ALQURAN PENYESAT JALAN MENUJU TUHAN YANG BENAR

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.
Post Reply
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Kita lanjutkan pertanyaan apakah “Allah” = Iblis?.

Kita lihat ayat dibawah ini:

Al-Anfaal:012
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلآئِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُواْ الرَّعْبَ فَاضْرِبُواْ فَوْقَ الأَعْنَاقِ وَاضْرِبُواْ مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ

Ith yoohee rabbuka ila almalaikati annee maAAakum fathabbitoo allatheena amanoo saolqee fee quloobi allatheena kafaroo alrruAAba faidriboo fawqa alaAAnaqi waidriboo minhum kulla bananin

= (Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka


Al-Anfaal:013
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَمَن يُشَاقِقِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Thalika biannahum shaqqoo Allaha warasoolahu waman yushaqiqi Allaha warasoolahu fainna Allaha shadeedu alAAiqabi

= (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.


Al-Anfaal:014
ذَلِكُمْ فَذُوقُوهُ وَأَنَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابَ النَّارِ

Thalikum fathooqoohu waanna lilkafireena AAathaba alnnari

= Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka.


Al-Anfaal:015
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُواْ زَحْفاً فَلاَ تُوَلُّوهُمُ الأَدْبَارَ

Ya ayyuha allatheena amanoo itha laqeetumu allatheena kafaroo zahfan fala tuwalloohumu aladbara

= Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).

Al-Anfaal:016
وَمَن يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفاً لِّقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزاً إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاء بِغَضَبٍ مِّنَ اللّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Waman yuwallihim yawmaithin duburahu illa mutaharrifan liqitalin aw mutahayyizan ila fiatin faqad baa bighadabin mina Allahi wamawahu jahannamu wabisa almaseeru

= Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.


Al-Anfaal:017
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَـكِنَّ اللّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلاء حَسَناً إِنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Falam taqtuloohum walakinna Allaha qatalahum wama ramayta ith ramayta walakinna Allaha rama waliyubliya almumineena minhu balaan hasanan inna Allaha sameeAAun AAaleemun

= Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu`min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Al-Anfaal:018
ذَلِكُمْ وَأَنَّ اللّهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكَافِرِينَ

Thalikum waanna Allaha moohinu kaydi alkafireena

= Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir.


KESIMPULAN

1. ". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka

KARENA

2. menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.

RUPANYA “ penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka” DARI “ALLAH” sesuai ayat dibawah ini:

3. maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) azab neraka.

PENGIKUT “NABI” dan “ALLAH” HARUS BERPERANG

4. maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).

KALAU TIDAK MAU BERPERANG MASUK NERAKA

5. maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.


DAN SEMUA “DOSA PENYIKSAAN DAN PEMBUNUHAN DITANGGUNG OLEH “ALLAH”… mantap :)


6. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu`min, dengan kemenangan yang baik.


DAN TERAKHIR “ YOU GOT LICENSE TO KILL” dari “ALLAH” …. :)

7. Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu),


“Allah” atau Allah kah didalam Alquran itu?

Wassalam
User avatar
madison
Posts: 2276
Joined: Tue Sep 25, 2007 6:01 pm
Location: pentagon

Post by madison »

Al-Anfaal:016 Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.
wadoh, berarti yang ga mau perang sama kafiruns masuk neraka.
Al-Anfaal:017 Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu`min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
kalau liat ayat ini, terang aja amrozi cs dan bin laden tidak merasa bersalah.

bahaya banget nich islam.
User avatar
murtad mama
Posts: 3972
Joined: Tue Feb 06, 2007 7:16 pm
Location: Jl veteran 48 Kota Bekasi 17141 Jawa Barat <==== Alamat VOA-Islam :) :) :)
Contact:

Post by murtad mama »

wow jadi halal lah para jihadis houris tuk membunuh kafirun karena syah perlembagaan quranic yg konon dari allaah wts itu sesuai dalel quran dibawah ini

Al-Anfaal:017 Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu`min, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

setan bgt bok :lol:
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Itulah sebabnya saya mengemukakan bahwa Alquran Penyesat Menuju Tuhan Yang Benar, karena ayat yang dikandung dalam Alquran ini, membuat manusia yang menjadikannya sebagai pedoman hidup menjadi mesin pembunuh dan melakukan kebiadaban tanpa merasa berdosa.

Wassalam
M-SAW
Posts: 5149
Joined: Wed Aug 23, 2006 3:59 pm
Location: :)
Contact:

Post by M-SAW »

HILLMAN wrote:Itulah sebabnya saya mengemukakan bahwa Alquran Penyesat Menuju Tuhan Yang Benar, karena ayat yang dikandung dalam Alquran ini, membuat manusia yang menjadikannya sebagai pedoman hidup menjadi mesin pembunuh dan melakukan kebiadaban tanpa merasa berdosa.

Wassalam
jadi inget waktu kemaren ada wawancara dgn amrozy dan imamsamudra.
mereka sampai skrg TETAP aja MERASA TIDAK BERDOSA dan merasa BENAR.

separah2nya PENJAHAT spt ROBOT GEDEK,tapi paling tidak ROBOT GEDEK tau klo perbuatannya adalah SALAH.

ihh serem banget klo ada anggota keluarga yg jadi kayak amorizy cs,3 bersaUDARA LAGI.
User avatar
Jadilah Bijaksana
Posts: 616
Joined: Thu Sep 20, 2007 12:04 pm

Post by Jadilah Bijaksana »

Benarkah Quran penyesat menuju tuhan yang benar?,lalu bagaimana dengan dalil berikut:

1 KEBERADAAN ALLAH

Al-Qur`an menginformasikan kepada kita tentang kebenaran sifat-sifat Allah,

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar." (al-Baqarah: 255)

"Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu." (ath-Thalaaq: 12)

Akan tetapi, banyak orang yang tidak menerima keberadaan Allah swt. seperti yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut. Mereka tidak memahami kekuasaan dan kebesaran-Nya yang abadi. Mereka memercayai kebohongan bahwa merekalah yang mengatur diri mereka sendiri dan berpikir bahwa Allah berada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dan jarang mencampuri "perkara keduniaan". Pemahaman terbatas orang-orang ini disebutkan dalam Al-Qur`an, "Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahakuasa." (al-Hajj: 74)

Memahami kekuasaan Allah swt. dengan baik merupakan ikatan awal dalam rantai keimanan. Sesungguhnya, seorang mukmin akan meninggalkan pandangan masyarakat yang menyimpang tentang kekuasaan Allah swt. dan menolak keyakinan sesat dengan mengatakan, "Dan bahwasanya Orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah." (al-Jin: 4)

Kaum muslimin memercayai Allah swt. sesuai dengan penjelasan Al-Qur`an. Mereka melihat tanda-tanda keberadaan Allah pada dunia nyata dan alam gaib, kemudian mulai memercayai keagungan seni dan kekuasaan Allah.

Akan tetapi, jika umat berpaling dari Allah serta gagal bertafakur kepada Allah dan ciptaan-Nya, mereka akan mudah terpengaruh oleh keyakinan-keyakinan yang menyesatkan pada saat ditimpa kesusahan. Allah menyebutnya sebagai bahaya yang potensial, dalam surah Ali Imran: 154, mengenai umat yang menyerah dalam berperang, "... sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah...."

Seorang muslim seharusnya tidak melakukan kesalahan seperti itu. Karena itu, dia harus membebaskan hatinya dari segala sesuatu yang dapat memunculkan sangkaan jahiliah dan menerima keimanan yang nyata dengan segenap jiwa sebagaimana penjelasan dalam Al-Qur`an.

2 Taqwa kepada Allah Sesuai Kesanggupan

Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwaan seseorang kepada Allah, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah. Al-Qur`an memberikan contoh beberapa rasul yang dapat kita bandingkan dengan diri kita sehingga paham bahwa kita dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah swt..

Allah swt. menginginkan manusia agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Berbagai cara untuk menunjukkan penghormatan kepada Yang Mahakuasa dapat dilakukan, sebagai contoh: berjalan di jalan Allah, melakukan perbuatan baik, mengikuti contoh-contoh yang diberikan para rasul, menaati serta memperhatikan ajaran-ajaran Allah, dan sebagainya.

"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (at-Taghaabun: 16)

"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Ali Imran: 102)

3 Takdir

Tidak ada satu pun di alam ini yang terjadi secara kebetulan, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur`an, "... Allah mengatur urusan (makhluk-Nya)…." (ar-Ra'd: 2) Dalam ayat lain dikatakan, "… dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)...." (al-An'aam: 59) Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an,

"Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (al-Qamar: 49)

"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (al-Hadiid: 22)

Kaum mukminin seharusnya menyadari kenyataan yang agung ini. Sebagai konsekuensinya, sudah seharusnya mereka tidak berbuat kebodohan seperti orang-orang yang menolak kenyataan dalam hidupnya. Dengan memahami bahwa hidup itu hanya "mengikuti takdir", mereka tidak akan pernah kecewa atau merasa takut terhadap apa pun. Mereka menjadi yakin dan tenang seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. yang bersabda kepada sahabatnya, "Janganlah kamu berdukacita, sesungguhnya Allah beserta kita." (at-Taubah: 40) ketika sahabatnya itu merasa khawatir ditemukan para pemuja berhala yang bermaksud membunuh mereka ketika bersembunyi di dalam gua.

4 Iman kepada Allah

Karena Allah adalah pembuat keputusan, setiap kejadian merupakan anugerah bagi makhluk-Nya: segala sesuatu telah direncanakan untuk kebaikan agama dan untuk kehidupan orang yang beriman di akhirat kelak. Kaum mukminin dapat merujuk pada pengalaman mereka untuk melihat bahwa ada sesuatu yang bermanfaat bagi diri mereka pada akhir sebuah kejadian. Untuk alasan tersebut, kita harus selalu memercayai Allah.

Dialah Yang Maha Esa dan Maha Melindungi. Seorang mukmin harus bersikap sebagaimana yang Allah inginkan: memenuhi tanggung jawabnya kemudian berserah diri pada Allah dengan hasilnya. Ayat berikut mengungkapkan misteri ini, yang tidak diketahui oleh orang-orang yang ingkar.

"... Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya, Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (ath-Thalaaq: 2-3)

"Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.'" (at-Taubah: 51)

Apa yang seharusnya seorang muslim katakan kepada orang-orang yang ingkar kepada Allah swt., juga tercantum dalam Al-Qur`an,

"Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang bertawakal itu berserah diri." (Ibrahim: 12)

Dalam ayat lain dikatakan,

"Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakal." (Ali Imran: 160)

5 Bertafakur

Di dalam Al-Qur`an dijelaskan bahwa orang-orang yang ingkar kepada Allah swt. adalah orang yang tidak mengenal ataupun menyadari adanya tanda-tanda Allah. Yang membedakan seorang muslim dengannya adalah kemampuannya untuk melihat tanda-tanda tersebut dan bukti-buktinya. Dia tahu bahwa semua ini tidak diciptakan dengan sia-sia dan dia pun dapat menyadari kekuatan serta keagungan seni Allah di mana pun dan mengetahui cara memuja-Nya. Dialah yang termasuk orang yang berakal.

"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali Imran: 191)

Pada beberapa ayat Al-Qur`an, ungkapan seperti "tidakkah kamu perhatikan?", "terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal" menekankan pentingnya bertafakur melihat tanda-tanda keberadaan Allah. Allah menciptakan banyak hal yang tiada putus untuk direnungi. Setiap yang di langit dan di bumi serta di antara keduanya adalah ciptaan Allah swt. dan yang demikian itu menjadi renungan untuk orang yang berpikir. Salah satu ayat memberikan contoh tentang ketuhanan Allah,

"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan." (an-Nahl: 11)

Kita dapat merenungi sejenak tentang ayat di atas, yaitu tentang pohon kurma. Kurma tumbuh dari biji yang sangat kecil (ukuran biji tidak lebih dari 1 cm3). Dari biji ini tumbuh sebatang pohon dengan panjang mencapai 4-5 m dan beratnya bisa mencapai ratusan kilo gram. Satu hal yang diperlukan biji tersebut untuk dapat mengangkat beban yang berat ini adalah tanah di mana ia tumbuh.

Bagaimana sebutir biji mengetahui cara membentuk sebuah pohon? Bagaimana biji tersebut "berpikir" untuk melebur dengan senyawa tertentu di dalam tanah untuk menciptakan kayu? Bagaimana dia meramalkan bentuk dan struktur yang dibutuhkan? Pertanyaan terakhir ini sangat penting karena ia bukanlah sebatang pohon sederhana yang keluar dari sebutir biji. Dia adalah organisme hidup yang kompleks dengan akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah, dengan urat dan cabang-cabang yang diatur dengan sempurna. Seorang manusia akan menemui kesulitan untuk menggambarkan dengan tepat sebuah bentuk pohon, ketika secara kontras sebutir biji yang sederhana dapat menghasilkan sebuah benda yang kompleks hanya dengan menggunakan zat-zat yang ada di dalam tanah.

Pengamatan ini menyimpulkan bahwa biji tersebut sangat pandai dan bijaksana, bahkan melebihi kita, atau lebih tepatnya, ada kepandaian yang menakjubkan pada sebutir biji. Akan tetapi, apa sumber kepandaian tersebut? Bagaimana mungkin sebutir biji memiliki kepandaian dan ingatan sedemikian rupa?

Tidak diragukan lagi, pertanyaan ini memiliki jawaban yang sederhana: biji tersebut diciptakan dan diberi kemampuan membentuk sebuah pohon dengan program untuk proses selanjutnya. Setiap biji di bumi diarahkan oleh Allah swt. dan tumbuh dengan ilmu-Nya. Pada salah satu ayat dikatakan,

"Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)." (al-An'aam: 59)

Dialah Allah yang menciptakan biji-bijian dan membuatnya bersemi menjadi sebuah tanaman baru. Dalam ayat lain dikatakan,

"Sesungguhnya, Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?" (al-An'aam: 95)

Biji-bijian ini merupakan salah satu dari sejumlah tanda-tanda ciptaan Allah swt. di alam ini. Jika manusia mulai berpikir tidak hanya dengan akal mereka, tetapi juga dengan hati mereka dan bertanya sendiri, "mengapa dan bagaimana", mereka akan mampu memahami bahwa semua yang ada di alam ini merupakan bukti keberadaan dan kekuasaan Allah.

6 Berhati-hati

Allah menciptakan alam ini dengan disertai tanda-tanda penciptaan-Nya. Akan tetapi, orang yang mengingkari-Nya tidak dapat memahami kenyataan tersebut karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk "melihat" tujuan penciptaan ini. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur`an, "... mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah)...." (al-A'raaf: 179) Secara kasat mata, mereka tidak memiliki kearifan dan pemahaman untuk menanggapi kenyataan yang ada ini.

Orang-orang beriman tidak termasuk kategori "buta" ini. Mereka menyadari dan menerima kenyataan bahwa seluruh alam ini diciptakan Allah swt. dengan tujuan dan maksud tertentu. Keyakinan ini marupakan langkah awal dari keimanan seseorang. Seiring dengan meningkatnya keyakinan dan kearifan, kita akan dapat mengenali setiap detail ciptaan Allah.

Dalam tradisi Islam, ada tiga langkah pemacu keimanan: Ilmul-yaqin (mendapatkan informasi), Ainul-Yaqin (melihat), dan Haqqul-Yaqin (mengalami/merasakan).

Hujan dapat dijadikan contoh dari ketiga langkah ini. Ada tiga tahapan dalam mengetahui tentang turunnya hujan.

Tahap pertama (Ilmul-Yaqin), ketika seorang duduk di dalam rumah yang jendelanya tertutup, kemudian ada yang datang dari luar memberitahukan padanya bahwa hujan turun dan dia memercayainya.

Tahap kedua (Ainul-Yaqin) adalah tahap kesaksian. Orang tersebut menuju jendela, membuka tirai, dan melihat hujan turun.

Tahap ketiga (Haqqul-Yaqin). Dia membuka pintu, keluar rumah, dan berada "di bawah" siraman air hujan.

Berhati-hati adalah bentuk tindakan dari do'a untuk beralih dari tingkatan Ilmul-Yaqin menuju tingkatan Ainul-Yaqin, bahkan lebih.

Upaya melihat tanda-tanda keberadaan Allah dan tidak menjadi "buta" seperti orang yang ingkar, membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Di dalam Al-Qur`an, orang beriman diseru untuk mengamati dan memperhatikan tanda-tanda keberadaan Allah di sekitar mereka dan ini hanya mungkin bisa dilakukan bila dilakukan dengan berhati-hati.

"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya?" (al-Waaqi'ah: 63-64)

"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?" (al-Waaqi'ah: 68-69)

Allah pun menyatakan dalam ayat yang lain bahwa buta tidak sama dengan melihat, kemudian Dia bertanya, "Maka apakah kamu tidak memperhatikan(nya)?" (al-An'aam: 50)

Kita harus melatih diri untuk mengenal tanda-tanda keberadaan Allah dan selalu mengingat-Nya. Bila tidak, pikiran kita akan menyimpang, melompat dari masalah yang satu ke yang lainnya, menghabiskan waktu memikirkan hal yang tidak berguna. Ini merupakan salah satu jenis ketidaksadaran. Kita akan kehilangan kendali pikiran kita ketika kita kehilangan konsentrasi kepada Allah. Kita tidak dapat terpusat pada satu hal, kemudian kita tidak dapat memahami kebenaran di balik materi, kita pun tidak memiliki kemampuan memahami akibat dari tanda-tanda tersebut. Sebaliknya, pikiran kita diarahkan kepada kesesatan. Kita akan mengalami kebingungan sepanjang waktu. Yang demikian itu tidak terjadi pada seorang muslim yang selalu mengingat-Nya, tetapi terjadi pada orang yang ingkar.

"… Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (al-Hajj: 31)

Dengan kata lain, orang beriman adalah mereka yang mengarahkan pikirannya lebih baik dalam merasakan keberadaan Allah dan mereka yang berusaha lebih baik dalam menjalankan agamanya. Mereka membebaskan pikirannya dari pemikiran yang sia-sia dan selalu waspada terhadap godaan setan.

"Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (al-A'raaf: 201)

Karena itu, seorang muslim harus menjaga pikiran dari memikirkan hal-hal yang tidak berguna, tidak pernah kehilangan arah dengan kejadian-kejadian di sekitarnya, dan harus selalu menjaga pikirannya.

7 Kebaikan pada Semua Peristiwa

Segala sesuatu diciptakan dengan maksud dan tujuan tersembunyi. Bersama-sama dengan tujuan tersembunyi ini ada beberapa keuntungan bagi seorang mukmin di dalam semua peristiwa. Hal ini dikarenakan Allah berada di sisi orang-orang yang beriman dan tidak pernah mengecewakan mereka.

Pada awalnya, perjuangan hidup tampak tidak menyenangkan. Akan tetapi, seorang muslim harus mengerti bahwa kejadian yang tampaknya menakutkan, contohnya, persekongkolan orang kafir melawan orang beriman, akan berakhir dengan kemenangan bagi orang beriman. Cepat atau lambat, Allah akan memberikan kemurahan hati-Nya, sehingga orang beriman harus yakin bahwa terdapat hikmah pada semua kejadian.

Dalam hal ini, terdapat banyak contoh yang tercantum dalam Al-Qur`an; kehidupan Nabi Yusuf a.s. adalah salah satu di antara yang luar biasa. Pada masa kecilnya, Nabi Yusuf a.s. dibuang ke dasar sumur oleh saudara-saudaranya. Selanjutnya, ia diselamatkan, kemudian difitnah dan dipenjara walaupun ia tidak bersalah. Bagi orang yang tidak beriman, semua peristiwa itu disangka kemalangan yang paling besar. Akan tetapi, Yusuf a.s. selalu berpikir bahwa hal ini dapat terjadi hanya dengan kehendak Allah swt. dan semua itu pasti akan berubah menjadi lebih baik. Ternyata terbukti, Allah mengubah "bencana" menjadi kebahagiaan. Nabi Yusuf a.s. berhasil lolos dari penjara dan pada saat yang bersamaan menjadi gubernur di tempat tersebut.

Cerita Nabi Yunus a.s. tidak berbeda. Ia melarikan diri ke kapal barang, di mana untuk mempertahankan tempatnya, ia bertaruh banyak. Ketika taruhannya terbukti tidak menguntungkan, ia dilemparkan ke laut dan ditelan ikan raksasa. Dijelaskan dalam Al-Qur`an bahwa ia lalu diselamatkan dan dikirim ke "bangsa seratus ribu orang atau lebih" hanya karena ia memuji Allah.

"Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu." (ash-Shaaffat: 143-148)

Semua contoh ini tertulis dalam Al-Qur`an, sebagai pelajaran bagi kita bahwa peristiwa yang tampaknya "menyedihkan" itu tidak demikian bagi orang yang beriman. Jika orang memercayai keberadaan Allah, mencari perlindungan hanya kepada-Nya, dan meminta pertolongan hanya kepada-Nya, maka tidak ada sesuatu yang menjadi penyesalan baginya. Allah menciptakan berbagai kesulitan, namun semua kesulitan itu hanya untuk menguji dan menguatkan kesetiaan dan keimanan orang beriman.

Yang demikian itu tidak terjadi pada orang-orang yang ingkar. Tidak ada satu pun dalam hidup ini kebaikan bagi mereka. Sesuatu yang menipu mereka sebagai kegemaran atau kesenangan merupakan sebenar-benarnya kemalangan dan hal ini akan menambah kesengsaraan mereka di hari kemudian. Segala sesuatu yang mereka lakukan akan mereka pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya,

"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allahlah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Ali Imran: 180)

8 Kematian Itu Dekat

Pada dasarnya, kaum yang mementingkan duniawi adalah ****, ceroboh, dan dangkal pikirannya. Hidup mereka tidak berdasarkan logika, tetapi mereka hidup dengan kesesatan dan keyakinan yang salah serta mengikuti sangkaan yang berakhir dengan kekeliruan. Salah satu kekeliruan ini adalah keyakinan mereka tentang kematian. Mereka percaya bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu dipikirkan.

Sebenarnya, yang mereka lakukan adalah lari dari kenyataan dengan cara mengabaikan kematian. Tanpa memikirkannya, mereka percaya bahwa mereka dapat menghindari peristiwa itu. Akan tetapi, hal ini seperti burung unta yang menenggelamkan kepalanya ke dalam pasir untuk mengindari bahaya. Mengabaikan bahaya tidak membuat bahaya itu hilang. Sebaliknya, orang tersebut berisiko menghadapi bahaya dengan tanpa memiliki persiapan. Akibatnya, ia akan menerima kejutan yang lebih besar lagi. Tidak seperti halnya orang beriman yang mentafakuri kematian dan menyiapkan dirinya terhadap kenyataan yang sangat penting ini, kebenaran yang akan dialami semua manusia yang hidup. Allah memperingatkan orang kafir dalam ayat-Nya,

"Katakanlah, 'Sesungguhnya, kematian yang kamu lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'" (al-Jumu'ah: 8)

Kematian bukanlah "bencana" yang harus dilupakan, melainkan pelajaran penting yang mengajarkan kepada manusia arti hidup yang sebenarnya. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi bahan pemikiran yang mendalam. Seorang muslim akan benar-benar merenungi kenyataan penting ini dengan kesungguhan dan kearifan. Mengapa semua manusia hidup pada masa tertentu dan kemudian mati? Semua makhluk hidup tidak kekal. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu menandingi Kekuasaan Allah. Allahlah satu-satunya Pemilik kehidupan; semua makhluk hidup dengan kehendak Allah dan akan mati dengan kehendak-Nya pula, seperti dinyatakan, "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (ar-Rahmaan: 26-27)

Setiap orang akan mati, namun tak seorang pun dapat memperkirakan di mana dan kapan kematian akan menghampiri. Tidak seorang pun dapat menjamin ia akan hidup pada saat berikutnya. Karena itu, seorang muslim harus bertindak seolah-olah mereka sebentar lagi akan didatangi kematian. Berpikir tentang kematian akan membantu seseorang meningkatkan keikhlasan dan rasa takut kepada Allah, dan mereka akan selalu menyadari akan apa yang sedang menunggunya.

"Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (al-Anbiyaa': 34-35)

9 TIDAK PERNAH BERHENTI MELAWAN IBLIS

Ketika Allah menciptakan Adam dan memerintahkan malaikat sujud di hadapannya, mereka semua sujud kecuali iblis. Iblis kemudian dikutuk. Tanggapan iblis adalah meminta Allah menangguhkan hukuman sampai tiba hari dihidupkan kembali. Dengan demikian, ia memiliki kesempatan untuk membuat manusia berbuat dosa dan menyimpang dari batasan yang ada. Dengan penangguhan dari Allah, ia berjanji akan melakukan hal-hal yang dapat menggelincirkan umat manusia.

"Iblis menjawab, 'Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).'" (al-A'raaf: 16-17)

"Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.' Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata." (an-Nisaa`: 119)

Siapa yang tidak berhati-hati terhadap tipu daya iblis dan tidak dapat melindungi dirinya dari bujuk rayu iblis, ia akan mudah dikalahkan oleh iblis. Karena itu, seorang mukmin harus mewaspadai keberadaan iblis, sebagaimana dijelaskan, "Sesungguhnya, setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (Faathir: 6)

Orang-orang beriman harus selalu berhati-hati terhadap keberadaan iblis karena dialah yang menjadi sasaran utamanya. Setan tidak berkeinginan untuk membuat orang-orang kafir melampaui batas karena mereka sudah berpaling dan menjadi sekutunya. Dia berusaha keras membanting tulang untuk melemahkan orang-orang yang beriman sehingga menghalangi mereka untuk menyembah Allah. Itulah sebabnya mengapa orang-orang beriman diingatkan berulang-ulang untuk melawan setan,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (an-Nuur: 21)

Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Qur`an, orang yang beriman dengan sebenar-benarnya itu tidak akan terpengaruh oleh bujuk rayu iblis. Akan tetapi, siapa yang lemah dan tidak berbuat kebaikan bisa dengan mudah terpengaruh oleh bisikannya. Janganlah lupa bahwa iblis akan terus-menerus berusaha keras menyebarkan kejahatannya. Orang-orang beriman harus selalu bersama-sama saling mengingatkan untuk selalu mengingat Allah swt. di mana pun dan kapan pun kita berada.

10 Jiwa yang Condong kepada Kejahatan

Musuh lain yang harus kita perangi adalah diri kita sendiri. Allah mengilhami manusia dengan kebaikan dan keburukan. Keburukan dalam diri kita selalu bekerja untuk setan. Al-Qur`an menjelaskan kedua sisi jiwa kita tersebut,

"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (asy-Syams: 7-10)

Kita harus waspada terhadap sisi keburukan yang ada dalam diri kita sendiri dan selalu menjaga hati dalam menentang bahaya. Mengabaikan sisi keburukan jiwa kita tidak akan menolong kita lepas dari keburukannya. Akan tetapi, kita harus menyucikan jiwa seperti yang diajarkan dalam Al-Qur`an.

Dengan demikian, kaum mukminin tidak pernah menyatakan bahwa diri mereka suci, tetapi tetap berhati-hati terhadap hasutan dan kesia-siaan jiwa mereka. Pengakuan Yusuf a.s., "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya, Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," (Yusuf: 53) harus selalu diingat sebagai contoh yang baik untuk bersikap dengan tepat.

Manusia seharusnya mengawasi kelemahan jiwanya dan berbuat kebaikan serta mengekang nafsu, sebagaimana sebuah ayat tegaskan, "... manusia itu menurut tabiatnya kikir...." (an-Nisaa`: 128) Ke arah mana keserakahan mengarahkan manusia, juga tercatat dalam Al-Qur`an. Hawa nafsu adalah yang mendorong salah satu anak Adam membunuh saudaranya, "Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi." (al-Maa`idah: 30) Kecenderungan yang sama yang menyebabkan Samiri menyesatkan pengikut Musa ketika beliau tidak ada. Samiri berkata, "… dan demikianlah nafsuku membujukku." (Thaahaa: 96)

Satu-satunya cara mencapai keselamatan adalah dengan mengekang nafsu,

"... Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (al-Hasyr: 9)

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)." (an-Naazi'aat: 40-41)

Perjuangan melawan hawa nafsu adalah pertempuran yang terbesar bagi seorang muslim. Mereka harus membatasi emosi dan keinginannya, yang mana yang dapat diterima dan yang mana yang tidak dapat diterima. Ia harus melawan dorongan nafsu dalam jiwanya, seperti keegoisan, iri hati, sombong, dan serakah.

Jiwa kita mempunyai kecenderungan untuk menyenangi hasrat dan keinginan yang sia-sia. Mereka membisikkan kepada kita bahwa kita akan merasa puas ketika kita memperoleh harta lebih dan mendapatkan status yang lebih tinggi dalam masyarakat. Walaupun demikian, semua kesenangan ini tidak pernah memuaskan orang-orang yang beriman dalam arti yang sebenarnya. Semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besar keinginan untuk memiliki yang lebih banyak lagi. Dengan beragam cara, jiwa kita mengarahkan kita agar berbuat seperti halnya binatang buas yang tidak pernah merasa puas.

Jiwa kita akan merasa puas jika menyerahkan diri kita sepenuhnya hanya kepada Allah, tidak kepada hawa nafsu yang rendah. Kita diciptakan untuk menyembah Allah, " … Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati kita menjadi tenteram." (ar-Ra'd: 28) Tidak ada lagi yang dapat memberikan ketenangan dan kepuasan pada diri setiap muslim selain itu.

Itulah sebabnya, orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya memiliki kepuasan jiwa. Hal ini terjadi karena mereka menjauhkan diri dari kejahatan, melawan nafsu jiwa mereka, dan membaktikan diri hanya kepada Allah.

"Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (al-Fajr: 27-30)

11 Pilihan Allah

Jika menentukan bentuk fisik kita saja tidak bisa, apalagi menentukan takdir kita. Hanya Allahlah yang berhak menentukan kelahiran manusia, lingkungannya, keluarganya, serta pengalaman yang akan ia dapatkan dalam hidupnya. Allah pulalah yang mengilhami kita kebijakan dan kebaikan.

Iman kita bahkan tidak bergantung pada karakter kita sendiri. Allah pulalah Yang Maha Esa yang memberikan kita keimanan. Dialah yang mengarahkan, mengajarkan, dan melatih, sebagaimana jawaban Musa a.s. atas pertanyaan Firaun, "Musa berkata, 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.'" (Thaahaa: 50)

Karena itu, orang beriman adalah orang-orang yang dipilih oleh kemurahan Allah, "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka...." (al-Qashash: 68)

Orang-orang yang masuk neraka adalah mereka yang pantas menerimanya karena mereka menentang Allah Yang telah menciptakan diri mereka. Dengan kemurkaan Alah, mereka menerima apa yang pantas bagi mereka. Hal ini sebagaimana orang-orang yang mengharapkan surga, dengan disertai usaha-usaha untuk mensyukuri rahmat dan karunia-Nya, Allah swt. melimpahkan kemurahan dan rahmat-Nya.

Orang-orang beriman harus bersyukur telah dipilih Allah dan harus berterima kasih serta memuji Allah dengan segenap jiwa untuk semua yang telah Dia berikan kepada mereka dengan kemurahan-Nya. Mereka harus menghargai karena mereka terpilih di antara jutaan orang dan karena mereka adalah hamba-hamba yang dirahmati Allah, dipilih dan dijauhkan dari kaum yang menghadapi kehancuran. Semua tingkah laku orang beriman harus mencerminkan penghormatan terhadap hak istimewa ini. Allah menggambarkan orang-orang yang menghadapi keruntuhan,

"Demi masa. Sesungguhnya, manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran." (al-'Ashr: 1-3)

Adakah penghormatan yang lebih tinggi daripada diselamatkan dan dimuliakan oleh Tuhan seluruh alam?

12 Berdo'a

Dijelaskan dalam sebuah ayat tentang pentingnya ibadah,

"Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), 'Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadahmu....'" (al-Furqaan: 77)

Berdo'a merupakan cara berdialog dengan Allah; juga merupakan ciri utama yang membedakan orang yang beriman dari orang musyrik. Berdo'a bisa dijadikan sebagai alat ukur keimanan seseorang kepada Tuhannya.

Kebanyakan orang berpikir bahwa tidak ada yang mengatur alam semesta ini dan segala sesuatu berinteraksi dengan sendirinya. Akan tetapi, mereka tidak mengetahui bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi tunduk kepada-Nya, tidak ada makhluk yang takdirnya tidak diatur oleh Allah dan tidak patuh kepada-Nya. Bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) mengatakan kepadanya, "… Jadilah…," lalu jadilah ia. (al-Baqarah: 117)

Orang musyrik tidak memahami kenyataan penting ini dan mereka menghabiskan seluruh hidupnya untuk menggunakan alam ini dalam mengejar impian semu. Orang beriman, dengan cara yang lain, mempelajari keagungan misteri ini dari Al-Qur`an. Mereka menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk mencapai yang mereka inginkan adalah dengan memohon kepada Yang mengawasi mereka. Mereka mengetahui bahwa Allahlah Sang Pencipta dan Pengatur segala sesuatu,

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (al-Baqarah: 186)

Akan tetapi, haruslah dipahami bahwa Allah tidak harus mengabulkan semua yang diinginkan dari-Nya. Bagi orang-orang yang jahil, "Dan manusia mendo`a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo`a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa." (al-Israa`: 11) Dengan demikian, Allah menjawab semua do'a kita, namun terkadang mengabulkan, terkadang tidak bila ternyata akan menimbulkan "keburukan" yang nyata.

Cara berdo'a juga dijelaskan dalam Al-Qur`an: dengan kerendahan hati dan suara yang lembut, keihlasan, dalam hati kita berharap, namun takut pada Allah, serta dengan kesungguhan,

"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut... berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya, rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (al-A'raaf: 55-56)

Dalam ayat lain dikatakan, "Hanya milik Allah asma`ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma`ul husna itu...." (al-A'raaf: 180)

Sebenarnya, do'a-do'a kita merupakan pengakuan atas kelemahan kita dengan menunjukkan rasa terima kasih kepada Allah. Tanpa berdo'a berarti menunjukkan kesombongan dan pembangkangan kepada Allah. Allah menyatakan,

"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya, orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.'" (al-Mu'min: 60)

Berdo'a pada Allah adalah ibadah dan juga rahmat yang besar. Tindak permohonan yang mudah ini merupakan kunci untuk mencapai tujuan, baik dunia maupun akhirat.

13 Penyesalan dan Memohon Ampun

Dua sifat Allah yang paling sering diulang dalam Al-Qur`an adalah "Maha Pengasih" dan "Maha Penyayang". Allah benar-benar menyayangi hamba-hamba-Nya dan tidak menghukum mereka secara langsung atas dosa-dosa mereka,

"Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya." (an-Nahl: 61)

Dengan menangguhkan hukuman, Dia memberi waktu kepada orang yang berbuat salah untuk memohon ampun dan bertobat. Tidak peduli betapa besar dosa yang ia lakukan, ia selalu mendapat kesempatan untuk dimaafkan jika bertobat dan berbuat kebaikan,

"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah, 'Salaamun 'alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'" (al-An'aam: 54)

Tobat juga berarti permohonan dukungan dan kekuatan dari Allah untuk membantu orang yang bersalah agar tidak mengulangi perbuatan salah yang sama. Bentuk Tobat yang diterima Allah adalah yang diikuti dengan perbuatan-perbuatan baik,

"Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya." (al-Furqaan: 71)

Terkadang seseorang bisa saja melakukan dosa yang sama karena bujukan nafsunya, bahkan setelah bertobat. Akan tetapi, hal ini bukanlah alasan baginya untuk tidak bertobat. Dia bisa bertobat karena kesalahan-kesalahan sepanjang hidupnya. Harus diingat pula bahwa tobat seseorang tidak akan diterima ketika kematian telah datang menjemput dan ia mulai melihat nasibnya di hari kemudian.

"Sesungguhnya, tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (an-Nisaa`: 17)

"Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, 'Sesungguhnya, saya bertobat sekarang.' Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih." (an-Nisaa`: 18)

Ayat yang lain menyeru orang-orang beriman kepada keselamatan, "… Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman supaya kamu beruntung." (an-Nuur: 31)

14 Sabar Hingga Tiba Kematian

Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan karenanya ia banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap orang agar bersabar karena Allah. Orang beriman, terutama, harus sabar menunggu keselamatan yang besar yang Allah janjikan. Inilah perintah di dalam Al-Qur`an, "Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah." (al-Muddatstsir: 7) Sabar merupakan salah satu sifat penting untuk mencapai ridha Allah; itulah kebaikan yang harus diusahakan agar lebih dekat kepada Allah.

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (Ali Imran: 200)

Dalam masyarakat jahiliah, arti sabar bercampur dengan ketahanan diri. Akan tetapi, ketahanan diri memiliki makna yang berbeda, yaitu menahan sakit atau kesusahan. Makna sabar yang sebenarnya dijelaskan dalam Al-Qur`an. Perbedaan ini hanya dipahami oleh orang-orang yang benar-benar beriman. Ketekunan orang-orang beriman bertujuan untuk mencapai ridha Allah. Dengan demikian, sabar memberikan penerangan bagi orang beriman, sedangkan "ketahanan diri" hanya memberikan kejengkelan dan kesusahan bagi orang-orang yang tidak beriman. Al-Qur`an menyatakan hal ini, "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk." (al-Baqarah: 45)

Ayat lain dari surah yang sama menekankan bahwa kegembiraan diberikan kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi rintangan atau kesusahan.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, 'Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.'" (al-Baqarah: 155-156)

Sabar merupakan sifat mulia yang dapat meningkatkan kekuatan orang-orang beriman. Allah menyatakan pada ayat berikut, betapa kekuatan sabar ini bisa mengalahkan sesuatu.

"Sekarang, Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (al-Anfaal: 66)

Sabar, sekali lagi, merupakan sifat yang tergolong positif yang diterangkan dalam Al-Qur`an. Seseorang bisa saja rendah hati, sederhana, baik budi, taat atau patuh; namun semua kebaikan ini hanya akan berharga ketika kita menggabungkannya dengan kesabaran. Kesabaranlah yang diperlihatkan dalam berdo'a dan merupakan sifat orang beriman, yang membuat do'a-do'a kita dapat diterima.

Sabar meliputi seluruh kehidupan orang beriman, yang patuh pada ketentuan, "Sabarlah untuk tuhanmu." Akhirnya, Allah mengambil jiwa mereka dan memberi mereka penghargaan dengan surga-Nya. Malaikat yang berjaga di pintu-pintu menyebut orang yang benar dengan perkataan,

"(Sambil mengucapkan), 'Salamun `alaikum bi ma shabartum.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." (ar-Ra'd: 24)

15 Pertolongan Allah

Dalam komunitas masyarakat yang ingkar kepada Allah swt., mereka membangun sifat-sifat mereka menurut kekuatan atau status yang mereka miliki. Agar seseorang memiliki rasa percaya diri, ia harus kaya atau terkenal, atau cantik, tampan. Menjadi anak dari orang yang "dihormati" juga menjadi alasan penting agar mendapat rasa percaya diri pada masyarakat yang benar-benar ingkar.

Akan tetapi, berbeda dengan orang yang beriman. Ini dikarenakan orang-orang beriman berlomba-lomba untuk tidak mendapatkan simpati siapa pun kecuali Allah, tidak terpengaruh oleh kriteria-kriteria duniawi yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat.

Allah selalu menolong orang-orang beriman. Dia tidak pernah mengecewakan mereka dalam menghadapi perlawanan orang-orang yang ingkar, "Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang...," (al-Mujaadilah: 21) sehingga para utusan dan para pengikut mereka akan mendapatkan kejayaan dengan dukungan yang besar ini. Allah menjamin, "Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin." (al-Anfaal: 62)

Jangan lupa bahwa hanya Allahlah yang memperkuat dan memperbaiki orang-orang beriman serta mampu membuat mereka berjaya. Tidak hanya cukup dengan bertumpu pada kekuatan fisik beserta pengaruhnya. Semua itu tidak akan menghasilkan sesuatu kecuali dengan berdo'a memohon kepada-Nya. Do'a yang diucapkan lebih besar manfaatnya. Sebagai balasannya, Allah mengabulkan keinginan yang dimaksud. Itulah sebabnya mengapa orang beriman harus bersandar pada pertolongan Allah.

Hasilnya, mereka menjadi sedemikian berani dan percaya diri ketika menghadapi dunia. Mereka menjadi sedemikian kuat untuk dipengaruhi oleh tindakan atau pikiran negatif. Musa a.s., yang tidak kehilangan akal ketika penganutnya melampaui batas, berkata, "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji." (Ibrahim: 8)

Musa a.s. percaya diri dan tidak takut karena ia yakin bahwa Allah dan pertolongan-Nya selalu bersama dengan orang-orang beriman. Allah kemudian berfirman kepadanya, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang)." (Thaahaa: 68)

Sikap Musa a.s. harus menjadi contoh bagi orang-orang beriman. Ini karena Allah telah menjanjikan perlindungan dan dukungan tidak hanya kepada Musa a.s. serta para rasul, tetapi juga kepada setiap orang yang memerangi kemungkaran dan membawa mereka kepada kejayaan. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur`an, "... Allah sekali-sekali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (an-Nisaa`: 141)

Orang beriman bertanggung jawab mempertahankan ketaatan mereka kepada Allah dan menjadi hamba-hamba-Nya yang taat. Ketika hal ini terjadi, mereka tidak akan merasa takut.

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (al-Maa`idah: 105)

Orang-orang kafir tidak dapat mencelakakan orang-orang yang beriman. Semua rencana dan makar melawan orang-orang beriman akan tidak berguna. Pada ayat berikut, hal ini dijelaskan.

"Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allahlah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya." (Ibrahim: 46)

Ketika orang-orang kafir berencana melawan orang-orang beriman, Allah akan "... menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui." (al-A'raaf: 182) Mereka yakin bahwa mereka lebih tangguh dari orang-orang beriman dan dapat dengan mudah mengalahkan mereka. Akan tetapi, Allah swt. akan selalu bersama orang-orang beriman; dan kekuatan, kemuliaan, serta kebesaran-Nya menjelma pada diri mereka. Al-Qur`an menjelaskan kebenaran ini, yang tidak dapat dipahami orang-orang munafik.

"Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar), 'Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).' Padahal kepunyaan Allahlah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami. Mereka berkata, 'Sesungguhnya, jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah darinya.' Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.'" (al-Munaafiquun: 7-8)

Ini merupakan perintah yang tidak dapat diubah. Orang-orang beriman menurut ayat, "Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu...," (an-Nisaa`: 71) harus selalu berhati-hati dan waspada terhadap orang-orang kafir, namun merasa tenang dengan perintah Allah yang tersebut di atas.

Allah menjelaskan perintah yang sama dalam ayat yang lain,

"Sesungguhnya, orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka." (Muhammad: 32)

16 Tiada Keputusasaan bagi Orang Beriman

Ada dua jenis keputusasaan. Pertama, muncul ketika berhadapan dengan kesulitan atau rintangan. Yang demikian itu tidak terdapat pada diri orang beriman. Ia harus selalu ingat bahwa Allah menjanjikan pertolongan kepada orang-orang beriman. Al-Qur`an menyatakan bahwa cukuplah hanya Allah bagi orang-orang beriman dan Dia menguatkan orang-orang beriman dengan bantuan-Nya.

Kedua, merupakan jenis keputusasaan yang lebih berbahaya, yaitu berputusasaan dari pengampunan Allah setelah berbuat salah atau dosa. Keputusasaan ini lebih berbahaya karena akan mengarah pada pikiran bahwa Allah tidak akan memaafkan dosa seseorang dan ia akan masuk neraka. Pikiran ini bertentangan dengan apa yang kita pelajari dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa orang-orang yang menyesali perbuatannya. Tidak pernah ada kata "terlambat" dalam mencari pengampunan-Nya. Allah menegur hamba-hambanya,

"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (az-Zumar: 53)

Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat mereka merasa "tertipu". Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama atau bahkan lebih besar dari kesalahan sebelumnya.

Dalam kondisi demikian, orang beriman harus segera meminta ampunan Allah, berpikir seperti yang Al-Qur`an ajarkan dan segera membentuk pola pikir yang baru. Al-Qur`an menjelaskan apa yang harus dilakukan orang beriman dalam kondisi itu,

"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (al-A'raaf: 200)

Jika seseorang ikhlas dalam keimanannya kepada Allah, Allah akan mengampuni dosanya jika ia berbuat salah atau dosa. Bahkan jika ia berpaling dalam waktu yang lama, ia masih mendapatkan kesempatan untuk bertobat. Perbuatan setanlah yang menyebabkannya berputus asa. Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan ampunan dan keadilan yang abadi dan yang menjanjikan kemenangan dan surga-Nya kepada orang-orang beriman. Saran dari Nabi Ya'qub harus menjadi panduan bagi semua orang beriman,

"… janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Yusuf: 87)

17 MENILAI SEGALA SESUATU DENGAN CARA PANDANG AL-QUR'AN

Orang-orang beriman bertujuan menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya. Manusia tidak diciptakan untuk memenuhi keserakahan atau menuruti hawa nafsunya; satu-satunya alasan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah.

Jalan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menjadikan Al-Qur`an sebagi panduan hidup kita. Kita harus mencurahkan segala perhatian untuk mengamalkan setiap ketentuan Al-Qur`an. Kita harus mengamalkan setiap keputusan Al-Qur`an sebanyak mungkin.

Kita tahu dari Al-Qur`an bahwa kewajiban orang-orang beriman tidak hanya berhenti pada ayat-ayat tertentu, seperti shalat, puasa, atau berhaji, tetapi juga penerjemahan dari ibadah itu sendiri. Sebagai contoh, dalam sebuah ayat, orang yang beriman disuruh, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...." (an-Nahl: 125) Orang-orang beriman memahami "hikmah dan pelajaran yang baik" dengan mengamalkan ajaran Al-Qur`an serta ilmu pengetahuan mereka.

Masih banyak kewajiban lain yang membutuhkan ilmu pengetahuan. Contohnya, Al-Qur`an menjelaskan bermacam-macam kaum dan menginformasikan kepada kita cara memperlakukan kaum tersebut. Apa yang harus diucapkan kepada kaum tersebut, sebagian besar ayat Al-Qur`an dimulai dengan, "Katakanlah...."

Dengan jelas, ayat-ayat Al-Qur`an memberikan gambaran kepada orang beriman tentang cara bersikap. Akan tetapi, jika perintah-perintah ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, harus ditafsirkan dengan benar. Pada saat tersebut, ilmu pengetahuan orang-orang beriman sangat membantu.

Al-Qur`an menjelaskan berbagai jenis kaum, seperti kaum muslimin, Kristen, Yahudi, orang munafik, dan penyembah berhala. Kita harus mempelajari ayat-ayat tersebut dengan baik, karena yang seharusnya dilakukan adalah mengenali kaum-kaum ini dalam masyarakat kita kemudian bersikap kepada mereka sesuai dengan perintah-perintah dalam Al-Qur`an. Dengan demikian, kita akan menjadi apa yang Al-Qur`an inginkan.

Lagi pula, orang beriman harus mengenali semua orang di sekitarnya, yang tidak diragukan lagi memiliki satu atau lebih sifat-sifat kaum yang dijelaskan Al-Qur`an. Orang-orang tersebut membentuk masyarakat yang dijelaskan Al-Qur`an dan tiada satu pun yang diciptakan sia-sia,

"Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main." (al-Anbiyaa`: 16)

Walaupun demikian, tidak hanya orang-orang di sekitar kita yang dijelaskan dalam Al-Qur`an. Sebenarnya, segala sesuatu yang kita lihat dan semua yang terjadi merupakan pencerminan dari yang tertulis dalam Al-Qur`an,

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Fushshilat: 53)

Seluruh alam memiliki tanda-tanda keberadaan Allah, seperti halnya sebuah lukisan yang menghadirkan pelukisnya kepada yang melihatnya. Seluk-beluk lukisan ini menunjukkan sapuan kuas yang jelas; seluruh alam dan seluk-beluk alam ini ada untuk menghadirkan Allah, Pencipta segala sesuatu. Semakin disadarinya kenyataan ini oleh orang beriman, mereka akan semakin mengenali Allah dan bersungguh-sungguh mematuhi semua perintah-Nya. Ketika seseorang memahami kehidupan dengan seluk-beluknya, yang merupakan "tanda" yang dijelaskan dalam Al-Qur`an, orang tersebut akan menghubungkan segala sesuatu dalam "kehidupan sehari-harinya" dengan nilai-nilai Al-Qur`an.

Segala sesuatu yang mengambil tempat dalam takdir Allah, telah ditentukan dan karenanya memiliki tujuan. Yang harus dilakukan oleh orang beriman adalah menafsirkan setiap kejadian dalam cahaya Al-Qur`an, yaitu bertindak sesuai dengan jalan yang telah dijelaskan Al-Qur`an. Sebagai contoh, ketika berhadapan dengan sesuatu yang sia-sia dan bersifat kemalasan, orang beriman harus mengabaikannya, karena diciptakannya sesuatu yang sia-sia itu agar orang beriman tidak mengindahkannya. Orang beriman harus menerjemahkan segala sesuatu menurut cara pandang Al-Qur`an. Dengan demikian, mereka harus membangun budaya dan karakter mereka dalam bingkai Al-Qur`an, sebagaimana perintah Allah untuk mencapai kondisi ini, yaitu mereka harus meninggalkan semua yang mereka peroleh dari masyarakat dan kebodohan mereka yang lampau. Mereka harus memutuskan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap situasi dengan bergantung pada penafsiran dan logika Al-Qur`an, karena ayat-ayat Allah menunjukkan kepada mereka cara mengatasi setiap situasi. Hal ini sebagaimana yang dikatakan dalam Al-Qur`an bahwa telah diturunkan kepada kita sebuah kitab "untuk menjelaskan segala sesuatu" (an-Nahl: 89).

18 Allah Mengetahui Semua Rahasia Hati

Sifat yang paling mendasar dari orang-orang kafir adalah ketidakikhlasan mereka. Mereka tidak ikhlas kepada Allah, orang lain, dan bahkan kepada diri mereka sendiri. Meski mereka berlaku hangat ketika berhadapan dengan orang lain demi kepentingan mereka, pada saat yang sama mereka merasa benci atau cemburu kepadanya. Masalahnya, ketidakikhlasan itu terdapat pada diri mereka sendiri. Meskipun mereka menyaksikan kesalahan dan kejahatan dalam perbuatan mereka dengan jelas, mereka menyembunyikan kenyataan ini di alam bawah sadar mereka dan berbuat layaknya orang yang benar dan sempurna.

Ketidakikhlasan ini berasal dari anggapan bahwa tidak seorang pun mengetahui rahasia di dalam hati mereka, sehingga orang bersalah tersebut dapat berbuat layaknya mereka yang tidak bersalah meski telah melakukan dosa atau kesalahan. Sesungguhnya, mereka benar-benar tidak mengetahui apa yang dipikirkan orang lain dan mereka tidak pernah menyadari bahwa Allah mengetahui semua yang dipikirkan dan semua rahasia hati, termasuk pikiran alam bawah sadar yang mereka sendiri tidak mengetahuinya. Allah mencatat fakta ini pada ayat-ayat berikut.

"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (at-Taghaabun: 4)

"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui?" (al-Mulk: 13-14)

Tidak seorang pun dapat berbicara tanpa sepengetahuan Allah. Allah mengetahui bukan hanya semua perkataan, melainkan semua pikiran orang, termasuk yang berada di alam bawah sadar, yang sebagiannya tidak mereka sadari. Hal ini ditekankan dalam ayat berikut.

"Tidaklah kamu perhatikan bahwa sesunggunya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian, Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerejakan. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (al-Mujaadilah: 7)

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaaf: 16)

Dengan demikian, perilaku orang beriman haruslah benar-benar didasari keikhlasan dan kerendahan hati di hadapan Allah. Karena Allah Yang menciptakan dan mengetahui segala sesuatu, tidaklah mungkin kita berpura-pura di depan-Nya. Seseorang harus mengakui semua kelemahan, kesalahan, dan kekhilafannya, meninggalkan kemaksiatan dan kembali kepada Allah, serta meminta pertolongan dan ampunan-Nya.

Para rasul merupakan contoh terbaik dalam keikhlasan mereka kepada Allah. Nabi Ibrahim berdo'a kepada Allah, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)." (al-Baqarah: 260) Ini merupakan cara bagaimana orang beriman mengakui kelemahan mereka kepada Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Hal yang sama terjadi ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa, "Pergilah kamu kepada Fir'aun." Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku," (al-Qashash: 33) serta memohon pertolongan dan kekuatan dari Allah. Kejujuran para rasul ini menunjukkan bagaimana orang beriman harus bersikap.

Sebelum seseorang memahami kelemahan dan ketergantungannya kepada Allah, ia tidak dapat memiliki sifat-sifat seperti tabah, rendah hati, beriman, dan berani hanya dengan berpura-pura bersifat demikian, karena "… manusia dijadikan bersifat lemah" (an-Nisaa`: 28) agar mengerti kelemahannya di hadapan Allah. Karena itu, seseorang harus percaya dan berserah diri kepada Allah serta mengungkapkan kesalahan dan dosanya sebelum memohon ampunan.

19 Hidup di Dunia Hanya Sementara

Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.

Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (al-Hadiid: 20)

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, 'Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." (Ali Imran: 14-15)

Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai konotasi "tempat yang sempit, gaduh dan kotor". Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.

"Allah bertanya, 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, 'Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (al-Mu'minuun: 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai "orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat". Bagi mereka, Allah memutuskan, "Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong." (al-Baqarah: 86)

"Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." (Yunus: 7-8)

Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,

"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)." (an-Naazi'aat: 37-39)

20 Pemilik yang Sesungguhnya

Upaya memiliki acapkali membuat manusia berduka dan terluka. Orang-orang yang ingkar menghabiskan seluruh hidupnya untuk memiliki benda-benda duniawi. Mereka selalu berjuang agar dapat memiliki lebih serta menjadikan hal ini sebagai tujuan dalam hidupnya.

Akan tetapi, "… berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…," (al-Hadiid: 20) merupakan sebuah penipuan karena semua kemilikan di dunia dikuasai oleh Allah. Manusia hanya membodohi diri mereka sendiri dengan menyangka bahwa mereka memilikinya. Hal ini karena mereka tidak menciptakan yang mereka miliki dan mereka pun tidak memiliki kekuatan menjaga semuanya secara abadi. Ditambah lagi, mereka tidak dapat mencegah kerusakan yang terjadi. Juga, karena mereka tidak memiliki hak untuk "memiliki" sesuatu karena mereka termasuk "milik" dari pemilik yang lain. Pemilik tertinggi ini tidak lain "Raja Manusia" (an-Naas: 2), yaitu Allah. Al-Qur`an memberitahu kita bahwa seluruh alam adalah milik Allah, "Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang di bumi
__
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Mas JB, dari sekian banyak ayat yang "begitu indah", saya ingin bertanya pada anda sebagai manusia yang percaya dan mengamalkan Alquran, kenapa prosentase orang yang mengamalkan Alquran dari sisi "PEPERANGAN" lebih banyak dari pada orang yang menerapkan yang indah bukan hanya pada SAUDARA SEUKUWAH, tapi PADA SETIAP MANUSIA?

Apakah Allah memang tidak menciptakan manusia selain muslim, sehingga tidak berhak untuk hidup seperti dalam ayat-ayat yang berbanding terbalik dengan ayat-ayat "indah" diatas.

Di dunia nyata sudah banyak contoh "kebiadaban" yang dilakukan atas nama agama, dan yang memuakan adalah dipertontonkan. Baca surat kabar nasional Indonesia, topik luar negeri tgl. 19 November 2007, 5 polisi di Afganistan, di potong kaki dan tangannya, dibunuh dan digantung dikeramaian oleh manusia-manusia yang mengaku berjuang di jalan Allah.

Menurut mas JB, apakah ini karena salah pemahaman Alquran?

Kalau menurut saya sebaliknya, mas JB. Itu yang membuat saya meresikokan diri saya untuk berbagi apa yang saya tahu.

Wassalam
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

@all

Mohon maaf post-post yang akan datang setelah ini, saya tidak dapat merespon.

Terima kasih.

Wassalam
User avatar
madison
Posts: 2276
Joined: Tue Sep 25, 2007 6:01 pm
Location: pentagon

Post by madison »

bukan berarti thread ini di-lock kan?
moga-moga bung hillman tetap meneruskan thread ini.
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Don,t worry my bro. I'll try to keep in touch.. just a short time assignment.. :)
User avatar
ahmad_doni
Posts: 1045
Joined: Fri Apr 20, 2007 10:57 am

ok

Post by ahmad_doni »

OK2, ditunggu postingan selanjutnya bung hillman. Ayo, buka terus kebohongan islam. Mulut muslim tertutup rapat disini, tidak kuasa membantah postingan ente. Ane menyimak aja nih. soalnya belakangan agak sibuk juga bisnis ane, berkat melimpah nih hehehehe
najwa_cinta
Posts: 70
Joined: Sat Nov 24, 2007 12:56 pm

Post by najwa_cinta »

Jangan lama-lama bang Hilman, saya fans anda loh....!!? :P :x
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Thank you all...

Ane sudah dapat koneksi GPRS, sebentar lagi aktif disela-sela tugas. :)
User avatar
madison
Posts: 2276
Joined: Tue Sep 25, 2007 6:01 pm
Location: pentagon

Post by madison »

bung HILLMAN
akhirnya kaw datang lagi.
berhari-hari kutunggu postinganmu.
makan tak enak, tidurpun tak nyenyak.
kekeke ...

welcome back, bung HILLMAN.
ImageImageImage
User avatar
HILLMAN
Posts: 2850
Joined: Wed Aug 01, 2007 11:22 am
Location: Jakarta
Contact:

Post by HILLMAN »

Apakah “Allah” yang memberikan izin membunuh pada sesama manusia ciptaanNya adalah Allah yang benar ?

Kita bahas bagaimana sang “Allah” berfirman dalam surah :

Ali Imran 152

وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ


Walaqad sadaqakumu Allahu waAAdahu ith tahussoonahum biithnihi hatta itha fashiltum watanazaAAtum fee alamri waAAasaytum min baAAdi ma arakum ma tuhibboona minkum man yureedu alddunya waminkum man yureedu alakhirata thumma sarafakum AAanhum liyabtaliyakum walaqad AAafa AAankum waAllahu thoo fadlin AAala almumineena

= And Allah did indeed fulfil His Promise to you when you were killing them (your enemy) with His Permission; until (the moment) you lost your courage and fell to disputing about the order, and disobeyed after He showed you (of the booty) which you love. Among you are some that desire this world and some that desire the Hereafter. Then He made you flee from them (your enemy), that He might test you. But surely, He forgave you, and Allah is Most Gracious to the believers.

= Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai . Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah mema'afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.

PERHATIKAN

1. Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya
2. sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai .

MAKNANYA ADALAH

1. “Allah” menagih janji pada pemujaNya dengan mengingatkan apa yang “Allah” berikan pada mereka yaitu HAK MEMBUNUH MANUSIA LAIN , dan atas PEMBUNUHAN itu “Allah” memberikan HADIAH YANG PENGIKUTNYA SUKA..

2. Kalimat “Pada saat lemah dan berselisih dalam urusan itu” maknanya adalah PADA SAAT PENGIKUT “ALLAH” RAGU-RAGU UNTUK MEMBUNUH ORANG LAIN” , “Allah” membuat pengikutNya lari dari musuh, sebagai hukuman. Dan apabila kembali “BERIMAN”, “Allah” memaafkan.


KESIMPULAN

“Allah” yang berfirman didalam Al Quran memberi HAK MEMBUNUH, dan memberikan HADIAH BAGI YANG MEMBUNUH, ketika manusia RAGU-RAGU UNTUK MEMBUNUH, “Allah” akan MEMBERIKAN HUKUMAN, yang membuat saya terenyuh adalah BERIMAN = MAU MEMBUNUH DEMI “ALLAH”.

Semoga bermanfaat.

Wassalam.
the-atheist
Posts: 1317
Joined: Mon May 28, 2007 1:36 pm

Re: ok

Post by the-atheist »

ahmad_doni wrote:OK2, ditunggu postingan selanjutnya bung hillman. Ayo, buka terus kebohongan islam. Mulut muslim tertutup rapat disini, tidak kuasa membantah postingan ente. Ane menyimak aja nih. soalnya belakangan agak sibuk juga bisnis ane, berkat melimpah nih hehehehe
iya nih.. kebanyakan diazab sama aulo..
User avatar
Jadilah Bijaksana
Posts: 616
Joined: Thu Sep 20, 2007 12:04 pm

Post by Jadilah Bijaksana »

Kalau tidak pernah ada perang mana mungkin hitler,komunis,AAA,benito musolini bisa dijatuhkan oleh amerika. kalau polisi tidak punya pistol untuk melumpuhkan atau membela diri,mana mungkin penjahat bisa ditangkap. apakah fakta itu bertentangan dengan ayat quran yang diposting bung Hilman?.
User avatar
alley_shatree
Posts: 3515
Joined: Wed Jan 31, 2007 9:49 pm

Post by alley_shatree »

di ayat2 lain jelas2 disebutkan bahwa 'membunuh' itu termasuk dalam dosa2 besar. kita hanya boleh 'membunuh' orang2 yg dikehendaki Allah untuk dibunuh.


Al-Israa`:033

وَلاَ تَقْتُلُواْ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللّهُ إِلاَّ بِالحَقِّ وَمَن قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنَا لِوَلِيِّهِ سُلْطَاناً فَلاَ يُسْرِف فِّي الْقَتْلِ إِنَّهُ كَانَ مَنْصُوراً

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar [853]. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan [854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.



Al-Furqaan:068

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَاماً

Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),

jadi ayat yg 'menyuruh membunuh' kafiruun itu kontekstual, kita mesti tau keadaan/situasi saat ayat tsb difirmankan. dan pembunuhan itu mesti dilakukan kepada pihak2 yg bersangkutan,
berarti jelas terorisme itu melanggar aturan agama Islam, ngapain masih nuduh2 terus....membodohi diri sendiri :lol:
User avatar
sorangan
Posts: 779
Joined: Wed Jul 25, 2007 8:36 am

Post by sorangan »

Alhamdulintuh, akhirnya mas hillman bisa ngajar lagi!
Hi hi hi!
doski
Posts: 1259
Joined: Fri Oct 05, 2007 8:41 am
Location: maunya di SURGA bukan SYUURGA

Post by doski »

alley_shatree wrote:di ayat2 lain jelas2 disebutkan bahwa 'membunuh' itu termasuk dalam dosa2 besar. kita hanya boleh 'membunuh' orang2 yg dikehendaki Allah untuk dibunuh.
Dari pernyataan ente diatas. Owloh ente masih perlu orang untuk membunuh manusia. Kalo Maha kuasa kenape masih butuh orang...Mikir ley, jawaban muslim cuma counter attack itupun mandul kaga ade golnye..XIXIXIXI :D
Post Reply