Ini pertanyaan untuk Muslim, mohon diskusi nanti tidak melebar ke mana-mana dan saling menunjukkan sikap hormat antar Muslim maupun contra muslim. Aku mohon moderator untuk memantau jalannya diskusi.
Pada dasarnya Islam meyakini bahwa Allah Maha Pencipta, maka aku ada pertanyaan:
1. Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
2. Bagaimana konsep waktu dari Allah (Misalnya apakah Muslim meyakini 1 hari Allah= 1000 tahun manusia)?
Sejauh ini dua pertanyaan ini saja dulu
catatan: Jawaban boleh berdasarkan Alquran maupun Hadits Shahih, namun dari hasil pemikiran filsuf-filsuf Muslim juga boleh.
Apa Yang Allah Lakukan Sebelum Penciptaan Pertama
Valkyrie wrote: 1. Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
Valkyrieee...:) Yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama adalah menulis Kitab yaitu sekitar 5000 atau 50.000 tahun (tahun siapakah?) sebelum alam semesta diciptakan.
Dimanakah Allah SWT saat itu.... Yaitu bersemayam di singgasananya di atas air..
ayat yg mendukung:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). (QS. 13:39)
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. 85:21-21)
Dalam ayat diatas sangat jelas bahwa Allah SWT telah menetapkan (menuliskan) segala hal didalam kitabnya yaitu Lauhul Mahfudz, bahkan isi dari Quran sendiri terlebih dahulu ditulis dalam Lauhul Mahfudz.
Sebagai sebuah misteri, maka sebuah prakiraan dapat dihadirkan dari the Best Light, yaitu The Furqan, Cahaya yang Menerangi dan Meliputi, dimana Allah SWT memberikan jawaban-jawaban bagi misteri dunia bagi orang yg mau memikirkan,Valkyrie wrote: 2. Bagaimana konsep waktu dari Allah (Misalnya apakah Muslim meyakini 1 hari Allah= 1000 tahun manusia)?
yaitu 1 hari Allah = y.1000 tahun manusia. Dimana y = waktu tempuh normal malaikat berbanding terbalik dengan tahun. Artinya, jika malaikat tsb seolah menempuh jarak y tahun (yaitu 1000 tahun), akan tetapi pada hakekatnya waktu 1000 tahun itu tidaklah lama bagi malaikat untuk sampai ke singgasana Allah SWT krn ada beberapa faktor yg dilibatkan antara lain media/shortcut/jalan pintas.
itu dulu deh jawaban aku. Muslim lain silahkan menambahkan.
- ganteng_maut
- Posts: 1052
- Joined: Sun Jun 11, 2006 3:48 am
- Location: Somewhere in the World
Terima kasih, atas jawabanmu aku punya pertanyaan lagi:Moslem wrote: Valkyrieee...Smile Yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama adalah menulis Kitab yaitu sekitar 5000 atau 50.000 tahun (tahun siapakah?) sebelum alam semesta diciptakan.
Dimanakah Allah SWT saat itu.... Yaitu bersemayam di singgasananya di atas air..
ayat yg mendukung:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). (QS. 13:39)
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. 85:21-21)
Dalam ayat diatas sangat jelas bahwa Allah SWT telah menetapkan (menuliskan) segala hal didalam kitabnya yaitu Lauhul Mahfudz, bahkan isi dari Quran sendiri terlebih dahulu ditulis dalam Lauhul Mahfudz.
1. Apa itu Lauhul Mahfudz?
2. Apakah singgasana Allah itu tidak Allah ciptakan (sudah ada)?
3. Apakah Alquran itupun tidak Allah ciptakan (sudah ada)?
Sekedar untuk menyamakan persepsi, perlu perhatikan pertanyaanku lebih seksama:
Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
Yang kumaksud penciptaan pertama itu adalah
"segala sesuatu yang awalnya tidak ada, namun kemudian oleh kehendak Allah menjadi ada" (hakikat ciptaan adalah "Dari tidak ada menjadi ada")
Aku bingung sama yang ini, bisa dibuat lebih sederhana tanpa mengorbankan content?Sebagai sebuah misteri, maka sebuah prakiraan dapat dihadirkan dari the Best Light, yaitu The Furqan, Cahaya yang Menerangi dan Meliputi, dimana Allah SWT memberikan jawaban-jawaban bagi misteri dunia bagi orang yg mau memikirkan,
yaitu 1 hari Allah = y.1000 tahun manusia. Dimana y = waktu tempuh normal malaikat berbanding terbalik dengan tahun. Artinya, jika malaikat tsb seolah menempuh jarak y tahun (yaitu 1000 tahun), akan tetapi pada hakekatnya waktu 1000 tahun itu tidaklah lama bagi malaikat untuk sampai ke singgasana Allah SWT krn ada beberapa faktor yg dilibatkan antara lain media/shortcut/jalan pintas.
itu dulu deh jawaban aku. Muslim lain silahkan menambahkan.
ps: Muslim yang lain boleh menyumbang jawaban.
salam
Ganteng maut, tolong anda pahami dahulu maksud dari pertanyaan Sdr. Valkyrie :) "segala sesuatu yang awalnya tidak ada, namun kemudian oleh kehendak Allah menjadi ada" (hakikat ciptaan adalah "Dari tidak ada menjadi ada")"ganteng_maut wrote:nope, maaf deh...pertanyaan macam gini nggak ada yang bisa ngebuktiin
Jika seperti itu apakah tidak ada jawaban atas pertanyaan Valkyrie dalam islam? karena dalam iman kami berdua masalah ini terdapat jawabannya :). kalo nggak ada pembuktian maka nggak bisa ditarik kesimpulan. kalo ga mungkin ditarik kesimpulan maka diskusinya ga ada ujung pangkalnya, dengan kata lain debat kusir.
Salam,
Athan FFI
Sehubungan dengan belum adanya rekan muslim yang mereply tulisan lebih lanjut dalam diskusi ini, saya mencoba melihat beberapa konsep yang menyangkut masalah waktu dan Allah dalam islam ini :)
Dari info yang saya dapatkan ada pandangan dari seorang tokoh ilmuwan islam yaitu Harun Yahya dikatakan waktu itu bersifat relatif, yang meniscayakan adanya Sang Pencipta. Hal ini tak hanya diberitakan dalam al-Qur'an, tapi juga diperkuat dengan pendapat para fisikawan modern.
Menurut Ilmuwan asal Turki ini, dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern disimpulkan bahwa waktu bukanlah kenyataan mutlak seperti yang disangka para materialis, melainkan hanya merupakan persepsi relatif, katanya seh ada berbagai referensi dalam al-Qur'an mengenai relativitas waktu ini, namun saya belum bisa mendapatkannya secara detail mengenai hal ini.
Dari buku Ketiadaan Waktu dan Realitas Takdir , Harun Yahya (Penulis), Aminah Mustari (Penj), Dadi M.H. Basri (Peny.), Robbani Press (Telp. 87780250), Rabi'ul Awwal 1424 H/Mei 2003 M, Rp. 17.000, xvii + 213 hlm. dijelaskan juga sebagai berikut:
Fakta yang terbukti secara ilmiah bahwa waktu merupakan persepsi psikologis yang bergantung pada peristiwa, latar, dan kondisi, dapat dilihat di dalam banyak ayat al-Qur'an. Sebagai contoh, seluruh kehidupan seseorang sangat singkat seperti yang dikabarkan dalam al-Qur'an:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk” (QS. Yunus [10]: 45).
Dalam beberapa ayat ditunjukkan bahwa manusia menganggap waktu berbeda-beda satu sama lain, dan terkadang manusia dapat menganggap waktu yang sangat singkat menjadi waktu yang sangat lama. Percakapan yang terjadi di hari perhitungan di akhirat berikut ini merupkan contoh tentang hal itu.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'” (QS. al-Mukminun [23]: 112-114).
Ayat-ayat ini merupakan ungkapan manifestasi yang jelas tentang relativitas waktu. Dia-lah (Allah) Yang menciptakan waktu, dan tidak dibatasi oleh waktu itu sendiri. Sementara manusia, bukankah untuk mengetahui waktu tidurnya saja tidak tahu?
Dengan demikian, sangatlah tidak masuk akal untuk mempertahankan pernyataan bahwa waktu adalah mutlak—sebagaimana keyakinan para penganut Materialisme.
Mengapa Harun Yahya, penulis produktif ini tergugah untuk meluruskan konsep waktu, dan menekankan bahwa waktu itu sangat relatif? Karena hal ini bertautan dengan konsep takdir—yang merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang
Sebuah konsep yang tidak dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang, terutama para materialis yang sepenuhnya menolak konsep ini.
Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum dilalui. Hal inilah yang menyebabkan mereka gagal dalam memahami kebenaran takdir. Bagaimana pun juga, peristiwa-peristiwa yang belum dialami itu hanyalah belum dialami oleh kita.
Sementara Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena Ia yang menciptakan semua itu. Karena alasan inilah, maka masa lalu, masa depan, dan masa kini, semuanya adalah sama saja bagi Allah; bagi-Nya, segala sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Kita juga memahami dari apa yang Allah kaitkan dalam al-Qur'an, yakni bahwa waktu itu satu bagi Allah. Banyak kejadian yang tampaknya akan terjadi di masa datang disebutkan dalam al-Qur'an dengan cara demikian, seakan-akan ia telah berlangsung jauh sebelum itu. Dan hal ini hanya bisa dipahami kalau seseorang memahami secara benar konsep takdir, yang—sekali lagi— merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang.
:) nah dari pandangan di atas apakah yang disampaikan oleh Harun Yahya:
1. Merupakan suatu hal yang sesuai dengan iman islam?
2. Bagaimana konsep waktu dan takdir sehubungan dengan waktu sebagai ciptaan Allah sendiri (jika memang point no 1 dikatakan sesuai dengan iman islam :) ) Karena bukankah dengan takdir berarti ada konsekuensi logis lain yang mana manusia tidak akan bisa melakukan apapun lagi atau minimal tidak akan berguna karena semuanya sudah "tertulis?"
Salam,
Athan FFI
Dari info yang saya dapatkan ada pandangan dari seorang tokoh ilmuwan islam yaitu Harun Yahya dikatakan waktu itu bersifat relatif, yang meniscayakan adanya Sang Pencipta. Hal ini tak hanya diberitakan dalam al-Qur'an, tapi juga diperkuat dengan pendapat para fisikawan modern.
Menurut Ilmuwan asal Turki ini, dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern disimpulkan bahwa waktu bukanlah kenyataan mutlak seperti yang disangka para materialis, melainkan hanya merupakan persepsi relatif, katanya seh ada berbagai referensi dalam al-Qur'an mengenai relativitas waktu ini, namun saya belum bisa mendapatkannya secara detail mengenai hal ini.
Dari buku Ketiadaan Waktu dan Realitas Takdir , Harun Yahya (Penulis), Aminah Mustari (Penj), Dadi M.H. Basri (Peny.), Robbani Press (Telp. 87780250), Rabi'ul Awwal 1424 H/Mei 2003 M, Rp. 17.000, xvii + 213 hlm. dijelaskan juga sebagai berikut:
Fakta yang terbukti secara ilmiah bahwa waktu merupakan persepsi psikologis yang bergantung pada peristiwa, latar, dan kondisi, dapat dilihat di dalam banyak ayat al-Qur'an. Sebagai contoh, seluruh kehidupan seseorang sangat singkat seperti yang dikabarkan dalam al-Qur'an:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk” (QS. Yunus [10]: 45).
Dalam beberapa ayat ditunjukkan bahwa manusia menganggap waktu berbeda-beda satu sama lain, dan terkadang manusia dapat menganggap waktu yang sangat singkat menjadi waktu yang sangat lama. Percakapan yang terjadi di hari perhitungan di akhirat berikut ini merupkan contoh tentang hal itu.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'” (QS. al-Mukminun [23]: 112-114).
Ayat-ayat ini merupakan ungkapan manifestasi yang jelas tentang relativitas waktu. Dia-lah (Allah) Yang menciptakan waktu, dan tidak dibatasi oleh waktu itu sendiri. Sementara manusia, bukankah untuk mengetahui waktu tidurnya saja tidak tahu?
Dengan demikian, sangatlah tidak masuk akal untuk mempertahankan pernyataan bahwa waktu adalah mutlak—sebagaimana keyakinan para penganut Materialisme.
Mengapa Harun Yahya, penulis produktif ini tergugah untuk meluruskan konsep waktu, dan menekankan bahwa waktu itu sangat relatif? Karena hal ini bertautan dengan konsep takdir—yang merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang
Sebuah konsep yang tidak dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang, terutama para materialis yang sepenuhnya menolak konsep ini.
Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum dilalui. Hal inilah yang menyebabkan mereka gagal dalam memahami kebenaran takdir. Bagaimana pun juga, peristiwa-peristiwa yang belum dialami itu hanyalah belum dialami oleh kita.
Sementara Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena Ia yang menciptakan semua itu. Karena alasan inilah, maka masa lalu, masa depan, dan masa kini, semuanya adalah sama saja bagi Allah; bagi-Nya, segala sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Kita juga memahami dari apa yang Allah kaitkan dalam al-Qur'an, yakni bahwa waktu itu satu bagi Allah. Banyak kejadian yang tampaknya akan terjadi di masa datang disebutkan dalam al-Qur'an dengan cara demikian, seakan-akan ia telah berlangsung jauh sebelum itu. Dan hal ini hanya bisa dipahami kalau seseorang memahami secara benar konsep takdir, yang—sekali lagi— merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang.
:) nah dari pandangan di atas apakah yang disampaikan oleh Harun Yahya:
1. Merupakan suatu hal yang sesuai dengan iman islam?
2. Bagaimana konsep waktu dan takdir sehubungan dengan waktu sebagai ciptaan Allah sendiri (jika memang point no 1 dikatakan sesuai dengan iman islam :) ) Karena bukankah dengan takdir berarti ada konsekuensi logis lain yang mana manusia tidak akan bisa melakukan apapun lagi atau minimal tidak akan berguna karena semuanya sudah "tertulis?"
Salam,
Athan FFI
- ganteng_maut
- Posts: 1052
- Joined: Sun Jun 11, 2006 3:48 am
- Location: Somewhere in the World
Sayangnya kasusnya agak lain. Misalkan saya percaya NaOH itu bersifat asam. Athan percaya NaOH itu bersifat basa. Lalu dimana titik temunya? Ambil aja larutan NaOH, trus masukin kertas lakmus. Dari hasilnya akan ketahuan kalo pendapat saya salah dan pendapat Athan benar.Athan wrote: Ganteng maut, tolong anda pahami dahulu maksud dari pertanyaan Sdr. Valkyrie :) "segala sesuatu yang awalnya tidak ada, namun kemudian oleh kehendak Allah menjadi ada" (hakikat ciptaan adalah "Dari tidak ada menjadi ada")"
Jika seperti itu apakah tidak ada jawaban atas pertanyaan Valkyrie dalam islam? karena dalam iman kami berdua masalah ini terdapat jawabannya :)
Salam,
Athan FFI
Lah kalo sekarang? Menurut iman Athan dan Valkyrie, begini dan begitu. Kalo menurut Islam, begini dan begitu. Dah, trus?? Gimana cara membuktikannya? Kalo cuma mau adu argumen mah bisa ga selese-selese. Sayangnya umur manusia terbatas, jadi lebih baik saya mikir masalah yang lebih real aja... :)
Ganteng Maut,
mari kita luruskan dulu hal penting: kami sama sekali tidak ada maksud memojokkan iman Islam di sini. aku sejak semula hanya ingin tahu pengertian "waktu" dalam iman Islam, itu saja. Itulah sebabnya aku memilih subforum "ruang bedah Islam" dan aku tekankan lagi di awal postinganku:
Ini pertanyaan untuk Muslim, mohon diskusi nanti tidak melebar ke mana-mana dan saling menunjukkan sikap hormat antar Muslim maupun contra muslim. Aku mohon moderator untuk memantau jalannya diskusi.
Salam
mari kita luruskan dulu hal penting: kami sama sekali tidak ada maksud memojokkan iman Islam di sini. aku sejak semula hanya ingin tahu pengertian "waktu" dalam iman Islam, itu saja. Itulah sebabnya aku memilih subforum "ruang bedah Islam" dan aku tekankan lagi di awal postinganku:
Ini pertanyaan untuk Muslim, mohon diskusi nanti tidak melebar ke mana-mana dan saling menunjukkan sikap hormat antar Muslim maupun contra muslim. Aku mohon moderator untuk memantau jalannya diskusi.
Salam
Last edited by Valkyrie on Fri Jun 22, 2007 2:06 pm, edited 1 time in total.
Setuju, ganteng maut, kami sama sekali tidak ada maksud untuk memojokkan. Saya sendiri mencoba memahami konsep waktu dan Allah berdasarkan ajaran islam, dan dari apa yang ditulis oleh Harun Yahya saya ingin juga mendapat masukan dari rekan muslim apakah yang ditulis Harun Yahya sesuai dengan apa yang diajarkan islam :)
Sorry kalau terkesan mau membenturkan konsep :)
So...bisa kita mulai diskusinya?
Salam,
Athan FFI
Sorry kalau terkesan mau membenturkan konsep :)
So...bisa kita mulai diskusinya?
Salam,
Athan FFI
-
- Posts: 702
- Joined: Sun Feb 04, 2007 7:42 pm
Valkyrie,
Ini topik menarik, sekaligus juga akan memancing berbagai opini dari sesama muslim.
Opini sesama muslim bisa saja saling bertolak belakang.
Aku lebih senang topik ini sebagai diskusi dan bukan adu seperti adu debat di thread lain.
Topik ini juga sulit, sebab banyak variabel yang subjektif dan 'masih dalam tahap perkembangan'
Jika Valkyrie setuju thread ini lebih sebagai ajang diskusi dan bukan debat, aku setuju.
Jika tidak, maka aku menahan diri saja.
Okey kah ?
Mengapa begitu ?
Aku jawab bila kamu setuju ini thread diskusi, bukan debat !
Bagaimana ?
Ini topik menarik, sekaligus juga akan memancing berbagai opini dari sesama muslim.
Opini sesama muslim bisa saja saling bertolak belakang.
Aku lebih senang topik ini sebagai diskusi dan bukan adu seperti adu debat di thread lain.
Topik ini juga sulit, sebab banyak variabel yang subjektif dan 'masih dalam tahap perkembangan'
Jika Valkyrie setuju thread ini lebih sebagai ajang diskusi dan bukan debat, aku setuju.
Jika tidak, maka aku menahan diri saja.
Okey kah ?
Tanpa memandang rendah pertanyaan ini, aku berpendapat bahwa pertanyaan ini salah secara makna.Valkyrie wrote: Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
Mengapa begitu ?
Aku jawab bila kamu setuju ini thread diskusi, bukan debat !
Bagaimana ?
Julius Rocky,
Aku memang maunya ini bukan debat, dan tujuannya bukan gugur2an argumen, melainkan tukar pikiran saja. So aku rasa sampai sini kita sepakat untuk hal ini. let's the topic begin.
Aku ingin tahu menurutmu apa letak "salah makna" nya pertanyaan ini dan alasannya.
Salam
Aku memang maunya ini bukan debat, dan tujuannya bukan gugur2an argumen, melainkan tukar pikiran saja. So aku rasa sampai sini kita sepakat untuk hal ini. let's the topic begin.
Pernyataanmu agaknya berbeda dengan Moslem, tapi untuk sementara aku tertarik dengan pernyataanmu sebab dalam imankupun pertanyaan ini sebenarnya keliru.Tanpa memandang rendah pertanyaan ini, aku berpendapat bahwa pertanyaan ini salah secara makna.
Mengapa begitu ?
Aku jawab bila kamu setuju ini thread diskusi, bukan debat !
Bagaimana ?
Aku ingin tahu menurutmu apa letak "salah makna" nya pertanyaan ini dan alasannya.
Salam
Tenang saja Julius Rocky saya juga sudah berjanji kepada Valkyrie untuk tidak melakukan adu debat untuk menggugurkan suatu argumen.juliusrocky wrote:Aku lebih senang topik ini sebagai diskusi dan bukan adu seperti adu debat di thread lain.
Saya juga ingin tau lebih jauh:Topik ini juga sulit, sebab banyak variabel yang subjektif dan 'masih dalam tahap perkembangan'
1. Apa saja Variabel Subjective yang anda maksudkan?
2. Mengapa anda mengatakan masih dalam tahap perkembangan?
3. Apakah anda setuju dengan pendapat Harun Yahya mengenai konsep waktu dan Allah yang sudah saya sampaikan sebelumnya?
4. Jika Setuju, apa mengapa Takdir disangkut pautkan dalam masalah konsep waktu ini? dan sebelum menjawab pertanyaan ke 4 ini, apakah anda bisa menjelaskan konsep takdir sehubungan dengan apa yang disampaikan oleh Harun Yahya lebih jauh ataupun menggunakan konsep yang anda ketahui dalam ajaran islam.
Saya yakin Val akan setuju itu...jangan ditahan2...mari kita lanjutkan.Jika Valkyrie setuju thread ini lebih sebagai ajang diskusi dan bukan debat, aku setuju.
Jika tidak, maka aku menahan diri saja.
oki doki :)Okey kah ?
Oki Doki again :)
-
- Posts: 702
- Joined: Sun Feb 04, 2007 7:42 pm
Aku coba tanggapi sesuai kemampuanku. Boleh kamu tolak pendapatku sebatas diskusi.Valkyrie wrote: Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
Aku fahami secara fisika bahwa alam ini paling tidak diciptakan Allah dengan 3 dimensi (ruang) + waktu.
Pembentuk ruang (3 dimensi) itu adalah panjang, lebar dan tinggi.
Satu lagi pembentuk alam adalah waktu.
Nah, tentunya sebelum penciptaan pertama semua unsur tersebut (ruang + waktu) TIDAK ADA.
Jadi bagaimana mungkin kita memakai kata SEBELUM untuk menilai keadaan itu ?
Artinya pada keadaan itu, tidak berlaku kata keterangan tempat dan waktu.
Itu yang ku maksud dengan istilah salah makna.
Jadi, ya itu tadi...pertanyaan nya salah :)
Demikian tanggapanku
Subjective yang aku maksud adalah yang berhubungan dengan tingkat pendidikan dan jenis pendidikan seseorang.Athan wrote: Saya juga ingin tau lebih jauh:
1. Apa saja Variabel Subjective yang anda maksudkan?
2. Mengapa anda mengatakan masih dalam tahap perkembangan?
3. Apakah anda setuju dengan pendapat Harun Yahya mengenai konsep waktu dan Allah yang sudah saya sampaikan sebelumnya?
4. Jika Setuju, apa mengapa Takdir disangkut pautkan dalam masalah konsep waktu ini? dan sebelum menjawab pertanyaan ke 4 ini, apakah anda bisa menjelaskan konsep takdir sehubungan dengan apa yang disampaikan oleh Harun Yahya lebih jauh ataupun menggunakan konsep yang anda ketahui dalam ajaran islam.
Pemahaman tentang pertanyaan ini masih dalam perkembangan, artinya masih bisa berubah setiap saat, dan bukan bersifat menyempurnakan pendapat sebelumnya. (Ups...aku mulai sulit menjelaskan he..he..he)
Masalah Harun Yahya tentang waktu umumnya aku sependapat ( aku bukan ilmuwan setingkat dia lho :)Athan wrote:
1. Merupakan suatu hal yang sesuai dengan iman islam?
2. Bagaimana konsep waktu dan takdir sehubungan dengan waktu sebagai ciptaan Allah sendiri (jika memang point no 1 dikatakan sesuai dengan iman islam ) Karena bukankah dengan takdir berarti ada konsekuensi logis lain yang mana manusia tidak akan bisa melakukan apapun lagi atau minimal tidak akan berguna karena semuanya sudah "tertulis?"
Namun, aku berbeda pendapat dengan asumsimu dalam memandang Islam tentang takdir.
Bahkan aku berbeda pendapat dengan banyak rekan muslim lainnya. Namun aku nilai perbedaan pendapatku itu tidak lah sampai merusak keimanan.
Aku mempunyai pemahaman yang berbeda tentang takdir.
Demikian sementara ini.
Nice. Dalam hal ini kita punya keyakinan yang sama.Julius Rocky wrote:Aku coba tanggapi sesuai kemampuanku. Boleh kamu tolak pendapatku sebatas diskusi.
Aku fahami secara fisika bahwa alam ini paling tidak diciptakan Allah dengan 3 dimensi (ruang) + waktu.
Pembentuk ruang (3 dimensi) itu adalah panjang, lebar dan tinggi.
Satu lagi pembentuk alam adalah waktu.
Nah, tentunya sebelum penciptaan pertama semua unsur tersebut (ruang + waktu) TIDAK ADA.
Jadi bagaimana mungkin kita memakai kata SEBELUM untuk menilai keadaan itu ?
Artinya pada keadaan itu, tidak berlaku kata keterangan tempat dan waktu.
Itu yang ku maksud dengan istilah salah makna.
Jadi, ya itu tadi...pertanyaan nya salah Smile
Demikian tanggapanku
namun menurutmu, bagaimana dengan semua hukum matematika, apakah itupun diciptakan Allah? atau sudah ada ketika Allah sendiri ada.
contoh, kenyataan 1+1=2 itu awalnya belum ada lalu diciptakan Allah atau memang hakikat 1+1=2 sudah ada seperti halnya Allah sudah ada?
Boleh kami tahu di mana letak perbedaan persepsinya?Masalah Harun Yahya tentang waktu umumnya aku sependapat ( aku bukan ilmuwan setingkat dia lho Smile
Namun, aku berbeda pendapat dengan asumsimu dalam memandang Islam tentang takdir.
Bahkan aku berbeda pendapat dengan banyak rekan muslim lainnya. Namun aku nilai perbedaan pendapatku itu tidak lah sampai merusak keimanan.
Aku mempunyai pemahaman yang berbeda tentang takdir.
Demikian sementara ini.
Terima kasih, salam.
Mungkin kita harus fokus sehubungan dengan konsep waktu dan takdir yang dikemukakan oleh Harun Yahya, karena jika kita berbicara takdir, maka saya juga memiliki pandangan mengenai konsep takdir :)
Nah anda mengatakan secara umum anda menyetujui apa yang disampaikan oleh Harun Yahya, saya ingin mengetahui lebih jauh apa yang dimaksudkan dengan pernyataan Harun Yahya sebagai berikut:
Seperti yang sudah disampaikan oleh Val, bolehkah kami tahu di mana letak perbedaan persepsinya?
Salam,
Athan FFI
Nah anda mengatakan secara umum anda menyetujui apa yang disampaikan oleh Harun Yahya, saya ingin mengetahui lebih jauh apa yang dimaksudkan dengan pernyataan Harun Yahya sebagai berikut:
Tolong anda perhatikan tulisan yang saya bold di atas. Saya ingin mengetahui lebih jauh pemahaman anda sendiri sebagai seorang muslim mengenai hubungan takdir dan juga waktu yang disampaikan oleh Harun Yahya di atas. Terutama juga pernyataan Harun Yahya sebagai berikut:Mengapa Harun Yahya, penulis produktif ini tergugah untuk meluruskan konsep waktu, dan menekankan bahwa waktu itu sangat relatif? Karena hal ini bertautan dengan konsep takdir—yang merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang
Nah bagaimana pendapat anda mengenai tulisan Harun Yahya ini? Bagaimana pemahaman konsep anda mengenai waktu dan takdir? Karena menurut saya ada pemahaman yang sedikit berbeda antara pandangan Harun Yahya dengan konsep takdir secara umum, bagaimana menurut anda?Sebuah konsep yang tidak dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang, terutama para materialis yang sepenuhnya menolak konsep ini. Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum dilalui. Hal inilah yang menyebabkan mereka gagal dalam memahami kebenaran takdir. Bagaimana pun juga, peristiwa-peristiwa yang belum dialami itu hanyalah belum dialami oleh kita.
Sementara Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena Ia yang menciptakan semua itu. Karena alasan inilah, maka masa lalu, masa depan, dan masa kini, semuanya adalah sama saja bagi Allah; bagi-Nya, segala sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Quote:
Masalah Harun Yahya tentang waktu umumnya aku sependapat ( aku bukan ilmuwan setingkat dia lho Smile
Namun, aku berbeda pendapat dengan asumsimu dalam memandang Islam tentang takdir.
Bahkan aku berbeda pendapat dengan banyak rekan muslim lainnya. Namun aku nilai perbedaan pendapatku itu tidak lah sampai merusak keimanan.
Aku mempunyai pemahaman yang berbeda tentang takdir.
Demikian sementara ini.
Seperti yang sudah disampaikan oleh Val, bolehkah kami tahu di mana letak perbedaan persepsinya?
Salam,
Athan FFI
[quote=Valkyrie]
1. Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
[/quote]
Tidak ada yang tau. Urusan Allah lah itu....
[quote=Valkyrie]
2. Bagaimana konsep waktu dari Allah (Misalnya apakah Muslim meyakini 1 hari Allah= 1000 tahun manusia)?
[/quote]
Sama saja, gimana mo ngitungnya?
DImensinya Allah pun tidak ketauan... Apakah Allah (khaliq = pencipta) itu sama dengan makhluk (yang diciptakan) seperti manusia, bersifat spatial temporal, berinteraksi dengan waktu dan tempat? Ndak tau kita.
Jika menurut Harun Yahya kehidupan manusia sudah terjadi dan berakhir, bisa saja diinterpretasikan, misalnya, bahwa jangan-jangan waktu kita itu melingkar di dalam dimensi Allah, sehingga perputaran waktu menjadi tidak berhingga..... infinite...semua sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, sekaligus berakhir di situ-situ aja......dan bisa jadi benar bahwa jiwa / kehidupan bergerak melingkar seperti konsep orang Hindu: reinkarnasi.
Jangankan mau mikirin apa yang Allah (pencipta) lakukan, wong mikirn ciptaannya (itu seperti lingkaran kecil, universe kita, di dalam dimensi Allah) aja lom selesai-selesai ?????
1. Apa yang Allah lakukan sebelum penciptaan pertama?
[/quote]
Tidak ada yang tau. Urusan Allah lah itu....
[quote=Valkyrie]
2. Bagaimana konsep waktu dari Allah (Misalnya apakah Muslim meyakini 1 hari Allah= 1000 tahun manusia)?
[/quote]
Sama saja, gimana mo ngitungnya?
DImensinya Allah pun tidak ketauan... Apakah Allah (khaliq = pencipta) itu sama dengan makhluk (yang diciptakan) seperti manusia, bersifat spatial temporal, berinteraksi dengan waktu dan tempat? Ndak tau kita.
Jika menurut Harun Yahya kehidupan manusia sudah terjadi dan berakhir, bisa saja diinterpretasikan, misalnya, bahwa jangan-jangan waktu kita itu melingkar di dalam dimensi Allah, sehingga perputaran waktu menjadi tidak berhingga..... infinite...semua sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi, sekaligus berakhir di situ-situ aja......dan bisa jadi benar bahwa jiwa / kehidupan bergerak melingkar seperti konsep orang Hindu: reinkarnasi.
Jangankan mau mikirin apa yang Allah (pencipta) lakukan, wong mikirn ciptaannya (itu seperti lingkaran kecil, universe kita, di dalam dimensi Allah) aja lom selesai-selesai ?????
Matematik hanya permainan pikiran yang didikte oleh realitas fisik / alam sekitar.Valkyrie wrote:hukum matematika, apakah itupun diciptakan Allah? atau sudah ada ketika Allah sendiri ada.
contoh, kenyataan 1+1=2 itu awalnya belum ada lalu diciptakan Allah atau memang hakikat 1+1=2 sudah ada seperti halnya Allah sudah ada?
Tak ada alam (universe), tidak ada makhluk berpikir, matematik dasarnya apa?
Kebetulan, kita hidup di sistem bima sakti ini, yang mendikte bahwa 1+1 = 2. Dan kita ini ciptaan Allah. Dan kita diajarin bahwa Allah itu Maha Esa...
Apa tidak mungkin bahwa ada dunia paralel? yang diciptakan oleh "Allah" lain?
Bahwa bagi sistem galaksi kita, Allah itu Maha Esa... maha kuasa.. maha segala...
Apa tidak mungkin secara paralel ada universe lain yang diciptakan oleh Allah yang sama, yang semuanya jauh berbeda dengan semesta kita? Yang makhluk berpikirnya tidak menggunakan hukum matematika dari galaksi bima sakti.... dan jika mereka punya jari tiga belas, apa mereka juga menggunakan hitungan basis 10?
Dan karena pencipta itu sifatnya non-spatial-temporal.... mungkin saja ada semesta lain yang paralel, diciptakan oleh "Allah" yang lain.. namun di mata makhluk di dalam semesta itu, tetap saja "Allah" itu Maha Esa.. maha segalanya..
Dan apakah antara Allah yang satu dengan Allah yang lain munkin terjadi interaksi... konsep interaksi juga bersifat material, bisa saja mereka berada dalam dimensi yang tidak mungkin berinterseksi...
Duh.... mikir yang dekat-dekat aja dehhh....
ngapain sih nanyain apa yang Allah lakuin???????
Sibodoh, apakah kamu muslim dan tulisanmu tidak bermasalah bagi keimanan Islam?
jika iya, kita bisa melanjutkan diskusi di sini
jika tidak, kita bisa melanjutkan diskusi di fordis lain.
Pertanyaan aku ajukan dengan alasan:
1. Mengetahui bagaimana konsep Islam mengenai waktu dan alam semesta, apakah konsepnya sudah definitif atau belum?
2. Apakah Allah harus dipahami sebatas hukum2 alam semesta?
Meskipun ada beberapa pernyataanmu yang tidak aku setujui, tetapi aku setuju dnegan pernyataanmu di bawah ini:
1. buatan manusia
2. bebricara tentang ciptaan Allah
Dan karenanya, apabila ada orang yang menggunakan rumusan matematika (atau hukum2 Allam) untuk berbicara tentang esensi Allah sendiri (bukannya sifat2 Allah), bagiku adalah tindakan yang destruktif terhadap keimanannya sendiri yang meyakini Allah sebagai MAHA PENCIPTA/ MAHA BESAR.
salam
jika iya, kita bisa melanjutkan diskusi di sini
jika tidak, kita bisa melanjutkan diskusi di fordis lain.
Pertanyaan aku ajukan dengan alasan:
1. Mengetahui bagaimana konsep Islam mengenai waktu dan alam semesta, apakah konsepnya sudah definitif atau belum?
2. Apakah Allah harus dipahami sebatas hukum2 alam semesta?
Meskipun ada beberapa pernyataanmu yang tidak aku setujui, tetapi aku setuju dnegan pernyataanmu di bawah ini:
Setuju bahwa Allah tidak dapat dipahami secara matematis, sebab matematika hanyalah rumusan buatan manusia untuk memahami ciptaan Allah. jadi ada dua unsur yang perlu diperhatikan tentang matematika:Matematik hanya permainan pikiran yang didikte oleh realitas fisik / alam sekitar.
Tak ada alam (universe), tidak ada makhluk berpikir, matematik dasarnya apa?
Kebetulan, kita hidup di sistem bima sakti ini, yang mendikte bahwa 1+1 = 2. Dan kita ini ciptaan Allah. Dan kita diajarin bahwa Allah itu Maha Esa...
1. buatan manusia
2. bebricara tentang ciptaan Allah
Dan karenanya, apabila ada orang yang menggunakan rumusan matematika (atau hukum2 Allam) untuk berbicara tentang esensi Allah sendiri (bukannya sifat2 Allah), bagiku adalah tindakan yang destruktif terhadap keimanannya sendiri yang meyakini Allah sebagai MAHA PENCIPTA/ MAHA BESAR.
salam
Gw Islam.
Pendapat gw pribadi, mungkin berbeda dengan yang diajarin para guru-2 agama. Tapi gw rasa tidak bertentangan secara prinsip, jika digunakan akal dengan hati yang jernih.
Menenai cara kerja alam semesta, perintah Allah untuk mengetahui bagaimana alam (ciptaannya) bekerja. Jadi semua orang dianjurkan melakukan interpretasi (dengan ayat2 yang menyatakan "baca!", "Apakah kamu tidak melihat?", dsb.) , memberi penjelasan terhadap mekanisme yang diatur Allah. Penjelasan terhadap mekanisme ini bukan konsep Islam, namun lebih tepat disebut science. Konsep Islam menyatakan mekanisme itu sudah diatur (Qadha), namun bagaimana cara bekerjanya (dan menyiasatinya), itu tugas manusia mencari konsep (atas ciptaanNya). Islam juga memberikan kebebasan memilih untuk mencapai destiny (Qadar/takdir) setiap orang. Diberi sumber daya untuk itu (hati/conscience, dan otak/analyzing & abstracting tools).
Hukum (penjelasan terhadap karakter dan mekanisme) alam semesta berorientasi materialistik: bisa dinyatakan sebagai benar jika logika menerima, dan fakta (evidence) untuk membuktikan kebenarannya tersedia. Allah (dan sebenarnya semua konsep Tuhan) tidak pernah bisa dibuktikan secara scientific (by material evidence).
Tuhan hanya bisa diterima oleh manusia sebagai iman (faith : belief without 'material' evidence). Dan jalan menuju keimanan adalah dengan menjernihkan hati dan pikiran secara simultan. Matematika bisa membantu , namun matematika bukan kendaraan utama sampai ke sana.
Pendapat gw pribadi, mungkin berbeda dengan yang diajarin para guru-2 agama. Tapi gw rasa tidak bertentangan secara prinsip, jika digunakan akal dengan hati yang jernih.
Konsep Islam mengenai alam semesta: alam semesta ciptaan Allah, segala sesuatu di alam semesta diatur oleh Allah. Semua dariNya, dan akan kembali padaNya. Itu saja. Definitif.Mengetahui bagaimana konsep Islam mengenai waktu dan alam semesta, apakah konsepnya sudah definitif atau belum?
Menenai cara kerja alam semesta, perintah Allah untuk mengetahui bagaimana alam (ciptaannya) bekerja. Jadi semua orang dianjurkan melakukan interpretasi (dengan ayat2 yang menyatakan "baca!", "Apakah kamu tidak melihat?", dsb.) , memberi penjelasan terhadap mekanisme yang diatur Allah. Penjelasan terhadap mekanisme ini bukan konsep Islam, namun lebih tepat disebut science. Konsep Islam menyatakan mekanisme itu sudah diatur (Qadha), namun bagaimana cara bekerjanya (dan menyiasatinya), itu tugas manusia mencari konsep (atas ciptaanNya). Islam juga memberikan kebebasan memilih untuk mencapai destiny (Qadar/takdir) setiap orang. Diberi sumber daya untuk itu (hati/conscience, dan otak/analyzing & abstracting tools).
Allah tidak dapat dipahami hanya dengan hukum fisika, hanya bisa diterima di dalam human conscience (berupa iman / faith). Jika menggunakan hukum2 alam semesta, bisa dua kemungkinan: makin mendekat, dan makin menjauh dari Allah.Apakah Allah harus dipahami sebatas hukum2 alam semesta?
Hukum (penjelasan terhadap karakter dan mekanisme) alam semesta berorientasi materialistik: bisa dinyatakan sebagai benar jika logika menerima, dan fakta (evidence) untuk membuktikan kebenarannya tersedia. Allah (dan sebenarnya semua konsep Tuhan) tidak pernah bisa dibuktikan secara scientific (by material evidence).
Tuhan hanya bisa diterima oleh manusia sebagai iman (faith : belief without 'material' evidence). Dan jalan menuju keimanan adalah dengan menjernihkan hati dan pikiran secara simultan. Matematika bisa membantu , namun matematika bukan kendaraan utama sampai ke sana.