Aq ingin beri masukan disini. Pendapat saya mungkin bertentangan dgn muslim lain. Tidak mengapa, sebab tidak semua orang suka (baca: familiar) dgn abstraksi-abstraksi dan lebih menyukai "menghindari kesalahan "....
Ok, kapasitas saya disini bukan dalam kapasitas penasehat/pewejang, tapi sharing ilmu belaka.
Tapi nggak apa-apa kan jika saya punya pendapat yg berlainan dgn para muslim disini? :)
Valkyrie wrote:
Aku bingung sama yang ini, bisa dibuat lebih sederhana tanpa mengorbankan content?
Athan wrote:Dari info yang saya dapatkan ada pandangan dari seorang tokoh ilmuwan islam yaitu Harun Yahya dikatakan waktu itu bersifat relatif, yang meniscayakan adanya Sang Pencipta. Hal ini tak hanya diberitakan dalam al-Qur'an, tapi juga diperkuat dengan pendapat para fisikawan modern.
Menurut Ilmuwan asal Turki ini, dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern disimpulkan bahwa waktu bukanlah kenyataan mutlak seperti yang disangka para materialis, melainkan hanya merupakan persepsi relatif, katanya seh ada berbagai referensi dalam al-Qur'an mengenai relativitas waktu ini, namun saya belum bisa mendapatkannya secara detail mengenai hal ini.
Dari buku Ketiadaan Waktu dan Realitas Takdir , Harun Yahya (Penulis), Aminah Mustari (Penj), Dadi M.H. Basri (Peny.), Robbani Press (Telp. 87780250), Rabi'ul Awwal 1424 H/Mei 2003 M, Rp. 17.000, xvii + 213 hlm. dijelaskan juga sebagai berikut:
Mengapa Harun Yahya, penulis produktif ini tergugah untuk meluruskan konsep waktu, dan menekankan bahwa waktu itu sangat relatif? Karena hal ini bertautan dengan konsep takdir—yang merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang
Sementara Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena Ia yang menciptakan semua itu. Karena alasan inilah, maka masa lalu, masa depan, dan masa kini, semuanya adalah sama saja bagi Allah; bagi-Nya, segala sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Dari pendapat Harun Yahya, saya bandingkan dengan citra berikut:
Athan wrote:Kita juga memahami dari apa yang Allah kaitkan dalam al-Qur'an, yakni bahwa waktu itu satu bagi Allah. Banyak kejadian yang tampaknya akan terjadi di masa datang disebutkan dalam al-Qur'an dengan cara demikian, seakan-akan ia telah berlangsung jauh sebelum itu. Dan hal ini hanya bisa dipahami kalau seseorang memahami secara benar konsep takdir, yang—sekali lagi— merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang.
nah dari pandangan di atas apakah yang disampaikan oleh Harun Yahya:
1. Merupakan suatu hal yang sesuai dengan iman islam?
Sejauh yg aq pahami pernyataan Athan diatas sesuai dengan iman Islam (lihat visualisasi gambar). Hanya yg tidak sesuai adalah kalimat
"Dan hal ini hanya bisa dipahami kalau seseorang memahami secara benar konsep takdir". Pernyataan ini, tidak ada sangkutpautnya dgn awal dan akhir.
Athan wrote:2. Bagaimana konsep waktu dan takdir sehubungan dengan waktu sebagai ciptaan Allah sendiri (jika memang point no 1 dikatakan sesuai dengan iman islam ) Karena bukankah dengan takdir berarti ada konsekuensi logis lain yang mana manusia tidak akan bisa melakukan apapun lagi atau minimal tidak akan berguna karena semuanya sudah "tertulis?"
Sudah tertulis tapi penerapannya tidak dipaksakan. Kasusnya sama dengan seorang ibu yang bermimpi tentang nasib anaknya. Tidak ada yg tahu mimpi tsb kecuali sang ibu. Sang anak menjalani kehidupan yang sejalan dgn mimpi ibu. Jika sang anak melakukan prestasi itulah gambaran mimpi sang ibu, jika sang anak melakukan pelanggaran, itulah juga gambaran mimpi ibu. Jadi rekaman kaset teropong mimpi ibu sebenarnya diambil dari
aktualisasi sang anak selama hidup didunia dan bukannya tindakan sang anak telah ditentukan (direkam) sebelumnya oleh Allah SWT.
Lihat sekali lagi gambar.
Saya setuju sekali dgn pendapat Harun Yahya bahwa kehidupan dunia sebenarnya sudah berakhir disisi Allah (Allah's present time), akan tetapi belum berakhir disisi manusia (Human's time) sebab adanya perbedaan/dilatasi waktu antara waktu manusia dengan waktu tuhan (paralelisasi waktu dari dua sudut pandang, yaitu pandangan yg dibawah/pandangan manusia dan pandangan yg diatas/pandangan Allah SWT).
Tapi jangan dianggap bahwa Allah sedang memutar kaset. Tidak ada waktu atau kejadian yang diputar. Jadi konsep reinkarnasi, dunia paralel (kecuali dunia jin dan alam kubur), sebenarnya sejauh pemahaman saya tidak dikenal dalam konsep Islam.
Yang ada adalah paralelisasi waktu, yaitu waktu Allah dengan waktu mahkluk....... :)
Karena itu waktu nabi SAW melakukan
perjalanan Isra Miraj, sebenarnya, sekali lagi dalam penafsiran saya, nabi SAW telah pergi ke akhir jaman (akhir dunia) di sisi Allah...
Nah karena aktualisasi manusia sudah diteropong dalam waktu Allah, maka sikap manusia di dunia adalah mengambil aktualisasi kearah perbaikan, sehingga ketika manusia telah berpulang dia akan mendapati catatan amalnya dalam keadaan baik dan bersesuaian dengan teropong atau rekaman disisi Allah.
Ok deh moga kamu puas dgn apa yg dapat saya sampaikan...
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (QS. 10:44 )
Berdasar firman Allah SWT diatas, sebenarnya catatan Allah SWT di Lauhul Mahfudz,
diambil dari peneropongan Allah terhadap hidup manusia di dunia (Allah time vs Human time). Hanya Allah SWT yang tahu isi catatan tsb. Manusia hanya berusaha, agar aktualisasinya didunia mengarah ke arah perbaikan.
Valkyrie wrote:Dan karenanya, apabila ada orang yang menggunakan rumusan matematika (atau hukum2 Allam) untuk berbicara tentang esensi Allah sendiri (bukannya sifat2 Allah), bagiku adalah tindakan yang destruktif terhadap keimanannya sendiri yang meyakini Allah sebagai MAHA PENCIPTA/ MAHA BESAR.
SiBodoh wrote:
Allah tidak dapat dipahami hanya dengan hukum fisika, hanya bisa diterima di dalam human conscience (berupa iman / faith). Jika menggunakan hukum2 alam semesta, bisa dua kemungkinan: makin mendekat, dan makin menjauh dari Allah.
Hukum (penjelasan terhadap karakter dan mekanisme) alam semesta berorientasi materialistik: bisa dinyatakan sebagai benar jika logika menerima, dan fakta (evidence) untuk membuktikan kebenarannya tersedia. Allah (dan sebenarnya semua konsep Tuhan) tidak pernah bisa dibuktikan secara scientific (by material evidence).
Tuhan hanya bisa diterima oleh manusia sebagai iman (faith : belief without 'material' evidence). Dan jalan menuju keimanan adalah dengan menjernihkan hati dan pikiran secara simultan. Matematika bisa membantu , namun matematika bukan kendaraan utama sampai ke sana.
Saya kurang sependapat dgn pemahaman diatas. Tidak ada yg salah bahkan tidak dilarang utk menggunakan ilmu-ilmu dunia dalam memahami Allah SWT. Hanya sebelumnya perlu dilandasi oleh wawasan ilmu islam sehingga tidak salah arah... Bagaimana mengkombinasikan kedua hal ini, maka itulah poin yg perlu dicari. Jadi permasalahan ini bukan pada poin tidak mau menggunakan ilmu-2 manusia untuk mengenal Allah, akan tetapi pada poin bagaimana menggabungkan agama dengan ilmu manusia... :)
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS. 55:33 )
Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)." (QS. 6:65)
SiBodoh wrote:
predestination adalah terjemahan dari qadha (segala yang sudah ditentukan), yang tidak mungkin diubah oleh manusia, ini antara lain kelahiran (eksistensi setiap pribadi di dunia), dan hukum alam.. itu sudah ditentukan, kita bergerak dalam arah yang sudah ditentukan itu (sesuai eksistensi dan hukum alam).
Sedangkan takdir (Qadar) diterjemahkan sebagai "free will, usaha dan doa". Namun seberapa kuatpun kita berupaya, seberapa besar pun tenaga yang kita keluarkan, seberapa kuat kemauan kita, kita tetap berhadapan dengan qadha (ketentuan, predestined existence).
qadha, artinya ketetapan, keputusan. Kita kenal qadhi (hakim), fungsinya memutuskan. Ada unsur "menerima" di sini.
qadr, mengukur, menilai, mengambil kesimpulan. Ada unsur "usaha" di sini. Secara fisika, ada usaha, pasti ada gaya yang bekerja, dan ada hasil (result) atas usaha tersebut. Kita kenal hukum "sebab akibat (causality)".
Ada ayat yang menyatakan "Tidak mengubah Allah akan nasib suatu bangsa jika tidak bangsa tersebut mengubahnya sendiri"
Terima kasih SiBodoh. Jadi buat non muslim, pengertian Qodho dan Qodhar kurang lebih seperti itu Saya agak lupa dgn definisi istilah-2 ini... :)
Namun istilah-istilah ini diambil dari ayat-2 Quran dan dipertegas dalam hadis...
Basman wrote:ikutan neh...
1. Lauhil mahfudz itu apa seperti buku..? apa juga diciptakan?
2. Singgasana allah swt itu apa berbentuk materi? kira2 sebesar apa ukurannya? dengar2 allah swt bersemayam di kabah? dan apa singgasana allah itu juga diciptakan?
3. Kalo alquran (firman allah swt) itu ciptaan berarti kan tidak abadi? mengapa juga allah swt tidak menjaga kitab lainnya?
4. Allah swt menciptakan sesuatu dengan apa kalo firman itu diciptakan (3)?
Basman, disini bukan utk forum mencaci. Jadi plis pernyataanmu bahwa Allah bersemayam di Kabah itu diralat. Saya pikir semua org, baik muslim dan non muslim seharusnya sudah paham bahwa Allah SWT tidak bersemayam di Kabah. Kabah hanyalah simbol rumah Allah. Apalagi kamu kan udah lama di FFI ini.....
Memang bisa saja terjadi bahwa Allah SWT mendatangi Kabah, tapi bukan dalam pengertian Allah berada di dalam Ka'bah terus tinggal didalamnya. Masjid-masjid juga merupakan rumah Allah, tempat orang berzikir dan shalat...
Wallahu Alam Bishawab.
Ok, saya hanya menjawab pertanyaanmu yg nomor 3. Benar bahwa Al-Quran tidak abadi (secara fisik) kelak. Akan tetapi nubuat-nubuat dalam Quran akan bersifat abadi...
luv_nice wrote:
Berarti berupa materi?
hi luv, udah lama kita nggak ngobrol.... but aq nggak bisa jawab ini. Sebaiknya bertanyalah hal-2 yg lebih penting dan jelas utk ditanyakan.. Aq sendiri nggak ngerti maksudmu...
luv_nice wrote:
Apakah berarti pula seluruh kandungan makna dan nilai2 kebenaran yg ada di dalamnya lenyap??
Lihat kembali jawaban saya pada Basman...
luv_nice wrote:
Menagapa allah tidk menjaga supaya tidak sampai dimonopoli oleh manusia. Mengapa allah terlambat bertindak??
Dalam perspektif Islam, bukan masalah Allah SWT lambat bertindak. Akan tetapi sudah waktunya buku-2 kitab tsb diganti dgn Quran. Bahkan seandainya kitab-2 sebelum Quran tidak berubah sekalipun (tercemari) maka tetap saja seharusnya Quran yg dipakai.
Salah satu alasan disini adalah kitab-2 tsb hanya sesuai dgn kondisi kelompok-2 manusia saat itu.
Cth:
kitab Taurat sebenarnya hanya bercerita ttg kondisi-2 bani Israel saat itu. Dalam pembagian warisan misalnya. Ajaran Taurat hanya memberikan hak waris kepada pihak laki-2.
Sementara Quran telah mengupdatenya bahwa wanita juga berhak mendapat bagian.
Kitab Weda juga misalnya hanya boleh dibaca oleh kalangan-2 raja. Sedangkan kalangan Sudra tidak punya hak utk membaca kitab.
Sementara Quran menganjurkan bahwa setiap org (laki perempuan) yg membaca Quran akan mendapat ganjaran pahala. Apakah ada ganjaran pahala yg diberikan oleh Allah terhadap pembaca Injil misalnya?
Ajaran Taurat juga tidak mengajarkan bagaimana membebaskan budak. Budak justru dibebaskan oleh ajaran Quran/Hadis.
Ini baru berbicara dari segi kekinian, mengapa sih AlQuran perlu diturunkan utk mengupdate ajaran-2 terdahulu....
Islam dan Quran datang dgn memberikan pencerahan thd agama-2 terdahulu. Tapi bagaimanapun, Islam tidak memaksakan ajarannya. Allah SWT membebaskan manusia utk menentukan pilihan, akan tetapi semuanya berpulang pada diri sendiri:
"Let there be no compulsion in religion: truth stands out clear from error."
The Qur'an 2:256
"And you shall know the truth, and the truth shall make you free."
John 8:32
Sorry, gw tidak dalam rangka membahas "kontradiksi-2 dlm Quran", bukan disini tempatnya...
Valkyrie wrote:
Tapi tiba2 kamu blang "singgasana juga diciptakan", Bisa dijelaskan yang benar yang mana? Nah,kalau Singgasana ternyata Allah Ciptakan, maka menurutmu, Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama? tapi kalau "sudah ada", maka dapat dikatakan ada yang keabadiannya setara dengan Allah kArena sama2 tidak diciptakan (Walau kodratnya tetap tidak sama)
Valkyrie mungkin ada salah tulis/persepsi aja. Soal singgasana itu biarlah itu urusan Allah SWT kapan adanya, bentuknya gimana. Memang sih ada hadisnya, tp sementara ini aq bicara nggak pakai hadis dulu. Lebih baik bicara hal-2 yg prinsip saja (yg mudah dicerna dan yg lebih mengena)..
Valkyrie wrote:1. Kalau kamu berdalih "karena sudah dimonopili manusia," berarti menurutmu Allah sempat gagal/terlambat? apa menurutmu kegagalan itu sifat Allah? nah, Kalau Allah gagal menjaga kitab Lain, maka aku ragu Allah yang sama berhasil menjaga kitab Barunya.
Hmm gw banyak komentar di thread "siapa penulis Al-Quran", utk menunjukkan bahwa Quran tetap terpelihara oleh sistem dan mekanisme .... :) threadnya disini:
viewtopic.php?p=15601, ikuti juga deh komentar rekan-2 muslim lainnya di thread tsb...
Permasalahan mendasar adalah adanya perbedaan dialek dalam penyusunan Quran (tapi telah disupport hadis) tapi tidak merubah arti, apakah dialek: "sopo mangan" dan "siape makan" sudah merubah arti? tentu saja tidak krn kalimat aslinya adalah: "saya makan". Jika kalimat "saya makan" berubah menjadi "saya minum", ini baru merubah arti...
Valkyrie wrote:Kalau Alquran kitab yang paling lengkap, seharusnya kalian tidak membutuhkan Hadits hanya untuk bercerita tentang Nabi Muhammad SAW dan mengurusi/menjelaskan banyak aturan2 tambahan Islam.
lo ayat Quran/Allah SWT sendiri menyebut agar umat islam menjadikan Quran dan hadis sebagai sumber hukum. definisi ini sudah disebut dalam Quran. kamu baca aja deh web ini, udah ditampung disini pengertiannya:
http://mrdnet.110mb.com/ffi/hukum2.htm
Allah SWT adalah pemberi hukum global, nabi SAW interpreternya baik dari segi ucapan, pemikiran dan tindakan, para sahabat adalah pengembang dan interpreter dari generasi sesudah nabi, sebab ada hal-2 yg belum terekspos saat nabi SAW masih hidup.
Sesudah masa-2 tsb lewat, maka para ulama adalah penerus nabi dan sahabat dgn membuat fatwa-2 dan ijma berdasar interpretasi Quran dan juga intepretas yg didapat oleh nabi dan para sahabat...
coba lihat kontradiksi ini:
Quran says:
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah",
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS. 4:157)
Bible says:
kisah para rasul 2:36
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus,
yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
mana yg asli mana yg palsu???.... (ok, pembahasan palsu atau tidak palsu cukup sekian, fokus thread ini ada pada Allah's time)
Athan wrote:2. Bagaimana eksistensi dari pemahaman konsep Takdir dalam islam sendiri(terutama dalam konsep waktu), mengingat dalam Islam ada beberapa aliran keyakinan tentang Takdir itu yang berbeda stereotif pemikirannya:
a. Aliran Mu'tazilah = sama sekali menolak takdir
b. Aliran Qadariah = sama sekali menolak free will
c. Aliran Asy'ariyah = mencoba menengahi kedua aliran di atas, dengan prinsip dasar "Manusia berihtiar sekuat akal-budi, dan selebihnya pasrahkan ketentuannya kepadaNYA"... manusia berihtiar, Allah yang menentukan.....
nomor 2c yg benar, sebab ini disupport oleh hadis (blom aq sempat tampilkan ada hadis yg bunyinya seperti itu)
Athan wrote:Sedangkan mengenai Qadla dan Qadar:
secara terminologi Ar-Ragib menyatakan:
"Qadar ialah menentukan batas (ukuran) sebuah rancangan; seperti besar dan umur alam semesta, lamanya siang dan malam, anatomi dan fisicylogi makhluk nabati dan hewani, dan lain2. Sedang Qadla ialah menetapkan rancangan tersebut."
Jadi,
1. Qadla adalah ketetapan Allah yang telah ditetapkan (tetapi tidak kita ketahui)
2. Qadar adalah ketetapan Allah yang telah terjadi (diketahui setelah terjadi)
soal definisi harap maklum, biasanya para muslim hanya mengingat-2 saja. aq sendiri lupa ttg definisi ini. jadi aku ikutin dah definisi Qadha dan Qadhar dari Ar-Ragib.
Athan wrote:Jd, bagaimana eksistensi dari pemahaman Islam sendiri mengenai Takdir terutama dihubungkan dengan konsep Waktu?
sudah saya jawab dibagian atas postingan saya....