawah kakinya dengan mengatasnamakan allah swt?
Fatanah berarti cerdas. Maksudnya, Muhammad Itu sangat cerdas. Bagaimana bisa disebut cerdas, bila ia BUTA ROHANI? Bagaimana Muhammad bisa dikatakan cerdas, bila perbuatan merampok saja dia tidak bisa memahaminya sebagai perbuatan yg jahat? Pemerkosaan, pembunuhan, penjarahan, pemaksaan kehendak, semuanya itu tidak dia pahami sebagai kejahatan. Orang yang tidak tahu bahwa jahat adalah jahat, adalah BUTA ROHANI. Dan orang yang buta rohani tidak bisa disebut CERDAS.
3) TENTANG ALQURAN
"Sana belajar lagi bahasa Arab yang bener, pelajari Asbabun nuzulnya." Padahal, dia sendiri tidak mengerti apa yang dia ucapkan
Orang yang bingung, untuk menutupi kebingungannya, dia akan berusaha kabur dengan kata-kata di atas.
Sekali lagi Asbabun Nuzul, asbabul wurud, Nahwo, Shorof dan Tools dalam I'robul Qur'an adalah ilmu untuk mempelajari Al Qur'an, ilmu bagaimana Islam memahami Al Qur;an.
Jadi, kalau begitu, Alquran adalah kitab panduan hidup Muhammad (dan para pengikutnya) pada masa itu saja, dan bukan kitab panduan hidup untuk kita yang hidup pada masa sekarang. Dengan kata lain, isi Alquran sebenarnya bukan untuk diterapkan, tapi sekedar sebagai bahan pengetahuan saja bagi muslim, bahwa dahulu kala Muhammad dan para pengikutnya menerapkan cara hidup seperti yang tertulis dalam Alquran. Tapi apa yang tertulis itu bukan untuk dicontoh oleh kita yang hidup pada zaman sekarang, bukan?
Saya tekankan kembali sesuai pernyataan Anda di atas, jadi Alquran adalah Kitab panduan hidup Muhammad, dan bukan kitab panduan hidup bagi kita.
Karena apa? Karena ayat-ayat Alquran diturunkan untuk kepentingan hidup Muhammad, dan bukan untuk memenuhi hidup kita.
Allah swt jauh-jauh hari sudah menulis kitab Alquran di Lauh Mahfudz ternyata untuk membuat enjoy kehidupan nabinya.
Ketika Muhammad ingin diakui rasul, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin kawin lebih dari 4 wanita, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin kawin dengan anak menantunya sendiri, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin merampok dan menjarah harta benda orang Yahudi, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin mendapat jatah 1/5 dari hasil rampokan para pengikutnya, allah keluarkan ayatnya.
Ketika Muhammad ingin melanggar sumpah janjinya sendiri, allah swt keluarkan ayatnya.
Dan seterusnya dan seterusnya.
Memang benar kesimpulan ini, bahwa Alquran adalah kitab panduan hidup Muhammad.
Al Qur'an milik siapa yang sedang anda kritisi? miliknya si (a) Paimo, apa milik (b) orang Islam, kalau jawabannya (a). Pertama suruh Paimo jangan make nama Qur'an, karena sudah fix milik Islam, segera setelah namanya jadi "Kitab Al Muqiyyio", silahkan anda kritisi dengan logika anda, sambil ngesot, sambil nyanyi, sambil rujaan.
Tapi kalau jawabannya (b)
Ya lakukan substitusi (4) ke (3) : Pahamilah Al Qur'an sebagaimana cara orang islam memahaminya, karena ini milik orang islam. Njih nopo mboten??
Justru itulah, Sdr Ibra, saya ingin tahu sejauh mana intelektualitas Islam dalam memahami Alqurannya sebagai kitab yang turun dari langit. Apakah keimanan terhadap Alquran itu dapat dibilang INTELEK atau justru sebaliknya: ****???
4) TENTANG ISLAM
Saya ingin tahu bagaimana cara Anda mendebat kebulshitan Prapto Mondroguno yang mengaku mendapat wahyu atas nama Islam? Ibarat saja, Prapto Mondroguno benar-benar melakukannya.
Karena kalau dia mengaku mendapat wahyu atas nama Islam, Islam yang mana yang dia claim? "Al yauma akmaltu lakum diinukum waatmamtu alaikum warodiitu lakumul islama dinna". Itu sudah stated bahwa islam sudah JANGKEP! Sudah lengkap, sudah accomplished. Tinggal umatnya saja. Dah bahwa rasul adalah rasulullah SAW sebagai pembawa risalah terakhir sudah pula Fix/jangkep. Sampun cetho. Jadi silakan Prapto Mondroguno pake nama agama lain, karena Islam TIDAK membutuhkan risalah baru, wahyu baru dan nabi baru. Kalau dia mengklaim agama baru, Agama Butho Terong atau agama Walang kadung, nggih sumunggo..
Akan makin kontradiktif kalau kita masukkan unsur logika di sini. a. Islam sudah lengkap, b. Muhammad rasul terakhir c. ada nabi baru. Variabel C ini tidak akan pernah bisa masuk dalam Islam karena ada constrain A dan B
Masalahnya sekarang, siapa yang mengklaim diri sebagai rasul terakhir? Bukankah itu Muhammad sendiri?
Kalau Anda mengatakan kalimat
"Al yauma akmaltu lakum diinukum waatmamtu alaikum warodiitu lakumul islama dinna" firman allah swt, siapa saksinya? Cobalah anda mikir, kalimat seperti itu keluar dari bibir Muhammad, bukan keluar dari bibir orang lain.
Saya pun juga bisa berkata,
"Duladi adalah rasul terakhir, setelah Duladi tidak akan ada lagi nabi, karena agama Duladi adalah agama paling sempurna dan paling terakhir yang diridhoi Tuhan." Anda bisa lihat, kalimat itu untuk kepentingan siapa?
Dan kenapa Anda tidak ingin ada agama baru hasil sinkretisme agama Islam, sementara Islam sendiri adalah hasil sinkretisme agama Pagan, Nasrani, Milah Ibrahim dan Yahudi?
Tepatnya (yang kami yakini dan hasus Muslim yakini) adalah Islam sebagai agama penyempurna.
Bisakah Sdr Ibra jelaskan PENYEMPURNA dalam hal apa? Dalam hal ajaran? Atau, dalam hal men-tauhidkan allah swt?
Sdr Ibra, buat apa satu, kalau bukan Tuhan?
Gini pak, kalau ibaratnya anda belajar dari nol, sampai dengan rentang anda tahu Al Qur'an. Jarak antara 2 SD sampai 2SMP =7 tahun. (dimana trigonometri itu diajarkan) adalah jarak yang sebenar-benarnya secara formal bagi orang yang belajar Islam dengan benar. Seriously. jangan marah terlebih dahulu.Begini secara sistematis, dalam struktur formal pesantren salafi bisa saya ceritakan.
Kelas 1 Ibtidai : Fiqih (mabadi), Nahwu (Belum ada) + Ta'lim Mutaalim
Kelas 2 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Qorib), Nahwu (Jurumiyyah)
Kelas 3 Ibtidai: Fiqih (Fatkhul Qorib-Lanjutan), Nahwu (Imrithi)
Kelas 4 Ibtidai : Fiqih (Fatkhul Muin), Nahwu (Alfiyyah Ibni Malik)
Kelas 5 Teaching Assistant untuk mengajar kelas 1 plus Nahwu (Alfiyyah lanjutan)
Kelas 6 Teaching Assistant, Nahwu/Logika (balaghoh)
Kelas 7 Teacing Asssitant, Nahwu/Logika (balaghoh lanjutan)
Next..orang sudah mulai menjadi uistadz dan ustadzah kecil
Sdr Ibra, yang diajarkan di sekolah-sekolah Madrasah dan Pesantren itu bukan ILMU ROHANI, melainkan belajar membaca dan menghafalkan Alquran. Sehingga yang didapatkan bukan manusia-manusia melek rohani, tapi manusia-manusia buta rohani.
Muslim biasanya bangga bila dirinya pintar mengucapkan istilah-istilah Arab, seperti
Alhamdulillahirobbilalamin, Astaghfirullah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Naudzubillah, dsb. Muslim akan merasa sudah SALEH dan merasa SANGAT ISLAMI.
Tapi Anda jangan keliru. ISLAMI tidak identik dengan saleh. Justru semakin islami seseorang, ia semakin BUTA ROHANI & *****.
Anda lihat Ustadz AA Gym. Bukannya dia menjadi orang yang mengerti bagaimana seharusnya menjadi seorang suami yang setia, tapi malah menjadi pengumbar syahwat dan menyakiti hati istrinya?
Sdr Ibra yang budiman, kesalehan seseorang tidak diukur dari ritual-ritual ibadah dan seberapa banyak dia hafal kalimat-kalimat bahasa Arab, melainkan sejauhmana dirinya mengerti HIKMAT dan bagaimana cara menerapkannya dalam kehidupannya.