DISKUSI DENGAN MAS IBRA

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

DISKUSI DENGAN MAS IBRA

Post by HILLMAN »

Mas Ibra, saya memulai dengan Aqidah seperti yang mas minta.

Salah satu yang dikandung dalam aqidah adalah tentang posisi seseorang terhadap Allah SWT, “Nabi” Muhammad SAW, dan Al Quran.

Berkaitan dengan hal itu, saya ingin bertanya pada mas Ibra, bagaimana mengenai syahadat :

“asyhadu alla ilaha illah Allah, wa asyhadu anna Muhammadarasulullah” yang tidak tertulis didalam Al Quran, dibandingkan dengan apa yang tertulis didalam surah Al Baqarah Ayat 136.


قُولُواْ آمَنَّا بِاللّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ


Qulu amanna biAllahi wama unzila ilayna wama unzila ila ibrahima waismaAila waishaqa wayaAAquba waalasbati wama utiya musa waAAisa wama utiya alnnabiyyuna min rabbihim la nufarriqu bayna ahadin minhum wanahnu lahu muslimuna

= Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Yang mana syahadat yang benar, menurut anda?

Dipersilahkan.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Terima kasih mas
Here are temporary answers therefore no further comment is needed sampai dengan jawaban saya, saya anggap telah penuh semaksimal mungkin. Maklum, njawabnya di kantor tanpa pegangan buku Tafsir hanya mengandalkan pendaman ilmu yang agak jarang di update lagi

1. Pertama. Tidak semua perintah Allah dituliskan dalam Al Qur'an secara detail, karena penjabarannya ada di hadits. Anda juga tidak akan menemukan bagaimana sholat harus dilakukan: bagaimana takbiratul ikhromnya, ruku', sujud, dsb (perintah sholat banyak bertebaran di ayat-ayat). Karenanya rukun sholat, urut-urutan dan caranya merujuk pada hadist "Shollu kama roaitumuni usholli". Kalaupun toh dimisalkan (dan tidak 100% sama pastinya), tidak semua hal dibahas di UUD ada UU dan peraturan Organiknya (PP, Kepres, dsb). zakat juga demikian tidak dijelaskan nisobnya berapa. Haji juga demikian tidak dijelaskan thowafnya bagaimana. Puasa juga diperintahkan "..kutiba alaikumus shiyam...", dan runtutannya ada di hadist. Begitu juga dengan Syahadat. Syahadat yang uula (asyhadu alla ilaa ha illa allah banyak bertebaran di ayat-ayat sementara "muhammadarrasululluah" merupakan bagian dari penjabaran "Udkhuluu fissilmi kaaaffah" (masuklah kepada islam dengan sempurna" sama dengan "shollu kama roaitumuni usolli', seperti kasus di Sholat.

2. yang kedua mungkin lebih mudah. Surat Al baqoroh termasuk surat Makiah (ditunkan di Mekkah), banyak menceritakan riwayat-riwayat masa lalu. Agak confuse kalau hanya dibaca dari 136. Mulai ayat 80-an (petrengahan juz1) sampai dengan pertengahan juz 2 berarti ayat ke250-an (berarti ayat 136 included ya), itu adalah ayat kalimah langsung dimana mutakalim wadah (orang kesatu) adalah Allah, bercerita kepada orang kedua, yaitu Rasulullah, obyek yang dibicarakan adalah orang ketiga (bangsa Yahudi). cara gampang membacanya adalah sebagai berikut:
Allah bercerita kepada rasulullah, "(Ya Muhammad), orang Yahudi dulu itu Aku perintahkan untuk beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"

Kenapa tidak ada Rasulullah, ya karena itu cerita Allah kepada Nabi (kalimat langsung allah ke rasulullah SAW) tentang umat terdahulu. tentu rasulullah saw belum ada. Sama halnya, Ibunya mas hilman berfoto dengan kakaknya mas Hilman (Hilmun) di foto tertulis "Ibu X dan anak terakhirnya", pada saat itu memang belum ada mas Hilman, adanya mas Hilmun. As simple as that. tapi saya coba lebih carikan asbabun nuzul dan sirah serta tafsirnya lebih tepat.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote: Terima kasih mas
Here are temporary answers therefore no further comment is needed sampai dengan jawaban saya, saya anggap telah penuh semaksimal mungkin. Maklum, njawabnya di kantor tanpa pegangan buku Tafsir hanya mengandalkan pendaman ilmu yang agak jarang di update lagi
Terima kasih kembali mas Ibra.
Please take as long as you need, we aren’t framed by time limit. :)

ibra wrote: 1. Pertama. Tidak semua perintah Allah dituliskan dalam Al Qur'an secara detail, karena penjabarannya ada di hadits. Anda juga tidak akan menemukan bagaimana sholat harus dilakukan: bagaimana takbiratul ikhromnya, ruku', sujud, dsb (perintah sholat banyak bertebaran di ayat-ayat). Karenanya rukun sholat, urut-urutan dan caranya merujuk pada hadist "Shollu kama roaitumuni usholli". Kalaupun toh dimisalkan (dan tidak 100% sama pastinya), tidak semua hal dibahas di UUD ada UU dan peraturan Organiknya (PP, Kepres, dsb). zakat juga demikian tidak dijelaskan nisobnya berapa. Haji juga demikian tidak dijelaskan thowafnya bagaimana. Puasa juga diperintahkan "..kutiba alaikumus shiyam...", dan runtutannya ada di hadist. Begitu juga dengan Syahadat. Syahadat yang uula (asyhadu alla ilaa ha illa allah banyak bertebaran di ayat-ayat sementara "muhammadarrasululluah" merupakan bagian dari penjabaran "Udkhuluu fissilmi kaaaffah" (masuklah kepada islam dengan sempurna" sama dengan "shollu kama roaitumuni usolli', seperti kasus di Sholat.
Pembahasan kita akan menuju kesana mas Ibra, tentang sholat, hadist dan ber-haji. Saat ini kita mulai dengan kalimat syahadat terlebih dahulu. Seperti yang saya tuliskan pada awal tulisan saya

“Salah satu yang dikandung dalam aqidah adalah tentang posisi seseorang terhadap Allah SWT, “Nabi” Muhammad SAW, dan Al Quran.”

Dan yang aqidah yang mula-mula adalah “Syahadat merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya. Syahadat merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam”.

Kemudian saya membahas tulisan anda.

ibra wrote: Begitu juga dengan Syahadat. Syahadat yang uula (asyhadu alla ilaa ha illa allah banyak bertebaran di ayat-ayat sementara "muhammadarrasululluah" merupakan bagian dari penjabaran "Udkhuluu fissilmi kaaaffah" (masuklah kepada islam dengan sempurna" sama dengan "shollu kama roaitumuni usolli', seperti kasus di Sholat.
Syahadat “asyhadu alla ilaa ha illa allah” adalah Tauhid serta banyak tersurat didalam Al Quran.

Kemudian pertanyaan saya :

Apakah dasar dari syahadat yang kedua “wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh” ? Sedangkan seperti juga tulisan anda syahadat kedua ini tidak tersurat didalam Al Quran.
ibra wrote: 2. yang kedua mungkin lebih mudah. Surat Al baqoroh termasuk surat Makiah (ditunkan di Mekkah), banyak menceritakan riwayat-riwayat masa lalu. Agak confuse kalau hanya dibaca dari 136. Mulai ayat 80-an (petrengahan juz1) sampai dengan pertengahan juz 2 berarti ayat ke250-an (berarti ayat 136 included ya), itu adalah ayat kalimah langsung dimana mutakalim wadah (orang kesatu) adalah Allah, bercerita kepada orang kedua, yaitu Rasulullah, obyek yang dibicarakan adalah orang ketiga (bangsa Yahudi). cara gampang membacanya adalah sebagai berikut:
Allah bercerita kepada rasulullah, "(Ya Muhammad), orang Yahudi dulu itu Aku perintahkan untuk beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya"
Tidak demikian mas Ibra, apa yang dahulu saya pelajari dan saya yakini, Al Baqarah ayat 136 ini adalah perintah ber-syahadat dari Alloh kepada manusia. Dan syahadat yang saat ini di ikrarkan oleh semua umat adalah sangat berbeda dengan yang tertulis di bawah ini.

= Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".


ibra wrote: Kenapa tidak ada Rasulullah, ya karena itu cerita Allah kepada Nabi (kalimat langsung allah ke rasulullah SAW) tentang umat terdahulu. tentu rasulullah saw belum ada. Sama halnya, Ibunya mas hilman berfoto dengan kakaknya mas Hilman (Hilmun) di foto tertulis "Ibu X dan anak terakhirnya", pada saat itu memang belum ada mas Hilman, adanya mas Hilmun. As simple as that. tapi saya coba lebih carikan asbabun nuzul dan sirah serta tafsirnya lebih tepat.
Kembali saya tidak sependapat, mas Ibra.

Yang seharusnya adalah “ , Ibunya mas hilman berfoto dengan kakaknya mas Hilman (Hilmun) di foto tertulis "Ibu X dan anak terakhirnya", pada saat itu sudah ada Hilman, dan ibunya memperlihatkan foto dan menerangkan mas Hilmun pada Hilman.

Demikian halnya dengan A Baqarah ayat 136, “Nabi” Muhammad SAW sudah ada dan “Nabi” Muhammad SAW serta umat yang lain di haruskan untuk bersyahadat seperti yang tertulis di dalam ayat tersebut, dan tetulis dalam bentuk jamak.

Demikian mas Ibra .

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Al Baqoroh 136 (Madaniyyah)

Asbabun Nuzul

(Imam Wahidi, edisi Bahasa Arab, page 25, 26 , 27)
Dirijuk dari ayat sebelumnya 135

Qola Ibnu Abbas, nazaltu fii rousil madiinah …..Ila akhir
Ayat ini turun pada saat terjadi perdebatan antara kaum Yahudi dan Nasrani. Kaum Yahudi terutama adalah Ka’ab ibnu Asrof, Malik Bin Soiq, Ibnu Yasir Ibn Akhtob. Kaum Nasrani diwakili oleh kaum Najran. Mereka saling berbantah-bantahan tentang agama apa yang paling baik. Masing-masing mengklaim agama mereka yang paling benar. Kaum Yahudi mengagungkan Nabi Musa dan mengingkari Nabi Isa (beserta injilnya), sebaliknya dengan kaum Nasrani. Karena itulah diturunkan ayat 136 dengan wawu jama (Quluu) merujuk pada kaum Muminin (termasuk umat Nabi Muhammad) agar mengimani nabi-nabi dan ajaran sebelumnya.

Asbabun Nuzul, Qomarudin Shalehl, page 44-45
Ayat 136 juga berhubungan dengan ayat 125 yang turun pada saat Haji wada. Ayat tersebut menjelaskan risalah pada saat turunnya, yaitu betapa Rasulullah (dan Sayyidina Umar RA) begitu menghormati Nabi Ibrahim AS sebagai bapak dari para nabi, sehingga ketika Umar RA bertanya apakah sebaiknya mereka sholat di maqom Ibrahim. “Benar”, kata Nabi Muhammad, untuk menunjukkan betapa hormatnya Baginda Nabi kepada Ibrahim yang memiliki jalan yang lurus (millata Ibrahima Khanifa)

Moral Of the story
(Lebih mudah dipahami dari Al Maroghy hal 410)
Allah menjelaskan bahwa ajakannya kepada orang-orang Arab dan Ahli Kitab kepada Islam sebab sepantasnyalah mereka mulai penghormatan kepada Ibrahim dan para pengikutnya. Di tengah permasalahan tersebut, Allah menjelaskan hakikat ajaran nabi Ibrahim yang sebenarnya tidak seperti keyakinan kaum Yahudi dan Nasrani.

Jadi intinya:
Ayat tersebut TIDAK mengajak kita (umat Islam) untuk HANYA mengimani nabi-nabi dan ajaran sebelumnya, tapi justru untuk mengimaninya sehingga tidak mengulangi kesalahan seperti pada umat-umat sebelumnya.

Syahadat
Perintah syahadat secara implisit dan eksplisit ada pada Annisa 59, 80, , QS 13.30, QS 36:2,3,4,5,6, QS 53, 1-12
Dan yang paling dahsyat adalah pada ayat:
”Laqod jaa akum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittun kharisun alaikum bil mukminina roufurrokhim. Inna allaha wamalaikatahu yusolluna alannabi, YA AYYUHALLADZINAAMANU SHOLLU ALAIHI WASALLIMU TASLIIMA”.
Jadi derajad nabi Muhammad memang nyata tinggi di mata Allah SWT sebagai utusan dan rasul bagi umat manusia.

Jadi jelas bahwa antara perintah syahadat dan QS 136 adalah dua hal yang berbeda kasus, kedudukan dan konteks asbabun nuzulnya

Wallahu alam.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Terima kasih mas Ibra.
ibra wrote: Al Baqoroh 136 (Madaniyyah)

Asbabun Nuzul

(Imam Wahidi, edisi Bahasa Arab, page 25, 26 , 27)
Dirijuk dari ayat sebelumnya 135

Qola Ibnu Abbas, nazaltu fii rousil madiinah …..Ila akhir
Ayat ini turun pada saat terjadi perdebatan antara kaum Yahudi dan Nasrani. Kaum Yahudi terutama adalah Ka’ab ibnu Asrof, Malik Bin Soiq, Ibnu Yasir Ibn Akhtob. Kaum Nasrani diwakili oleh kaum Najran. Mereka saling berbantah-bantahan tentang agama apa yang paling baik. Masing-masing mengklaim agama mereka yang paling benar. Kaum Yahudi mengagungkan Nabi Musa dan mengingkari Nabi Isa (beserta injilnya), sebaliknya dengan kaum Nasrani. Karena itulah diturunkan ayat 136 dengan wawu jama (Quluu) merujuk pada kaum Muminin (termasuk umat Nabi Muhammad) agar mengimani nabi-nabi dan ajaran sebelumnya.


Asbabun Nuzul, Qomarudin Shalehl, page 44-45
Ayat 136 juga berhubungan dengan ayat 125 yang turun pada saat Haji wada. Ayat tersebut menjelaskan risalah pada saat turunnya, yaitu betapa Rasulullah (dan Sayyidina Umar RA) begitu menghormati Nabi Ibrahim AS sebagai bapak dari para nabi, sehingga ketika Umar RA bertanya apakah sebaiknya mereka sholat di maqom Ibrahim. “Benar”, kata Nabi Muhammad, untuk menunjukkan betapa hormatnya Baginda Nabi kepada Ibrahim yang memiliki jalan yang lurus (millata Ibrahima Khanifa)

Moral Of the story
(Lebih mudah dipahami dari Al Maroghy hal 410)
Allah menjelaskan bahwa ajakannya kepada orang-orang Arab dan Ahli Kitab kepada Islam sebab sepantasnyalah mereka mulai penghormatan kepada Ibrahim dan para pengikutnya. Di tengah permasalahan tersebut, Allah menjelaskan hakikat ajaran nabi Ibrahim yang sebenarnya tidak seperti keyakinan kaum Yahudi dan Nasrani.

Jadi intinya:
Ayat tersebut TIDAK mengajak kita (umat Islam) untuk HANYA mengimani nabi-nabi dan ajaran sebelumnya, tapi justru untuk mengimaninya sehingga tidak mengulangi kesalahan seperti pada umat-umat sebelumnya.
Maaf, mas Ibra mungkin belum menangkap makna ayat Al Baqarah 136 yang saya maksudkan, dengan inti asbabun nuzul Al Baqarah 135 yang mas Ibra sarikan di atas, mari kita bandingkan dengan intisari ayat Al Baqarah 136 yang saya sarikan dengan keterbatasan saya..

“Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". yang menurut ayat 135, Yahudi dan Nasrani membeda-bedakan Nabi Isa As dengan Nabi Musa As.

Kalimat yang saya besarkan, “ Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". adalah intisari dari Al Baqarah 136, bahwa orang mu’min tidak membeda-bedakan para Nabi (termasuk “Nabi” Muhammad SAW) dan hanya tunduk patuh pada Alloh.

Sehingga Al Baqarah 136 yang mas Ibra juga setuju berkatagorikan sebagai perintah “Quluu”, “katakan”. “Hanya tunduk pada Alloh dan tidak membedakan Nabi-Nabi” itulah intisari dari ayat 136 ini .

Sehingga dua kalimat syahadat ini jelas menafikan “perintah” yang dikandung dalam Al Baqarah 136.

ibra wrote: Syahadat
Perintah syahadat secara implisit dan eksplisit ada pada Annisa 59, 80, , QS 13.30, QS 36:2,3,4,5,6, QS 53, 1-12
Dan yang paling dahsyat adalah pada ayat:
”Laqod jaa akum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittun kharisun alaikum bil mukminina roufurrokhim. Inna allaha wamalaikatahu yusolluna alannabi, YA AYYUHALLADZINAAMANU SHOLLU ALAIHI WASALLIMU TASLIIMA”.
Jadi derajad nabi Muhammad memang nyata tinggi di mata Allah SWT sebagai utusan dan rasul bagi umat manusia.

Jadi jelas bahwa antara perintah syahadat dan QS 136 adalah dua hal yang berbeda kasus, kedudukan dan konteks asbabun nuzulnya

Wallahu alam.
Mas Ibra, mari kita lihat dan pahami 2 ayat yang berhubungan dengan syahadat dan paling dasyat menurut tulisan mas Ibra :

At Taubah 128

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

Laqod jaa akum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittun kharisun alaikum bil mukminina roufurrokhim
= Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu'min.


Al Azab 56

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Inna allaha wamalaikatahu yusolluna alannabi, YA AYYUHALLADZINAAMANU SHOLLU ALAIHI WASALLIMU TASLIIMA
= Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .

Pertanyaan saya pada mas Ibra, apa kedua ayat diatas membolehkan anda untuk mengucapkan “IKRAR IMAN DUA KALIMAT SYAHADAT” pada yang lain selain ALLOH dan membolehkan anda membedakan ”Nabi” Muhammad SAW dengan Nabi-Nabi yang lain?

Bukankah itu melanggar aqidah TAUHID?

Itulah sebabnya SYAHADAT dan Surat Al Baqarah Ayat 136 ini berkaitan.


Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Afwan, menurut saya sebenarnya alasan yang Mas Hilman jelaskan sudah benar, tapi mengapa kembali lagi persoalan lama:
"Sehingga dua kalimat syahadat ini jelas menafikan “perintah” yang dikandung dalam Al Baqarah 136"

Sebagaimana didiskusikan sebelmunya, asbabun nuzul ayat 136 terjadi (bisa diuruntut dari ayat 135). Di 135, orang Yahudi dan Nasrani saling mengklaim agamanya paling paling benar.
(Anda juga sudah sepakat sampai dengan penjelasan ini kan)

Trus turunlah ayat 136, dengan Quluu (Fill amar, dengan wawu jama merujuk pada Kaum Mukminin (termasuk umat Rasulullah)), agar kaum mukminin tidak mengulangi kesalahan yang sama umat di masa lalu. Ada asbabul wurud (hadist) yang menarik disini yang memperkuat ayat ini, tapi let me check di rumah ya..Intinya adalah orang mukmin HARUS mengimani Injil dan taurat, tapi pada saat yang sama HARUS MENGUASAI ALQUR'AN. Jadi sekali lagi stressing nya adalah, orang mukmin diminta untuk tidak membeda-bedakan ajaran sebelumnya, mengimaninya, namun tentu saja Al Qur'an dan Al hadist yang lebih utama.
Ada satu ayat (atau beberapa ayat) yang mungkin kita lupakan, bahwa iman kepada Allah juga harus dilakukan dengan iman kepada rasulullah SAW, yang itu semua tersebar di Annisa 59, 80, , QS 13.30, QS 36:2,3,4,5,6, QS 53, 1-12. Saya akan nuqilkan barangkali satu saja yang sesuai, tapi mungkin for a while antum bisa melihat di surat-surat yang saya sebutkan.

Sangat berbeda konteks asbabun nuzulnya dengan ayat-ayat yang menyuruh syahadat. Saya akan coba lihatkan asbabun nuzul di ayat yang anda sudah sarikan.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Yap... mas Ibra, terima kasih.

Maaf kalau saya memiliki kesimpulan bahwa syahadatain ini sudah membedakan "Nabi" Muhammad SAW dengan Nabi lain, sehingga berlawanan dengan apa yang tertulis di ayat 136.

Dan seperti yang saya tuliskan ayat 135, Yahudi dan Nasrani saling mengunggulkan Nabi-Nabi, sehingga perlu diturunkan ayat 136.

Dengan senang hati saya menantikan tulisan mas Ibra.

Demikian penjelasan saya, insyaallah jelas.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

lanjutan

Post by ibra »

Salam Mas,
Waduh, 4 minggu weeks in weeks out begadang nonton Tennis, membuat saya drop kena tipes. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah baikan. Dan saya selalu senang mengulas pandangan anda tentang Al Qur’an, semoga bisa memberikan pencerahan buat kita semua, karena jujurnya forum ini membuat saya kembali belajar Qur’an.
Ada beberapa hal yang ingin saya ulas :

I. Masih tentang Al Baqoroh 136
Anda menulis:
Kalimat yang saya besarkan, “ Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". adalah intisari dari Al Baqarah 136, bahwa orang mu’min tidak membeda-bedakan para Nabi (termasuk “Nabi” Muhammad SAW) dan hanya tunduk patuh pada Alloh.

Sehingga Al Baqarah 136 yang mas Ibra juga setuju berkatagorikan sebagai perintah “Quluu”, “katakan”. “Hanya tunduk pada Alloh dan tidak membedakan Nabi-Nabi” itulah intisari dari ayat 136 ini .

Sehingga dua kalimat syahadat ini jelas menafikan “perintah” yang dikandung dalam Al Baqarah 136.
Begini:
Hopefully, it makes easier to understand ya. Penanda jeda surat tersebut sebagaimana dalam Tafsir Maroghy, hal 412, adalah sebagai berikut, dengan asbabun nuzul yang unik (entitas tersendiri) meskipun dalam satu ayat yang sama.

Penada Jeda Pertama:

Quulu amanna-wamaa utiyannabiyyuna min robbihim, Sebagaimana yang telah kita bahas, ayat ini turun, diwarnai oleh sebab sebagaimana ayat sebelumnya (135), di mana di masanya, Umat Yahudi dan Nasrani saling mengklaim agama mereka paling benar tanpa mengimani ajaran agama sebelumnya. Karena itulah Allah mengingatkan kepada orang mukmin (Nabi Muhammad) untuk mengimani semua nabi dan rasul beserta ajarannya agar tidak seperti umat terdahulu tidak membeda-bedakannya. Penggalan tafsir Maroghy sangat manis menjelaskan ma’na dari ayat ini (bukan arti lughotan/arti bahasa arabnya seperti di terjemahan Al Qur’an), saya nukilkan

“Katakanlah oleh kalian kami beriman kepada semua nabi dan rasul. Kami pun taat dan tunduk kepada Tuhan semesta alam. Kami sekali-kali tidak akan mengingkari salah satu ajaran dari ajaran yang mereka anjurkan di masanya. Bahkan kami yakin secara ijmal dan kami tidak menghiraukan apa yang terjadi dengan ajaran-ajaran mereka baik itu perubahan maupun penyelewengan. Itu bukanlah urusan kami”
Mengapa ini terjadi?

Pada masa itu (masih dari Tafsir Maroghy pada 413), sebagaimana Imam Bukhory meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah, Ahli kitab (Yahudi) jika membaca kitab Taurat menggunakan bahasa Ibrani kemudian menafsirkannya dengan bahasa Arab untuk membuat orang Islam (di masa permulaan tersebut) menjadi confuse. Sehingga Rasulullah bersabda dalam hadistnya:

”La tushoddiqu ahlal kitab wala tukadzibuuhum , waquulu aamanna billah”
Jangan kalian percaya ahli kitab , tapi jangan pula mengingkari mereka tapi katakanlah kami beriman kepada Allah. Kondisi umat terdahulu memang dalam deviasi yang dahsyat, karena seperti At taubah 31 dengan asbabun nuzul yang berdekatan ” mereka (orang yahudi) menjadikan orang-orang alimnya dan Rahib nya sebagai Tuhan selain Allah. Diperkuat dengan hadist lain dengan asbabul wurud yang sama:
”Aamanu bit taurati wal injiili walyasa’kumul qur’an
(Umat islam) Berimanlah kepada Kitab taurat dan Injil serta KUASAILAH Al Qur’an.
Tentu terasa sekali kan stressing dari Hadist ini dihubungkan dengan ayat dan asbabun nuzul 136

Penanda Jeda Kedua QS1,136

”La nufarriqu baina akhadin minhum”
Tafsirannya adalah ” (Umat Islam) harus mengimani semua nabi dan rasul dalam ajaran sebelumnya tanpa membeda-bedakannya (tidak seperti umat Nasrani dan yahudi pada jaman tersebut). Kami hanya beriman menyaksikan bahwa semuanya adalah rasul Allah yang diutus membawa kebenaran dan Hidayah”. Jadi tidak termasuk Muhammad di dalamnya, karena nanti pada beberapa ayat sesudahnya, posisi nabi Muhammad memang spesial (bagi orang Islam)

Penanda Jeda ketiga
”wa nahnu lahu muslimun”
Kami tunduk kepada Allah dan mnyembahnya yang demikian adalah iman yang benar.

II. Tentang At Taubah 128 Al Azab 56

Ya benar. Secara umum ayat-ayat tentang ke Rasulan Rasulullah SAW memang menempatkan rasul superlative di antara nabi dan rasul yang lain bagi umat Islam. Apakah inkonsisten dengan Q1.136. Tidak. Sebagaimana asbabun nuzulnya di Q1 136, (umat islam) wajib mengimani Injil dan taurat namun harus menguasai Al Qur’an, sama halnya dengan penghormatan terhadap rasulullah sebagai pembawa Risalah terakhir dari Allah SWT. Kondisi superlatif ini dapat dijelaskan (misalnya pada ayat 56 Al Ahzab), dimana Allah menyebutkan kewajiban untuk menghormati Rasulullah di sini. Bagian ayat ini

Inna allaha wa malaaikatahu yusholluna alannabi

Adalah firman langsung dari Allah Taala di Malaul A’la , bersama para malaikat, Allah memberikan sholawat. Al Marohgy hal 56, menjelaskan sebagai berikut:
-Sholawat dari Allah berarti Rahmat
-Dan sholawat dari malaikat adalah permohonan ampun oleh malaikat atas nabi kepada Allah SWT
Sedangkan untuk umat dibumi, penanda jeda ayat ini yang digunakan

Ya ayyuhalladzinaamanu shollu alaihi wasallimu tasliima

Yakni kewajiban umat islam bersholawat kepada Nabi. Al Bukhory dari Ka’ab Ibnu Ujrah kemudian menjelaskan sholawat itu sebagai ”Allahumma Sholli ala sayyidina Muhammad, ilaa akhir”

Nah, treatment spesial itu yang memang membuat Rasulullah sangat spesial di mata Allah dan umat manusia yang harus diimani oleh orang Islam.
Kemudian anda menulis:
”Maaf kalau saya memiliki kesimpulan bahwa syahadatain ini sudah membedakan "Nabi" Muhammad SAW dengan Nabi lain, sehingga berlawanan dengan apa yang tertulis di ayat 136.

Jelas bagi umat Islam, Nabi Muhammad harus memiliki tempat yang paling spesial, dan sekali lagi konteksnya seperti yang dijelaskan di atas.

III. Dan apakah melanggar konsep Ke Tauhidan?

1. Dalil Aqli nya adalah, ketika orang Islam telah mengucapkan dua kalimah syahadah, maka dia tahu dan sadar bahwa peletakan Rasulullah SAW dan ALLAH SWT dalam kapasitas dan posisi yang berbeda, ketika saya mengatakan ”Asyhadu Alla Ilaaha Illa Allah”, maka konsekuansinya adalah saya tahu bahwa Allah memiliki 20 sifat wajib sebagai Dzat yang Azza wa jalla (wujud, qidam, baqo, mukhalafatul lilkhawadist, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah, qudrah, irodah, ilmu, hayat, sama, bashor, kalam, qodiron, muridan, aliman, khayyan, samian, bashiran, mutakalliman) dan ketika saya mengimani Rasulullah Sayyida, wa maulana, wasyafiina, waqurroti a’yunina Muhammad SAW sebagai Rasulullah, maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Jelas Rasul tidak baqo’ karena beliau wafat, jelas rasul tidak qiyamuhu binnafsih karena dia lahir dari Siti Aminah, dan ayah Abdullah, jelas dia tidak wahdaniyyah karena dia beristri dan berketurunan. Jadi bukan semacam, orang NU yang gengsi mencoblos Megawati kemudian dia mencoblos Hasim Muzadi karena interchangeable (saya maksudnya). Bukan sama sekali. Konteksnya syahadatnya lain

2. Dalil Naqli nya adalah banyak tersebar. Saya lebih senang menggunakan An Nisa 80. Man Yutiirrasul, faqod ata’a Allah. Al maraghi menjelaskan makna penggalan ayat ini dengan cukup dalam
”Barangsiapa taat kepada Rasul maka dia taat kepada Allah. Karena secara hakikiki Dia lah yang memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang menyampaikan perintah dan larangan. Sunnah Allah sudah berlaku bahwa Dia tidak memerintah kecuali melalui Rasul”

Ayat ini turun dari pertanyaan dalam sebuah hadist (yang menurut saya persis seperti latar belakang semua diskusi ini:

Man akhabbani faqod akhabba allah, wa man atho ani faqod athoa Allah. Faqolal Munafiquun Illa akhir...


”Barang siapa mencintaiku berarti dia mencintai Allah dan barangsiapa mentaatiku, bebarti dia mentaati Allah. Kemudian Orang-orang munafiq (Yahudi) berkata, tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan laki-laki ini, dia telah melakukan kemusyrikan : dia telah melarang kita menyembah selain Allah, namun dia sendiri menginginkan kita menjadikan Tuhan sebagaimana kaum Nasrani telah menjadikan Isa sebagai Tuhannya”

maka diturunkannya lah ayat An Nisa 80.

Derivasi sesudahnya adalah, bagaimana kemudian Islam diterjelamkan. Maka legitimasi Muhammad sebagai Rasulnya merupakan sumber rujukan aplikatif sebagaimana dalam hasdis ”Ma Huwa islam ” (apa itu islam’, Al islamu huwa : Syahadatain, Sholat, Zakat, Puasa, Haji. Derivasi kelanjutannya lagi: Bagaimana kita sholat?
Shollu kama roatumuni usholly (Sholatlah sebagaimana kau lihat aku sholat”, dst dst dst


Wallahul Muwaffiq Illa aqwamithorieq,

NB: Kitab-kitab asbabun nuzul, asbabul wurud, tafsir Jalalain, Ibnu Katsir, Al Maroghy telah banyak yang berbahasa Indonesia. Akan sangat menarik jika anda sempat membacanya di luar membaca terjemahan Al Qur’an. Untuk itu pengetahuan Nafsu Shorof tidak begitu utama. Wallahu alam bishowab
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

ibra wrote: Salam Mas,
Waduh, 4 minggu weeks in weeks out begadang nonton Tennis, membuat saya drop kena tipes. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah baikan. Dan saya selalu senang mengulas pandangan anda tentang Al Qur’an, semoga bisa memberikan pencerahan buat kita semua, karena jujurnya forum ini membuat saya kembali belajar Qur’an.
Kembali salam mas Ibra

Sekarang saya yang drop. Baru sembuh sekarang :) Benar sekali mas, hal yang sama saya anjurkan pada siapapun, untuk mempelajari dan membaca Quran secara benar, jangan hanya mengandalkan iman buta, kemudian hidayah apapun yang di terima serahkan semua hanya pada Alloh semata.

ibra wrote: Ada beberapa hal yang ingin saya ulas :

I. Masih tentang Al Baqoroh 136
Anda menulis:
Kalimat yang saya besarkan, “ Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". adalah intisari dari Al Baqarah 136, bahwa orang mu’min tidak membeda-bedakan para Nabi (termasuk “Nabiâ€
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo mas,
Saya senang topik kita semakin mengerucut. Menurut hemat saya juga, beberapa hal sebenarnya telah tersurat dan tersirat pada posting-posting sebelumnya. But Its Ok barangkali ada yang missing.

Comment pertama:

menta'ati Rasul = menta'ati Allah
mencintaiku (Rasul) = mencintai Allah
Rasul = Allah

Dua baris pertama jelas benar, tapi baris ketiga jelas salah. Sebagaimana pernah saya tuliskan ”Barangsiapa taat kepada Rasul maka dia taat kepada Allah. Karena secara hakikiki Dia lah yang memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang menyampaikan perintah dan larangan. Sunnah Allah sudah berlaku bahwa Dia tidak memerintah kecuali melalui Rasul”. Jadi apapun yang diperintahkan Rasulullah merupakan deviasi dari perntahNya sebagaimana larangan Rasul adalah deviasi dari laranganNya.

Rasul jelas tidak sama dengan Allah SWT, karena sifat wajib, sifat jaiz dan sifat mustahilnya tidak sama. Seperti yang pernah saya tuliskan, Allah memiliki 20 sifat wajib sebagai Dzat yang Azza wa jalla (wujud, qidam, baqo, mukhalafatul lilkhawadist, qiyamuhu binafsihi, wahdaniyyah, qudrah, irodah, ilmu, hayat, sama, bashor, kalam, qodiron, muridan, aliman, khayyan, samian, bashiran, mutakalliman) dan ketika saya mengimani Rasulullah maka sifat wajib yang melekat kepadanya adalah Shidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Jelas Rasul tidak baqo’ karena beliau wafat, jelas rasul tidak qiyamuhu binnafsih karena dia lahir dari Siti Aminah, dan ayah Abdullah, jelas dia tidak wahdaniyyah karena dia beristri dan berketurunan. Sifat jaiznya pun juga beda, sifat jaiz nabi sebagaimana manusia biasa: makan, minum, biologis sementara sifat jaiz allah fi’lu kulli mutamakinin au tarkhuhu (Allah berkehendak menjadikan sesuatu atau tidak menjadikan sesuatu), suatu sifat jaiz yang jelas Rasul tidak dilekati. Sehingga apa hal yang harus menyamakan Allah SWT dan Rasulullah SAW dari sisi sifat dan keberadaanya??

Oleh karenanya, dalam islam, suatu syahadatain yang sempurna itu tidak hanya dilafalkan begitu saja namun memiliki 7 syarat. Bagi muslimun akan lebih mudah memahaminya karena konteks Tauhidnya sebagaimana bersumber dari Qur’an dan Hadist
1. Ilmu yang menafikan Jahl
artinya mengerti apa yang di nafyukan dan apa yang di istbatkan QS 43.86
An Nafyu/Peniadaan : lafal itu meniadakan syirik dalam segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran atas segala sesuatu yang disembah kecuali Allah
Al istbat/Penetapan: mewajibkan bahwa yang wajib disembah hanya Allah sahaja dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya

2. Yaqin yang menafikan Sya’, artinya ada keyakinan yang mantab mengisi hati pengucapnya , tidak terselip rasa keraguan sedikitpun karena keyakinan seseorang adalah cerminan kesempurnaan ilnya. QS 49 15

3. Qobul yang meniadakan Rodd
menerima kalimat syahadat ini dengan kepasrahan total (qobul). Tidak ada unsur perlawanan, penolakan dan congkak terhadapnya. QS 37, 35-36
4. Inqiyad yang menafikan Tark
Keharusan taat pada aturan, tunduk pada hukum serta berserah diri atasNya QS 31.22

5. Ikhlas yang menafikan syirik
Syahadat tidak diucapkan dengan riya atau sum’ah, sehingga orang Islam yang mengucapkannya berarti membersihkan ma’na syahadat dari debu-debu syirik. Sokhih Bukhary hadist nomer 99

6. Shidiq yang meniadakan kadzib
yaitu mengucapkan kalimah syahadah dengan hati yang membenarkan, manakala lisan mengucapkan dan hati mendustakan itu sama dengan apa yang disurahkan dalam QS 2, 8-10

7. Mahabbah yang menafikan baghdo’
Mencintai kalimat ini beserta isinya serta mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. QS 2 165

Comment kedua
Kemudian kita lihat sifat wajib yang melekat kepada Rasul yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.

Saya melihat sifat yang sama melekat pada orang yang saya kagumi, apakah saya dapat bersyahadat dalam namanya?

Bagi orang Islam, hal itu tinggal dikembalikan lagi ke beberapa dalil naqli yang menunjukkan superlative Rasul. Rasul memang manusia biasa, tapi kalau kita lihat sirah nabawiyyahnya, shiddiq tidak berarti tidak bohong (saja), atau amanah tidak berarti dapat dipercaya (saja), tapi lebih dari sekedar ma’na lughotan tersebut. Kembali lagi kita bisa melihat misalnya pada ayat 56 Al Ahzab, dimana Allah menyebutkan kewajiban untuk menghormati Rasulullah di sini.
Inna allaha wa malaaikatahu yusholluna alannabi

Bagi orang Islam, konsep keimanan bahwa : Adakah (jangankan) manusia, bahkan nabi dan rasul-rasul sebelumnya diseru oleh Allah SWT rahmat dan keselamatan, (diperintah Malaikat oleh Allah SWT) untuk menyeru ampunan dan keselamatan langsung oleh sendiri di Ruf-Ruful ‘Ala, di Arsy di mana Dia bertahta. Adakah Lia Aminudin? Adakah Syeich Baba? Adakah Al Maud mantan pelatih PBSI? Tidak. Hanya Rasulullah semata, sebagaimana perintah lanjutan Allah kepada umat mukmin di bumi untuk pula menyeru
Ya ayyuhalladzinaamanu shollu alaihi wasallimu tasliima

Artinya sekali lagi, kalau kita menemukan orang dengan sifat yang menyerupai Rasul, tetap saja Rasul adalah Rasul terakhir dan tidak ada selain beliau sesudahnya. Mungkin maqom orang tersebut adalah waliyullah, mungkin ulama’ yang allamat, mungkin pada maqom yang lain yang jelas tidak sepersandingan dengan Rasululullah. Rasulullah juga pernah bersabda al ulama’u warasyatul anbiya’. Mungkin saja ada orang-orang dengan sifat yang begitu mulia. Karena itulah kalau orang pesantren bilang “4 hal tombo ati salah satunya adalah bergaul dengan orang-orang sholeh”. Kalau anda tertarik lebih dalam pada kitab-kitab salafi (kitab kuning), misalnya ta’limul mutaalim, orang-orang mulia tersebut adalah sumber ilmu yang tiada putus, sebagaimana syarat mencari ilmu “ alala tanalul ilma illa bisittatin, saumbi kaan majmu bibabibayani : dzukain, wa khirsin, wastikbarin, wabulghotin, wairsyadi ustadi, wakulli zamaani”. Sangat tinggi derajat orang-orang alim bagi orang islam (yang menuntut ilmu). Tapi taklid buta dan menyamakannya dengan rasul tentu perkaranya jadi lain.

Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thorieq
wassalam
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

[quote=" ibra"]
Halo mas,
Saya senang topik kita semakin mengerucut. Menurut hemat saya juga, beberapa hal sebenarnya telah tersurat dan tersirat pada posting-posting sebelumnya. But Its Ok barangkali ada yang missing.

Comment pertama:

menta'ati Rasul = menta'ati Allah
mencintaiku (Rasul) = mencintai Allah
Rasul = Allah

Dua baris pertama jelas benar, tapi baris ketiga jelas salah. Sebagaimana pernah saya tuliskan â€
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Topik I
"Mengapa Alloh yang bersifat BAQA, di “pasangâ€
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Mas Ibra, yaqin bila dibarengi rokiikun, yang saya maksud adalah keyakinan namun dibarengi dengan menghalangi pandangan maju kedepan, terlihat pada umat saat ini, keinginan untuk kembali kemasa ke "kalifah" an, keinginan untuk kembali hidup pada kondisi masa nabi hidup, dalam arti (maaf) harafiah, yang berarti menafikan kemajuan zaman sebagai bagian dari ijtihad manusia.

Demikian mas Ibra.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Topik I
Mas Ibra, yaqin bila dibarengi rokiikun, yang saya maksud adalah keyakinan namun dibarengi dengan menghalangi pandangan maju kedepan, terlihat pada umat saat ini

Comment


Sejujurnya jarak antara 600 M sampai dengan 1500-an, waktu di mana terakhir dinasti Islam (CMIIW : Ottoman) hancur berjarak cukup panjang dan membuat umat Islam (sampai sekarang) sering terninabobokan oleh kejayaan masa lalu. Kondisi Islam (di mayoritas negara dunia ketiga sekarang) menurut hemat saya sama dengan masa kegelapan eropa abad pertengahan sampai muncul Renaisance. Menurut saya semuanya masih bertahap. Islam tidak anti kemajuan, tapi memang initial condition nya adalah kita start dari garis bilangan sebelah kiri, alias negatif. Kemiskinan, kebodohan, bekas2 dan sisa kolonialisame yang berserakan jelas terlihat di mayoritas negara Islam (terutama di Afrika : Sinegal, Nigeria, Ethiopia, dsb). Justru Islam sekarang sedang berusaha kembali bangkit. Mobilitas vertikal menuju strata sosial ekonomi yang lebih baik sedang dilakukan. Di Indonesia sendiri, (mohon maaf), tahun 1970-an, ketika umat Islam mayoritas miskin, produser film mungkin tahu bahwa gak mungkin orang islam (yang sebenarnya ya, minimal orang-orang yang berIslam dengan baik : sholat 5 waktu, dsb) mau dan mampu datang ke bioskop. Saya inget betul (saya lahir 80-an anyway ) di TV2, Ateng Iskak sering membercandakan seorang cewek udik yang namanya "Siti Aminah", sementara si cantik bernama Carly, Debby atau maria. Atau, berapa kali (maaf) Widiawai dan Sopan Sopian harus keluar masuk gereja untuk take karena mereka memerankan diri sebagai Nasrani.
Islam maju belum lama, ceramah-ceramah tahun baheula juga sangat tradisional, jargon-jargon yang sangat kuno. Qurais Shihab, Cak Nur, Emha benar-benar lebih sounding late 80-an atau awal dan pertengahan 90-an (sebelumnya lebih ke underground lewat HMI, atau gerakan partai yang lebih banyak dikonsumsi kelompoknya). Masa start Islam lebih sounding terutama di masa ketika di suatu muktamar Muhammadiyah Soeharto menyatakan diri sebagai "muhammadiyah". Jabat tangan agama dan negara mulai mencair, represi terhadap islam mulai berkurang. Jilbab diperbolehkan, lahir ICMI dsb. berlanjut dengan Soeharto naik haji, dan berakumulasi ketika Soeharto memimpin takbir saat Tuti alawiyyah menjadi MenUPP. Saat ini justru kemajuan itu sedang merambah, asimilasi antara nilai tradisional pesantren dan kemajuan melahirkan generasi yang luar biasa. (kapan-kapan kalau kita kopi darat saya kenalkan teman-teman Dirosat Islamiyyah UIN yang ngomong agama, politik ekonomi sama bagusnya. Dan yang pasti mayoritas hafiz Qur'an). Jumlahnya memang masih sedikit tapi akan terus bertambah dengan sibukanya akses PMDK ke calon mahasiswa dari pesantren untuk belajar di IAIN. Sekarang juga, internet mulai masuk pesantren, Peasantren2 tradisional mulai berlangganan koran dan boleh menonton TV, Sistem pendidikan agama yang makin modern (dulu hanya didominasi Gontor), kalau mas Hilman sempat maen ke pesantren-pesantren Hafiz-Hafizah (penghafal Qur'an), metodenya mulai maju yang membuat mereka siap berdebat tentang Qur'an di forum-forum semacam ini, mereka tidak hanya hafal Al Qur'an literal 30 juz tapi juga tafsir dan sababn nuzul/wurud. (dulunya hanya sekedar hafal saja). Jadi semuanya in progress dan sama sekali tidak ada bersitan bahwa islam anti kemajuan


Topik II
keinginan untuk kembali kemasa ke "kalifah" an, keinginan untuk kembali hidup pada kondisi masa nabi hidup, dalam arti (maaf) harafiah, yang berarti menafikan kemajuan zaman sebagai bagian dari ijtihad manusia.

Comments

Ada beberapa hal yang saya sepakat dengan Mas Hilman. Memang ada "sekalangan" Muslim yang amat mengartikan harfiah konsep "masyarakat madani" dan "masa ke khalifahan". Saya tidak menutup mata akan hal itu. Cara mereka berpakaian (berjubah, bercelana panjang tapi pendek di atas mata kaki), cara mereka berpikir, memahami Islam sangat harfiah Tapi, menurut hemat saya, sejatinya Mayoritas mereka adalah cerdik pandai (baca mahasiswa), yang belum memiliki bekal agama yang dalam dan langsung dihajar dengan sirah nabawiyyah yang dimaknai dengan literal. Sebagaimana awal diskusi ini, mereka tidak "mainstream", dan kalau orang akuntansi bilang "gak material". Bahkan saat ini, menurut saya, jumlah itu semakin sedikit. Khalaqoh-khalaqoh di mesjid-mesjid (terutama di da'wah2 kampus) dewasa ini makin inklusif, pembicara salafi, pembicara yang sedikit liberal sering diundang tidak hanya orang-orang "berjenggot, berjubah dan sebangsa dengan mereka". Jadi semua juga in progress

Umumnya, kalau masyarakat madani dan jaman nabi/khalifah yang saat ini ingin di adopsi lebih pada spiritnya. Saya pribadi karena belajar ekonomi sangat kagum dengan Abdurrahman Al Giffari. Dia tidak pro pasar, namun kebijakan dan solusinya agar tidak mengintervensi pasar gandum sangat bijaksana. "Biarlah rejeki para petani" ketika terjadi excess demand gandum. sehingga meskipun siklus bisnis/konjungtur berlangsung kehidupan berjalan "dengan lebih adil". Beda dengan saat ini, yang solusi excess demand selalu impor tanpa memperhitungkan berapa panen berapa bulan ke depan. Harga beras dunia yang melambung, gak pernah dinikmati petani. Gak sensible sebenarnya melihat hargga dunia melambung tapi harga domestik malah turun. Spirit kejujuran seperti Umar bin Affan yang selalu mematikan lampu teploknya ketika diajak ngobrol istri dan anaknya, karena baginya subsidi minyak itu diberikan karena dia menjabat khalifah. Sistem bagi hasil untuk meniadakan riba dan mengangkat yang lemah, optimalisasi zakat untuk mengangkat kemiskinan, dsb. Sebatas yang saya tahu di konvensional, sistem klasik sekarang tidak akan pernah mampu mengangkat banyak orang miskin ke tempat yang lebih baik karena kurang dig deeper ke aspek mikro teknis dan hanya bisa dipahami oleh sesama ekonom.

Saya sendiri melihat, instead of hal-hal yang sifatnya kosmestik, spirit seperti itu yang ingin dicapai dan masih merupakan PR umat islam sampai dengan saat ini.

Jelas Islam tidak pernah anti kemajuan, setiap bahsul masail (forum ijtihad NU : kebetulan saya nahdiyyin) segala macam disiplin ilmu disatupadukan. Ketika orang Islam dulu "belum maju", segala hal dilakukan dengan lebih tradisional. 1 Syawal banyak dibantu dengan hisab, kalaupun ruyat memakai teleskop yang sederhana. Sekarang semuanya serba maju. NU dan Muhammadiah sama2 punya astronom lulusan ITB. Tinggal keyakinan nya, saja, orang MUhammadiyah yang penting wujudul hilal, Orang NU (dan yang lain) wujudul hilal + sekian derajat asimtot sehingga lebaran sering beda. Justru menurut saya itu karena teknologi sudah maju dan sedang diintrodusir sehingga semua masih serba belajar. Toh di islam , perbedadaan (dalam ijtihad) adalah hikmah). Sometimes, itu akan kembali konvergen.

Wallahu 'alam bishowab
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Itulah yang saya maksudkan mas Ibra, kalimat “wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh” didalam syahadatain, memerlukan \"7 KOSMETIK\" seperti yang mas Ibra tuliskan:
1. Ilmu yang menafikan Jahl
artinya mengerti apa yang di nafyukan dan apa yang di istbatkan QS 43.86
An Nafyu/Peniadaan : lafal itu meniadakan syirik dalam segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran atas segala sesuatu yang disembah kecuali Allah
Al istbat/Penetapan: mewajibkan bahwa yang wajib disembah hanya Allah sahaja dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya

2. Yaqin yang menafikan Sya’, artinya ada keyakinan yang mantab mengisi hati pengucapnya , tidak terselip rasa keraguan sedikitpun karena keyakinan seseorang adalah cerminan kesempurnaan ilnya. QS 49 15

3. Qobul yang meniadakan Rodd
menerima kalimat syahadat ini dengan kepasrahan total (qobul). Tidak ada unsur perlawanan, penolakan dan congkak terhadapnya. QS 37, 35-36
4. Inqiyad yang menafikan Tark
Keharusan taat pada aturan, tunduk pada hukum serta berserah diri atasNya QS 31.22

5. Ikhlas yang menafikan syirik
Syahadat tidak diucapkan dengan riya atau sum’ah, sehingga orang Islam yang mengucapkannya berarti membersihkan ma’na syahadat dari debu-debu syirik. Sokhih Bukhary hadist nomer 99

6. Shidiq yang meniadakan kadzib
yaitu mengucapkan kalimah syahadah dengan hati yang membenarkan, manakala lisan mengucapkan dan hati mendustakan itu sama dengan apa yang disurahkan dalam QS 2, 8-10

7. Mahabbah yang menafikan baghdo’
Mencintai kalimat ini beserta isinya serta mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. QS 2 165
Agar tampak (maaf) \"nabi\" Muhammad SAW tidak mensejajarkan / disejajarkan dengan Alloh, didalam kalimat “Asyhadu alla ilaa ha illa allah” .
Menurut pandangan saya, Alloh sangat murka terhadap manusia yang mempersekutukan Dia.

Demikian mas Ibra.

Wassalam.
ibra
Posts: 588
Joined: Sat Mar 22, 2008 9:08 am
Contact:

Post by ibra »

Halo Mas Hilman
Long time no see ya..
Daripada sayadi RBI gak ada tawaran manggung, saya klayapan di tret2 lain yang (ternyata) jauh lebih pedas. Oh iya..saya juga kasih komentar "pandangan nahwu" anda terhadap Al Baqoroh 62. Challenging, dan memang tricky but not as that contradicting.Have a good look

Jelas..Allah sangat murka atas segala hal yang membuat kita punya Illah. Dan itu jelas disebutkan bahwa tidak ada dosa yang tidak diampuni kecuali syirik.

Sebenarnya segala sesuatu yang tidak butuh necessary condition dan sufficient condition. Necessary condition (yang menggugurkan perintah) orang puasa adalah menahan makan, bersetubuh dari munculnya fajar shodiq sampai terbenam matahari. Sufficient conditin nya adalah menahan segala rupa nafsu dan amarah. Asal anda gak makan/minum/bersetubuh/onani anda dikatakan puasa tapi kalo anda bohong, berkata kasar, amarah..maka habis pahala puasa anda

Sama dengan syahadat, asal anda bersuara....Asyhadu an laa ilaha illa allah wa anna muhammadan rasulullah. Anda dikatakan telah berIslam dan telah bersyahadat (sudah ada di pintu gerbangnya), namun tatkala itu tidak disertai 7 hal di atas, ya keKaffahan islamnya masih belum sempurna.

Jadi 7 hal di atas bukan kosmetik tapi RUH ketika kita menyatakan diri sebagai muslim dengan mengucapkan 2 kalimat syahadt

wallahu alam bishowab
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

Menyenangkan sekali membaca penuturan ibra.

Menurut saya, melihat dari kalimatnya saja sudah sangat jelas, kalau Muhammad sama sekali tidak sejajar, atau sebanding dengan Allah, apalagi sama dengan Allah.
لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
مُحَمَّدٌ رَسُولٌ اللَّهُ
Sangat jelas bahwa Muhammad (SAW) hanyalah utusan Allah. Bukan Muhammad adalah Allah atau Allah adalah Muhammad. Sangat jelas terlihat meskipun hanya dari kalimat itu saja. Dan 7 point yang dijelaskan Ibra dari penjelasan ayat-ayat dalam Quran tersebut, mempertegas bahwa tidak ada illah selain Allah, dan Muhammad hanyalah utusan Allah.

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. (Q.3:144)



Kalau Ibra berkenan saya ingin tahu lebih jauh tentang
sifat wajib yang melekat kepada Rasul yaitu shidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
bisakah dijelaskan lebih jauh tentang itu, bukti-buktinya, dan apakah sifat seperti itu juga dimiliki oleh nabi dan rasul yang lain.
Terima kasih.
MuridMurtad
Posts: 1081
Joined: Fri Sep 30, 2005 1:49 pm

Post by MuridMurtad »

@Dahlanf,

Maksud Hilman sangat jelas semua itu hanya "kosmetik".

Yang sebenarnya sadar atau tidak sadar Muslim telah mensejajarkan Muhammad dengan Alloh. Tidak ada aturan shalat dalam Quran, itu hanyalah gerak-gerik dan perkataan Muhammad atau sunnah yang ditiru dan tidak boleh diubah....seolah-olah perkataan Tuhan sendiri.

Contoh aktual adalah kasus Ahmadiyah. Kaum Ahmadiyah tidak kurang berbaktinya kepada Alloh SWT, tapi hanya gara-gara MENDUAKAN MUHAMMAD atau mempercayai nabi baru di samping Muhammad maka dicap SESAT dan dilarang menyebut diri Islam seolah-olah mereka MENDUAKAN Alloh sendiri.

Ada lagi "kaum yang dicap sesat" yang kerena menambah atau mengganti syahadat ke dua dengan Isa As.

Muslim suka-atau tidak suka, tidak lepas dari pemujaan kepada sosok Muhammad....sehingga gerak-gerik absurdnya mencium hajar'ul aswad harus ditiru ....

btw, tread ini tidak eksklusif Hillman dan Ibra khan ??
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

@ibra

Maafkan saya mas ibra harus menunggu lama, akhir-akhir ini tugas yang diberikan cukup menyita waktu dan konsentrasi saya, sehingga tread ini agak terbengkalai ya. :)

@Murid Murtad

Dipersilahkan mas Mur Mur, siapa saja dapat urun pendapat disini :)

Tepat sekali yang diterangkan mas Mur, itulah yang saya maksudkan dengan Alloh yang BAQA, Maha Kekal, dipersandingkan menjadi satu kesatuan dengan "nabi" Muhammad SAW yang FANA, Tidak Kekal, dapat tergantikan.

Dan oleh umat "nabi" Muhammad SAW yang fana ini menjadi sesuatu yang BAQA, tidak tergantikan, dan dengan (maaf) kosmetik SUNAH, tingkah laku kehidupan nabi menjadi sesuatu yang BAQA sempurna dan menjadi contoh bagaimana umat menjalani hidup.

Dan sekali lagi maaf, syahadatain membuat ini mustahil untuk di telaah umat menuju kesempurnaan.


@dahlanf

Dipersilahkan urun pendapat mas. :)


Wassalam.
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

Saya tidak bisa memberikan penjelasan pada orang yang menganggap utusan dengan raja yang mengutus adalah sama.

Soalnya kalau menurut saya, tanpa melihat hal yang lain pun, sudah sangat jelas bahwa utusan itu sama sekali tidak sama dengan raja yang mengutus.

Kalau utusan itu sudah diberi mandat oleh sang raja untuk menyampaikan peraturan kerajaan, dengan diberi bukti tanda yang jelas bahwa orang ini adalah utusan raja, tentu saja mengikuti utusan itu adalah sama dengan mengikuti sang raja. Apalagi juga sangat jelas, bahwa sang utusan hanya menyampaikan apa yang diperintahkan oleh sang raja. Dan sang utusan ini, juga jujur jika ada sesuatu yang dari pendapatnya sendiri bukan dari sang raja.

Makanya saya, tidak bisa memaksakan kalau ada orang yang menganggap bahwa sang utusan sama dengan sang raja, meskipun mengikuti utusan sama dengan mengikuti raja, karena utusan itu hanya berkata dan bertindak sesuai dengan petunjuk dan perintah sang raja, kecuali sang utusan itu mengatakan bahwa ada bagian yang dari pendapat sang utusan itu sendiri.

Seperti mencium hajar aswad yang dilakukan oleh Muhammad saw karena terharu dan rindu yang mendalam terhadap pendahulunya (sesama nabi dan juga nenek moyang beliau) yakni Ibrahim dan Ismail as, makanya beliau mencium hasil karya kedua nabi tersebut. Mencium hasil karya dan peninggalannya karena orangnya sudah tidak ada.
Dan kenyataannya dalam rukun haji atau umrah tidak ada perintah mencium hajar aswad.
Post Reply