DISKUSI DENGAN MAS IBRA

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

@ahmad_doni

Tepat sekali my friend. :)
User avatar
ahmad_doni
Posts: 1045
Joined: Fri Apr 20, 2007 10:57 am

Post by ahmad_doni »

Thanks, Om HILLMAN

Sebenarnya ane masuk sini justru ingin belajar banyak sama Om HILLMAN (big fan) :)
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Saya baru saja mengetahui mas Ibra membutuhkan pembahasan nahwu dan shorof mulai dari yang bersifat elementary mengenai Shabiin ini.. Saya posting kembali untuk mas Ibra di sini.

Kita membahas bentuk dan tugas Inna, yaitu menashobkan mubtada' dan merafa'kan khobar.

Mari kita pisahkan kalimat dari kedua ayat dalam Surah Al Maedah 69 maupun Al Baqarah 62 mana mubtada, dan yang mana khobarnya, sebagai berikut:

Surah Al Baqara ayat 62


Ø¥Ù
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

@HILLman

Saya baru saja mengetahui mas Ibra membutuhkan pembahasan nahwu dan shorof mulai dari yang bersifat elementary mengenai Shabiin ini.. Saya posting kembali untuk mas Ibra di sini

Insya Allah sudah cukup mas...Penjelasan ada dari sedari dulu juga sudah cukup, dan sebenrnya sudah berkali-kali saya jawab juga. Sebenernya, Dari lubuk hati yang terdalam, saya mnghindari KONTES dalam menjawab hal ini. Ma Huwa Kontes? Kontes adalah suatu pameran dimana penonton tidak terlibat di dalamnya. Kontes Miss Universe hanya ditonton orang, karena penonton yang notabene jauuuhhh tidak lebih cantik tidak bisa sekonyong2 naik ke panggung...Sama halnya diskusi kita akan menjadi kontes...

Sekali lagi, tidak ada yang salah dalam dua ayat di atas. Al Baqoroh nya saya pikir bisa diexclude..Itu hanya Amil Nawasih Inna...yang merofa'kan hobar

Yang Al Maidah 69 juga nothing seriuosly topic (dari segi bahasa ya..)
HANYA....Shobiun dan Nasahra nya tidak menjadi isimnya inna, tidak berlaku sama dengan yahudi dan amaanu..
jadi dia adalah Mubtada' yang baru..

Jadi kalau anda baca :

allatheena amanoo waallatheena hadoo, waalssabioona waalnnasara
man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waAAamila salihan (kadzalik) fala khawfun AAalayhim wala hum yahzanoona
Artinya, karena bukan menjadi isimnya INNA maka shobiunnya tidak perlu nasob,.,Ada mustatir kadzalik di sutu (semono ugo orang nasrani dan shobiin yang amana billah, wal yaumil akhir wa amila sholihan..)

Jadi kata kuncinya adalah SHOBIUN bukan menjadi isimnya Inna dengan justifikasi bisa dari beberapa hal : anda bisa merujuk pula alasan sebelumnya.
Tapi ingat konteks ayat2 di atas sebelum adanya Islam. Sesudah adanya Al Qur'an ya..Inna Dina indallahil Islam....Thats for sure..


Ane ingin Mas Ibra membayangkan, bagaimana bila pada jaman kita ini, ada orang yang mengaku nabi dan mengakui mendapat "wahyu" yang isinya bercerita ttg Muhammad yg sudah dikutip alquran dan hadis, tapi dengan versi yang agak sedikit berbeda. Apakah Mas Ibra mau percaya? Bukankah Mas Ibra pasti bilang begini:

"Hahahaha...itu khan ada dalam alquran. Ente ini pasti nyontek, di edit dikit, lalu ngaku2 nabi"

LAPORKAN SAJA ke MUI aja biar langsung di fatwa Sesat..hehehe...TAPI ITU TIDAK BERLAKU DALAM ISLAM. Pertanyaan ini sering sekali dipertanyakan dalam forum ini dan saya juga tidak memiliki jawaban yang lain. Karena dia masih menggunakan AQ dan Hadist yang sama ya berarti dia masih memiliki benag merah dengan Islam. Sementara dalam Islam, sebagaimana wahyu terakhir pada saat haji Wada’ Alyama akmaltu lakum dinakum waatmamtu alaikum warpd alaikumul islaama diina. Islamnya sudah jangkep bos! Gak butuh revisi, tambahan, pengurangan nabi (gadungan) baru dsb. PLUS, Islam juga sudah di wahyukan sebagai agama yang rohmatal lil alamin, tidak hanya untuk Bani Israil (saja), atau umat tertentu..Jadi tentu anda bisa menyimpulkan ya...Next
Maksud saya saya tidak perlu tahu kapan ayat itu turun, dsb adalah : kebanyakan orang yang telah ditutup mata hatinya adalah orang yang sok tahu dan orang yang sombong. Ada beberapa hal dalam Islam yang sudah di bundle dalam “ghoib”, sehingga Allahpun bersabda (karena keterbatasan manusia)...Udah kamu percaya saja..’ Innalladzi na yu’minuuna bil ghoibi...” Al baqoroh...
Artinya adalah pertanyaan : “Emang malaikat jibril datang langsung, kok gak ada yang ngliat”, “Emang itu Jibril..”, “Emang bener yang nemuin jibril”, dsb dsb. Adalah tipe pertanyaan yang di luar konteks karena memang banyak hal yang karena keterbatasan manusia allah mengklasifikannya dalam GHOIB. Memang sih Sejarah itu berulang, salah satu kenapa Nabi banyak diturunkan ke Bani Israil kan karena “pinter” a.k.a ngeyelnya mereka....Jadi pertanyaan bapak memang pertanyaan yang banyak ditanyakan Kafir Qurasiy yang menyebabkan asababun nuzul banyak ayat.hehehe..such as..”Muhammad kalau kamu nabi, robeklah langit”, akhirnya Muhammad diam, dan turun ayat “Muhammad adalah manusia biasa”..dsb dsb...

Di Islam versi anda pasti tidak ada, sebab anda tidak benar-benar tau apa makrifat itu, atau apa yg anda tau adalah opini/teori mengenai apa itu makrifat, bukan hasil pengalaman langsung.
MEMANG salah satu goal hidup saya adalah , sebagaimana klasifikasi Imam Ghozali , ada 4 definisi orang : (1) Tidak tahu bahwa dia tahu, (2) Tahu bahwa dia tidak tahu, (3) Tidak tahu bahwa dia tidak tahu.
Semoga saya bisa menjadi (1) atau (2), Tapi sebatas yang saya tahu, ma’rifat billah itu dimulai dari mengimani Allah dan Rasulnya yanpa syarat. Zuhud yang dilakukan adalah zuhud yang berilmu, sehingga bisa membedakan dia kerasukan atau memang sudah berada pada level yang sudah lebih baik.

Akhirnya uangnya amblas di tipu. Hamzah Haz sudah mengikuti alur berpikir anda, mempercayai produknya, dan pastinya sudah yakin pencipta produk itu benar, tetapi kenyataan pahit mengatakan pencipta produk itu penipu.
Kesalahan hamzah has adalah dia tidak membuktikan kebenaran di sisi hilir. Product View. Dia hanya percaya...dia gak nanya ahli ekonomi (misalnya) atau ahli keungan, dia gak nanya FS nya dan sebagainya. Di Islam, semua terbuka 120%. Siapapun bisa mendebat kebenaran Al Qur'an sebelum dia mengimaninya.

Jika menggunakan bahasa arab membuat anda merasa lebih islami, bukankah itu menunjukkan gejala arabisasi? Indikasi arabisasi mulai berkurang bila ada adzan dalam bahasa skandinavia atau melayu (tanpa dilempar golok ) yg juga dapat membuat anda terharu. Apalagi bila quran, sholat, adzan dll semuanya boleh dilakukan dalam bahasa klingon (ET nya Star Trek), saya yakin semua orang akan mengakui tidak ada arabisasi lagi melainkan universalisasi . Apakah Islam flexible enough untuk mengizinkan klingonisasi tanpa pentungisasi FPI?
YANG PASTI DALAM ISLAM ada borderisasi. Atd tegasisasi bahwa yang khaq adalah khaq dan yang bathil adalah bathil. Sederhana sekali sifatnya, Shollu kama roaitumuni usholly, Sholatnya rasul dengan bahasa Al Qur'an, doa rasul dengan do'a Al Qur'an, lalu megapa kita harus dengan bahasa Indonesia? Kalau misalnya ada agama lain, membolehkan=menganjurkan=men-seyogya-kan=menyuruh ataupun yang lain proses translation. Di islam jelas tidak ada. Al Qur'an akan tetap murni=gemintang=24 karat sampai hari kiyamat, artinya derivasinya=bagaimana sholat=puasa=dan sebagainya ya akan tetap ila yaumul qiyamat. sebenarnya itu adalah problem "kemurnian". Translasi tidak akan membuat arti lebih baik karena tidak melibatkan hati. Toh sekali lagi Di Al Qur'an sendiri dikatakan Fosalnahu ala ilmin, qur'an itu ilmu, tapi mbukanya ya dengan ilmu=ya ilmu tajwid, ilmu alat, ilmu yang lain sebagai pembanding. makannya ridicolous, orang yang teriak Al Qur'an salah tapi babar blas gal tau qur'an..

Itu pula, IMHO, mengapa sekolah-sekolah yang bagus, saya boleh katakan mengapa FEUI lebih baik dari FE Universitas Abrakadabra, karena kita disuruh memakai textbook asing (misalnya).

Bila anda Meditator Yoga, anda juga bisa membuat asosiasi dengan mantra "Ooooommmmmmm". Jadi, imo, ini adalah fenomena psikologis

Ini juga akibat proses conditioning dan asosiasi. Alhamdullillah membuat anda merasa lebih memuji Allah. Bila dari awalnya Al-Qur'an menggunakan kata "lillahil hamdu", bagaimanpun nahwu shorofnya, anda tetap akan mencari-cari rasionalisasi yg membuat kata tersebut menimbulkan rasa memuji Allah bagi anda.

Gaya retorika Iltifad dilihat oleh sebagian muslim yg paham sebagai akrobatik retorika yg berani walaupun belum tentu semua orang melihat jenis retorika seperti ini sebagai menakjubkan atau dasyat. Buat yg membaca ini dan tidak paham, gaya Iltifad adalah gaya retorika dalam sastra arab dimana ketika pembicara berbicara tentang dirinya, dia menggunakan perubahan pronoun dari kalimat ke kalimat misalnya dari kami ke dia ke aku dll. Sebagai contoh qs10:21 dimana Allah yg menyebut dirinya sebagai "kami", kemudian di qs 10:21 si "kami" menyebut dirinya sebagai "dia".


MUNGKIN saja anda belajar beberapa jenis bahasa lain. Dan itu bagus..hehehe..Kesalahan fatal anda adalah..anda ngotot bahasa Qur'an biasa saja dan pendekatannya tidak dengan mengkaji qur'an tapi mengkaji dengan bahasa lain, sukur2 sesuai...sorry to say..

Tapi adalah suatu kezaliman yang besar kalau anda berpendapat “mengejawantahkan” bahasa arab dan anda sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mencoba mendekatinya degan bahasa lain yang anda “kuasai”. Wah anda berszalim dengan santri2 pesantren yang siang malam menghafal Alfiyyah Ibni Malik untuk tahu sistematika I’rob yang benar atau mereka2 yang memuradi Jurumiyyah, dsb. Walhasil, penjelasan anda sungguh tidak beralasan. Yang dimakusd ba’ ilshoq dalam Bismillahirrahmanirrahim adalah ba’ yang bi makna general.

BUKAN psikologikal effect seperti yang anda kira-kirakan. Ketika ada huruf jair (ba) tersebut akan membuat maknanya berubah. Jadi kalau sekarang anda mendengar teman sekantor anda bilang “Eh, itu makanan kan bikin sakit perut’, “Bismillah aja lah..” atau ”Wah cuaca lagi buruk, jadi terbang gak? ’ Bismillah aja deh”. Itu bukannya tanpa latar beakang, karena konsep ba’ ilshoq tadi membuat ARTI (bukan psikologikal effect) jadi general...Gak lagi butuh (Allah yang baik kita akan terbang)..dsb, karena sudah dibungkus dalam 1 paket...

Kenapa pula :
Maaliki yaumiddin dan bukan Maliiiki Yaumiddin (Mad Thobi'ie ada di mim dan bukan nya di lam) karena menunjukkan bahwa Allah adalah raja "sesaat" di waktu berlangsungnya Kiyamat yang pendek dan bukan pada kiyamat yang panjang (maliiki) yaumiddin…Moral of the story nya : Oooh ternyata Kiyamat itu bukan akhir dari segala-galanya, kiyamat itu proses yang pendek dibandigkan dengan proses sesudah-sesudahnya yang masih sangat panjang.

Kenapa Arrohmanirrohim dan bukannya Allahu Rohmanun, Allahu Rohiimun (khas fiil fail nahwu standar) karena Allah memiliki rohman dan rahim yang jangka panjang tak terbatas sementara rokhmanun rokhiimun jangka pendek.

Kenapa harus ada rokhim kalau sudah ada rokhman…Panjang Wes…..
Rokhim itu welas asih untuk yang berbuat baik (kalau anda di pesantren di maknai akhirat bloko) kalau rokhman (dunia akhirat)...Rokhman erat kaitannya dengan sunatullah..siapa yang kerja dia dapet, Allah tidak akan membedakan yang sholat sama gak sholat, kerja keras, dapat uang, blajar rajin dapat nilai, tapi konsep rokhim nya di tuai di akhirat..

Kalau anda baca tarjimnya anda tidak akan tahu sampai dalam tentunya...dan sekali lagi gak relevan anda padan-padankan dengan bahasa yang lain then comes up: Oh kira-kia begini..ini kan sama dengan ini....Humble-ly, seharusnya anda juga berkata Ada yang berbeda, instead of ngotot menggunakan "bahasa yang anda kuasai" untuk menebak2 arti Al Qur'an


Jadi semuanya berakar pada JENIS PEMILIHAN KATA YANG menunjukkan kedahsyatan Al Qur’an dan bukan pada psikologikal effect. Dan ini tentu berlaku pada orang yang mau merunduk, yang mau belajar karena Fosholanaahu ala ilmin…sekali lagi bukan effect fisual seperti yang anda katakana dengan nalaogi guru yoga. Sorry to say Jaka sembung bro..hehehe


THE TRUE FIRQON…
Hehehe, hijaiyyahnya gak kelihatan euy. Gak bisa baca jelas..karenanya gak bisa kasih komen, mubtada’ khobarnya bener apa nggak...Saya cuman baca awal2nya surat Al fatikhah. Buat saya, maksa banget ya, ayat 1 s/d 8 berkali-kali ”inilah furqon yang benar”. ..The author seems like sangat takut kalau pebacanya gak percaya...kalau orang betawi yang baca, dia pasti komen ”Iye-iye...”...Anda gak akan menemukan repetisi (maaf Funny) semacam itu dalam Qur’an..

Saya mengatakan begitu sebab adalah juga fakta bahwa seseorang tidak perlu belajar alat musik untuk menikmati musik, juga tak perlu belajar geologi gempa untuk bisa mengatakan bencana di tsunami aceh itu dasyat

YA BENER PAK! As Object, Untuk sekedar tahu Al Qur’an itu indah ya anda bisa membaca terjemahannya, meresaspi maknanya. DAN YANG PALING PNTING bertanya pada guru yang tepat, dan bukannya terpingkal-pingkal dengan “keanehan “ Al Qur’an padahal kita tidak tahu artinya.
TAPI kalau anda memang pengen tahu lebih dalam as subject ya anda harus belajar.
Msalnya anda ingin bergabung dengan board ijtihadnya Muhammadiyah (dewan tarjih) atau bahstul masail nya NU (tingkat desa) sekalipun, kalau anda gak tau bahasa Arab ya mungkin kita dikira cuman jadi penerima tamu atau peladen. Begitu…
Dalam diskusi kita pada fase sekarang kita berada posisi expert dan bukan peladen, jadi sangat wajar kalau membedah Al Qur'an ya harus tahu Al Qur'an (necessary and sufficient condition) kalau anda tahu bahasa lain itu bonus..tapi kalau konteks al qur'annya sendiri tidak tahu, bukannya malah berbahaya ya??

Ya, saya tak meminta orang zuhud (bersahaja) seperti anda menyombongkan diri. Cuma saya belum percaya klaim anda bisa merasakan ADAnya Allah. Untuk memastikan, saya ingin menguji kedekatan anda dengan Allah sehingga bisa merasakan ADAnya Allah. Saya ingin tau kedekatan anda itu berapa centimeter . Bila dekat sekali, tentulah Allah anda itu bisa diajak diskusi. Mosok udah dekat ndak bisa diajak ngobrol?

Objektivitas yg saya maksudkan adalah klaim yg dapat diuji oleh semua pihak.


Dan sayangnya, untuk pertanyaan ini anda tidak akan pernah dapat jawabannya sampai akhir hayat hehehe. Daripada capek membuktikan orang zuhud beneran apa gak, mending kita ikutin jalan yang sudah diretas biar ketularan menjadi hamba Allah yang baik. Zuhud itu gak bisa diuji dari sekian Angstrom, dsb. Itu adalah Gift dari buah kesabaran menapaki perintah dan laranganya. Dan sekali lagi saya tidak berada di level itu, dan kalaupun (subhanallah bisa meraih level itu, saya juga gak cerita)…Objectivitas manusia itu less relevan dengan konsep zuhud karena itu urusan vertical. Oleh karena itu, kita di pesantren biasanya ada Joke (this is Joke), jangan pernah meremhkan orang lain, walaupun dia orang gila sekalipun, karena bisa jadi sebenrnya dia adalah wali, atau orang yang ma’rifat billah….
Zuhud bukan kontes menyanyi yang anda tinggal panggil bertha akan dikomentarin "ptch controlnya kurang, dsb". Zuhud is zuhud, hanya allah yang tahu...
Dan kalaupun sudah dekat, allah pun tidak bisa disetir..kaena sekali lagi di sini kita sebagai hamba adalah variabel dependent ..ya nurut saja, kalau kita sudah nyetir lagi..bali lagi level kita pada manusia pada umumnya


jazakummullahu akhsanal jaza

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Ibra wrote:Insya Allah sudah cukup mas...Penjelasan ada dari sedari dulu juga sudah cukup, dan sebenrnya sudah berkali-kali saya jawab juga. Sebenernya, Dari lubuk hati yang terdalam, saya mnghindari KONTES dalam menjawab hal ini. Ma Huwa Kontes? Kontes adalah suatu pameran dimana penonton tidak terlibat di dalamnya. Kontes Miss Universe hanya ditonton orang, karena penonton yang notabene jauuuhhh tidak lebih cantik tidak bisa sekonyong2 naik ke panggung...Sama halnya diskusi kita akan menjadi kontes...
Syukron mas.

Dalam diskusi ini bagi saya tidak ada kalah menang seperti dalam kontes, setiap masukan dari yang setuju maupun tidak setuju terhadap pendapat yang saya tuliskan merupakan rizki bagi saya.

Namun saya terlatih untuk selalu kritis dan perfectionist terhadap satu masalah, apalagi terhadap sesuatu yang di yakini diberikan oleh sang Pemilik saya sebagai tuntunan menjalani hidup yang di ridhoi oleh Nya.

Mohon maaf mas Ibra, saya menilai pemberian alasan technical tatabahasa yang mas Ibra berikan tidak menjelaskan apa alasannya SHOBIUN bukan menjadi isimnya Inna , selain manual pembenaran dari sebuah kesalahan yang sudah terlanjur terjadi dan sang pembuat terjebak dengan kata-kata buatanya sudah sangat sempurna.

Jazakalloh khairan katsir

Wallahu alam bishshawab, wassalamu alaikum
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Mas Hilman,
Terima kasih banyak atas masukannya..
Ya, memang Allah "mengajari" kita untuk terus belajar dari ciptaan-ciptaanya, terutama Al Qur'anul Kariim.

Hikmahnya adalah, kita menjadi tahu ada berbagai macam jenis bahasa yang digunakan Allah untuk mengajak umat manusia terus belajar dan belajar. As it also shown di beberapa ayat Al Fatikah yang saya coba paparkan sebelumnya.

Kalau kita belum bisa belajar Al Qur'an, kita bisa belajar Iqro plus tajwid.
Kalau kita sudah belajar membaca Al Qur'an, mulailah membaca terjemahannya. Kalau sudah mulai meresapi alangkah lebih bagus kalau kita belajar Ilmu Alat (nahwu Shorof) sheingga bisa dig deeper dari kandungan Al Qur'an. dan semua berproses.

Tentang shobiun..

Mengapa pula dipersalahkan..

"Dalam perlombaan ini, Mira, Ratih, -Nadia dan Ulfa kalau dia sudah selesai ujian juga-harus membayar sendiri uang pendaftarannya"

--> Nadia dan Ulfa terlepas dari dua yang disebut pertama

"Semua petenis yang tampil di Wimbledon maria Sharapova, Ana Ivanovic -Williams sisters asalkan mereka terlepas dari cedera juga harus di perhitungan-memiliki kans yang sama untuk menang..
--> Williams sisters di exclude dari subyek sebelumnya

begitu juga dengan posisi shobiin di ayat 69 yang terlepas dari posisi sebelumnya sebagai isimnnya inna dan menjadi mubtada' yang baru sehingga beramal rofa'..Sehingga setelah wa amalia sholihan ada mustatir (kadzalik)==> semono ugo..

Ini hal yang standar kok mas..dan hanya jenis pemilihan gaya bahasa..

Gak hanya di sini saja, anda bisa menemukan di beberapa ayat yang lain hehe


Jazakillah

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Ibra wrote:
"Dalam perlombaan ini, Mira, Ratih, -Nadia dan Ulfa kalau dia sudah selesai ujian juga-harus membayar sendiri uang pendaftarannya"

--> Nadia dan Ulfa terlepas dari dua yang disebut pertama

"Semua petenis yang tampil di Wimbledon maria Sharapova, Ana Ivanovic -Williams sisters asalkan mereka terlepas dari cedera juga harus di perhitungan-memiliki kans yang sama untuk menang..
--> Williams sisters di exclude dari subyek sebelumnya

begitu juga dengan posisi shobiin di ayat 69 yang terlepas dari posisi sebelumnya sebagai isimnnya inna dan menjadi mubtada' yang baru sehingga beramal rofa'..Sehingga setelah wa amalia sholihan ada mustatir (kadzalik)==> semono ugo..

Ini hal yang standar kok mas..dan hanya jenis pemilihan gaya bahasa..

Gak hanya di sini saja, anda bisa menemukan di beberapa ayat yang lain hehe


Jazakillah

Ibra
Sebaliknya mas Ibra, terima kasih banyak atas segala sesuatu nya.
Benar sekali apa yang mas tuliskan. Inilah proses belajar, mengasah akal dan nurani, mencapai keimanan kepada Allah yang haq, (maaf) bukan keimanan yang menyamakan Allah menjadi sekumpulan tulisan yang dengan mudah dikurang atau ditambah di perjalanan waktu. Tidak ada yang sempurna di dunia fana ini, kecuali Allah dan kasihan mas. kalau Allah dibatasi hanya boleh berfirman didalam 6236 ayat. :)

Sekarang mengenai ulasan mas Ibra yang saya beri warna merah:
Ibra wrote:

"Dalam perlombaan ini, Mira, Ratih, -Nadia dan Ulfa kalau dia sudah selesai ujian juga-harus membayar sendiri uang pendaftarannya"

--> Nadia dan Ulfa terlepas dari dua yang disebut pertama
Saya hanya bertanya setelah kalimat ini :

Dalam perlombaan ini, Mira, Ratih,

Dibelakang koma kabarnya apa kalau dikatakan terpisah dari Nadia dan Ulfa?

Kalau saya baca dan simpulkan Mira, Ratih, Nadia dan Ulfa kabarnya sama. Kondisi ini sama dengan Shabiin, Nasrani, Yahudi dan Mu’min.
Ibra wrote:
"Semua petenis yang tampil di Wimbledon maria Sharapova, Ana Ivanovic -Williams sisters asalkan mereka terlepas dari cedera juga harus di perhitungan-memiliki kans yang sama untuk menang..
--> Williams sisters di exclude dari subyek sebelumnya
Kalau untuk kalimat ini, kesimpulan saya sama yaitu keempatnya kalau sudah sembuh dari cedera mamiliki kans yang sama untuk menang.

Sama dengan kalimat diatas, kondisi ini sama dengan Shabiin, Nasrani, Yahudi dan Mu’min.


Demikian mas Ibra.

Wassalam
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Ok Jadi yang sekarang anda tanyakan

Implikasi ayatnya (anda bertanya : berarti antara islam, yahudi, kriten, shobiin sama)?
ATAU

Masih membahas terkib nahwu Shorofnya????


IBRA
Watcher
Posts: 34
Joined: Mon Oct 15, 2007 1:56 pm

Post by Watcher »

Ibra wrote: MEMANG salah satu goal hidup saya adalah , sebagaimana klasifikasi Imam Ghozali , ada 4 definisi orang : (1) Tidak tahu bahwa dia tahu, (2) Tahu bahwa dia tidak tahu, (3) Tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Semoga saya bisa menjadi (1) atau (2),
Semoga keinginan anda cepat tercapai. Tapi bukankah mencapai point (2) (tahu bahwa dia tidak tahu) tergantung kejujuran anda saja? Bila anda tidak tahu, tinggal akui, beres pan? Ngomong opini tak berbukti seolah-olah opini tersebut adalah kebenaran, hanya menurunkan kredibilitas anda ke level jualan "kecap" saja, kelas yg lebih parah, tidak tahu tapi merasa tahu (definisi ke-4 Imam Ghozali).
Tapi sebatas yang saya tahu, ma’rifat billah itu dimulai dari mengimani Allah dan Rasulnya yanpa syarat. Zuhud yang dilakukan adalah zuhud yang berilmu, sehingga bisa membedakan dia kerasukan atau memang sudah berada pada level yang sudah lebih baik.
Berhubung anda yg mengajukan pandangan ini, boleh diasumsikan anda sudah mengimani Allah dan Rasulnya tanpa syarat? Bila sudah, apakah anda sudah ma'rifat? Bila belum ma'rifat, mengapa mengimani Allah dan rasulnya tanpa syarat tidak berhasil membuat anda menjadi ma'rifat? Dan bila anda belum mengimani Allah dan Rasulnya secara tanpa syarat, kok tau syarat ma'rifat harus beriman tanpa syarat ke Allah dan Rasulnya?
Zuhud yang dilakukan adalah zuhud yang berilmu, sehingga bisa membedakan dia kerasukan atau memang sudah berada pada level yang sudah lebih baik.
Syech Siti Jenar dan Al Hallaj yg dihukum mati sama muslim itu kerasukan atau sudah berada di level yg lebih baik?
Kesalahan hamzah has adalah dia tidak membuktikan kebenaran di sisi hilir. Product View. Dia hanya percaya...dia gak nanya ahli ekonomi (misalnya) atau ahli keungan, dia gak nanya FS nya dan sebagainya. Di Islam, semua terbuka 120%. Siapapun bisa mendebat kebenaran Al Qur'an sebelum dia mengimaninya.
Justru itu, bukankah dari contoh ini, iman buta tak selayaknya diperdahulukan? Sikap kritis yg harus didahulukan sebelum mempercayai suatu produk. Saya sudah sedikit melakukan product review dan berpendapat bahwa adanya ayat-ayat perintah barbar yg tidak mencerminkan Allah yg mengasihi umatnya, membuat Al Quran pantas dipertanyakan. Ada juga ayat-ayat bagus yg menganjurkan umatnya mempergunakan aqal nya, yg ini saya sangat setuju. Sayangnya, justru ayat yg menganjurkan penggunaan aqal, tidak dijalankan muslim terutama yg emosi-an, dikit-dikit teriak bakar, bunuh, kill infidels :-). Jadi saya berpendapat, Qur'an selalu perlu ditafsir dengan kritis dan selektif, bukan dipatuhi secara buta bila mau dijadikan acuan. Apalagi Hadist yg lebih parah dalam hal barbar dan kontradiksinya. Muslim yg waras pasti mempertanyakan keabsahan hadist ( http://www.chowk.com/articles/questioni ... n-Bham.htm ), tapi anehnya anda masih bisa-bisa nya klaim hadist tak pernah salah.
YANG PASTI DALAM ISLAM ada borderisasi. Atd tegasisasi bahwa yang khaq adalah khaq dan yang bathil adalah bathil. Sederhana sekali sifatnya, Shollu kama roaitumuni usholly, Sholatnya rasul dengan bahasa Al Qur'an, doa rasul dengan do'a Al Qur'an, lalu megapa kita harus dengan bahasa Indonesia? Kalau misalnya ada agama lain, membolehkan=menganjurkan=men-seyogya-kan=menyuruh ataupun yang lain proses translation. Di islam jelas tidak ada. Al Qur'an akan tetap murni=gemintang=24 karat sampai hari kiyamat, artinya derivasinya=bagaimana sholat=puasa=dan sebagainya ya akan tetap ila yaumul qiyamat. sebenarnya itu adalah problem "kemurnian".
Ajaran Islam versi anda itu pada dasarnya memberhalakan ritual, ritual lebih penting dari substansi. Soal doa dengan bahasa lain, kalau benar Allah yg anda sembah Allah yg maha tahu, mau doa pakai bahasa indonesia, skandinavia, atau klingon, pasti mampu dia pahami. Anda saja yg mengira doa tanpa meniru (gaya dan bahasa) nabi tidak 'murni', sebab anda masih mengutamakan ritual bukan substansi (hakikat dari ritual).
MUNGKIN saja anda belajar beberapa jenis bahasa lain. Dan itu bagus..hehehe..Kesalahan fatal anda adalah..anda ngotot bahasa Qur'an biasa saja dan pendekatannya tidak dengan mengkaji qur'an tapi mengkaji dengan bahasa lain, sukur2 sesuai...sorry to say..
Cem mana pula ente, memperbandingkan kok di bilang ngotot? Begini ya, bila anda mengklaim PSSI atau Perancis dasyat, bagaimana membuktikannya kalau bukan dengan diperbandingkan dengan klub lain alias dipertandingkan? Dari pertandingan baru ketahuan secara objektif mana klub yg dasyat. Bila dari hasil pertandingan, Perancis dicukur habis sama Belanda 4-1, masa masih bilang Perancis dasyat? Demikian juga ketika anda mengklaim gaya bahasa Quran dasyat, dasyat dibanding dengan apa? Dasyat karena klaim sepihak yg bombastis? yg bener saja. Klaim sepihak bombastis hanya membuktikan anda bermulut besar, tidak membuktikan kedasyatan apapun. Bila benar dasyat, buktikan dengan mengalahkan semua bahasa di kitab lain, baru nanti layak meraih piala oscar untuk gaya bahasa terdasyat :-) . Tanpa perbandingan dengan bahasa lain, bukankah klaim dasyat anda itu hanya klaim sepihak tanpa bukti? Lakukan studi perbandingan kalau anda memang expert dan tunjukkan keunggulan bahasa Quran versus bahasa kitab lain, baru buat klaim bahasa Qur'an adalah bahasa terdasyat di alam semesta. Itu baru cara yg teruji. Tau bahasa serumpun saja kagak, bisa-bisanya klaim punya bahasa terdasyat, apa bukan katak dalam tempurung? Terdasyat dalam tempurung, tapi diluar tempurung masih terbentang dunia yg sangat luas, seperti kata pepatah silat, di atas langit (tempurung) masih ada langit. Coba pikir, apakah klub sepakbola bisa menjadi juara dunia hanya dengan membuat klaim sepihak? Bertanding, tundukkan klub lain, barulah layak dapat bintang. Bukan fair play namanya kalau cuman mau menang tanpa kontes, hehehe.

Ba (arab) dan Bet (ibrani) yg saya perbandingkan sebelumnya adalah memperbandingkan secara apple to apple, Al Fatikhah qs 1:1 saya bandingkan dengan Kejadian 1:1 yg merupakan sejenis Al Fatikhahnya Taurat. Pakai kriteria mathematical miracle, maka 7 kata dalam Kejadian 1:1 (gematria total = 2701 = 37 x 73 = 1 + 2 + ... + 73) juga memperlihatkan struktur matematis yg jauh lebih kaya selain punya angka mirror spesial 37 dan 73 yg punya jauh lebih banyak kelebihan dibanding dengan "keajaiban" angka 19 nya Al Fatikhah qs1:1 (gematria total = 741 = 19 x 39). Hanya kebutaan dan kedegilan muslim saja yg membuat kalian mengira Al Quran lebih superior dan me-nasakh (replace) kitab-kitab sebelumnya.
Tapi adalah suatu kezaliman yang besar kalau anda berpendapat “mengejawantahkan” bahasa arab dan anda sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mencoba mendekatinya degan bahasa lain yang anda “kuasai”.
Kezaliman? yg bener aje. Memaksakan pendapat, mengancam, mutilasi, menabok dengan bambu berpaku, adalah kezaliman, membandingkan bahasa tidak. Bila membandingkan bahasa anda lihat sebagai kezaliman, maka saya meragukan kemampuan anda untuk menilai dengan wajar. Pantesan saja penilaian dasyat anda subjektif - membedakan mana yg zalim mana yg tidak anda gak bisa.
Wah anda berszalim dengan santri2 pesantren yang siang malam menghafal Alfiyyah Ibni Malik untuk tahu sistematika I’rob yang benar atau mereka2 yang memuradi Jurumiyyah, dsb.
Wah, ente memfitnah :D. Memangnya kapan ane merampoq santri-santri pesantren ?
Walhasil, penjelasan anda sungguh tidak beralasan. Yang dimakusd ba’ ilshoq dalam Bismillahirrahmanirrahim adalah ba’ yang bi makna general.
Tak beralasan? Memangnya "Bet" (ibrani) dalam kejadian 1:1 tidak bermakna general? Lagian bi yg makna general ini anda anggap dasyat. Memangnya dasyat subjektif ini menurut standard apa, ada skala richternya kaga ? Dan efek kedasyatannya bagaimana? Apakah dengan mengucap bismillah, bisa menurunkan hujan emas atau membuat anda terbang? Kalau bisa, bukan saja saya, orang beragama apa saja, atheis pun akan mengakui kedasyatan bismilllah. Kedasyatan ba dalam bismillah yg menjadikannya bermakna general hanya ada dalam khayalan anda saja oleh sebab pemujaan berlebihan terhadap Qur'an yg melumpuhkan penilaian yg wajar. Untuk membuktikan kedasyatan itu tidak hanya adalah dalam khayalan anda, coba tunjukkan mana ahli linguistic netral (tidak memberhalakan Qur'an) yg mengakui kedasyatan ba' ilshoq.
BUKAN psikologikal effect seperti yang anda kira-kirakan.
Yg saya sebut psychological effect itu adalah kepasrahan yg muncul akibat mengucapkan kata bismillah. Efek dari asosiasi kata dengan state of emotion melalui conditioning berulang. Anda mengerti conditioned reflex nggak?
Ketika ada huruf jair (ba) tersebut akan membuat maknanya berubah. Jadi kalau sekarang anda mendengar teman sekantor anda bilang “Eh, itu makanan kan bikin sakit perut’, “Bismillah aja lah..” atau ”Wah cuaca lagi buruk, jadi terbang gak? ’ Bismillah aja deh”. Itu bukannya tanpa latar beakang, karena konsep ba’ ilshoq tadi membuat ARTI (bukan psikologikal effect) jadi general...Gak lagi butuh (Allah yang baik kita akan terbang)..dsb, karena sudah dibungkus dalam 1 paket...
Banyak amit aturan anda, tidak mengucap bismillah, butuh mengucapkan "Allah yg baik kita akan terbang". Memangnya tanpa ucapan bismillah atau doa lainnya akan menyebabkan pesawat jatuh atau anda jadi berdosa (kurang berserah/pasrah) ? Ridiculous. Anda memberhalakan terlalu banyak aturan-aturan. Kepasrahan, keberserahan adalah masalah hati, masalah kemampuan menerima kejadian apapun dengan bersyukur tanpa mengeluh atau kecewa. Pengejawantahannya tidak melulu harus dengan ucapan bismillah, malah tanpa mengucapkan apapun seseorang dapat berserah. Memangnya tanpa ucapan bismillah seseorang tak dapat pasrah? Lagian apakah menurut anda, "BeSem Yahweh" (Ibrani: dalam nama Yahweh) kurang mujarab dibanding dengan ucapan Bismillah?
Kenapa pula :
Maaliki yaumiddin dan bukan Maliiiki Yaumiddin (Mad Thobi'ie ada di mim dan bukan nya di lam) karena menunjukkan bahwa Allah adalah raja "sesaat" di waktu berlangsungnya Kiyamat yang pendek dan bukan pada kiyamat yang panjang (maliiki) yaumiddin…Moral of the story nya : Oooh ternyata Kiyamat itu bukan akhir dari segala-galanya, kiyamat itu proses yang pendek dibandigkan dengan proses sesudah-sesudahnya yang masih sangat panjang.
Sekali lagi, anda berteori, kali ini tentang kiyamat. Memangnya anda sudah pernah menyaksikan hari kiyamat? Cerita tentang panjang pendeknya kiyamat ini dari laporan pandangan mata (pengalaman langsung) atau dari opini anda berdasarkan teori mad thobi'ie? Tidak ada yg dasyat dari aturan bahasa yg hanya membuat penyembahnya berteori tanpa bukti.
Kenapa Arrohmanirrohim dan bukannya Allahu Rohmanun, Allahu Rohiimun (khas fiil fail nahwu standar) karena Allah memiliki rohman dan rahim yang jangka panjang tak terbatas sementara rokhmanun rokhiimun jangka pendek.

Kenapa harus ada rokhim kalau sudah ada rokhman…Panjang Wes…..
Rokhim itu welas asih untuk yang berbuat baik (kalau anda di pesantren di maknai akhirat bloko) kalau rokhman (dunia akhirat)...Rokhman erat kaitannya dengan sunatullah..siapa yang kerja dia dapet, Allah tidak akan membedakan yang sholat sama gak sholat, kerja keras, dapat uang, blajar rajin dapat nilai, tapi konsep rokhim nya di tuai di akhirat..
Ini sekali lagi menunjukkan pemujaan pada bahasa hanya membuat anda full of theory tanpa bukti. Apakah penjelasan anda tentang rokhman dan rokhim anda dengar dan alami langsung dari Allah atau anda hanya berteori berdasarkan gaya bahasa? Memangnya anda sudah pernah ke akhirat sehingga tahu konsep rokhim itu dituai di akhirat?
Kalau anda baca tarjimnya anda tidak akan tahu sampai dalam tentunya...dan sekali lagi gak relevan anda padan-padankan dengan bahasa yang lain then comes up: Oh kira-kia begini..ini kan sama dengan ini....Humble-ly, seharusnya anda juga berkata Ada yang berbeda, instead of ngotot menggunakan "bahasa yang anda kuasai" untuk menebak2 arti Al Qur'an
Lho, memangnya contoh gaya iltifad yg saya sampaikan dari kitab tanakh (perjanjian lama) beda dengan gaya iltifadnya Qur'an? Kalau gak beda, kenapa gak relevan? Relevan lah, sebab anda mengagung-agungkan kedasyatan Qur'an dan saya cuman menyampaikan bahwa Quran itu hanya dasyat bagi katak dalam tempurung yg tidak menyadari gaya iltifad sudah basi sebab ada juga di kitab yg lebih tua, dan gaya iltifad tidaklah seistimewa khayalan anda. Jadi yg saya perbandingkan sangat relevan. Kalau menurut anda ada yg berbeda, coba tunjukkan bedanya.
Jadi semuanya berakar pada JENIS PEMILIHAN KATA YANG menunjukkan kedahsyatan Al Qur’an dan bukan pada psikologikal effect. Dan ini tentu berlaku pada orang yang mau merunduk, yang mau belajar karena Fosholanaahu ala ilmin…sekali lagi bukan effect fisual seperti yang anda katakana dengan nalaogi guru yoga. Sorry to say Jaka sembung bro..hehehe
Kedasyatan jenis pemilihan kata itu hanya adalah dalam khayalan anda. Sudah saya katakan kriteria dasyat anda itu kriteria subjektif yg anda setujui dan sanjung sendiri, assoy dalam khayalan anda sendiri. Kriteria yg universal akan diakui semua orang sebagai kriteria standar untuk menilai sama seperti kita semua punya mistar centimeter standard untuk mengukur panjang. Mistar bisa dipakai semua orang, atheis, agnostik, agama apa saja. Sedang measuring sticks anda untuk mengukur kedasyatan? Hanya kriteria subjektif berdasarkan blind adulation/idolization. Mampukah anda beri kriteria objektif yg diakui semua orang? Less likely. Memuja berlebihan terhadap sesuatu mana bisa objektif? Pernah denger air kencing michael jackson yg dikejar-kejar fans nya? Itu akibat pemujaan berlebihan. Bagaimana dengan pemuja sai baba yg menjadi pembenci sai baba? Sewaktu memuja sai baba, berita penyimpangan seks sai baba tidak akan dipedulikan, tetapi setelah mengalami sendiri sexual harrasment, baru sadar. Semua ini akibat pemujaan berlebihan. Sama saja dengan anda yg menyanjung-nyanjung Al Qur'an, tidaklah mungkin anda melihat ayat-ayat yg tidak wajar di Qur'an, sebab mata telah dibutakan oleh pemberhalaan. Jadinya asal bercap Quran, semuanya dasyat. Makanya saya katakan dasyat dalam khayalan anda.
THE TRUE FIRQON…
Hehehe, hijaiyyahnya gak kelihatan euy. Gak bisa baca jelas..karenanya gak bisa kasih komen, mubtada’ khobarnya bener apa nggak...Saya cuman baca awal2nya surat Al fatikhah. Buat saya, maksa banget ya, ayat 1 s/d 8 berkali-kali ”inilah furqon yang benar”. ..The author seems like sangat takut kalau pebacanya gak percaya...kalau orang betawi yang baca, dia pasti komen ”Iye-iye...”...Anda gak akan menemukan repetisi (maaf Funny) semacam itu dalam Qur’an..
Gini aja, penulis furqan sangat takut pembaca gak percaya itu kan cuman dugaan anda secara sepihak, apa ndak sebaiknya anda buktikan lewat perdebatan dengan mereka? Jangan cuma su'uzon berdasarkan penilaian sepihak. Buat saya, mereka lebih takut dibunuh muslim buas daripada takut tak dipercayai.
YA BENER PAK! As Object, Untuk sekedar tahu Al Qur’an itu indah ya anda bisa membaca terjemahannya, meresaspi maknanya. DAN YANG PALING PNTING bertanya pada guru yang tepat, dan bukannya terpingkal-pingkal dengan “keanehan “ Al Qur’an padahal kita tidak tahu artinya.
Yg jelas, kriteria indah dan dasyat versi anda itu tidak universal, cuman indah dan dasyat menurut parameter anda sendiri, bukan parameter yg diakui semua orang. Lagian dengan kriteria indah yg cenderung subjektif juga tidak membuktikan bahwa Quran itu pasti berasal dari Allah.
Dan sayangnya, untuk pertanyaan ini anda tidak akan pernah dapat jawabannya sampai akhir hayat hehehe. Daripada capek membuktikan orang zuhud beneran apa gak, mending kita ikutin jalan yang sudah diretas biar ketularan menjadi hamba Allah yang baik. Zuhud itu gak bisa diuji dari sekian Angstrom, dsb. Itu adalah Gift dari buah kesabaran menapaki perintah dan laranganya. Dan sekali lagi saya tidak berada di level itu, dan kalaupun (subhanallah bisa meraih level itu, saya juga gak cerita)…
Lho, bila tidak berada di level itu, ngapain pula bebusa-busa ngomong teori zuhud? Dari saya simpel saja. Saya tidak peduli anda zuhud atau tidak, bukan itu yg saya persoalkan. Yg saya persoalkan adalah klaim anda soal bisa merasakan keADAan Tuhan. Walaupun klaim anda bombastis, saya masih memberi ruang bagi anda membuktikan klaim anda. Tanpa bukti, itu cuman klaim kosong, klaim yg menurunkan kredibilitas ucapan anda. Berani buat klaim harus berani membuktikan.

Watcher
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Ok Jadi yang sekarang anda tanyakan

Implikasi ayatnya (anda bertanya : berarti antara islam, yahudi, kriten, shobiin sama)?
ATAU

Masih membahas terkib nahwu Shorofnya????


IBRA
Taba'a wa intafa'a mas Ibra :)

Saya tidak bertanya :
(anda bertanya : berarti antara islam, yahudi, kriten, shobiin sama)?
Karena untuk saya manusia yang penting adalah output kepada dirinya dan kepada sesamanya, bukan atribut yang fana.

Anda termasuk umat yang mengimani Islam atau beriman kepada Allah semata?


@Watcher

Dipersilahkan mas Watcher melanjuti. :)

Wassalam
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Mas Hillamn

Saya gak bermaksud menuntut suatu hal..
Namun analngkah bijaksanannya menurut saya kalau kita juga meng close case-kan Shobiin dan shobiun ini dengan bijak.
Agar umat di FFI ini tidak resah..artinya bahwa, dengan gentle anda juga memiliki lautan kesabaran dan kesadaran mengatakan "saya salah atau tepatnya saya belum memahaminya dengan benar".

Ini perlu agar....kita kembali kepada fitrah dan bisa dipahami oleh seluruh umat FFI ini secara keseluruhan bahwa Al Qur'an terutama pada ayat yang anda sangkakakan salah itu ternyata adalah benar dan pemahaman kita yang belum memahaminya.

Oh iya, saya, saya rujukkan.
Kalau anda belajar Al Fiyyah Ibni Malik, konteks ayat itu adalah kurang lebih Tanazu'.
Tepatnya ada di bait 273.

Kalau anda belajar nahwunya gak dari Alfiyyah
Anda bisa cari di bab (deket-deket dengan : naibul Fail, Istighol, Taady Fi'ly, Tanazu, Maful laih, Maful Mutlak, maful Fiih.

Dulu contoh gampangnya biasanya disebut Inna zaidan bil Bait wa ustadun fid diwan mustagilun..lihat bahwa ustadzun nya gak beramal nasob tapi rofa'

Saya pikir ini kajian yang menarik, namun juga harus ditutup dengan bijaksana agar terlihat yang bener adalah benar yang belum benar harus dibenerin.

Seneng berdiskusi dengan anda..

Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thorieq

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

:)

Sebaliknya mas Ibra. Anda harus juga memiliki hal yang diharapkan dari saya. Kelihatan dari tulisan anda, (maaf) anda sudah pada batas yang saya tidak ingin terlewati oleh anda.

Saya yang faqir, memberikan pendapat mengenai kalimat dari yang anda contohkan :
Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun
Zaidan sebagai mubtada memiliki khobar bil Bait, ini merupakan satu kalimat,
Kemudian wa ustadzun sebagai mubtada memiliki khobar fid diwan mustagilun.

Sehingga ada 2 kalimat terpisah yang memiliki khobar masing-masing.

Sangat berbeda dengan yang tertulis mengenai shabiin dan shabiun dalam ayat yang kita diskusikan.

Keempat golongan (mu’min, yahudi, nasrani, shabiin) sebagai mubtada jamak yang memiliki khobar yang sama, sebagai satu kesatuan kalimat.

Jadi konsistensi saya memiliki alasan yang insyaallah dapat saya pertanggung jawabkan.


Insyaallah cukup jelas, mas Ibra.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Bukan begitu mas Hilman yang baik..
Diskusi kita berawal dari suatu hipotesis bahwa AQ tidak sempuna. Tidak sempurna nya AQ satu fatkhahpun berarti tidak sempurnanya seluru kajian AQ.

Saya sudah tunjukkan bahwa AQ benar dan BARANGKALI problemnya pada ilmu kita yang terbatas.

Subhanallaj (anda melakukan kesalahan yang sangat elementer rupanya) mOhon maaf sebelumnya:

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun..

Kalau anda pecah dalam dua kalimat:

1. Inna zaidan fil bait mustaghilun..inna menasobkan zaid dan merofakkan mustaghilun..
2. Ustadun fid diwan mustaghilun (ini mubtadak khobar standar dengan khobar mustaghilun..kenapa gak sekalian anda sebut fid diwam khobar (jadi kesalahan anda biar konsisten..maaf.

Nyuwun sewu mas, anda tanyakan ke seluruh santri di pesantren gak ada ceritanya kalimat di atas memiliki khobar fil bait..fil bait itu hanya zaman makan (keterangan tempat)..
gak ada cerita khobar itu dimaknai "ingdalem" yang ada khobar dimaknai "iku"..

saya juga faqir mas, mungkin lebih faqir dari anda..dari awal kalau anda track back saya sangat tidak berminat membahas debat antar agama. TAPI saya harus konsisten untuk membela agama saya, semaksimal mungkin selagi bisa...


seneng berdskusi dengan anda

wass
Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Mas Ibra saya percaya anda tentu bukan termasuk umat yang muqollid dan taklid buta. Atau sebaliknya? :)

Maaf mas Ibra, penjelasan manakah yang menurut mas Ibra telah menunjukan tulisan dalam Alquran yang kita bahas benar? Dipersilahkan mas Ibra.

Kembali saya mohon maaf, kesalahan fatal kembali anda tunjukan dengan menuliskan

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun.. dan saya berikan ulasan alasannya. Sehingga saya sungguh menjadi ragu anda mengerti bahasa Arab, dan menduga anda hanya mengikuti apa yang dikatakan ustadz anda, sehingga saya pikir anda termasuk umat muqollid dan taklid buta.

Termasuk ketika saya menyapa anda dengan kata Taba'a wa intafa'a. Sama sekali anda tidak merespon tawaran anda pada saya, yang saya jawab dengan dua kata tadi yang artinyaâ€
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Mas Hilman yang baik,
Saya berada pada satu titik yang berani menyimpulkan, anda memang memiliki karakteristik error pada kasus ini (uncharacteristic error adalah error yang terjadi karena lupa, ketlisut, kesrimpet, kepleset, dsb..sementara sebaliknya characteristic error adalah karena bener2 tidak tahu).

Afwan sekali lagi, sungguhpun demikian tidak 1% pun berkurang repek saya pada anda.

Yang dimaksud dengan tanazu' fil amal adalah beberapa subyek yang memiliki khobar yang sama (sungguhpun satu atau lebih subyek yang berasungkatn memiliki kata sifat tertentu).

karakteristik error anda adalah pada pemaknaan di atas.

penjelasan anda 100% salah untuk kasus ini. Mohon maaf sekali lagi

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun

adalah bentuk tanazu', saya kasihkan makno gandulnya, biar anda ingat, sekaligus romantika waktu anda (migt be) pernah di pesantren atau IAIN.

Sekali lagi kalau mau di pisah kalimat di atas menjadi:

1. Inna zaidan fil baiti mustaghilun
2. (wa) Ustadun fid diwani mustaghilun

Ad.1.
Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk

dalam kasus ini fil baiti dan fid diwani BUKAN khobar tapi sifat.
bahasa Indonesia gampangnya adalah:

Sesunnguhnya zaid yang lagi nangkring di kelas dan pak guru yang lagi didalam kantor sibuk...

bener bahwa zaman makan bisa langsung sebagai khobar TAPI bukan dalam terkib tanazu'

Kalau mau:
Zaidun fid diwan, fid diwan menjadi khobar..zaid lagi dalam rumah
Tapi kalau Inna zaiduna fid diwani jahilan, berarti--> zaiod yang dalam rumah itu lho yang bodo (nakal)..

Not 1% saya berkurang respect saya terhadap anda
TAPI saya mulai berfikir:
saya fakir, tapi anda juga gak lebih baik..tapi dengan pengetahuan anda anda berani menyatakan Ayat Al Qur'an salah.

Mohon mas Hillman anda harus belajar lagi dengan bijak, dan track record anda bagi saya sudah cukup menunjukkan bahwa sebenrnya anda gak bener2 humble dengan mengatakan Anna jahilun..

kalau anda bener2 faqir, anda pasti akan "mempertanyakan" instead of menjudge. "Kajian ayat 69 almaidah : mungkinkah AQ salah"..It sounds more beautiful.

(Apapaun agama anda), agama anda cukup beruntung memiliki anda sekarang..
tapi jelas gak cukup kuat untuk jangankan mengobrak abrik Al Qur'an (seperti yang anda lakukan), untuk sekedar sharing bahsul masail tingkat MWT-pun, I am not really sure..

Setelah penjelasan tentang Tanazu' ini, tentu anda bisa menyimpukan bahwa keempat golongan pada maidah 69 memiliki khobar yang sama, meskipun beberapa kelompok memiliki kata sifat tersendiri...

say ; Ibra dan Hillman yang pinter sedang berdebat

Khobar sedang berdebat, Ibra dan Hilman tanazu fil amal
tp Hilman memiliki tambahan kata sifat

bangga bisa berdikusi dengan anda

Jazakumullah khoiran katsira
Wallahu alam
Ibra

P.S
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Untuk mas Ibra yang juga baik :)
Ibra wrote:Mas Hilman yang baik,
Saya berada pada satu titik yang berani menyimpulkan, anda memang memiliki karakteristik error pada kasus ini (uncharacteristic error adalah error yang terjadi karena lupa, ketlisut, kesrimpet, kepleset, dsb..sementara sebaliknya characteristic error adalah karena bener2 tidak tahu).

Afwan sekali lagi, sungguhpun demikian tidak 1% pun berkurang repek saya pada anda.
Ibra wrote: Not 1% saya berkurang respect saya terhadap anda
TAPI saya mulai berfikir:
saya fakir, tapi anda juga gak lebih baik..tapi dengan pengetahuan anda anda berani menyatakan Ayat Al Qur'an salah.

Mohon mas Hillman anda harus belajar lagi dengan bijak, dan track record anda bagi saya sudah cukup menunjukkan bahwa sebenrnya anda gak bener2 humble dengan mengatakan Anna jahilun..

kalau anda bener2 faqir, anda pasti akan "mempertanyakan" instead of menjudge. "Kajian ayat 69 almaidah : mungkinkah AQ salah"..It sounds more beautiful.

(Apapaun agama anda), agama anda cukup beruntung memiliki anda sekarang..
tapi jelas gak cukup kuat untuk jangankan mengobrak abrik Al Qur'an (seperti yang anda lakukan), untuk sekedar sharing bahsul masail tingkat MWT-pun, I am not really sure..
Mas Ibra, sudah sangat sering sahabat-sahabat yang berdiskusi dalam topic ini, setelah tidak lagi memiliki jawaban untuk ulasan latar belakang konsistensi saya bahwa ada kesalahan tatabahasa Arab dalam Qur’an, melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan mas Ibra saat ini, berusaha menunjukan saya tidak memiliki pengetahuan dalam bahasa Arab dan pada akhirnya saya hanya tersenyum dan biarlah tulisan-tulisan saya yang membuktikan :) .

Terima kasih mas, saya diingatkan untuk belajar dengan bijak dan memang saya berusaha belajar dengan bijak sampai saat ini.

Apabila sampai pada titik saya men “judge” menurut anggapan mas Ibra, telah saya lalui dengan susah payah dan badai keimanan.

Sekali lagi seperti yang mas Ibra tuliskan dan menjadi landasan saya mengemukakan pendapat mengenai shabiin dan shobiuun ini :

"yang benar adalah benar dan kita jalankan, yang salah adalah salah dan kita hindari"

“Allahumma arinal khaqqo khaqqo warzuqnattibaah, (wa)arinal bathila bathila warzuqnajtinabah”

Saya dengan berat hati mengatakan antum jahilun dan tidak merubah pendapat bahwa anda luar biasa.

Sekarang saya memberikan tanggapan tulisan mas Ibra :
Ibra wrote:Yang dimaksud dengan tanazu' fil amal adalah beberapa subyek yang memiliki khobar yang sama (sungguhpun satu atau lebih subyek yang berasungkatn memiliki kata sifat tertentu).

karakteristik error anda adalah pada pemaknaan di atas.

penjelasan anda 100% salah untuk kasus ini. Mohon maaf sekali lagi

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun

adalah bentuk tanazu', saya kasihkan makno gandulnya, biar anda ingat, sekaligus romantika waktu anda (migt be) pernah di pesantren atau IAIN.

Sekali lagi kalau mau di pisah kalimat di atas menjadi:

1. Inna zaidan fil baiti mustaghilun
2. (wa) Ustadun fid diwani mustaghilun

Ad.1.
Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk

dalam kasus ini fil baiti dan fid diwani BUKAN khobar tapi sifat.
bahasa Indonesia gampangnya adalah:

Sesunnguhnya zaid yang lagi nangkring di kelas dan pak guru yang lagi didalam kantor sibuk...

bener bahwa zaman makan bisa langsung sebagai khobar TAPI bukan dalam terkib tanazu'

Kalau mau:
Zaidun fid diwan, fid diwan menjadi khobar..zaid lagi dalam rumah
Tapi kalau Inna zaiduna fid diwani jahilan, berarti--> zaiod yang dalam rumah itu lho yang bodo (nakal)..

Not 1% saya berkurang respect saya terhadap anda
TAPI saya mulai berfikir:
saya fakir, tapi anda juga gak lebih baik..tapi dengan pengetahuan anda anda berani menyatakan Ayat Al Qur'an salah.
Ingat saya pernah tuliskan fatal sekali anda tuliskan Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun yang anda artikan :
Ibra wrote:
Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk
Perhatikan yang sebenarnya dan seharusnya mas Ibra tuliskan:

ديوان = diwan = dewan (keterangan. bukan kantor)
مكتب = maktabun = kantor
مشغول = masyghuulun = sibuk (keterangan. bukan mustaghilun)

Dan sekarang dengan ulasan anda bahwa ini dikarenakan tanazu’fil amal, seperti yang mas Ibra tuliskan dalam beberapa kalimat yang saya kumpulkan:
Ibra wrote: Yang dimaksud dengan tanazu' fil amal adalah beberapa subyek yang memiliki khobar yang sama (sungguhpun satu atau lebih subyek yang berasungkatn memiliki kata sifat tertentu).
Ibra wrote: Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun

adalah bentuk tanazu', saya kasihkan makno gandulnya, biar anda ingat, sekaligus romantika waktu anda (migt be) pernah di pesantren atau IAIN.
Ibra wrote: dalam kasus ini fil baiti dan fid diwani BUKAN khobar tapi sifat.
bahasa Indonesia gampangnya adalah:

Sesunnguhnya zaid yang lagi nangkring di kelas dan pak guru yang lagi didalam kantor sibuk...

bener bahwa zaman makan bisa langsung sebagai khobar TAPI bukan dalam terkib tanazu'

Kalau mau:
Zaidun fid diwan, fid diwan menjadi khobar..zaid lagi dalam rumah
Tapi kalau Inna zaiduna fid diwani jahilan, berarti--> zaiod yang dalam rumah itu lho yang bodo (nakal)..
Ibra wrote: Setelah penjelasan tentang Tanazu' ini, tentu anda bisa menyimpukan bahwa keempat golongan pada maidah 69 memiliki khobar yang sama, meskipun beberapa kelompok memiliki kata sifat tersendiri...

say ; Ibra dan Hillman yang pinter sedang berdebat

Khobar sedang berdebat, Ibra dan Hilman tanazu fil amal
tp Hilman memiliki tambahan kata sifat
Mohon maaf sebesarnya mas Ibra, kelihatannya anda tidak sungguh menguasai mengenai tanazu’ fil amal ini, saya yang lebih faqir dari anda mencoba memberikan ulasan dibawah ini:

Kita mulai dengan pengertian Tanazu’

Kita lihat definisi tanazu’ dalam bahasa Arab yang pernah saya pelajari:


اﻟـــﺘــﻨــﺎزع ﻟـــﻐـــﺔ
:
اﻟـــﺘــﺠــﺎذب ﺑـﺎﻟﻜــﻼم
واﺹــﻄــﻼﺡــﺎ
:
أن ﻳــﺘــﻘــﺪم ﻋــﺎﻡـــﻼن ﻓــﺎآـــﺜــﺮ ﻋـــﻠـــﻰ ﻡـــﻌـــﻤـــﻮل ﻏـــﻴـــﺮ ﺳـــﺒـــﺒـــﻲ
آـــﻞ واﺡـــﺪ ﻡــﻨـــﻬـــﻤ
ــﺎ ﻃــﺎﻟــــﺐ ﻟـــﻪ ﻡـــﻦ ﺟــﻬـــﺔ اﻟـــﻤـــﻌـــﻨــﻰ


At-tanazu’u/
lughatan : at-tajazubu
bi l-kalami
wa istilahan : an
yataqaddama ‘amilani
fa aksara ‘ala ma’mulin ghayra sababi kulla
wahidin minhuma talibin lahu min jihati l-‘na

Tanazu’ dalam bahasa
: berarti : perebutan dalam jumlah . Dan dalm istilah tanazu’ berarti
mendahului dua ‘amil atau lebih terhadap satu ma’mul selain beberapa
sebab , tiap-tiap satu di antara dua ‘amil meminta untuknya dari segi
.’arti.

Dan bukan seperti yang mas Ibra paksakan untuk menjelaskan Shabiin dan Shobiuun dalam Qur’an.

Saya contohkan beberapa bentuk kalimat tanazu’fil amal yang benar :

ﺟــﺎء و دﺧــﻞ اﻟـــﺮﺟــﻞ ﻓــﻰ اﻟـــﺒـــﻴـــﺖ


Ja-a wa dakhala r-rajulu fi l-bayti

= Telah datang dan masuk seorang lelaki di dalam rumah



ﺟـــﻞء و ذهــﺐ ﻋــﻠــﻲ


Ja’a wa zahaba ‘aliyyun

= Datang dan pergi si Ali



ﺳـــﻤـــﻊ و آـــﺘـــﺐ اﻟــﻤـــﺘـــﻌــﻠـــﻢ

.
Sumi’a wa kutiba l-muta’allimu

= Didengar dan ditulis pelajaran itu


Kemudian aya ambilkan contoh dari Qur’an
Surah Taha ayat 54


كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّأُوْلِي النُّهَى


Kulu war ‘au an’amakum inna fi thalika layatin liuli alnnuha

= Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.



Surah Al Rahman ayat 5

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ


Asy-syamsu wa l-qamaru bi husbanin

= Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Dari contoh yang saya berikan sangat jelas terlihat bahwa dengan khobar Zaid ada dirumah dan khobar sang ustadz ada di “kantor” sedang sibuk, Alasan pembenaran pendapat anda dengan terkib tanazu’ fil amal adalah (maaf) sangat salah.

Insyaallah cukup jelas mas Ibra.

Jazakallah khoir akhi

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Aww Mas Hillman yang baik,
Mungkin saya punya solusi singkat dari diskusi kita:
1. Untuk akselerasi, mungkin saya perlu tahu, buku Nahwu apa yang anda pakai. Sehingga kita bisa merujuk pada satu hal yang sama. Just quote saja, apakah anda pakai Al Fiyyah, atau anda pake Imrithy atau anda pake Balaghoh saya akan mencoba telaten menunjukkan.

Saya hanya sempat membaca bahwa tanazu' ada di bait 273 alfiyyah, (kalaupun anda memakai alfiyyah). Semua penjelasan saya saya sumberkan dari situ. saya sih insya allah yakin, kalau benar memang itu datangnya dari Allah (melalui wasilah Ibnu Malik si pengarang) kalau salah ya saya yang salah, berarti saya perlu belajar lagi..

2. Saya pengen denger anda memuradi
kalimat di atas versi anda:

hehe, kalau artinya pada vocab, terlalu sepele mas. maktabun orang bisa mengartikan bangku, kantor juga bisa dimaknai diwan ....TAPI bukan itu penekannya..
Saya kan berusaha memberikan konteks pada Al Maidah 69
Jadi konteks yang akhirnya saya jelaskan adalah ada beberapa jumlah (mubatada' atau mubtada' khobar) dengan 1 khobar yang sama...

Sekali lagi definisi di atas biar kompatible dengan bahasan Al Maidah nya..
Saya memuradinya :

Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk

saya ingin tahu bagaimana anda memuradi nya.(kenapa saya ambil contoh di atas, karena untuk mempermudah ke Al maidah)
Karena dalam contoh di atas sama-sama dalam hal "kata majemuk dengan anak kalimat pengganti subyek"


Jadi bagaimana anda memuradi:
Inna Zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun

kalau anda pake makno gandul mungkin kedengaran lebih bagus..karena lebih sistematis posisi kata per kata..bagaimana anda menjelaskan fid diwani mustaghilun sebagai khobar..?

Sumonggo

Ibra

P.S.

Subhanallah Mas, saya benar2 menyayangkan kalau badai iman anda karena ayat ini...Tapi thats your privacy..semoga kita sama2 ditunjukkan jalan yang benar dan kita bisa menjalankannya dan bisa menntukan jalan yg salah dan kita bs menghindarkannya
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Ibra wrote:
Aww Mas Hillman yang baik,
Mungkin saya punya solusi singkat dari diskusi kita:
1. Untuk akselerasi, mungkin saya perlu tahu, buku Nahwu apa yang anda pakai. Sehingga kita bisa merujuk pada satu hal yang sama. Just quote saja, apakah anda pakai Al Fiyyah, atau anda pake Imrithy atau anda pake Balaghoh saya akan mencoba telaten menunjukkan.

Saya hanya sempat membaca bahwa tanazu' ada di bait 273 alfiyyah, (kalaupun anda memakai alfiyyah). Semua penjelasan saya saya sumberkan dari situ. saya sih insya allah yakin, kalau benar memang itu datangnya dari Allah (melalui wasilah Ibnu Malik si pengarang) kalau salah ya saya yang salah, berarti saya perlu belajar lagi..
Mas Ibra, Al Fiyyah buah karya Ibnu Malik, menuliskan tanazu' fil amal persis seperti yang saya tuliskan dengan beberapa kitab nahwu dalam bahasa Arab, maupun terjemahan. Diantaranya karya Abdul Hamid Thalab, dan KH. Bisri Mustofa.

Dan qawa'id bahasa Arab tanazu' fil amal ini anda terapkan secara tidak tepat, apalagi terhadap shabiin dan shobiun dalam Al Baqara dan Al Maedah.
Ibra wrote:
2. Saya pengen denger anda memuradi
kalimat di atas versi anda:

hehe, kalau artinya pada vocab, terlalu sepele mas. maktabun orang bisa mengartikan bangku, kantor juga bisa dimaknai diwan ....TAPI bukan itu penekannya..
Saya kan berusaha memberikan konteks pada Al Maidah 69
Jadi konteks yang akhirnya saya jelaskan adalah ada beberapa jumlah (mubatada' atau mubtada' khobar) dengan 1 khobar yang sama...

Sekali lagi definisi di atas biar kompatible dengan bahasan Al Maidah nya..
Saya memuradinya :

Inna zaidan ==> setuhune zaid
Fil baiti ==> KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun ==> lan utawi guru
Fid diwani ==> KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun ==> rebyek kabeh a.k.a sibuk

saya ingin tahu bagaimana anda memuradi nya.(kenapa saya ambil contoh di atas, karena untuk mempermudah ke Al maidah)
Karena dalam contoh di atas sama-sama dalam hal "kata majemuk dengan anak kalimat pengganti subyek"


Jadi bagaimana anda memuradi:
Inna Zaidan fil baiti wa ustadun fid diwani mustaghilun

kalau anda pake makno gandul mungkin kedengaran lebih bagus..karena lebih sistematis posisi kata per kata..bagaimana anda menjelaskan fid diwani mustaghilun sebagai khobar..?

Sumonggo

Ibra

P.S.

Subhanallah Mas, saya benar2 menyayangkan kalau badai iman anda karena ayat ini...Tapi thats your privacy..semoga kita sama2 ditunjukkan jalan yang benar dan kita bisa menjalankannya dan bisa menntukan jalan yg salah dan kita bs menghindarkannya
Mas Ibra, dengan tanpa maksud menggurui, tapi saya katakan salah satu kesalahannya adalah anda menggunakan metode "makna gandul" untuk masalah tatabahasa Arab. Metode makna gandul adalah metode memahami kitab dengan menerjemahkan teks atau naskah kitab kata per kata dengan bahasa Jawa dan belum menyentuh nahwu.

Saya berikan contoh seperti yang anda "makna gandul"i :

Inna zaidan = setuhune zaid
Fil baiti = KANG TETEP INGDALEM OMAH
wa ustadun = lan utawi guru
Fid diwani = KANG TETEP INGDALEM KANTOR
(IKU) mustaghilun = rebyek kabeh a.k.a sibuk

Dan yang saya tafsirkan mengikuti standar dan terjemahan anda, namun bukan dalam bahasa Jawa:

Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

Kalau saya susun "tafsir"nya:

Sesungguhnya Zaid di dalam rumah dan Pak guru di dalam kantor sedang sibuk.

Kesimpulan dari kalimat itu adalah Zaid memiliki khobar sendiri, Pak guru juga memiliki khobar sendiri.

Insyaallah jelas, mas Ibra.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Strict to the point..
Mohon maaf Bang :)
Mungkin 1x24 jam lagi untuk berpikir.
Cara penerjemahan anda tidak se salafi yang saya banayngkan.
But its OK.kalau anda gak "mau" menerjemahkannya dalam bahasa "Nahwu salaf" 'ala pesantren..Model:
Kana zaidun quiman


Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


1. Anda katakan fid diwani khobar, tapi anda muradi seperti sifat...(mana "iku" nya kalau anda anggap khobar??)
2. Kalau ustadun anda anggab mubtada' baru , utawi-nya mana?
sekonyong2 anda muradi dan pak guru --> orang anggap itu atof pada zaid
3. Implikasinya kalau atof pada zaid seharusnya dia nasob, dan justru teori anda berantakan...

Serously its berantakan, a day more to think
I ll get back to you as soon as possible dan saya rangkumkan, bagaimana menerjemahkan Al Maidah "dengan insya allah lebih baik"

Kalau anda merasa di atas jaaban final
ya gak papa..berarti memang "hanya senjata itu" itu yang anda gunakan juga "untuk mengatakan Al Qur'an memiliki kesalahan fatal"..dan its Ok

wallahu 'alam

Ibra
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote:Strict
to the point..
Mohon maaf Bang :)
Mungkin 1x24 jam lagi untuk berpikir.
Cara penerjemahan anda tidak se salafi yang saya banayngkan.
But its OK.kalau anda gak "mau" menerjemahkannya dalam bahasa "Nahwu
salaf" 'ala pesantren..Model:
Kana zaidun quiman
Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk

1. Anda katakan fid diwani khobar, tapi anda muradi seperti
sifat...(mana "iku" nya kalau anda anggap khobar??)
2. Kalau ustadun anda anggab mubtada' baru , utawi-nya mana?
sekonyong2 anda muradi dan pak guru --> orang anggap itu atof pada
zaid
3. Implikasinya kalau atof pada zaid seharusnya dia nasob, dan justru
teori anda berantakan...
Serously its berantakan, a day more to think
I ll get back to you as soon as possible dan saya rangkumkan, bagaimana
menerjemahkan Al Maidah "dengan insya allah lebih baik"
Kalau anda merasa di atas jaaban final
ya gak papa..berarti memang "hanya senjata itu" itu yang anda gunakan
juga "untuk mengatakan Al Qur'an memiliki kesalahan fatal"..dan its Ok
wallahu 'alam
Ibra
If you strict to the point, we weren’t so far away from Shabiin and Shabiuun. So sorry, Zaid and Mr. Ustadz had to get involved :)

Is it FPI style? 1x24 hours, if you are not….I wil…. :) kidding … :)

Kenapa harus dipengaruhi mazhab untuk ber-ijtihad, salafi kah saya? Atau wahabi kah saya? Milik mazhab yang manakah kebenaran itu? Apakah anda ingin memberikan alasan perbedaan mazhab agar pembaca yang kebetulan bermazhab berbeda akan menafikan diskusi ini? Dan yang paling penting apakah Allah menurunkan Qur’an hanya untuk mazahab tertentu? Bad trick but out of date, mas Ibra.

Saya sangat menunggu anda melakukan apa yang anda janjikan untuk saya dibawah ini:
ibra wrote: I ll get back to you as soon as possible dan saya rangkumkan, bagaimana
menerjemahkan Al Maidah "dengan insya allah lebih baik"

Ok, back to the main topic which you ask me.
Straightforward, the first.
ibra wrote: Inna zaidan = Sesungguhnya Zaid
Fil baiti = Didalam rumah
wa ustadun = Dan Pak guru
Fid diwani = Didalam Kantor
(IKU) mustaghilun = Sedang sibuk


1. Anda katakan fid diwani khobar, tapi anda muradi seperti
sifat...(mana "iku" nya kalau anda anggap khobar??)

Perhatikan setelah Inna Zaidan ada kata JER+MAJRUR. JER = fi (didalam) + MAJRUR = baiti (rumah).

Ingat lagi hukum yang sangat dasar JER+MAJRUR = ISIM.

Ingat lagi dan lagi hukum KHOBAR itu terdiri dari, isim shifat atau kata benda isim alam.

KEMUDIAN

Perhatikan setelah Ustadzun ada kata JER + MAJRUR lagi. JER = fi (didalam) + MAJRUR = diwani (kantor).

Ingat hukum JER + MAJRUR = ISIM diatas.


KESIMPULANNYA

Fid diwani = ISIM dan itu adalah KHOBAR …

Ada satu teori lagi mengenai khobar, dan saya ingin melihat jawaban anda sebelum saya berikan teorinya.

Insyaallah jelas.

And then the second.
ibra wrote: 2. Kalau ustadun anda anggab mubtada' baru , utawi-nya mana?
sekonyong2 anda muradi dan pak guru --> orang anggap itu atof pada
zaid
Saya terangkan secara sederhana ya mas Ibra :)

Wa ustadzun = Dan Pak Guru = mubtada

KARENA

Teori yang sangat dasar tentang Mubtada, adalah bisa terdiri dari (salah satu)
1. Isim alam (nama orang, nama benda, profesi, dll)
2. Kata ganti (saya, dia, mereka, kamu, dll)
3. Isim isyarah (ini, itu)

Dimana keberatan anda kalau USTADZUN adalah MUBTADA ?


Last but not least, the third.
ibra wrote: 3. Implikasinya kalau atof pada zaid seharusnya dia nasob, dan justru
teori anda berantakan...
Serously its berantakan, a day more to think
Itulah saya katakan diawal bahwa anda melakukan kesalahan fatal dengan menuliskan hal yang sebenarnya saya sesali:
HILLMAN wrote:
Kembali saya mohon maaf, kesalahan fatal kembali anda tunjukan dengan menuliskan

Inna zaidan bil Bait wa ustadzun fid diwan mustagilun.. dan saya berikan ulasan alasannya. Sehingga saya sungguh menjadi ragu anda mengerti bahasa Arab, dan menduga anda hanya mengikuti apa yang dikatakan ustadz anda, sehingga saya pikir anda termasuk umat muqollid dan taklid buta.
Dimana kalimat tersebut anda kaitkan dengan tanazu’ fil amal, dan saat ini anda kaitkan dengan waw atof.

Saya ingatkan kembali teori Atof

Pengertian atof adalah : merangkai suatu kalimat dengan kalimat yang lain dengan menggunakan huruf ‘atof. Dalam hal ini , kalimat kedua disebut ma’tof harus sama bentuk dan keadaannya dengan kalimat pertama atau : ma’tuf ‘alayhi.

Saya berikan contoh :

ﺟـــﺎء زﻳـــﺪ و ﻋـــﻤــــﺮ


Ja’a Zaydu wa ‘Amru = Telah datang si Zaid dan si Amru

Kesalahan anda apabila di kaitkan dengan teori atof, adalah anda telah memberi Zaid dan Ustadz khobar masing-masing yang berbeda, anda dapat lihat contoh yang saya berikan diatas.

Akan lebih tepat jika anda memberi contoh :

. Inna zaidan wa ustadzun fid diwan masyghuulun..


Jadi kalau anda katakan teori saya berantakan, itu hak anda mas Ibra, biarkanlah yang membaca diskusi kita ini menilai.dan mendapatkan hikmah :)
ibra wrote: Kalau anda merasa di atas jaaban final
ya gak papa..berarti memang "hanya senjata itu" itu yang anda gunakan
juga "untuk mengatakan Al Qur'an memiliki kesalahan fatal"..dan its Ok
wallahu 'alam
Ibra
Kelihatannya anda harus menyiapkan hidangan buat saya, bukan senjata…. :)
No FPI style, OK. :)
Saya pikir anda yang sudah merasa final memberikan hidangan untuk saya.

Wassalam.
Post Reply