Ajaran Islam menurut Adadeh (& suara_hati)

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

Tanggapan Pak Adadeh di
RENUNGAN ISLAM - DULU SEBELUM MURTAD


Saya setuju dengan:
Adadeh wrote:Kebenaran hakiki tidak bertentangan dengan akal budi, nalar, dan nurani. Wahai kaum Muslim, pakailah nalar dan nuranimu sebab itulah satu2nya senjata yang kau miliki untuk menentukan mana yang benar dan salah.
Saya tidak setuju dengan:
Adadeh wrote:TIADA KESETIAAN TERHADAP ISTRI DALAM PERKAWINAN ISLAM
Tidak setia adalah meninggalkan dan tidak mengurus istri dengan baik. Dalam Islam, menurut pemahaman saya, harus tetap bertanggung jawab mencintai dan mengurus istri dan semua keluarga walau punya istri lagi.
Walau tidak kawin lagi tapi kalau tidak memperhatikan dan bertanggung jawab pada istri, berarti ia tidak setia.

Saya tetap mencintai anak saya yang pertama tidak berkurang sama sekali walau lahir anak kedua kami.
Last edited by dahlanf on Mon Feb 04, 2008 11:26 am, edited 1 time in total.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

dahlanf wrote:Dalam penjelasan Pak Adadeh sebelumnya juga menunjukkan ketidaksukaan Anda pada fitnah. Kata Quran, fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Apakah Anda setuju dengan kalimat tersebut.
Terima kasih.
Kata "fitnah" dalam kamus bahasa Indonesia berbeda dengan kata "fitnah" dalam Al-Qur'an. Kata "fitnah" kamus Indonesia adalah:
perkataan yg bermaksud menjelekkan nama orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang).

Sedangkan dalam Al-Qur'an kata fitnah di Q 2:193 itu adalah Syrik yang artinya menyekutukan Allah SWT, tidak mengakui Allah SWT sebagai satu2nya Tuhan yang layak disembah, tidak mengakui Muhammad adalah Rasul Allah SWT.

Saya tentunya tidak setuju bahwa fitnah (syrik) dalam pengertian Al-Qur'an itu lebih kejam daripada pembunuhan. Kenapa kok hanya tidak percaya pada Allah SWT atau menduakan Allah SWT lalu dituduh melakukan fitnah/syrik, dan malah lalu harus diperangi (pakai pedang Arab lhooo, seperti yang dilakukan Muhammad)? Anda sendiri jelas sangat tidak setuju dengan hal ini. Tapi mau gimana lagi, pak, sebab memang begitu sih yang dituliskan Qur'an-mu.

Sebab lain saya tidak setuju bahwa yang melakukan fitnah/syrik berarti lebih kejam daripada melakukan pembunuhan adalah karena Muhammad sendiri ternyata bukan Rasul Allah, dan malahan Allah SWT itu tuhan ciptaan angan2nya sendiri. Mana ada Tuhan yang memerintahkan makhluk ciptaanNya sendiri membasmi makhluk lain? Seorang ayah yang hanya manusia biasa saja tentunya sangat amat tidak senang melihat anak2nya saling bunuh, apalagi tuhan. Betul tidak?

Coba lihat sekarang ada sekitar 1 milyar Muslim di dunia saat ini, dan ada 5 milyar non-Muslim. Bayangkan, betapa gilanya jika 1 M Muslim itu mau membunuhi 5 milyar non-Muslim atas perintah Allah SWT. Bukankah hal itu sungguh tidak mungkin dan malahan bunuh diri bagi Muslim sendiri? Dari sini saja sudah terlihat betapa tidak masuk akalnya perintah2 Allah SWT yang katanya adalah tuhan. Mengapa pula tuhan kok begitu lemah sehingga butuh bantuan makhluk ciptaannya sendiri untuk mengabulkan keinginannya? Semua ini sangat bertentangan dengan kemanusiaan, nurani, nalar, dan logika. Bapak sendiri juga menentangnya kuat2, tapi da kumaha deui pan eta mah geus terserat dina Qur'an?
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

Saya ingin ikut dalam diskusi ini. Semoga diijinkan oleh moderator.

Saya yakin apa yang disampaikan teman-teman di FFI bukan untuk menyebarkan kebohongan, tetapi untuk mengajak muslim mau mendalami sumber-sumber islamnya sendiri. Dari apa yang saya baca, fakta-fakta yang disampaikan FFI adalah sesuai dengan sumber-sumber islam. Dari apa yang saya amati di lingkungan dekat saya, banyak muslim yang tidak mengetahui fakta-fakta ini. Tetapi saya percaya banyak juga muslim yang mengetahui fakta-fakta ini tetapi memiliki pemahaman yang berbeda, dan tetap berusaha menjadi muslim. Itu adalah hak mereka. Saya pribadi, setelah mengalami perang batin, memutuskan untuk tidak lagi menjadi muslim.

Lingkungan terdekat saya semuanya muslim, sebagian sudah haji termasuk orang tua dan mertua saya. Saya mencintai dan sangat menghormati mereka. Mereka (menurut saya) adalah orang-orang yang baik, punya hati, dan tentu saja menentang semua tindakan keji yang dilakukan sebagian orang muslim. Mereka sangat taat menjalankan ibadah islam. Dari tulisan Dahlanz, saya yakin bahwa Dahlanz juga orang baik. Banyak teman-teman muslim saya orang yang sangat baik dan toleran.

Pada umumnya mereka, muslim yang berhati dan toleran adalah orang-orang yang masih mau mengunakan akal dan nuraninya dalam menjalankan keyakinannya (Ini menurut saya). Buat mereka iman islam memberikan arah hidup dan ketenangan jiwa. Mereka beranggapan bahwa muslim yang melakukan tindakan keji tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Islam.

Dulu saya juga begitu. Saya selalu menolak semua hal keji yang dituduhkan kepada islam Saya juga beranggapan bahwa pemahaman orang-orang muslim keji yang mangatasnamakan islam itu salah. Anggapan saya itu saya dasarkan pada hati nurani dan akal saya, bukan pada pemahaman islam saya pada Al-Quran dan Hadiths.

Setelah saya mencoba menambah pemahaman saya akan islam dengan membaca Al-Quran dan buku-buku tafsir, hadiths, sirat rasul, saya menemukan banyak hal yang tidak sesuai dengan pengetahuan saya tentang islam selama ini. Saya banyak jumpai hal-hal yang berlawanan dengan akal dan hati-nurani saya.

Fakta-fakta yang saya jumpai dalam sumber-sumber islam itu sungguh membuat saya shock. Sangat sulit bagi saya untuk menerima kenyataan itu. Saya tidak bisa lagi bilang bahwa apa yang saya jumpai dari sumber-sumber islam itu salah, karena faktanya tertulis disitu, yang diyakini kebenarannya oleh orang muslim.

Jadi bagaimana? Saya tidak bisa mengabaikan semua itu. Saya tidak bisa lagi bilang orang-orang keji yang melakukan pembunuhan atas nama islam itu salah. Saya sekarang tahu bahwa mereka melakukan itu semua atas dasar iman islam mereka. Dengan melakukan itu mereka berharap mendapat pahala surga.

Tentu jauh lebih mudah menganggap orang-orang keji itu memiliki pemahaman islam yang salah sebelum saya tahu fakta-fakta yang bertentangan dengan nurani dan akal saya. Begitu saya tahu faktanya dan supaya saya tetap beriman pada islam, saya perlu memahami fakta-fakta ini dengan cara yang lain supaya pemahaman saya sesuai dengan keyakinan saya selama ini, supaya pemahaman saya sesuai dengan hati-nurani dan akal saya.
Bukankah itu yang terjadi pada kelompok jaringan islam liberal? Bagi mereka: ”Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah SWT kepada Muhammad saw, melainkan merupakan produk budaya (muntaj tsaqafi) sebagaimana yang digulirkan oleh Nasr Hamid Abu Zaid. Metode tafsir yang digunakan adalah hermeneutika, karena metode tafsir konvensional dianggap sudah tidak sesuai dengan zaman.” (lihat “Telah Terbit, Buku Kritik terhadap Abu Zayd”, Catatan Akhir Pekan Adian Husaini ke-195, www.hidayatullah.com).


Ulil Abshar-Abdalla, seorang tokoh islam liberal, dalam salah satu artikelnya menulis hal berikut (untuk memudahkan saya kutip artikelnya secara lengkap):
Saya hanya ingin menganjurkan suatu corak keberagamaan yang rendah hati, yang tidak arogan dengan mengemukakan kleim-kleim yang berlebihan tentang agama. Jika Islam menganjurkan etika "tawadlu'", atau rendah hati, maka etika itu pertama-tama harus diterapkan pada Islam sendiri. Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadlu' itu.

Satu, doktrin bahwa Nabi tidak bisa berbuat salah. Menurut saya, doktrin ini sama sekali tak berkaitan dengan inti dan esensi agama Islam, dan karena itu kurang perlu. Jika doktrin ini dihilangkan, Islam tidak menjadi kurang nilainya sebagai sebuah agama. Mengatakan bahwa manusia, apapun namanya (entah Nabi, Rasul, Imam [dalam Syiah], Paus [dalam Katolik]) sebagai "infallible", tidak bisa berbuat salah, jelas tak masuk akal.

Dua, doktrin bahwa sumber hukum hanya terbatas pada empat: Quran, hadis, ijma', dan qiyas. Doktrin ini menjadi "hallmark" dari sekte Ahlussunnah waljamaah di mana-mana, sepanjang sejarah. Doktrin ini sebetulnya kurang perlu dan menjadi alat ortodoksi Islam untuk mempertahankan status quo. Sumber hukum jelas tidak bisa dibatasi dalam empat sumber itu. Islam tidak berkurang nilainya sebagai agama jika doktrin ini dihilangkan.

Tiga, doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. Doktrin ini jelas "janggal" dan sama sekali menggelikan. Setiap agama, dengan caranya masing-masing, memandang dirinya sebagai "pamungkas", dan nabi atau rasulnya sebagai pamungkas pula. Doktrin ini sama sekali kurang perlu. Apakah yang ditakutkan oleh umat Islam jika setelah Nabi Muhammad ada nabi atau rasul lagi?

Empat, doktrin bahwa sebuah agama mengoreksi atau bahkan menghapuskan agama sebelumnya. Ini adalah yang disebut sebagai doktrin supersesionisme. Doktrin ini tertanam kuat dalam psike dan "mindset" umat Islam. Doktrin ini tak lain adalah cerminan "keangkuhan" sebuah agama. Kehadiran agama tidak terlalu penting dipandang sebagai "negasi" atas agama lain. Agama-agama saling melengkapi satu terhadap yang lain. Kristen bisa belajar dari Islam, Islam bisa belajar dari Yahudi, Yahudi bisa belajar dari tradisi-tradisi timur, dan begitulah seterusnya.

Lima, doktrin bahwa kesalehan ritual lebih unggul ketimbang kesalehan sosial. Orang yang beribadah dengan rajin kerap dipandang lebih "Muslim" ketimbang mereka yang bekerja untuk kemanusiaan, hanya karena mereka tidak beribadah secara rutin. Agama bisa ditempuh dengan banyak cara, antara lain melalui pengabdian kepada kemanusiaan.

Enam, doktrin bahwa mereka yang tidak mengikuti jalan Islam atau agama orang berangkutan adalah "kafir". Ini mekanisme yang nyaris standar dalam semua agama. Semua agama cenderung memandang bahwa mereka yang ada di luar "lingkaran penyelamatan" adalah domba-domba sesat. Doktrin ini, sekali lagi, cerminan dari arogansi sebuah agama tertentu. Sudah jelas bahwa jalan keselamatan adalah banyak sekali.

Tujuh, berkaitan dengan doktrin sebelumya, ada doktrin lain yang biasanya bekerja dalam lingkaran internal masing-masing agama. Dalam Islam, ada doktrin tentang "sekte yang diselamatkan", al-firqah al-najiyah. Kelompok yang menyebut dirinya ahlussunnah wal-jamaah memandang dirinya sebagai satu-satunya kelompok dalam Islam yang masuk sorga, sementara kelompok lain sesat. Begitu juga kelompok Syiah memandang dirinya sebagai satu-satunya kelompok yang selamat, selebihnya sesat. Doktrin ini diteruskan oleh MUI dalam bentuk lain melalui fatwa penyesatan. Mendaku bahwa yang selamat hanya lingkaran tertentu adalah sebentuk arogansi.

Delapan, doktrin bahwa jika Kitab Suci mengatakan A, maka seluruh usaha rasional harus berhenti. Kitab Suci adalah firman Tuhan, dan firman Tuhan tak mungkin salah. Oleh karena itu, jika Tuhan sudah mengeluarkan sebuah "dekrit", maka seluruh perbincangan harus berhenti. Doktrin ini tercermin dalam sebuah "legal maxim" atau kaidah hukum dalam teori hukum Islam yang berbunyi, "la ijtihada fi mahal al-nass", tidak ada "independent reasoning" dalam hal-hal di mana teks Kitab Suci sudah mempunyai kata putus. Dengan kata lain, ijtihad harus dihentikan jika Kitab Suci sudah memutuskan sesuatu. Dalam diskursus filsafat modern di Amerika, hal ini disebut sebagai "discussion stopper", agama sebagai penghenti diskusi. Sudah jelas Kitab Suci terkait dengan konteks sejarah tertentu, dan banyak hal yang dikatakan Kitab Suci sudah tak relevan lagi karena konteks-nya berbeda.

Sembilan, doktrin bahwa hukum hanya bisa dibuat oleh "syari'" atau legislator. Yang disebut legislator dalam konteks Islam adalah Tuhan, kemudian secara derivatif juga Nabi Muhammad. Para ulama atau fukaha datang belakangan sebagai penafsir atas hukum itu, dan pelan-pelan juga menempati kedudukan sebagai "pembuat hukum" atau legislator hukum agama. Doktrin ini sangat kuat tertanam dalam Islam. Doktrin ini juga kuat tertanam dalam agama Yahudi. Deklarasi Qur'an sudah sangat jelas dan sangat "kategorikal" , bahwa Adam dan seluruh keturunannya adalah "khalifah" di muka bumi. "Kekhilafahan" di sini, dalam tafsiran saya, mencakup pula kompetensi untuk menciptakan hukum yang mengatur ketertiban di muka bumi ini. Seluruh individu, dalam pandangan Islam yang saya pahami, adalah obyek dan subyek hukum sekaligus. Dengan kata lain, hukum bukan hanya diciptakan oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia. Manusia secara generis adalah syari', bukan saja Nabi atau ulama/fukaha.

Ini paralel dengan konsep "kewarganegaraan modern" di mana konsep "warga negara" mencakup secara intrinsik kemampun untuk membuat dan men-generate sebuah hukum. Jika ada kelebihan pada ahli hukum atau fukaha yang membuat mereka menjadi spesial kedudukannya adalah karena mereka mempunyai "training" untuk merumuskan sebuah hukum dalam prosedur yang standar. Tetapi sumber hukum bukan saja hanya ada pada Kutab Suci, sabda-sabda Nabi, atau pendapat ulama, tetapi juga manusia secara keseluruhan.

Sepuluh, doktrin bahwa Kitab Suci bersifat seluruhnya supra-historis, karena ia adalah firman Tuhan. Karena Tuhan bersifat supra-sejarah, maka firmanNya pun bersifat supra sejarah pula. Karena itu, Kitab Suci juga supra sejarah. Kebenaran Kitab Suci tak terikat dengan ruang dan waktu. Pandangan ini lagi-lagi adalah pandangan yang "angkuh". Akan lebih proporsional jika kita mengatakan bahwa ada hal-hal yang supra-sejarah dalam Kitab Suci, tetapi juga ada hal-hal lain yang cukup banyak yang terikat dengan sejarah. Bagian Kitab Suci yang "lengket sejarah" ini bisa tidak relevan sama sekali jika keadaan berubah.

Sebelas, doktrin bahwa Islam bisa menjawab semua masalah. Doktrin ini jelas hanya retorika belaka. Sebab pada kenyataannya tidak demikian. Solusi agama atau Islam, jika pun ada, juga tidak mesti sukses dan berhasil. Sebagaimana solusi-solusi sekuler, solusi Islam juga bisa gagal, seperti terbukti dalam banyak kasus.

Saya masih memiliki daftar yang panjang. Tetapi, itulah hal-hal pokok yang ingin saya kemukakan di sini. Saya hanya ingin menganjurkan suatu corak keberagamaan yang rendah hati, yang tidak arogan dengan mengemukakan kleim-kleim yang berlebihan tentang agama. Jika Islam menganjurkan etika "tawadlu'", atau rendah hati, maka etika itu pertama-tama harus diterapkan pada Islam sendiri. Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadlu' itu. Mendaku bahwa setelah Nabi Muhammad tidak ada nabi atau rasul lagi adalah berlawanan dengan etika tawadlu'. Mendaku bahwa Islam menghapuskan agama sebelumnya sama sekali tak mencerminkan sikap tawadlu'.
[http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1312]

Abu Zayd, Ulil dan banyak tokoh islam liberal lainnya, bagi banyak kalangan muslim dianggap murtad, walaupun mereka sendiri (setahu saya) masih muslim. Saya percaya bahwa tokoh-tokoh islam liberal ini memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai islam, dan tentu saja mengetahui fakta-fakta sama seperti yang saya jumpai. Kalangan islam liberal ini berusaha memahami islam dengan nurani dan akal mereka, seperti saya dulu sebelum murtad. Karena itu mereka berani bilang bahwa ”Al-Quran bukan lagi dianggap sebagai wahyu suci dari Allah SWT kepada Muhammad saw, melainkan merupakan produk budaya”. Dengan pandangan seperti ini apa yang tersisa dari iman islam mereka?
User avatar
moslem
Posts: 395
Joined: Fri Oct 13, 2006 3:13 pm
Location: antah berantah, small village

Post by moslem »

suara_hati wrote:Saya ingin ikut dalam diskusi ini. Semoga diijinkan oleh moderator.

Saya yakin apa yang disampaikan teman-teman di FFI bukan untuk menyebarkan kebohongan, tetapi untuk mengajak muslim mau mendalami sumber-sumber islamnya sendiri.
Kata siapa muslim tidak tahu mengenai ajaran Islam? Memang ada yang iya, tapi yang tahu juga banyak .. :lol:

Silahkan kunjungi situs berikut yang menyajikan informasi keislaman yang telah dihapus daftar link-linknya oleh moderator dalam postingan saya sebelumnya di thread ini yang menyinggung diskusi di thread ini:

http://www.faithfreedomwatch.co.cc dan http://muslim-christianity.webs.com
User avatar
moslem
Posts: 395
Joined: Fri Oct 13, 2006 3:13 pm
Location: antah berantah, small village

Post by moslem »

Tentang jaringan Islam Liberal sebaiknya baca siapa mereka sebenarnya di http://www.nojil.8m.net dan http://mrdnet.110mb.com/artikel/entry060906-215632.htm
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

moslem wrote: Kata siapa muslim tidak tahu mengenai ajaran Islam? Memang ada yang iya, tapi yang tahu juga banyak .. :lol:

Silahkan kunjungi situs berikut yang menyajikan informasi keislaman yang telah dihapus daftar link-linknya oleh moderator dalam postingan saya sebelumnya di thread ini yang menyinggung diskusi di thread ini:

http://www.faithfreedomwatch.co.cc dan http://muslim-christianity.webs.com
Tidak ada yang bilang seperti yang anda katakan. Saya juga tidak mengatakan itu.

Mengenai referensi situs yang anda sarankan, buat saya tidak ada yang baru. Juga mengenai pandangan banyak muslim terhadap islam liberal.

Begitu lama saya mencari justifikasi mengenai hal-hal yang bertentangan dengan suara hati dan akal saya dari sumber-sumber islam, termasuk situs-situs semacam yang anda sarankan. Saya tahu itu. Tetapi tetap saja saya tidak bisa menerima justifikasi itu.

Saya juga bukan pembela bible. Kalau anda sempat melihat posting saya di forum "kesaksian", saya bahkan tidak sepaham dengan pesan moral yang ada dalam cerita nabi Ibrahim, yang juga ada di bible.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

dahlanf wrote:Saya tidak setuju dengan: Tidak setia adalah meninggalkan dan tidak mengurus istri dengan baik. Dalam Islam, menurut pemahaman saya, harus tetap bertanggung jawab mencintai dan mengurus istri dan semua keluarga walau punya istri lagi. Walau tidak kawin lagi tapi kalau tidak memperhatikan dan bertanggung jawab pada istri, berarti ia tidak setia.
Lihatlah bagian yang saya tebalkan: walau punya istri lagi Itulah "kesetiaan" dalam perkawinan Islam:
Suami boleh punya banyak istri, gonta-ganti juga tidak apa2, asalkan jumlahnya tetap 4. Suami boleh punya gundik2 tanpa batasan jumlah. Mau 100, mau 10000 juga tidak apa2. Halal semuanya, dan sikap ini juga dianggap Muslim TETAP SETIA pada istri.

Sungguh rancunya arti "kesetiaan" dan "kasih" dalam Islam, dan sungguh tidak sama dengan arti hakiki kesetiaan dan kasih itu sendiri. Arti setia pada istri dalam perkawinan adalah mengasihinya sama seperti mengasihi diri sendiri; menjadi pendamping hidupnya dalam sukar dan senang sampai ajal menjemput; tidak menduakan, apalagi mengempatkannya, hanya karena keadaan memungkinkan. Istri akan sakit hati dan merasa dikhianati jika suami tertarik secara seksual pada wanita lain, apalagi lalu mengawininya. Jika suami tidak mau istri melirik dan menginginkan pria lain, ya jangan melirik dan menginginkan wanita lain; jika ingin perkawinan dengan istri langgeng, maka jangan memadu istri atau menerapkan poligami. Anda sendiri kan tidak mau istri Anda melakukan poliandri? Ini semua adalah Golden Rule (Hukum Emas) yang sudah diakui semua masyarakat dunia, kecuali Islam: perlakukan orang lain seperti dirimu sendiri ingin diperlakukan.

Lihatlah kejanggalan Islam:
Makna "kesetiaan" istri Muslimah berbeda dengan makna "kesetiaan" suami Muslim. Suami boleh saja memiliki banyak istri + budak2 seks, dan tetap dianggap setia, tapi istri yang melakukan hal yang sama tidak akan pernah dianggap setia dalam Islam, malahan akan dirajam sampai mati. Aneh bukan, pak dahlanf? Kenapa paham "kesetiaan" bagi istri dan suami berbeda dalam Islam? Jawabnya adalah Muhammad-lah yang membuat aturan itu demi:
(1) memuaskan nafsu berahinya;
(2) menambah jumlah umat Muslim;
(3) menyenangkan para Jihadis karena boleh punya banyak wanita dan tetap dianggap setia dalam Islam;
(4) merendahkan derajat wanita sampai menyamakannya dengan ternak piaraan agar wanita merasa inferior dan mudah dikendalikan dan dikontrol.

Tidak hanya arti kesetiaan dan pengkhianatan dalam perkawinan yang dirancukan oleh Muhammad, tapi juga arti fitnah, arti perdamaian, nilai2 jahat dan baik, arti halal dan haram. Semuanya dijungkirbalikkan oleh Muhammad.
Saya tetap mencintai anak saya yang pertama tidak berkurang sama sekali walau lahir anak kedua kami.
Itu sih wajar saja, sebab memang naluri dan nalar orangtua akan selalu mencintai sampai mati anak2 mereka, tidak peduli berapapun jumlahnya, apapun yang mereka lakukan. Itu bukan ajaran Islam, tapi naluri manusia yang waras.

Inilah ajaran Islam: jika anak Anda murtad, halal dalam Islam untuk membunuhnya. Jika Anda murtad, halal dalam Islam bagi anak Anda untuk membunuh Anda. Jelas ini bertentangan dengan nurani, tapi inilah yang diajarkan Muhammad pada para pemuda Muslim Mekah (mujahidin) yang hijrah bersamanya ke Medinah. Mereka membunuhi ayah, paman, saudara kandungnya sendiri yang beragama pagan di perampokan Badr. Muhammad sendiri membunuhi kedua paman kandungnya di Badr, bahkan satu dipenggal. Gila, bukan?

Saya yakin Anda tidak akan tega mengkhianati istri Anda dengan cara kawin lagi seperti yang dilakukan Aa Gym. Nurani tidak bisa menyetujui poligami, pak dahlanf. Itulah sebabnya banyak Muslim dan Muslimah yang meninggalkan Aa Gym setelah dia poligami, meskipun mereka tahu yang diperbuatnya halal dalam Islam. Orang2 Muslim juga mengatakan Rhoma Irama munafik karena sok moralis padahal punya banyak istri dan simpanan. You see? Para Muslim jelas bisa melihat bahwa poligami itu bertentangan dengan arti hakiki kesetiaan dan nurani, tapi mereka tidak berani menghujat Islam, sehingga lebih memilih menghujat Aa Gym atau Rhoma Irama.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

suara_hati wrote:Saya yakin apa yang disampaikan teman-teman di FFI bukan untuk menyebarkan kebohongan, tetapi untuk mengajak muslim mau mendalami sumber-sumber islamnya sendiri. Dari apa yang saya baca, fakta-fakta yang disampaikan FFI adalah sesuai dengan sumber-sumber islam.
Betul sekali. Muslim sendiri bisa memeriksa langsung dari literatur Islam. Sungguh ironis, banyak Muslim yang justru murtad setelah memeriksa ajaran Muhammad dengan seksama.
Dari apa yang saya amati di lingkungan dekat saya, banyak muslim yang tidak mengetahui fakta-fakta ini. Tetapi saya percaya banyak juga muslim yang mengetahui fakta-fakta ini tetapi memiliki pemahaman yang berbeda, dan tetap berusaha menjadi muslim. Itu adalah hak mereka. Saya pribadi, setelah mengalami perang batin, memutuskan untuk tidak lagi menjadi muslim.
Iya, bagus banget keputusanmu. Memang dalam perang melawan Islam, ujung tanduk terhebat dan tertajam adalah para Murtadin seperti Anda, Murid Murtad, Murtad Mama, berani murtad, dll yang begitu banyak memberi sumbangan di FFI. Salut untuk kalian semua.
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

Saya tanya-tanya saja. Sementara saya memberikan komentar dalam catatan saya sendiri saja.

Sambil menunggu jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya:
dahlanf wrote: bagaimana sifat-sifat (1) orang kafir, (2) orang munafik, dan (3) orang-orang yang zalim, berdasarkan keterangan Quran dan Hadist. Jika berkenan, tolong juga tunjukkan ayat dan riwayatnya.
Pertanyaa tersebut saya tujukan pada Pak Adadeh, sebagai pandangan dan pendapat Adadeh mengenai ajaran Islam.

Menurut saya, siapapun juga bisa menanggapi. Makannya ada fasilitas Submit, begitu kan suara_hati, moslem, gaston31?
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

gaston31 wrote:adadeh selalu berhalusinasi ttg pokok2 ajaran Islam.
pdhl 5 Rukun Islam ckup jelas,
1. syahadat
2. sholat
3. puasa
4. zakat
5. haji

عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - � بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ � .
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Islam dibangun atas lima perkara: (1) syahahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, (2) menegakkan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji, dan (5) berpuasa di bulan Ramadhan." (HR Bukhari no. 8 dan Muslim no. 122)
User avatar
gaston31
Posts: 3557
Joined: Tue Nov 21, 2006 2:17 pm

Post by gaston31 »

@adadeh
Sudah jelas berjihad dengan garansi surganya itu lebih tinggi nilai ibadahnya daripada 5 rukum Islam.
===
yup jelas banget!
tp jihad yg gmn? apakah jihad itu hanya krn orang yg beda keyakinan? itu nabrak ayat 10:99.
n elo pikir jihad ga pake syarat n kondisi?
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

suara_hati wrote: Saya tidak bisa lagi bilang bahwa apa yang saya jumpai dari sumber-sumber islam itu salah, karena faktanya tertulis disitu, yang diyakini kebenarannya oleh orang muslim.
Bagaimana dengan para ahli tafsir yang makin cinta terhadap Islam setelah mempelajari Islam.

Saya jadi tertarik mengetahui bagaimana pengalaman Anda dalam mempelajari Islam secara benar dan menyeluruh. Apakah pengetahuan Anda seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Ibnu Jarir Ath Thobary, dll. Mereka semakin cinta dengan Islam setelah mengetahui Islam dengan sebenarnya. Mengapa Anda berbeda. Apakah pengetahuan Anda lebih dalam dari mereka, saya sungguh tertarik untuk mengetahuinya.


Mengaku bahwa agama yang paling benar adalah Islam jelas menyalahi etika tawadlu' itu. Mendaku bahwa setelah Nabi Muhammad tidak ada nabi atau rasul lagi adalah berlawanan dengan etika tawadlu'. Mendaku bahwa Islam menghapuskan agama sebelumnya sama sekali tak mencerminkan sikap tawadlu'.
Tawadu adalah penyerahan diri sepenuhnya pada Allah Ta’ala yang telah menurunkan Al Furqon bagi seluruh manusia. Jika Al Furqon mengatakan bahwa setelah Nabi Muhammad tidak ada nabi atau rasul lagi, maka kita menyerahkan keputusan pad Al Furqon tersebut, bukan mengotak-atiknya, itu berarti kita sombong, merasa lebih tahu dari Al Furqon. Al Furqon yang bilang bahwa agama yang paling benar adalah Islam, kita harus tawadlu’ kan?

Menurut saya, kita harus tawadlu’. Hanya Allah Ta’ala yang berhak sombong, karena Dia Maha Perkasa, Penguasa seluruh alam, Maha Mengetahui, juga Maha Pengasih Maha Penyayang, juga Maha Menerima Taubat.

Dan menurut saya, kita disebut sombong (lawan kata dari tawadlu’) jika Al Aliim mengatakan bahwa Quran adalah petunjuk bagi seluruh makhluk, kemudian kita mengatakan hal yang berbeda. Sungguh sombong kita, jika ArRohman memerintahkan patuh pada Dia dan Rasul-Nya, tapi kita membuat hukum dan aturan sendiri.

Saksikanlah bahwa hanya pada Allah kami berserah diri.
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

dahlanf wrote:Bagaimana dengan para ahli tafsir yang makin cinta terhadap Islam setelah mempelajari Islam.
Pertanyaan yang hampir sama bisa saya ajukan: “Mengapa Hitler punya banyak pengikut atau Apakah Hitler dicintai oleh para pengikutnya?” Apakah mereka (para pengikut) tidak tahu bahwa perbuatan Hitler sangat kejam? Mereka tentu tidak akan bilang hal-hal jelek tentang Hitler. Buat mereka semua tindakan Hitler diyakini baik dan ada justifikasinya. Banyak orang yang mencintai almarhum Suharto tetapi banyak juga yang mencela beberapa tindakan represifnya. Semua ada justifikasinya.

Di dunia ini selalu ada dua sisi. Hitler bagi saya adalah orang jahat tetapi pahlawan buat pengikutnya. Jadi intinya adalah pilihan. Pilihan mana yang akan orang pilih adalah tergantung dari masing-masing orang, tergantung dari nilai-nilai hidup yang mereka percayai.

Saya bukan pengekor. “Search your own light” adalah salah satu pegangan saya. Pada waktu saya mau memutuskan sesuatu, saya akan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin dan memahaminya semaksimal mungkin, baik itu pandangan yang mendukung maupun yang menentang.

Tentu saja saya berusaha memahami apa yang disampaikan ahli-ahli muslim yang sangat cinta pada islam dan Nabinya. Saya murtad tidak terjadi begitu saja. Dan ini tidak mudah. Tidak mudah menghapus semua ajaran dan kebiasaan yang ditanamkan dalam hidup saya sejak kecil begitu saja. Tentu lebih mudah buat saya untuk mengabaikan semua yang saya anggap tidak sesuai dengan akal dan nurani saya. Saya hanya berusaha jujur pada diri saya sendiri.

Yang ironis adalah kalau kita meyakini sesuatu tanpa memiliki informasi yang cukup mengenai keyakinan kita itu. Jika seandainya, anda sudah mengetahui semua fakta sejarah islam, Quran, Hadiths, sirat Nabi dan merasa bahwa tidak ada yang salah dengan itu, itu hak anda. Ini berarti bahwa saya dan anda tidak memiliki nilai-nilai hidup yang sama. Itu saja.

Bagi saya pilihan anda salah tapi bagi anda saya yang salah (dan masuk neraka).

Pilihan ini yang membedakan saya dengan anda. Kita disodori fakta yang sama, tetapi mempunyai reaksi yang berbeda. Bagi saya, cerita bagaimana Nabi Muhammad menikahi Safiyah segera setelah membunuh suami, ayahnya dan saudara-saudaranya membuat saya sangat terpukul. Bagi anda dan banyak muslim lain, hal inti tidak masalah. Saya merasa terpukul melihat kekejian Nabi Muhammad yang bahkan tidak memiliki rasa iba sedikitpun terhadap pembunuhan Abu Afak, seorang kakek berumur 120th, atau terhadap Asma Bint Marwan, seorang ibu lima anak yang sedang menyusui, hanya karena mereka membuat kirtik-kritik yang menyerang Nabi. Anda dan banyak muslim lainnya sama sekali tidak terusik dengan hal ini. Begitu banyak fakta-fakta (yang tidak perlu saya sebutkan satu-satu disini) yang bertentangan dengan akal dan nurani saya yang buat anda tidak masalah.

Jadi intinya adalah bahwa saya dan anda memiliki nilai-nilai yang berbeda.
dahlanf wrote: Saya jadi tertarik mengetahui bagaimana pengalaman Anda dalam mempelajari Islam secara benar dan menyeluruh. Apakah pengetahuan Anda seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir, Ibnu Jarir Ath Thobary, dll. Mereka semakin cinta dengan Islam setelah mengetahui Islam dengan sebenarnya. Mengapa Anda berbeda. Apakah pengetahuan Anda lebih dalam dari mereka, saya sungguh tertarik untuk mengetahuinya.
Saya tidak pernah mengklaim bahwa pengetahuan saya lebih hebat dari mereka, bahkan saya tidak pernah merasa lebih hebat dari anda. Seandainya saya bilang saya lebih hebat dari merekapun, tentu saja anda juga tidak mungkin percaya.

Kalau saya ditanya seseorang, “Apakah memperkosa itu baik?”. Saya tentu akan jawab “tidak”. Saya tidak perlu ahli untuk memahami hal sesederhana ini. Saya hanya perlu hati nurani. Memperkosa itu tidak sesuai dengan “Golden Rule” seperti yang banyak diyakini teman-teman saya di FFI. Kalaupun misalnya begitu banyak orang yang dianggap ahli, memberikan interpretasi bahwa memperkosa itu baik, tetap saja saya akan tidak setuju.

Mungkin anda pernah dengar cerita anak-anak karangan HC Anderson berjudul “The Emperor’s New Clothes”. Ceritanya saya kutip disini sebagai berikut:

Adalah seorang kaisar yang dalam hidupnya selalu ingin berpakaian dengan mewah. Hampir setiap saat, dia berganti pakaian dan sangat senang memamerkannya kepada orang-orang.

Kebiasaan “gila” sang kaisar ini akhirnya tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hal ini akhirnya didengar oleh dua orang “penipu” yang ingin memanfaatkan kebiasaan gila sang kaisar. Mereka memperkenalkan diri ke istana kaisar. “Kami penjahit hebat dan setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, akhirnya kami menemukan cara untuk membuat kain yang sangat ringan, halus dan indah sedemikian sampai seolah-olah tidak bisa terlihat. Bahkan benar-benar tidak bisa dilihat oleh orang-orang **** dan tidak kompeten”. Penjaga yang mendengar cerita aneh ini terheran-heran dan segera menyampaikan ke atasannya dan akhirnya sampai ke sang Kaisar. Sang Kaisar yang penasaran akan kehebatan penipu ini akhirnya mengijinkan mereka untuk menemui mereka. “Baginda, selain tidak kelihatan, kami akan membuat kain ini dengan pola dan warna khusus untuk Baginda”. Tawaran ini akhirnya diterima Kaisar.

Setelah menerima satu kantong berisi uang emas sebagai pembayaran awal, peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan, kedua penipu itu segera berpura-pura melakukan pekerjaan mereka.

Beberapa hari kemudian Kaisar yang sudah penasaran ingin mengetahui hasil pekejaan mereka memerintahkan Perdana Menterinya yang dianggap hebat oleh orang-orang untuk menemui penipu itu. Ketika PM menemui kedua penipu itu, mereka berkata: “Sudah hampir selesai. Silahkan anda melihat keindahan kain ini dan rasakan kehalusannya”. Sang PM terheran-heran, karena dia tidak melihat apa-apa. Keringat dingin keluar dari keningnya. “Saya tidak melihat apa-apa”, pikirnya, “kalau saya tidak melihat apa-apa, berarti saya ****, bahkan lebih buruk lagi tidak kompeten. Jika saya mengatakan hal ini pada Kaisar, tentu saya akan benar-benar dianggap ****, tidak kompeten dan tentu saja Kaisar akan memecatku”. Akhirnya sang PM bilang “benar-benar luar biasa kain ini. Saya akan sampaikan hal ini pada Kaisar”.

Akhirnya, Kaisar menerima kabar bahwa kedua penjahit itu sudah siap melakukan pengukuran pakaian Kaisar untuk dijahit. “Silahkan masuk” begitu kata Kaisar. Bahkan ketika membungkuk melakukan penghormatan kepada kaisar, mereka berpura-pura sedang memegang gulungan kain. “Lihatlah Baginda hasil pekerjaan kami. Kami telah bekerja siang malam untuk membuat kain yang terindah didunia ini. Lihatlah keindahan warnanya dan rasakan kehalusan kainnya”. Sang Kaisar mencoba mendekat tetapi tentu saja dia tidak melihat apa-apa dan tidak bisa merasakan apa-apa. Dia panik dan hampir pingsan. Untungnya, singasananya berada dekatnya, maka kemudian dia duduk. Ketika dia menyadari bahwa tidak mungkin ada yang tahu bahwa dia sebenarnya tidak bisa melihat kain itu, dia merasa lebih lega. Tidak ada yang akan tahu dia **** dan tidak kompeten. Dan Kaisar tidak tahu bahwa sebenarnya orang-orang yang hadir disitu juga berpikir dan bersikap sama seperti Kaisar.

Kejadian menggelkikan ini tentu saja sudah diperkirakan semuanya oleh kedua penipu ini.

Setelah selesai pengukuran, kedua penjahit itu segera berpura-pura memotong dan menjahit pakain Kaisar. Akhirnya, “Baginda, tolong lepas pakaian baginda dan coba pakain baru ini”. Kedua penjahit itu mencoba mengenakan pakaian baru itu ke kaisar dan menghadapkannya ke cermin”. Kaisar itu tentu saja merasa malu bertelanjang bulat, tetapi merasa sedikit lega karena tidak ada orang lain yang menyaksikan. “Ya, pakaian ini indah sekali dan sangat cocok untukku. Kamu berdua telah melakukan pekerjaan yang sangat hebat”.

“Baginda” berkata sang PM, “kami ada permintaan untuk baginda. Rakyat telah mendengar berita mengenai pakaian baru Baginda dan mereka ingin sekali melihat baginda mengenakan pakaian baru ini”. Kaisar ragu-ragu untuk tampil telanjang di depan rakyatnya tetapi kemudian dia menghilangkan keraguannya itu. Toh tidak ada yang akan melihat dia telanjang kecuali orang orang **** dan tidak kompeten.

Akhirnya sang Kaisar mengijinkan permintaan itu dan acara mengarak Kaisar dipersiapkan. Orang-orang menunggu hal ini, masing-masing penasaran ingin mengetahui siapa diantara teman-teman mereka yang **** dan tidak kompeten.

Ketika Kaisar diatas keretanya memamarkan pakaian barunya, orang-orang terheran-heran dan merasa geli melihat kaisarnya bertelanjang bulat. Tetapi mereka semua tidak ada yang berani mengatakan itu karena takut dianggap **** dan tidak kompeten. Semua orang akhirnya berlomba-lomba berteriak memuji keindahan pakaian baru kaisar, semata-mata supaya tidak dianggap **** dan tidak kompeten.

Sampai suatu saat, ada seorang anak kecil dengan keluguannya, keluar dari keramaian orang dan melihat kaisar bertelanjang bulat, berteriak “Kaisar telanjang”.

“****” orangtuanya memarahai anak itu, “Jangan bicara ngawur” dan kemudian cepat-cepat memegang anaknya dan membawanya pergi.

Teriakan anak itu sudah terlanjur terdengar oleh banyak orang, dan akhirnya mereka secara serentak berteriak: “Anak itu benar. Memang kaisar telanjang”.

Kaisar menyadari bahwa anak kecil itu mereka benar tapi tidak berani mengakuinya. Dia memutuskan untuk tetap melanjutkan arak-arakan itu dengan ilusi bahwa yang tidak bisa melihat pakaiannya adalah orang **** dan tidak kompeten”.



Untuk melihat kebenaran, anak itu hanya perlu kejujuran, hati. Dia tidak perlu berpura-pura untuk mengatakan apa yang dilihatnya, atau supaya dikatakan pandai dan kompeten. Untuk memahami islam, Quran, Hadihs, Sirat, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, saya hanya perlu kejujuran pada hati nurani dan akal saya sendiri.

Orang-orang seperti saya yang berusaha jujur pada hati nurani saya adalah orang-orang yang dianggap ****, tuli dan mendapat ancaman neraka oleh Tuhan islam. Orang yang tidak mendapat “hidayah” dari Tuhan Islam. Hati nurani saya tidak bisa mengatakan “jahat” sebagai “baik” meskipun orang-orang muslim yang dianggap pandai dan luas pengetahuannya mencoba memberikan makna “jahat” sebagai “baik”.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

gaston31 wrote:@adadeh
Sudah jelas berjihad dengan garansi surganya itu lebih tinggi nilai ibadahnya daripada 5 rukum Islam.
===
yup jelas banget!
tp jihad yg gmn? apakah jihad itu hanya krn orang yg beda keyakinan? itu nabrak ayat 10:99.
Ini sudah aku jawab di sub forum Pengakuan dan Kesaksian. Ayat yang kau kutip itu ayat Mekah tahap tiga, saat Muhammad masih lemah dan tidak punya kekuatan militer. Setelah pindah ke Medinah dan menjadi kuat, lain pula perintahnya (Q2:193, Q 9:5): memerangi kafir sampai Islam jadi agama utama yang dominan, sampai semua kafir mengucapkan la illaha la illalah.
itu nabrak ayat 10:99.
Memang benar ayat2 Qur'an Mekah dan Medinah itu penuh kontradiksi dan saling bertentangan. Itulah dua wajah Islam.
n elo pikir jihad ga pake syarat n kondisi?
Jawabannya bisa dilihat langsung pada jihad yang dilakukan Muhammad itu sendiri. Saat di Mekah, dia tidak pernah melakukan jihad perampokan, perkosaan, penjajahan, perbudakan, dll. Tapi semua itu dilakukannya di Medinah. Syarat dan kondisi melakukan jihad perang melawan kafir adalah: JIKA MUSLIM SUDAH KUAT SECARA MILITER!
Kalau masih lemah, ya lembut2lah pada kafir, sambil menyusun kekuatan. Tapi kalau sudah kuat, sikat dan perangi kafir.
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

dahlanf wrote: jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya:
Sifat2 orang2 (no 1, 2, 3) itu sudah jelas tertulis dalam Qur'an sebagai orang2 yang suka ingin tahu dan banyak bertanya[/color]:
Q 5:101-102
[101] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
[102] Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya.

Nah, ayat2 di atas jelas menunjukkan bahwa beberapa Muslim yang banyak bertanya, ada kemungkinan menjadi kafir, Muslim munafik, dan orang2 zalim.

Perlu diketahui pula, bahwa arti "zalim" di ayat di atas berbeda dengan arti "zalim" dalam bahasa Indonesia. Arti "zalim" dalam bahasa Indonesia adalah "perbuatan jahat, seperti merampas, merampok, memperkosa, menjajah, memperbudak". Menurut Islam, semua tindakan ini bukanlah tindakan zalim, asalkan dilakukan Muslim terhadap kafir agar Islam menjadi agama dominan dan utama. Jadi arti "zalim" dalam Qur'an itu adalah orang yang meninggalkan Islam.

Kembali pada Q 5:101-102. Contoh kasus Muslim yang banyak tanya di sini sudah jelas adalah suara_hati (hehehe... sorry ya s_h :lol: ). Dia banyak bertanya, sampai2 memeriksa sumber2 Islam sendiri, sehingga akhirnya persis seperti yang dikatakan Muhammad tadi:
[102] Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya.

Andaikata pak dahlanf ingin tetap jadi Muslim dan tidak jadi murtad atau kafir, maka sebaiknya bapak jangan banyak bertanya. Muhammad sudah tahu jika Muslim menggali ke akar Islam, iman mereka pasti goyah dan nurani mereka berontak keras. Akar Islam itu hanyalah kebohongan dan dusta belaka. Begitu disinari, maka tampak jelas semua kepalsuannya dan umatnya akan segera meninggalkannya.
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

suara_hati wrote:Kalau saya ditanya seseorang, “Apakah memperkosa itu baik?”. Saya tentu akan jawab “tidak”. Saya tidak perlu ahli untuk memahami hal sesederhana ini. Saya hanya perlu hati nurani. Memperkosa itu tidak sesuai dengan “Golden Rule” seperti yang banyak diyakini teman-teman saya di FFI. Kalaupun misalnya begitu banyak orang yang dianggap ahli, memberikan interpretasi bahwa memperkosa itu baik, tetap saja saya akan tidak setuju.
Maksud saya, kita tahu semua kisah Muhammad saw adalah dari para penyusun kitab-kitab Hadist tersebut. Abu Daud, Bukhari, Imam Muslim, Tirmidzi mengumpulkan semua hal yang berhubungan dengan nabi Muhammad. Mereka lebih dekat dengan Muhammad saw dari kita tapi tidak pernah bertemu langsung pada Muhammad saw karena saat mereka lahir, Muhammad saw sudah wafat. Menurut Anda apakah mereka menyimpulkan bahwa Muhammad pemerkosa misalnya? Apakah mereka ada menyimpulkan sesuatu yang buruk pada diri Muhammad, apalagi pemerkosa dan perampok? Apakah menurut Anda, FFI lebih tahu dalam hal kisah Muhammad saw dari para penulis hadist ini. Dimana FFI pun merujuk pada kitab-kitab yang ditulis oleh mereka.
Atau….
Saya jadi ingin tahu lebih jauh bagaimana pengalaman Anda dalam menilai suatu kebenaran.

Apakah hati nurani kita tidak percaya pada kesimpulan para penulis hadist tersebut bahwa Muhammad saw adalah nabi dan Rasulullah, al amin dan manusia termulia, mereka mencari berbagai sumber untuk mencatat kisah dan ajaran Muhammad saw bahkan sampai bagaimana posisi beliau tidur dll, sampai sesuatu yang sangat sederhana.

Apakah maksud Anda mereka begitu mencintai Rasulullah saw karena mereka menutup mata? Padahal karena jasa mereka kita semua tahu begitu detail sejarah Muhammad saw.

suara_hati wrote:Untuk memahami islam, Quran, Hadihs, Sirat, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, saya hanya perlu kejujuran pada hati nurani dan akal saya sendiri.
Saya setuju dengan Anda dalam hal ini. Dan menurut pemikiran saya, tentulah ada sesuatu yang janggal jika ada yang menyimpulkan sesuatu yang lain dari sumber rujukannya.

Bagaimana kita bisa menyimpulkan sesuatu yang berbeda tentang Allah, jika Quran berulang-ulang menyatakan Maha Kuasa juga Maha Pengasih, Maha Pengampun, Maha Mulia, Maha Suci, padahal rujukan kita juga Quran.

Bagaimana kita bisa menyimpulkan sesuatu yang berbeda tentang maksud kandungan Quran dengan kesimpulan para Ahli tafsir padahal rujukan kita adalah para ahli tafsir tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa Quran tidak mungkin dari selain Allah, Maha Suci Dia dan Maha Tinggi.

Bagaimana kita bisa menyimpulkan sesuatu yang berbeda tentang Muhammad, dengan kesimpulan para penulis hadist. Mereka menyimpulkan bahwa Muhammad adalah manusia terpercaya, tauladan terbaik bagi seluruh manusia, memiliki akhlak termulia, nabi dan rasul Allah.
dahlanf
Posts: 166
Joined: Thu Dec 27, 2007 10:21 am
Contact:

Post by dahlanf »

Terima kasih Pak Adadeh.
Adadeh wrote:Andaikata pak dahlanf ingin tetap jadi Muslim dan tidak jadi murtad atau kafir, maka sebaiknya bapak jangan banyak bertanya. Muhammad sudah tahu jika Muslim menggali ke akar Islam, iman mereka pasti goyah dan nurani mereka berontak keras. Akar Islam itu hanyalah kebohongan dan dusta belaka. Begitu disinari, maka tampak jelas semua kepalsuannya dan umatnya akan segera meninggalkannya.
Mohon tunjukkan ayat dalam Quran yang menyatakan bahwa salah satu sifat orang kafir adalah suka berdusta dan menyalai janji.


Juga menurut Pak Adadeh mengapa Quran menerangkan bahwa
orang yang meninggalkan Islam
lebih zalim dari
"perbuatan jahat, seperti merampas, merampok, memperkosa, menjajah, memperbudak"
Saya setuju itu Pak. orang yang zalim: "perbuatan jahat, seperti merampas, merampok, memperkosa, menjajah, memperbudak" harus diperangi, demikian juga dengan orang yang meninggalkan Islam
User avatar
gaston31
Posts: 3557
Joined: Tue Nov 21, 2006 2:17 pm

Post by gaston31 »

Saat di Mekah, dia tidak pernah melakukan jihad perampokan, perkosaan, penjajahan, perbudakan, dll. Tapi semua itu dilakukannya di Medinah.
==
dgn ksimpuln tsb, gw anggp elo tau situasi n kondisi Mekah n Medinah.
Mengapa Muslim bs berkembang di Medinah, tp tdk di Mekah??
jika dhubungkn dgn tuduhn bahwa muslim merampok ketika di Madinah, apakah penduduk Madinah jg segeromboln perampok shg klop dgn muslim yg hijrah ke Madinah?
suara_hati
Posts: 199
Joined: Fri Feb 01, 2008 11:13 pm

Post by suara_hati »

dahlanf wrote:...Apakah maksud Anda mereka begitu mencintai Rasulullah saw karena mereka menutup mata? Padahal karena jasa mereka kita semua tahu begitu detail sejarah Muhammad saw.
Sebenarnya saya sudah menjawab pertanyaan anda. Saya ulangi disini, jawabannya adalah karena masing-masing orang memiliki nilai-nilai yang berbeda.

Bagi muslim, anda, dan orang-orang yang dianggap ahli islam yang anda sebutkan itu, apapun yang dilakukan Muhammad semuanya baik. Mereka, dengan iman islamnya, tidak bisa melihat fakta-fakta “jahat” yang dilakukan nabinya. Apapun yang menurut saya “jahat” buat mereka dipahami sebagai “baik”. Mereka bahkan bisa dengan mudah mencerna hal-hal absurd sekalipun. Nilai-nilai hidup mereka dan anda adalah islam: Quran dan Hadiths. Nilai-nilai islam adalah nilai-nilai hidup Muhammad. Ada yang menyerap nilai-nilai ini secara total tanpa “embel-embel” ada yang pilih-pilih disesuaikan dengan akal dan nuraninya sendiri (misal islam liberal/moderat, yang mengaku tetap islam tetapi dianggap murtad oleh orang islam yang tanpa embel-embel tadi).

Bagi saya membunuh, merampok, memperkosa, berbohong, memperbudak, dan sejenisnya, seperti yang diceritakan ahli-ahli islam dilakukan Muhammad, sahabat-sahabatnya, pengikutnya adalah perbuatan hina, perbuatan setan. Anda dan banyak muslim lain, dengan semua justifikasi yang diberikan para ahli islam itu, tentu tidak bisa melihatnya seperti saya. Menurut saya, hati dan akal mereka terperangkap, dibutakan oleh iman islamnya. Menurut mereka dan anda, sayalah yang tidak mempunyai akal, hati, tuli, dan termasuk orang-orang najis dan dilaknat Tuhan islam.

Saya dan teman-teman di FFI tidak merasa lebih tahu dari orang-orang yang dianggap para ahli islam itu. Bukankah apa yang FFI sajikan adalah bersumber dari para ahli islam itu? Fakta yang disajikan sama, tetapi reaksi kita berbeda.

Saya berharap anda bisa mengerti dengan apa yang coba saya sampaikan diatas.
dahlanf wrote: Bagaimana kita bisa menyimpulkan sesuatu yang berbeda tentang Allah, jika Quran berulang-ulang menyatakan Maha Kuasa juga Maha Pengasih, Maha Pengampun, Maha Mulia, Maha Suci, padahal rujukan kita juga Quran....
Anda dan para ahli islam itu percaya bahwa Quran adalah firman Allah. Sedangkan saya yakin bahwa Quran adalah suara manusia, tepatnya suara Muhammad. Banyak sifat-sifat Allah yang digambarkan Quran adalah cerminan dari sifat-sifat Muhammad. Selain Allah memiliki sifat yang maha “positif” seperti yang anda gambarkan, menurut Quran Allah juga memiliki sifat-sifat yang maha-“negatif” (misalnya:”Sebaik-baiknya Penipu?” Bukankah ini sifat setan?).

Quran memiliki dua wajah. Persis seperti Muhammad memiliki dua sisi. “Baik” dan “Jahat”. Sayangnya, sifat-sifat yang baik hanya dapat dijumpai pada awal dakwah Muhammad, sewaktu di Mekah dan belum memiliki kekuatan senjata. Semua yang dianggap “baik” menjadi “jahat” setelah Muhammad dan pengikutnya memiliki kekuatan senjata.

Buah ajaran Muhamad dan Quran bisa dilihat dari generasi awal islam. Begitu Muhammad meninggal, perselisihan langsung terjadi antara sahabat dan keluarga Muhammad sendiri, bahkan saling bunuh. Mereka ini dipandang sebagai the “best muslim”. Mereka ini orang-orang yang dijanjikan “surga” oleh Allah (Muhammad?).
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Post by Adadeh »

gaston31 wrote:Mengapa Muslim bs berkembang di Medinah, tp tdk di Mekah??
Karena di Mekah, Muhammad hanya berdakwah, sedangkan di Medinah, dia menyebarkan Islam lewat ancaman sabetan golok Arabnya.
jika dhubungkn dgn tuduhn bahwa muslim merampok ketika di Madinah, apakah penduduk Madinah jg segeromboln perampok shg klop dgn muslim yg hijrah ke Madinah?
Jika kau benar2 ingin tahu jawabannya, kuanjurkan kau membaca tulisan Ali Sina ini dengan lapang hati:

Isolasionisme (Pengasingan Diri)

Osherow menyebut isolasionisme (pengasingan diri) sebagai “aspek di Jonestown yang paling merusak.” Katanya, “Sampai saat akhir, kebanyakan anggota Kenisah Rakyat percaya pada Jim Jones. Pengaruh2 luar dalam bentuk kekuasaan atau bujukan, dapat mengakibatkan orang jadi tunduk. Tapi yang harus diperhatikan adalah bagaimana anggota memproses kepercayaan itu dalam pikiran mereka. Meskipun perkataan2 Jones selalu tidak konsisten dan metodanya kejam, kebanyakan anggotanya tetap tunduk di bawah perintahnya.”

Qur’an juga mengangdung banyak hal yang tidak konsisten, penuh kontradiksi dan salah keterangan. Qur’an adalah buku yang membingungkan, tulisannya kacau balau, penuh khayalan dan pernyataan2 yang tidak masuk akal. Buku ini benar2 mimpi buruk bagi seorang editor. Tapi meskipun begitu, para Muslim menganggapnya sebagai buku muzizat, hanya karena Muhammad mengatakannya begitu.

Keterangan tepat mengapa orang terus saja percaya hal yang tak masuk akal ditulis oleh Osherow tentang pengamatannya pada Kenisah Rakyat. Dia menulis: “Begitu diri mereka terasing di Jonestown, hanya sedikit ada kesempatan dan motivasi untuk menentang; mereka tidak bisa melawan atau melarikan diri lagi. Dalam keadaan seperti itu, setiap orang berusaha menerima nasib buruk dirinya sebagai hal yang tidak buruk. Orang yang mengalami nasib buruk cenderung menilai nasibnya lebih positif dari orang lain. Contohnya, riset psikologi sosial menunjukkan bahwa jika anak2 tahu bahwa mereka akan disuruh makan sayuran yang mereka tidak sukai, maka mereka cenderung meyakinkan diri bahwa sayuran itu tidak terlalu memuakkan untuk dimakan. [287] Jika seseorang tahu dia harus berhubungan dengan orang lain, dia cenderung menjabarkan diri orang tersebut dengan lebih ramah.”[288]
[287] Brehm, J. Disonansi kognitif yang meningkat yang dilakukan penganut kepercayaan. Journal of Abnormal and Social Psychology, 1959, 58, 379-382.
[288] Darley, J. and Bersceild, E. Increased liking as a result of the anticipation of personal contact. Human Relations, 1967, 20, 29-40.


Pemimpin aliran sesta seringkali mengurung anggota2nya agar tidak bisa berhubungan dengan dunia luar. Jim Jones membangun kotanya sendiri di tengah2 hutan Guyana dan menamakannya sesuai namanya sendiri: “Jonestown” (kota Jones). Muhammad perti ke Yahtrib, kota yang aslinya dibangun oleh Muhammad dan setelah meyakinkan penduduknya orang Arab untuk mengikuti dirinya, maka dia pun mengubah nama kota itu sesuai dengan julukan yang diberikan Muhammad pada dirinya sendiri: Medinat ul-Nabi (Kota Sang Nabi).

Di Medina, Muhammad mulai membunuhi dan menghina terang2an setiap orang yang mempertanyakan otoritasnya. Medinat ul Nabi jadi persis sama dengan Jonestown. Muhammad menjadi penguasa mutlak dan yang melawan dihukum kejam. Jika ada pendatang masuk Medina dan jadi Muslim, maka dia tidak bisa ke luar dengan mudah.

Salah seorang yang berhasil meninggalkan Muhammad adalah Abdullah ibn Sa'd Abi Sarh. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, dia memberi pengampunan kepada semua penduduk Mekah kecuali kepada 10 orang. Orang2 ini adalah mereka yang mengritik dan mengejek dirinya. Salah satu dari mereka adalah Abi Sarh.

Abi Sarh dulu adalah juru tulis Muhammad dan dia menulis ayat2 Qur’an yang diimlakan Muhammad di Medina. Dia lebih berpendidikan daripada Muhammad dan seringkali memperbaiki komposisi ayat2 Muhammad dan menyarankan penulisan yang lebih baik dan Muhammad pun setuju. Hal ini membuat Abi Sarh sadar bahwa Qur’an tidak diwahyukan dan Muhammad hanya mengarangnya saja. Dia lalu melarikan diri dan kembali ke Mekah. Di sana dia menyebarkan hal itu. Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, meskipun sudah menjanjikan pengampunan bagi seluruh orang Mekah jika mereka menyerah dan masuk Islam, dia tetap memerintahkan pemancungan atas Abi Sarh. Nyawa Abi Sarh selamat karena Othman menengahi. Hal lain adalah karena Muhammad tidak bisa memberi isyarat yang jelas pada pengikutnya. Ketika Othman memohon Muhammad untuk tidak membunuh Abi Sarh, yang adalah saudara angkatnya pula, Muhammad diam saja. Pengikut2 Muhammad mengira sikap diamnya adalah karena dia mengabulkan permintaan Othman. Setelah Othman dan Abi Sarh pergi, Muhammad mengomel dan berkata dia tidak mau menolak permintaan sahabatnya Othman, tapi dia berharap pengikutnya dapat melihat raut muka Muhammad yang tidak suka dan lalu membunuh Abi Sarh. Kisah ini juga menunjukkan kemunafikan sang Nabi Allâh yang ingin menyenangkan Othman tapi sekaligus ingin membunuh Abi Sarh. Dia tidak mau langsung mengeluarkan perintah bunuh kepada pengikutnya karena takut Othman menyalahkannya.

Ibn Ishaq menjelaskan: “Alasan dia memerintahkan Abi Sarh dibunuh adalah karena dulu Abi Sarh itu Muslim dan biasa menulis ayat2 bagi Muhammad; tapi lalu dia murtad dan kembali ke Quraish (Mekah)…” Dia seharusnya dibunuh karena murtad, tapi selamat karena Othman menengahi. [289]
[289] Sirat, p. 550

Suasana di Medinah sangat menegangkan. Islam dan Jihad jadi pusat kehidupan masyarakatnya. Muhammad memerintahkan mereka pergi ke mesjid, sembahyang lima kali sehari, dan para prianya ke luar kota untuk menjarah, merampok, menyerang kafilah2, menghancurkan desa2, membunuh para pria dan memperkosa wanita2.

Hadis yang dilaporkan baik Imam Bukhari maupun Imam Muslim menunjukkan sebanyak apa ancaman yang dilakukan Muhammad untuk membuat orang2 tunduk pada perintahnya. Dia dilaporkan berkata:

Aku berpikir untuk mengumumkan saat sholat dan menyuruh seseorang memimpin jemaat sholat, dan aku akan pergi bersama orang2 sambil membawa obor kepada orang yang tidak ikut sholat dan lalu membakar rumah2 mereka dengan api. [290]
[290] Muslim Book 004, Number 1370; and Bukhari Volume 1, Book 11, Number 626

Di hadis ini Muhammad mengancam bakar bagi mereka yang tidak mau sholat bersama di mesjid.

Hidup di Medina jadi sangat berubah. Dulu sebelum Muhammad datang, masyarakat Yathrib adalah petani, pembuat karya seni, dan pedagang. Pusat perdagangan digerakkan oleh orang2 Yahudi, yang adalah pekerja keras, tahu baca tulis, dan makmur. Orang2 Arab kebanyakan buta huruf, malas, dan santai. Mereka tidak punya banyak kemahiran dan bekerja bagi kaum Yahudi. Ketika Muhammad mengusir dan membunuhi orang2 Yahudi, kota itu berubah drastis. Tidak ada bisnis apapun yang dapat dikerjakan orang2 Arab untuk menafkahi dirinya. Ekonomi kota runtuh semua. Orang2 hidup bergantung sepenuhnya pada barang jarahan dan rampokan yang disediakan Muhammad bagi kelangsungan hidup mereka. Bagi mereka, tidak ada jalan ke luar untuk kembali. Mereka bergantung sepenuhnya pada Muhammad dan barang2 jarahan darinya. Bahkan orang2 yang tidak percaya padanya seperti Abdullah ibn Ubbay dan pengikutnya juga ikut pula dalam kegiatan penjarahan yang dilakukan Muhammad. Ini bukan berarti mereka mau mendukung Islam tapi karena barang jarahan merupakan satu2nya mata pencaharian bagi penduduk Medina. Jika mereka tidak mau ikut dalam penjarahan yang dilakukan Muhammad maka mereka akan kelaparan. Sama seperti anggota2 Kenisah Rakyat, para Muslim dihadapkan pada keadaan yang tidak memungkinkan lagi, yang akhirnya membuat mereka menerima keadaan mereka sendiri. Beberapa yang berani bicara melawan pemimpinnya akan dibunuh atau dikecam.

Masyarakat Arab Medina merupakan masyarakat termiskin. Mereka tidak terpelajar, miskin, dan percaya takhayul. Bagi mereka, hanya memiliki satu unta dan satu mantel saja sudah membuat mereka merasa kaya. Mereka dulu bekerja sebagai pelayan bagi orang2 Yahudi. Beberapa hadis menyatakan bahwa orang2 Arab ini mendapatkan harta pertama mereka dari “barang jarahan dari Allâh” sesuai dengan yang disebut dalam Qur’an, dan barang jarahan itu didapatkan dari usaha perampokan. Selain itu banyak tersedia pula jarahan berupa budak2 seks wanita. Para wanita yang ditangkapi di usaha2 perampokan menjadi tambahan rangsangan bagi Muslim untuk ikut menjarah, terutama para mujahirin (yang hijrah dari Mekah ke Medinah) yang pada umumnya masih bujangan.

Begitu kaum Yahudi dibunuhi dan diusir, para Arab miskin di Medina tidak punya pilihan lain selain ikut pasukan Muhammad dan berperang baginya, jika masih ingin bisa makan. Alasan utama Muslim awal untuk berjihad adalah kekayaan dan seks.
Last edited by Adadeh on Thu Feb 07, 2008 3:28 am, edited 1 time in total.
Post Reply