Maisaroh vs KELIHGO: Apakah Islam sebuah Kebenaran?

Khusus bagi debat-diskusi one-to-one secara serius dan intelektual seputar Islam yang dimoderasi dengan ketat. Anggota yang melontarkan caci-maki dan hinaan yang bersifat ad-hominem akan dikeluarkan dari forum khusus ini. Silakan kontak Forum Admin atau Moderator untuk mendapatkan akses di Ruang Bedah Islam.

Setelah membaca post ini saya setuju dgn :

Maisaroh
4
100%
Kelihgo
0
No votes
 
Total votes: 4

KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Menjadi Islam berarti menjadi pengikut nabi Muhammad, bukan pengikut agama Ibrahim, apalagi pengikut Allah.
Jadi kata-kata “beriman” dalam Surah Al-Baqoroh di atas bukan beriman kepada Allah secara realita, tapi beriman kepada Muhammad, beriman kepada ucapan-ucapan yang disampaikan Muhammad yg diklaimnya sebagai kata-kata Allah.
Bila ayat-ayat yang disampaikan nabi Muhammad semata-mata untuk kepentingan nabi Muhammad, bisakah ini dipercaya sebagai kata-kata Allah?
Dan bila Muhammad menceritakan tentang perjalanan Isra Miraj, apakah ini juga bisa dipercaya? Bukankah kisah ini semata-mata juga untuk kepentingan Muhammad untuk membuktikan Muhammad seorang rasul?
Kalau sumber-sumber Islam hanya bersumberkan dari 1 orang saja, apalagi orang itu juga yang menjadi lakon utamanya, bisakah ini dipercaya? Dan apakah orang yang percaya telah menggunakan akal sehatnya?
Bisa saja seorang Soeharto mantan presiden mengaku pernah menerima wangsit dari malaikat Jibril yg mengatakan kepadanya kalau dirinya harus diteguhkan kembali menjadi presiden di Republik tercinta ini. Dia bisa bercerita yg aneh-aneh untuk meneguhkan ketokohannya itu. Di masa sekarang, secara akal sehat tentu tidak ada yang mau percaya. Hanya orang yang tidak bisa menggunakan rasio-nya yg akan mengamini segala ucapan lelucon ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk memaksa orang agar percaya pada semua kata-katanya adalah dengan jalan kekerasan. Inilah cara yang dipakai nabi Muhammad untuk meneguhkan kerasulannya. Tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, selain memakai kekerasan, sebab mujizat pun Muhammad tak punya. Orang-orang Anshor Madinah setia dan begitu mencintai nabi Muhammad karena Muhammad menafkahi mereka dengan harta jarahan. Seandainya Muhammad tidak menghalalkan harta jarahan, Muhammad tidak akan laku baik di Mekkah maupun di Madinah. Dia akan selalu tersingkirkan dan menjadi bahan ejekan orang-orang sekelilingnya.
Ajaran Nabi Ibrahim juga mengarah ke tauhidan ALLAH,lantas apa bedanya.Nah kata beriman dan ISlam jauhhhh berbeda,coba bedakan ayat ini dengan ayat ini

Misalnya mengenai Orang beriman (Mukmin)
1. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwa surga-surga yang sungai-sungai mengalir di dalamnya (telah tersedia) bagi mereka. Setiap kali mereka diberi buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka berkata, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan di dalam surga-surga itu mereka memiliki istri-istri yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya. (2;25)

Dengan ayat mengenai Islam (muslim)

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku dan telah Kuredai Islam itu menjadi agama bagimu. " - Surah aI-Maidah, ayat 3.


Nah apakah sama Islam dengan Beriman,jauh berbeda,Orang beriman itu sudah dijelaskan di ayat ini


Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Albaqarah
[3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
[4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
[5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Sedangkan Islam (Muslim)

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Nah liat bahasa Arabnya,yang satu YA AYYUHALLADZINA AMANU,yang satu ILLA MAAN(G)tum muslimun.



Mas Keli mengutip ayat dari Surah Al-Hujurat:
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah olehmu dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa”.
(Al-Hujurat 49:12)
Bila nabi Muhammad tahu berprasangka itu dosa, lalu kenapa nabi Muhammad malah berprasangka?
Berprasangka yang mana neeeh,mengenai Tuhan,yang dia lihat cahaya kok,sama dengan yang dilihat Nabi Musa

Surah Al-Anfal ayat 58
“Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang sama. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat. (QS 8:58 )
Coba, Mas, ayat itu mengatakan kalau kita khawatir akan pengkhianatan, maka khianati lebih dulu sebelum kita didahului. Ini sikap paranoid dan terlalu berprasangka! Kalau Allah itu memang Tuhan, kenapa Allah tidak memberitahukan kepada Muhammad secara pasti, tapi mengandalkan prasangka dari manusia? Bukankah prasangka manusia belum tentu benar 100%?
Di ayat Q 49:12 melarang umatnya berprasangka, tapi di Q 8:58 malah mengajarkan umatnya berprasangka. Bukankah ini sikap yang mendua? Kitab suci kita memang penuh dengan kontradiksi. Mas Keli tidak jeli dalam memahami Islam.
Makanya neng kalau mau mengartikan ALQUR'AN liat kondisinya,surat AL ANFAL ayat 58 tuh dari pertamanya begini

Sesungguhnya binatang ( makhluk ) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang- orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.( 55 )
( Yaitu ) orang- orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut ( akibat- akibatnya ) .(56)
Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang- orang yang di belakang mereka dengan ( menumpas ) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran.(57)
Dan jika kamu khawatir akan ( terjadinya ) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.(58)
Dan janganlah orang- orang yang kafir itu mengira, bahwa mereka akan dapat lolos ( dari kekuasaan Allah ). Sesungguhnya mereka tidak dapat melemahkan ( Allah ).(59)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda- kuda yang ditambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu ) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang- orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya ( dirugikan ).(60)
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(61)Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah ( menjadi pelindungmu ). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan- Nya dan dengan para mukmin, (62 )

Nah begitu jawaban saya,kalau mau Damai ya Damai,kalau mau berhianat dengan cara perang,ya perjanjian itu dikembalikan ke pihak musuh (bukan menghianati lebih dulu,tetapi kembalikan dulu berkas perjanjian damainya ke Musuh melalui satu orang (KURIR)),ibaratnya anda diserang,atau dikhianati,apakah anda tidak membela diri
Mas Keli mengutip Surah Ar-Ruum untuk membuktikan kefanatikan dilarang dalam Islam:
Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan. (Ar-Ruum 30:29)
Ini bukan ayat tentang pelarangan berlaku fanatik. Apa sama fanatik dengan hawa nafsu?
Fanatik adalah suatu sikap yang begitu yakin akan kebenaran suatu ajaran dan kita hidup semata-mata untuk mengamalkan ajaran tersebut tidak untuk yang lain. Ini pengertian fanatik.
Fanatik tidak sama dengan hawa nafsu. Bila fanatik dianggap sama dengan hawa nafsu, berarti ajaran-ajaran Islam itu hawa nafsu? Bukankah sangat mengherankan sebuah agama yang diklaim berasal dari Tuhan malah mengajarkan hawa nafsu?
Mas Keli, saya punya jawaban kenapa fanatik dalam beragama Islam tidak dianjurkan oleh para pemimpin moral negara moderat seperti Indonesia. Alasannya adalah: Bila seseorang semakin fanatik dalam beragama Islam, dia akan semakin jahat perilakunya dan tidak toleran terhadap sesama yang bukan muslim.
Kenapa hal ini perlu ditekankan dalam pendidikan moral negara kita? Karena negara kita dihuni oleh berbagai suku dan agama. Negara Indonesia adalah negara yang majemuk, sementara Islam menentang kemajemukan.
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu
keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau
yang negatip, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau
pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah
diluruskan atau diubah.Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumen
rationilpun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat
disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang
dalam;
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa.
Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu
memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap
masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat
selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik
adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain
yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.

Coba anda camkan,mengapa manusia jadi Fanatik,karena Hawa nafsunya Dalam Kamus Istilah Islam karangan Moh. E. Hasim (1987), fanatik didefinisikan sebagai kecintaan yang sangat kuat tetapi tidak berdasarkan ilmu pengetahuan mendalam dan akal sehat. Dalam konteks kenegaraan, fanatik berarti mencintai bangsa atau golongan secara berlebih-lebihan. Right or wrong is my country. Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid (1975), fanatik (Arab: ta'ashshub) diartikan sebagai suatu sikap tidak menerima kebenaran yang berbeda walaupun kebenaran yang "dianggap" beda itu didasarkan atas dalil-dalil yang sama kuatnya.

Nah kalau akal sehat tidak dipakai,ya hawa nafsu dong
Mas Keli menulis sebagai catatan penutup:
Note ; Seandainya saya fanatik agama Islam,niscaya pertanyaan anda saya jawab dengan HAwa Nafsu,yaitu Kemarahan.Padahal memarahi anda yang tidak tau adalah KEZALIMAN

Kalau Mas memarahi saya, berarti Mas sudah mengamalkan ajaran nabi Muhammad. Gak apa-apa, Mas, silakan marah kalau Mas ingin marah. Bukankah Islam memang mengajarkan sikap keras kepada para murtadin seperti saya?
1. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang ****.” (QS. Al Qur’an, 7:199)
2. dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun, 64:14)
3. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43)
4. menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Terima kasih Mas Keli untuk jawaban Anda yang bagus.

Mas keli mengatakan:
Nah kalau seandainya Nabi Muhammad menceritakan secara rinci pribadi ALLAH S.W.T,pertanyaan saya adalah:
1) apakah manusia akan beriman itu? kalau tidak beriman ya percuma
2) kedua masalahnya kalau seandainya Pribadi ALLAH sudah diketahui,kapan urusan Dunia dikerjakan oleh manusia,bukankah manusia diturunkan untuk menjadi Khalifah dibumi
3) Dan satu lagi ALLAH punya ketetapan.nah ketetapan itulah yang tidak bisa diganggu gugat,termasuk malaikat.Nah Pribadi ALLAH yang ditemukan NABI MUSA dan NABI MUHAMMAD adalah sebuah Nur,kenapa,karena ALLAH masih sayang sama kedua Nabi itu,apabila bertemu secara FACE - To - Face,niscaya mereka akan Hancur Karena MAHA PERKASANYA ALLAH itu.


Dari tiga poin di atas, saya mau kasih komentar:

1) Jadi, kalau PRIBADI ALLAH dinyatakan dengan terang kepada manusia, nanti takutnya manusia malah tidak mau lagi percaya kepada Allah.

Memang ada apa dengan pribadi Allah? Apakah pribadi Allah itu sungguh memalukan, sampai-sampai Dia takut bila manusia mengetahuinya nanti akan meninggalkanNya? Masa sifat Allah seperti itu? Masa Allah punya sifat paranoid? Jadi kesimpulannya: Allahnya Muhammad bukan Tuhan, karena rupanya ada hal-hal yg perlu disembunyikan yg tampaknya begitu memalukan bila diungkap kepada manusia.

2) Apakah relevansinya mengetahui Pribadi Allah dengan mengerjakan urusan dunia sebagai kalifah? Saya tidak paham dengan kalimat Mas Keli yg ini.

3) Bila Allah tidak mampu mengendalikan diriNya sendiri, yg oleh nabi kita Muhammad digambarkan seperti NUKLIR, apapun yang dekat denganNya akan hancur meledak, jadi kesimpulan saya: Allah bukan Tuhan. Karena Tuhan pasti mampu mengendalikan kekuasaannya. Beda dengan manusia. Misal: Manusia bertubuh gendut tidak mampu masuk ke dalam ruang sempit yang ukurannya lebih kecil dari ukuran tubuhnya. Ini wajar, sebab memang manusia. Manusia tidak bisa dengan serta merta mengubah ukuran tubuhnya dalam sekejap untuk bisa memasuki ruang sempit itu, karena manusia memang tidak maha kuasa dan tidak bisa mengendalikan bentuk atau kondisi tubuh dirinya sendiri. Tetapi Tuhan beda. Tuhan selain berkuasa mengendalikan alam semesta juga punya kuasa untuk mengendalikan diriNya sendiri. Jika Tuhan tidak mampu mengendalikan diriNya sendiri, berarti itu bukan Tuhan, tapi sebuah benda ciptaan belaka. Apakah oleh kuasaNya sendiri Tuhan tidak bisa berfirman: “Jangan hancur, wahai nabiku, sekalipun kamu bertatap wajah denganKu face to face.”???

Tentang Isra Miraj

Mas Keli menulis:

Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).

Apakah ini kesaksian Abu Bakar? Apakah kesaksian Abu Bakar sahih? Maksud saya, apakah Abu Bakar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dirinya untuk menjadi saksi? Apakah Abu Bakar r.a. pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri bilamana nabi melakukan perjalanan di malam Lailatul Khodar itu? Saya minta Mas Keli berikan klarifikasinya.

Mas Keli menambahkan:

HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq). HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61


Nah, Mas, lagi-lagi pengakuan itu asalnya dari bibir nabi, bukan karena melihat sendiri kejadiannya. Bisakah kesaksian ini dianggap kesaksian, bila sumbernya berasal dari 1 orang yg sama yg justru dialah sebagai lakon utamanya?

Apa Mas Keli tidak bisa peka merasakan kejanggalan ini?

Bukankah ini lelucon?

Seorang lakon utama bisa saja membuat klaim-klaim luar biasa untuk kepentingan dirinya, sebuah cerita hasil karangannya sendiri yg hanya dia sendiri yg tahu.

Hadish-hadish yang Mas Keli tunjukkan kepada saya, sumbernya juga berasal dari mulut nabi. Jadi mana letak kesahihan cerita ini, bila sumbernya berasal dari orang yg sama yang menjadi lakon utamanya?

Begitu pula dengan cerita Alquran:

”...Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( 17:1 )

An - Najm (15) ayat
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain.(13)
(Yaitu) di Sidratil Muntaha.(14)
Di dekatnya ada surga tempat tinggal.(15)
Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.(16)
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula )melampauinya.(17)
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda- tanda ( kekuasaan ) Tuhannya yang paling besar.(18 )...”


Dari mana kata-kata ayat surah Al-Isra dan surah An-Najm itu? Bukankah itu kata-kata yang diucapkan oleh orang yang sama yang menjadi lakon utamanya? Bila Mas Keli mengklaim itu firman Allah, nah siapa yang bilang kalau surah Al-Isra dan surah An-Najm firman Allah? Juga dari klaim nabi Muhammad. Muhammad yang mengatakan kepada pengikutnya kalau itu wahyu dari Jibril.

Oleh sebab itu, Mas, mana akal sehat kita sewaktu mempercayai semua ini? Kenapa semuanya hanya didasarkan atas pengakuan Muhammad belaka?

Sekalipun Muhammad diberi gelar Al-Amin oleh para pengikutnya, tapi ini klaim sepihak, di mana Mirza Ghulam Ahmad pun juga bisa diberi gelar serupa oleh para pengikut fanatiknya.

Rukun Iman
1. PERCAYA KEPADA ALLAH
2. PERCAYA KEPADA MALAIKAT
3. PERCAYA KEPADA RASUL
4. PERCAYA KEPADA KITAB
5. PERCAYA KEPADA HARI PEMBALASAN
6. PERCAYA KEPADA TAKDIR DAN QADHAR

Dari Rukun Iman yang Mas Keli tuliskan untuk saya, mana yang paling utama? Jelas bukan percaya kepada Allah, walaupun di situ diletakkan pada nomor urut pertama. Rukun Iman yang paling pokok sebenarnya adalah Iman kepada Rosul dan Kitab.

Coba Mas pikir, di masa nabi Muhammad mendakwahkan ajarannya, orang-orang Arab sudah menyembah Allah. Di Arab ada ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani), mereka sudah percaya malaikat, hari kiamat, takdir dan qodhar. Jadi, menjadi penganut Islam, berarti menjadi pengikut Muhammad, bukan pengikut Allah.

Setiap Muslim adalah pengikut Muhammad secara pribadi. Mereka bukan diajarkan untuk setia pada Allah, tapi setia pada Muhammad.

Bukankah ini sebuah lelucon? Tidakkah Mas berpikir kalau ini semua untuk kepentingan Muhammad? Semua adalah untuk ego pribadinya.

Tentang Hadish

Mas Keli, saya kan sudah bilang kalau kita jangan mengutip pendapat dari orang lain, tapi kenapa Mas malah mengutip pendapatnya seorang pakar Malaysia, yang jelas-jelas masa hidupnya sudah terlampau jauh dari zaman Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishaq sendiri? Apakah komentar orang di abad 20 lebih dianggap sahih ketimbang kesaksian orang di abad-abad sebelumnya yang lebih dekat dengan zaman nabi?

Kalau Mas Keli tidak mau percaya dengan Hadish yang berbicara blak-blakan tentang kehidupan nabi, tidak apa-apa. Lalu apakah Mas juga tidak mau percaya dengan Alquran bila di dalamnya penuh dengan kata-kata jahat dari Muhammad?

Mas Keli menulis:

Ajaran Nabi Ibrahim juga mengarah ke tauhidan ALLAH,lantas apa bedanya.Nah kata beriman dan ISlam jauhhhh berbeda,coba bedakan ayat ini dengan ayat ini

Misalnya mengenai Orang beriman (Mukmin)
1. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwa surga-surga yang sungai-sungai mengalir di dalamnya (telah tersedia) bagi mereka. Setiap kali mereka diberi buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka berkata, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan di dalam surga-surga itu mereka memiliki istri-istri yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya. (2;25)

Dengan ayat mengenai Islam (muslim)

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku dan telah Kuredai Islam itu menjadi agama bagimu. " - Surah aI-Maidah, ayat 3.


Kalau orang beriman dg orang Islam itu berbeda, jadi jelaslah sudah bahwa orang Islam tidak beriman kepada Allah, tapi beriman kepada Muhammad sebagai rasulullah. Keberimanan kepada Allah SWT hanya sebagai lipstik saja, tetapi sebenarnya yang dituju adalah Muhammad.

Bila orang Mukmin dan orang Muslim itu beda, lalu siapakah orang Mukmin itu Mas?

Mas Keli menulis:

Nah apakah sama Islam dengan Beriman,jauh berbeda,Orang beriman itu sudah dijelaskan di ayat ini

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Albaqarah
[3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
[4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
[5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Sedangkan Islam (Muslim)

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".


Kalau agama Islam sudah ada pada masa nabi Ibrahim, tapi kenapa Islam secara riil baru ada pada abad ke-7?

Bukankah di ayat itu nabi Muhammad telah berbohong? Kalau orang yang memakai akal sehat, Mas, siapa yang mau percaya dengan kata-kata seperti ini?

Tentang Prasangka

Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.

Coba perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, Mas. Bukankah pengkhiatan itu belum terjadi? Itu baru dalam konteks “khawatir”, belum benar-benar terwujud apa yang dikhawatirkan. Nah, bukankah ini mengajarkan prasangka?

Sebenarnya bukan cuma satu ayat itu saja. Masih ada ayat lain yg mengajarkan prasangka, satu contoh:

Surah Al-Baqoroh ayat 120:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Bukankah ini prasangka yang buruk, Mas? Apa benar semua orang Yahudi dan Nasrani isi hatinya demikian?

Kenapa belum apa-apa Alquran sudah mengklaim kalau umat Yahudi dan Nasrani “tidak akan senang kepada umat Muslim”? Tidakkah ini mengajarkan fitnah dan kebencian tanpa sebab kepada umat lain?

Juga Surah Al-Anbiyaa ayat 36:
“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?", padahal mereka adalah orang-orang yang inkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.”

Nah, sepanjang pengetahuan saya dalam kehidupan sehari-hari, tidak pernah umat lain yang dicap kafir itu mengolok-olok saya. Justru yang banyak terjadi Pak Ustadz dan teman-teman saya di Pondok Pesantren kerap mengolok-olok nabi Isa yang menjadi junjungannya kaum Nasrani. Kalau umat yang suka berolok-olok (menghina) orang lain itu sebenarnya Muslim sendiri, lalu kenapa tuduhan ini malah ditimpakan kepada umat non-muslim?

Sekali lagi, mas, Ajaran Alquran sama sekali tidak bisa diikuti secara akal sehat. Di dalamnya penuh prasangka, fitnah dan tidak sehat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bahkan dengan sangat kasarnya, Alquran menulis kata-kata ini kepada kaum non-muslim:

Surah Al-Anfal ayat 55
“Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang- orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.”

Nah, ini sekaligus mempertanyakan kembali makna kata beriman. Bukankah ‘beriman’ di sini maksudnya iman kepada Muhammad sebagai rasulullah? Kalau ajaran-ajaran nabi Muhammad semuanya hanya berasaskan ego pribadi semata, lalu kenapa kita tidak menelaahnya lebih lanjut untuk mengecek kebenaran kenabian beliau?

Bisa saja seorang Soeharto mantan presiden mengaku pernah menerima wangsit dari malaikat Jibril yg mengatakan kepadanya kalau dirinya harus diteguhkan kembali menjadi presiden di Republik tercinta ini. Dia bisa bercerita yg aneh-aneh untuk meneguhkan ketokohannya itu. Di masa sekarang, secara akal sehat tentu tidak ada yang mau percaya. Hanya orang yang tidak bisa menggunakan rasio-nya yg akan mengamini segala ucapan lelucon ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk memaksa orang agar percaya pada semua kata-katanya adalah dengan jalan kekerasan. Inilah cara yang dipakai nabi Muhammad untuk meneguhkan kerasulannya. Tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, selain memakai kekerasan, sebab mujizat pun Muhammad tak punya. Orang-orang Anshor Madinah setia dan begitu mencintai nabi Muhammad karena Muhammad menafkahi mereka dengan harta jarahan. Seandainya Muhammad tidak menghalalkan harta jarahan, Muhammad tidak akan laku baik di Mekkah maupun di Madinah. Dia akan selalu tersingkirkan dan menjadi bahan ejekan orang-orang sekelilingnya.

Tentang Fanatik

Mas Keli menjelaskan pengertian kata ‘fanatik’:
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatip, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah.Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumen rationilpun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam;
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa.
Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain
yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.


Benar sekali, Mas. Apa yang Mas jelaskan di atas sangat tepat. Dan memang seperti itulah kefanatikan yang diajarkan Islam.

Ajaran Islam adalah:

(1) tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan
(2) harus dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah
(3) tidak rasionil, karena itu argumen rasionilpun susah digunakan untuk meluruskannya
(4) orientasi dan sentimen pada agama orang lain, sehingga tidak mendidik ke dalam, tapi justru menghakimi orang lain
(5) tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, semuanya hanya didasarkan pada hukum halal dan haram
(6) tidak memiliki kemampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.

Mas Keli menerangkan:
Coba anda camkan,mengapa manusia jadi Fanatik,karena Hawa nafsunya Dalam Kamus Istilah Islam karangan Moh. E. Hasim (1987), fanatik didefinisikan sebagai kecintaan yang sangat kuat tetapi tidak berdasarkan ilmu pengetahuan mendalam dan akal sehat. Dalam konteks kenegaraan, fanatik berarti mencintai bangsa atau golongan secara berlebih-lebihan. Right or wrong is my country. Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid (1975), fanatik (Arab: ta'ashshub) diartikan sebagai suatu sikap tidak menerima kebenaran yang berbeda walaupun kebenaran yang "dianggap" beda itu didasarkan atas dalil-dalil yang sama kuatnya.

Nah kalau akal sehat tidak dipakai,ya hawa nafsu dong


Itulah Mas, makanya dalam diskusi ini jangan pakai hawa nafsu, tapi pakailah akal sehat dalam menalar KEBENARAN agama kita. Apa betul Islam itu sebuah kebenaran? Untuk itulah kita sekarang berdialog. Hanya dengan akal sehat-lah kita bisa mengetahuinya.


Mas Keli menutup postingannya:
1. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang ****.” (QS. Al Qur’an, 7:199)
2. dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun, 64:14)
3. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43)
4. menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)


Terima kasih Mas Keli, kalau Mas sudah berusaha untuk bersabar. Sebab sikap sabar itu ada hikmahnya. Semoga melalui diskusi kita ini, ada salah satu pihak yang bisa disadarkan.

Bisa saja saya yang disadarkan oleh Mas sehingga dapat kembali lagi menjadi seorang Muslimah, atau sebaliknya justru Mas Keli yang tersadar dari kekeliruannya selama ini sehingga mau keluar dari agama yang menurut saya sesat ini.

Wassalam,

Maisaroh
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »


hehehehehe begini aja ya neng.Pertanyaan saya apa yang anda lakukan seandainya anda tau Rupa Tuhan,Bentuk Tuhan dll.anda masih beriman atau tidak.Ini ada cerita uat anda.
Nah itu aja perumpamaannya

2. saya jawab aja,biar manusia mencari sendiri,itulah alasannya,bukankah manusia bisa maju karena mencari sendiri termasuk Pribadi ALLAH.Manusia diturunkan kebumi juga untuk mencari sendiri kok,makanya kata saya kalau tau pribadi Allah,ya percuma dong,suatu saat kalau Kitab Qur'an membeberkan pribadi ALLAHmaka akan malas,dan tidak akan mencari sendiri Pribadi ALLAH itu

3.Coba anda bayangkan,itu BARU MAHA PERKASA.ALLAH juga bisa mengendalikan diri,coba bayangkan berapa banyak orang yang tidak beriman tetapi masih hidup,kaya,dll.Berapa banyak Orang yang tidak beriman tidak kena AZAB,misalnya saja kaum Quraisy dll.Kenapa orang yang berbuat salah ALLAH akan melupakan dosa anda kalau anda Tobat.Berapa banyak Orang yang menghujat ALLAH di Forum ini,tetapi masih Hidup.bukankah itu termasuk mengendalikan diri.Nah kalau mengapa tidak mau dilihat bentuknya karena ALLAH juga punya Ketetapan.Misalnya anda punya Ketetapan apa yang tidak bisa diganggu gugat.manusia saja punya Ketetapan yang tidak mau diganggu gugat. Apakah dilarang kalau ALLAH punya hal itu.


[ Wah neng liat dulu Hadistnya

1. yang itu bicara Aishah
2. kemudian itu ada Abu Bakar

pertanyaan saya lagi,lantas mengapa ada hadist ini beberapa Orang yang menanyakan bentuk ALLAH
ALQUR'AN jawabannya

Hehehehehehe gini aja membuktikan Bukan Muhammad yang berbicara di ALQUR'An

1. Coba kenapa bukan Pengkhususan saja orang yang dapat Pahala dan surga adalah Umat Islam,tetapi Orang beriman dan bertakwa

2. Masa Nabi berkata menjelek-jelekan diri dengan ayat ini ;"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (80:1)

3. Kenapa Cerita Nabi Musa malah lebih banyak dari Muhammad,perbandingannya saja Jomplang.Kenapa cerita Nabi Yusuf yang terbaik di Quran,bukan Nabi Muhammad,Kenapa Tokoh wanita yang dijelaskan di ALQUR'AN bukan Ibu Nabi Muhammad,melainkan SITI MARYAM Ibu Nabi Isa A.S

dimanakah Qur'an membuktikan bahwa Qur'an adalah Ucapan Nabi Muhammad.


.

hehehehe kalau anda Beriman percayalah kepada ALLAH,kalau anda tidak percaya,lantas anda mau percaya sama sapa hehehehehehe,anda udah dikasih kebaikan sama ALLAH loh untuk Hidup hingga sekarang,kenapa harus urutan pertama,lha yang nyiptain Rasul sapa sih,jelas ALLAH lah.Kau tau tidak suku Quraisy adalah penyembah Patung,lha yang buat Patung sapa,ya Manusialah.masa yang meciptakan Patung kudu nyembah yang diciptakan,aneh aja anda :lol:

Nah ini anda yang tidak ketahui,kaum Yahudi dulu hidupnya bukan diMEKAH,melainkan di MADINAH,sedangkan NASRANI di NAJRAD
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Tentang Hadish
Mas Keli, saya kan sudah bilang kalau kita jangan mengutip pendapat dari orang lain, tapi kenapa Mas malah mengutip pendapatnya seorang pakar Malaysia, yang jelas-jelas masa hidupnya sudah terlampau jauh dari zaman Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishaq sendiri? Apakah komentar orang di abad 20 lebih dianggap sahih ketimbang kesaksian orang di abad-abad sebelumnya yang lebih dekat dengan zaman nabi?
Kalau Mas Keli tidak mau percaya dengan Hadish yang berbicara blak-blakan tentang kehidupan nabi, tidak apa-apa. Lalu apakah Mas juga tidak mau percaya dengan Alquran bila di dalamnya penuh dengan kata-kata jahat dari Muhammad?
Nah itu sample,gue punya beberapa Buku mengenai kelemahan Ibnu ishaq,baik sanad,isnad,maupun matan dan kedudukan perawi,selain itu saya juga sedang belajar Hukum Hadist.apa yang dituliskan itu emang benar kok,sesuai dengan perkataan saya.selain itu Alqur'an tidak ada sama sekali menceritakan kehidupan Nabi Muhammad,lebih tepatnya cerita Nabi Musalah yang memiliki Porsi terbanyak

Mas Keli menulis:

Ajaran Nabi Ibrahim juga mengarah ke tauhidan ALLAH,lantas apa bedanya.Nah kata beriman dan ISlam jauhhhh berbeda,coba bedakan ayat ini dengan ayat ini

Misalnya mengenai Orang beriman (Mukmin)
1. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwa surga-surga yang sungai-sungai mengalir di dalamnya (telah tersedia) bagi mereka. Setiap kali mereka diberi buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka berkata, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan di dalam surga-surga itu mereka memiliki istri-istri yang suci. Dan mereka kekal di dalamnya. (2;25)

Dengan ayat mengenai Islam (muslim)
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku dan telah Kuredai Islam itu menjadi agama bagimu. " - Surah aI-Maidah, ayat 3.

Kalau orang beriman dg orang Islam itu berbeda, jadi jelaslah sudah bahwa orang Islam tidak beriman kepada Allah, tapi beriman kepada Muhammad sebagai rasulullah. Keberimanan kepada Allah SWT hanya sebagai lipstik saja, tetapi sebenarnya yang dituju adalah Muhammad.
Bila orang Mukmin dan orang Muslim itu beda, lalu siapakah orang Mukmin itu Mas?
Mas Keli menulis:
Nah apakah sama Islam dengan Beriman,jauh berbeda,Orang beriman itu sudah dijelaskan di ayat ini
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Albaqarah
[3] (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
[4] dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
[5] Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Sedangkan Islam (Muslim)
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Kalau agama Islam sudah ada pada masa nabi Ibrahim, tapi kenapa Islam secara riil baru ada pada abad ke-7?
Bukankah di ayat itu nabi Muhammad telah berbohong? Kalau orang yang memakai akal sehat, Mas, siapa yang mau percaya dengan kata-kata seperti ini?
Makanya neng bedanya begini.

Kalau Orang Beriman percaya sama
1. PERCAYA KEPADA ALLAH
2. PERCAYA KEPADA MALAIKAT
3. PERCAYA KEPADA RASUL
4. PERCAYA KEPADA KITAB
5. PERCAYA KEPADA HARI PEMBALASAN
6. PERCAYA KEPADA TAKDIR DAN QADHAR

nah kalau rukun Islam yang Ini

1. syahadat
2. Shalat
3. Zakat
4. Puasa
5. Naik Haji

Muslim adalah orang yang menjalankan Rukun Iman + Rukun Islam
Mukmin adalah Orang yang menjalankan Rukun Iman

bedakan
Tentang Prasangka

Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.
Coba perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, Mas. Bukankah pengkhiatan itu belum terjadi? Itu baru dalam konteks “khawatir”, belum benar-benar terwujud apa yang dikhawatirkan. Nah, bukankah ini mengajarkan prasangka?
hehehehe kalau Hawa nafsu anda berkata begitu baiklah,apa sih bedanya antara : " kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka "dengan " Hianatilah dahulu perjanjian itu kepada mereka" :lol:
Sebenarnya bukan cuma satu ayat itu saja. Masih ada ayat lain yg mengajarkan prasangka, satu contoh:
Surah Al-Baqoroh ayat 120:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Bukankah ini prasangka yang buruk, Mas? Apa benar semua orang Yahudi dan Nasrani isi hatinya demikian?
heheheheh didepan anda sudah ada,masa tidak tau :lol:
Kenapa belum apa-apa Alquran sudah mengklaim kalau umat Yahudi dan Nasrani “tidak akan senang kepada umat Muslim”? Tidakkah ini mengajarkan fitnah dan kebencian tanpa sebab kepada umat lain?
Juga Surah Al-Anbiyaa ayat 36:
“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhanmu?", padahal mereka adalah orang-orang yang inkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.”
gue tau,coba anda lihat didepan mata anda.
Nah, sepanjang pengetahuan saya dalam kehidupan sehari-hari, tidak pernah umat lain yang dicap kafir itu mengolok-olok saya. Justru yang banyak terjadi Pak Ustadz dan teman-teman saya di Pondok Pesantren kerap mengolok-olok nabi Isa yang menjadi junjungannya kaum Nasrani. Kalau umat yang suka berolok-olok (menghina) orang lain itu sebenarnya Muslim sendiri, lalu kenapa tuduhan ini malah ditimpakan kepada umat non-muslim?
Sekali lagi, mas, Ajaran Alquran sama sekali tidak bisa diikuti secara akal sehat. Di dalamnya penuh prasangka, fitnah dan tidak sehat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan dengan sangat kasarnya, Alquran menulis kata-kata ini kepada kaum non-muslim:
hehehehe sejak kapan Umat kristen di indonesia ditindas sama Orang Islam,You kagak tau kasus Blitar tahun 1968,Orang NU yang dituduh PKI,sampai Kakek (Pengikut NU) saya dibunuh, You kagak tau kasus Tanjung Priok,You kagak tau kejadian di Pasuruan sekarang ini,siapa yang ditindas.Kalau you mau tau coba masuk aja di Gereja,mereka juga menghujat Muslim.You tau kagak Sekte Yehovah (Gue juga punya temen sekte Yehovah),merekalah yang menghujat Umat kristen dan mengatakan Yesus adalah Malaikat Mikhail serta pemain sirkus,Kata temen saya yang Sekte Yehovah kenapa Muslim yang jadi Kambing Hitam,padahal Agama sayalah (Maksudnya teman saya yang sekte Yehovah) yang membuka borok Injil

Surah Al-Anfal ayat 55
“Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang- orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.”

Nah, ini sekaligus mempertanyakan kembali makna kata beriman. Bukankah ‘beriman’ di sini maksudnya iman kepada Muhammad sebagai rasulullah? Kalau ajaran-ajaran nabi Muhammad semuanya hanya berasaskan ego pribadi semata, lalu kenapa kita tidak menelaahnya lebih lanjut untuk mengecek kebenaran kenabian beliau?
kalau gitu bagaimana dengan ke 24 nabi itu,apakah anda tidak mengakuinya :lol:
Bisa saja seorang Soeharto mantan presiden mengaku pernah menerima wangsit dari malaikat Jibril yg mengatakan kepadanya kalau dirinya harus diteguhkan kembali menjadi presiden di Republik tercinta ini. Dia bisa bercerita yg aneh-aneh untuk meneguhkan ketokohannya itu. Di masa sekarang, secara akal sehat tentu tidak ada yang mau percaya. Hanya orang yang tidak bisa menggunakan rasio-nya yg akan mengamini segala ucapan lelucon ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk memaksa orang agar percaya pada semua kata-katanya adalah dengan jalan kekerasan. Inilah cara yang dipakai nabi Muhammad untuk meneguhkan kerasulannya. Tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, selain memakai kekerasan, sebab mujizat pun Muhammad tak punya. Orang-orang Anshor Madinah setia dan begitu mencintai nabi Muhammad karena Muhammad menafkahi mereka dengan harta jarahan. Seandainya Muhammad tidak menghalalkan harta jarahan, Muhammad tidak akan laku baik di Mekkah maupun di Madinah. Dia akan selalu tersingkirkan dan menjadi bahan ejekan orang-orang sekelilingnya.
Ya udah kalau Hawa Nafsu anda begitu.sekarang ada kagak orang yang masuk Islam dipaksakan dengan jalan Kekerasan,waaah kalau begitu kenapa ARAB kagak menyerang Jepang aja biar Islam semua,kenapa Iran tidak menjajah Australia sekalian,biar Islam semua :lol:
Tentang Fanatik

Mas Keli menjelaskan pengertian kata ‘fanatik’:
Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatip, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah.Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumen rationilpun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam;
(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,
(b) dalam berfikir dan memutuskan,
(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan
(d) dalam merasa.
Secara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain
yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.


Benar sekali, Mas. Apa yang Mas jelaskan di atas sangat tepat. Dan memang seperti itulah kefanatikan yang diajarkan Islam.

Ajaran Islam adalah:

(1) tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan
(2) harus dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah
(3) tidak rasionil, karena itu argumen rasionilpun susah digunakan untuk meluruskannya
(4) orientasi dan sentimen pada agama orang lain, sehingga tidak mendidik ke dalam, tapi justru menghakimi orang lain
(5) tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, semuanya hanya didasarkan pada hukum halal dan haram
(6) tidak memiliki kemampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.

Mas Keli menerangkan:
Coba anda camkan,mengapa manusia jadi Fanatik,karena Hawa nafsunya Dalam Kamus Istilah Islam karangan Moh. E. Hasim (1987), fanatik didefinisikan sebagai kecintaan yang sangat kuat tetapi tidak berdasarkan ilmu pengetahuan mendalam dan akal sehat. Dalam konteks kenegaraan, fanatik berarti mencintai bangsa atau golongan secara berlebih-lebihan. Right or wrong is my country. Dalam kamus bahasa Arab al-Munjid (1975), fanatik (Arab: ta'ashshub) diartikan sebagai suatu sikap tidak menerima kebenaran yang berbeda walaupun kebenaran yang "dianggap" beda itu didasarkan atas dalil-dalil yang sama kuatnya.

Nah kalau akal sehat tidak dipakai,ya hawa nafsu dong


Itulah Mas, makanya dalam diskusi ini jangan pakai hawa nafsu, tapi pakailah akal sehat dalam menalar KEBENARAN agama kita. Apa betul Islam itu sebuah kebenaran? Untuk itulah kita sekarang berdialog. Hanya dengan akal sehat-lah kita bisa mengetahuinya.
hahahahahahaha anda ini :lol: ,emang Manusia semuanya sama,kagak,Muslim juga begitu,Manusia ada yang RADIKAL (FANATIK),ada yang menjalankan biasa saja.ada yang pintar Ilmunya.Bagaimana dengan Muslim Turki,disana Toleransinya kuat,bagaimana dengan Konsensi MADINAH yang dilakukan Umar Bin Khatab,bagaimana dengan Perjanjian Hudaiyibiyah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.Kalau Islam anti Toleransi mungkin saja peristiwa kedatangan Pendeta NAJRAN di MADINAH itu dilarang Oleh Nabi Muhammad,bisa saja si Pendeta Najran itu di Bunuh.
Mas Keli menutup postingannya:
1. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang ****.” (QS. Al Qur’an, 7:199)
2. dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun, 64:14)
3. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43)
4. menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)


Terima kasih Mas Keli, kalau Mas sudah berusaha untuk bersabar. Sebab sikap sabar itu ada hikmahnya. Semoga melalui diskusi kita ini, ada salah satu pihak yang bisa disadarkan.

Bisa saja saya yang disadarkan oleh Mas sehingga dapat kembali lagi menjadi seorang Muslimah, atau sebaliknya justru Mas Keli yang tersadar dari kekeliruannya selama ini sehingga mau keluar dari agama yang menurut saya sesat ini.

Wassalam,

Maisaroh
ada Cerita bagi anda,kenapa Islam sangat Mulia
Dalam satu peperangan yang sedang berlangsung antara kaum muslim melawan musyrikin pada masa Rasulullah, ada duel yang terjadi antara dua petempur yang sedang berhadapan. Salah satunya berhasil menjatuhkan yang lainnya. Tangannya terayun siap untuk mengirimkan musuhnya ke alam kematian.
Pedang terangkat meninggi, sementara di tanah, musuh yang terkapar menanti. Namun, entah keputus-asaan atau kebencian, ia masih sempat meludah ke wajah orang yang siap membunuhnya itu. Tepat mengenai wajah.
Calon pembunuh itu tertegun. Urat kemarahan tampak di wajahnya karena meludah di wajah merupakan salah satu bentuk penghinaan. Ia bersiap untuk mengayunkan pedangnya, sementara musuh yang terkapar menggigil ketakutan melihat kemarahan dan bayang kematian menghampirinya.
Namun pedang tersebut tidak pernah terayun. Tidak ada yang mati diantara mereka. Orang yang terludah wajahnya itu menarik napas panjang, menyeka ludah di wajahnya, dan berlalu meninggalkan musuh yang terkapar.
Calon pembunuh yang mengurungkan niatnya itu ditanya oleh lawannya kenapa ia tidak jadi membunuh.
Dan jawabnya: "Aku tidak mau ditaklukkan oleh nafsu. Kali pertama aku mengayunkan pedangku adalah karena jihad li ila kalimatillah (menegakkan kalimat Allah). Namun ketika kau meludahi, niatku membunuh berganti karena kemarahan yang datang dari nafsu. Karena itu aku tidak membunuhmu...."
Pernah mendengar atau membaca cerita ini?
Cerita tentang Ali ibn Abu Thalib, pemuda pertama yang masuk Islam pada awal-awal diangkatnya Muhammad menjadi seorang Rasul. Ialah yang hendak membunuh (yang memang wajar dalam peperangan) namun mengurungkannya hanya karena ia sadar, bahwa niatnya telah rusak, membunuh karena emosi semata.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

DEAR MAYSAROH coba anda analisa ayat ini,apakah ini buatan Nabi Muhammad atau ALLAH SWT

1. “” (Al-Baqarah: 62)

Jika ALLAH ;Bukankah Tuhan Maha adil,maka ayat ini keluar
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, para pengikut agama Yahudi, orang-orang Nasrani, Dan kaum shabi’in adalah mereka yang beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, serta melakukan amal kebajikan, bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.” (Al-Baqarah: 62)

Jika Nabi Muhammad S.A.W ; maka akan tertulis ;" Sesungguhnya orang-orang ISLAM saja bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.


2. “Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, Shabi’in, Majusi, dan orang-orang musyrik, akan Allah buatkan keputusan di antara mereka kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Haj: 17)

ALLAH SWT ; Keluar ayat yang saya sebutkan diatas

Jika karangan Nabi Muhammad,maka tulisannya:"Sesungguhnya bagi muslim akan Allah buatkan keputusan di antara mereka kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha Menyaksikan atas segala sesuatu

3. ”Mereka berkata: ‘jadilah kalian pengikut agama Yahudi atau Nasrani, Pasti kalian akan mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘Tidak, agama Ibrahimlah yang benar. Ia bukan orang yang mempersekutukan Tuhan’.” ( Al-Baqarah: 135 )

Jika dari ALLAH SWT ; ada diatas itu,karena MAHA ADILNYA

Jika Nabi Muhammad yang mengarangnya,maka akan berbunyi : ”Mereka berkata: ‘jadilah kalian pengikut agama Yahudi atau Nasrani, Pasti kalian akan mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘Tidak, agama MUHAMMADLAH yang benar. Ia bukan orang yang mempersekutukan Tuhan’.”

Nah tiga dulu,masih banyak kok analisa bahwa bukti Quran bukan karangan Nabi Muhammad S.A.W.saya tunggu,kalau masih meragukan

1. Pada Albaqarah ayat 135 dikatakan Agama Nabi Ibrahim,kenapa bukan Agama Muhammad.

2. Dari ketiga ayat itu mengapa Muslim tidak dikhususkan,bukankah Alqur'an Kitab suci Umat Islam,sebagai Contoh Umat Kristen dengan Biblenya tentu meceritakan Yesus,Kemudian Tripitaka dari agaka Budha mengenai kehidupan Sidartha atau kitab lainnya

Nah dua pertanyaan saja,semoga ALLAH memberikan Hidayah bagi anda,perlu diingat saya hanya menyampaikan saja,bukan memaksakan anda menjadi Muslim kembali,karena itu adalah pada diri anda sendiri dan sedikit petunjuk dari ALLAH.
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Assalamualaikum,
MAS KELI wrote:Sesuatu yang dapat dilihat dengan mata dan terjangkau oleh akal manusia berarti dapat dikuasai..Misalnya anda bisa melihat seorang lelaki tampan,kemudian anda bisa menundukkan lelaki tampan dengan kecantikan anda,karena apa,karena lelaki itu bisa dilihat oleh anda. Jika Tuhan dapat dilihat berarti Tuhan dapat dikuasai oleh manusia. Bukankah hakikat sebenarnya Tuhan itu adalah menguasai, bukan dikuasai. Kita patut mengakui bahwa salah satu keagungan dan kebesaran Allah ialah kita tidak mampu melihat-Nya, jika Allah bisa dilihat, tentu Dia bukan Tuhan.Bukankah ALLAH itu yang menciptakan Manusia,kenapa yang menciptakan Manusia harus menunduk sama Ciptaannya,anehkan.
Saya kurang setuju, Mas. Apa yang bisa kita lihat tidak selalu menjadi takluk pada kita. Analogi yang Mas contohkan ini tidak tepat. Langit bisa kita lihat, tapi langit tidak takluk pada kita. Bulan dapat kita lihat, tapi bulan tidak takluk pada kita. Mungkin Mas Keli nanti akan berkata, “Buktinya bulan sudah bisa dikuasai oleh manusia.” Oh, kalau itu masalahnya, apakah karena Allah takut dikuasai oleh manusia, sehingga Allah takut dilihat wajahnya?

Berdasarkan penjelasan Mas Keli Allah punya ketetapan bahwa manusia tak boleh lihat wajahNya, itu memang sudah menjadi hak Allah. Tapi cerita yang ditulis Alquran sungguh tidak bisa dinalar. Di dalam Surah Al-A’raaf ayat 143 Allah membuktikan kepada nabi Musa bilamana benda apapun dekat dengan diriNya pasti akan hancur meledak. Nah, ini tidak logis, Mas! Apakah Allah itu NUKLIR? Ini justru membuktikan Allah tidak bisa mengendalikan diriNya sendiri.
Mas Keli wrote:Ini bukan hanya sebatas kata-kata tapi masalah keyakinan. Ketika keyakinan kita terhadap adanya Tuhan maka tak perlu dibuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Terus terang saja, agama kita sudah ketinggalan jauh, Mas. Ketika semua agama sudah sampai pada tahap janji-janji dari Sang Khalik, agama Islam justru masih berkutat pada permasalahan tentang ada dan tidaknya Tuhan. Ini ibarat agama Islam masih kelas nol kecil Taman Kanak-kanak, sedangkan agama-agama lain sudah pada tingkatan Universitas atau Sekolah Tinggi.

Surah Al-Baqoroh 118:
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.

Surah Al-Baqoroh 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Coba Mas perhatikan ayat-ayat di atas. Ini bukti kalau nabi Muhammad tidak pernah berhubungan dengan Allah, sebab sang nabi mengetahui Tuhan dari pencariannya sendiri. Dia menemukan Tuhan dengan usahanya sendiri, lewat merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini. Jadi apa bedanya nabi kita dengan para pendiri ajaran filosofi? Mereka pun mencari Tuhan dengan usahanya sendiri, dengan melihat tanda-tanda keajaiban Tuhan di alam ini. Secara logika, seandainya nabi Muhammad memang benar-benar telah berhubungan dengan Tuhan (setidaknya dengan malaikatNya), nabi tidak perlu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan di alam untuk mengerti Tuhan itu ada atau tidak, sebab Tuhan memang benar-benar telah menyatakan diri kepadanya sehingga persoalan Allah itu ada atau tidak sudah bukan persoalan untuk dibahas, melainkan membahas tahapan-tahapan selanjutnya seperti janji-janji Allah yang realisasinya dapat kita buktikan di dunia nyata. Ini ibarat meninggalkan pelajaran anak TK dan beralih ke pelajaran yang lebih tinggi.

Kalau pun ada janji-janji Allah di dalam Alquran, tapi janji-janji Allah yang disampaikan oleh nabi Muhammad hanya sebatas pada janji-janji ghaib tentang surga dan neraka belaka, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya di dunia nyata.
Mas Keli wrote:2. saya jawab aja,biar manusia mencari sendiri,itulah alasannya,bukankah manusia bisa maju karena mencari sendiri termasuk Pribadi ALLAH.Manusia diturunkan kebumi juga untuk mencari sendiri kok,makanya kata saya kalau tau pribadi Allah,ya percuma dong,suatu saat kalau Kitab Qur'an membeberkan pribadi ALLAHmaka akan malas,dan tidak akan mencari sendiri Pribadi ALLAH itu
Inilah Mas, di mana letak keajaiban Alquran, kalau Alquran yang katanya kitab yang turun dari surga tapi isinya tidak ada beda dengan pelajaran umum yang sudah manusia ketahui? Bukan nabi pun juga bisa menulis kata-kata seperti Alquran, Mas. Jadi kebanggaan kita kepada kitab suci Alquran adalah kebanggaan yang dibuat-buat dan tidak logis.

Apa gunanya kitab suci Alquran, kalau manusia masih disuruh meraba-raba atau menerka-nerka sendiri seperti apa pribadi Khaliknya? Tidak usah pakai kitab suci pun manusia bisa menemukan Tuhan dengan cara melihat tanda-tanda kekuasaanNya di alam. Berbicara tentang Tuhan itu ada atau tidak, tanpa kitab suci pun kita bisa tahu dan yakin kalau Tuhan itu ada. Berbicara tentang pengesaan Tuhan, agama Kejawen pun juga mengesakan Tuhan. Jadi, logika mengenai Tuhan itu ada atau tidak ada, atau mengenai Tuhan itu Maha Esa bisa kita peroleh dari luar kitab suci. Secara educating, Alquran tidak punya bobot apa-apa. Dia tidak memberikan penjelasan yang terang tentang seperti apa PRIBADI ALLAH, tetapi hanya memberikan penjelasan tentang hal-hal yang umum sifatnya yang walau tidak membaca Alquran pun manusia sudah mengetahuinya.

Jadi, kesimpulan saya atas penjelasan mas Keli:

Alquran tidak memberikan penjelasan apapun tentang PRIBADI & WUJUD ALLAH, tetapi manusia masih disuruh meraba-raba dan menerka-nerka sendiri seperti apa Khaliknya. Ini berpotensi terjadinya bias pemikiran dan pemahaman yang keliru dalam memahami Sang Khalik. Seandainya Alquran memang benar-benar kitabullah yang salinannya ada di Lauh Mahfuzh, dia akan bercerita secara blak-blakan tentang diri Sang Khalik agar diri sang Khalik tidak ditafsirkan keliru oleh umatNya. Tetapi karena Alquran sendiri masih meraba-raba, ini bukti Alquran yang selama ini saya percayai sebagai kitabullah ternyata tak lebih dari kumpulan kata-kata nabi belaka.
Mas Keli wrote:3.Coba anda bayangkan,itu BARU MAHA PERKASA.ALLAH juga bisa mengendalikan diri,coba bayangkan berapa banyak orang yang tidak beriman tetapi masih hidup,kaya,dll.Berapa banyak Orang yang tidak beriman tidak kena AZAB,misalnya saja kaum Quraisy dll.Kenapa orang yang berbuat salah ALLAH akan melupakan dosa anda kalau anda Tobat.Berapa banyak Orang yang menghujat ALLAH di Forum ini,tetapi masih Hidup.bukankah itu termasuk mengendalikan diri.Nah kalau mengapa tidak mau dilihat bentuknya karena ALLAH juga punya Ketetapan.Misalnya anda punya Ketetapan apa yang tidak bisa diganggu gugat.manusia saja punya Ketetapan yang tidak mau diganggu gugat. Apakah dilarang kalau ALLAH punya hal itu.
Pokok permasalahannya bukan pada ketetapan Allah, tapi pada masalah ketidakmampuan Allah dalam mengendalikan diriNya yang digambarkan seperti BOM NUKLIR oleh nabi Muhammad (Surah Al-Araaf ayat 143).


Tentang Isra Miraj

Mas Keli menulis:

Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar radhiya`llahu anhu. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi nama ash-Shiddiq (orang yang membenarkan).

Apakah ini kesaksian Abu Bakar? Apakah kesaksian Abu Bakar sahih? Maksud saya, apakah Abu Bakar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dirinya untuk menjadi saksi? Apakah Abu Bakar r.a. pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri bilamana nabi melakukan perjalanan di malam Lailatul Khodar itu? Saya minta Mas Keli berikan klarifikasinya.

Mas Keli menambahkan:

HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq). HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61 )

Nah, Mas, lagi-lagi pengakuan itu asalnya dari bibir nabi, bukan karena melihat sendiri kejadiannya. Bisakah kesaksian ini dianggap kesaksian, bila sumbernya berasal dari 1 orang yg sama yg justru dialah sebagai lakon utamanya?

Apa Mas Keli tidak bisa peka merasakan kejanggalan ini?

Bukankah ini lelucon?

Mas Keli dalam postingan Mas terakhir, tidak menanggapi pertanyaan saya yang ini tapi sangat nampak sekali Mas berusaha untuk menghindar.

Pokok persoalannya adalah Muhammad yang dijadikan sumber utama semua cerita itu, di mana Muhammad juga sebagai sang lakon utamanya. Apakah ini logis? Apa ini bukan sebuah lelucon?

Seorang lakon utama bisa saja membuat klaim-klaim luar biasa untuk kepentingan dirinya, sebuah cerita hasil karangannya sendiri yg hanya dia sendiri yg tahu.

Hadish-hadish yang Mas Keli tunjukkan kepada saya, sumbernya juga berasal dari mulut nabi. Jadi mana letak kesahihan cerita ini, bila sumbernya berasal dari orang yg sama yang menjadi lakon utamanya?

Mas Keli menjawab: ALQUR'AN jawabannya...

Begitu pula dengan cerita Alquran:

”...Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( 17:1 )

An - Najm (15) ayat
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain.(13)
(Yaitu) di Sidratil Muntaha.(14)
Di dekatnya ada surga tempat tinggal.(15)
Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.(16)
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula )melampauinya.(17)
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda- tanda ( kekuasaan ) Tuhannya yang paling besar.(18 )...”

Dari mana kata-kata ayat surah Al-Isra dan surah An-Najm itu? Bukankah itu kata-kata yang diucapkan oleh orang yang sama yang menjadi lakon utamanya? Bila Mas Keli mengklaim itu firman Allah, nah siapa yang bilang kalau surah Al-Isra dan surah An-Najm firman Allah? Juga dari klaim nabi Muhammad. Muhammad yang mengatakan kepada pengikutnya kalau itu wahyu dari Jibril.

Oleh sebab itu, Mas, mana akal sehat kita sewaktu mempercayai semua ini? Kenapa semuanya hanya didasarkan atas pengakuan Muhammad belaka?

Mas Keli kemudian membantu saya untuk bernalar:
1. Coba kenapa bukan Pengkhususan saja orang yang dapat Pahala dan surga adalah Umat Islam,tetapi Orang beriman dan bertakwa
Maksud Mas, selain orang Islam juga akan masuk surga? Bisakah Mas Keli berikan bukti ayatnya?
2. Masa Nabi berkata menjelek-jelekan diri dengan ayat ini ;"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (80:1)
Ayat 1 dari Surah Abasa ini bukan menjelek-jelekkan nabi Muhammad, Mas.
Saya bisa jelaskan Surah Abasa ini.
Ketika nabi sedang bercakap-cakap dengan beberapa pemimpin orang Quraisy yg menanyakan ajaran-ajaran sang nabi, datang orang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Nabi pada awalnya meremehkan dan memandang rendah orang ini, sebab ia buta dan tidak punya potensi membawa pengikut lebih banyak. Sebaliknya, perhatian nabi Muhammad lebih berfokus kepada pemimpin-pemimpin Quraisy yg sedang bersoal-jawab dengannya dengan harapan orang Quraisy itu bisa dipengaruhi menjadi pengikutnya. Tapi setelah nabi Muhammad gagal meyakinkan orang-orang Quraisy, Muhammad merasa menyesal telah meremehkan Abdullah bin Ummi Maktum. Ini ibarat mending dapat satu orang pengikut daripada tidak sama sekali. Saya menangkap makna dari Surah Abasa (ayat 1 sd. 16) ini sebagai ungkapan penyesalan dan kekecutan hati sang nabi. Sang Nabi yang telah dikecewakan oleh orang Quraisy berusaha menghibur diri dengan memberikan penghargaan kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta.

Tujuan disampaikan Surat Abasa ayat 1 sampai ayat 16 ini untuk memberikan penjelasan atas perubahan sikapnya kepada si buta, dengan berbuat seolah-olah sang nabi mendapat teguran dari Allah. Saya percaya, ini salah satu cara beliau untuk menutupi rasa malunya. Tidak dapat orang Quraisy, malah dapat orang buta.
3. Kenapa Cerita Nabi Musa malah lebih banyak dari Muhammad,perbandingannya saja Jomplang.Kenapa cerita Nabi Yusuf yang terbaik di Quran,bukan Nabi Muhammad,Kenapa Tokoh wanita yang dijelaskan di ALQUR'AN bukan Ibu Nabi Muhammad,melainkan SITI MARYAM Ibu Nabi Isa A.S
Karena nabi Muhammad begitu terobsesi atas kepemimpinan nabi Musa. Saya yakin Mas, nabi Muhammad sedikit banyak telah meniru kepemimpinan nabi Musa dalam memerangi, menjarah, menawan, dan membunuh musuh-musuhnya. Di samping itu, dengan mengutip banyak kisah-kisah nabi terdahulu untuk membuktikan kalau Muhammad merupakan utusan dari Tuhan yang sama. Tapi saya meragukannya, Mas.

Mas Keli lalu balas bertanya:
dimanakah Qur'an membuktikan bahwa Qur'an adalah Ucapan Nabi Muhammad.

Saya akan memberikan satu surah yang membuktikan kalau Quran adalah ucapan nabi Muhammad. Mohon Mas Keli perhatikan dengan seksama.

Surah Al-Fatihah ayat 1 s.d. 7
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


Mas Keli pasti setuju kalau yang namanya Firman Allah haruslah berupa kata-kata Allah yang ditujukan kepada manusia. Tapi dari kutipan ayat Al-Fatihah di atas menunjukkan kalau itu bukan Firman, tapi Doa. Mas pasti tidak **** dan bisa membedakan mana kata-kata doa dan mana kata-kata Allah SWT.
Nah ini anda yang tidak ketahui,kaum Yahudi dulu hidupnya bukan diMEKAH,melainkan di MADINAH,sedangkan NASRANI di NAJRAD
Suku Yahudi memang terkonsentrasi di Madinah, tapi bukan berarti di kota Mekkah tidak ada kaum ini. Begitu pula kaum Nasrani. Apakah Mas lupa dengan Waraqah bin Naufal dan Siti Khadijah yang beragama Nasrani? Mereka juga tinggal di kota Mekkah.

Tentang Prasangka

Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.

Coba perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, Mas. Bukankah pengkhiatan itu belum terjadi? Itu baru dalam konteks “khawatir”, belum benar-benar terwujud apa yang dikhawatirkan. Nah, bukankah ini mengajarkan prasangka?

Di ayat itu jelas-jelas mengajarkan prasangka. Dengan prasangka ini, Muslim diperkenankan MEMBATALKAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK.

Orang yang suka membatalkan perjanjian berdasarkan prasangka adalah contoh orang yang hatinya dikuasai hawa nafsu. Masihkah Mas Keli tidak bisa menangkap makna dari ayat ini?
hehehehe sejak kapan Umat kristen di indonesia ditindas sama Orang Islam,You kagak tau kasus Blitar tahun 1968,Orang NU yang dituduh PKI,sampai Kakek (Pengikut NU) saya dibunuh, You kagak tau kasus Tanjung Priok,You kagak tau kejadian di Pasuruan sekarang ini,siapa yang ditindas.Kalau you mau tau coba masuk aja di Gereja,mereka juga menghujat Muslim.You tau kagak Sekte Yehovah (Gue juga punya temen sekte Yehovah),merekalah yang menghujat Umat kristen dan mengatakan Yesus adalah Malaikat Mikhail serta pemain sirkus,Kata temen saya yang Sekte Yehovah kenapa Muslim yang jadi Kambing Hitam,padahal Agama sayalah (Maksudnya teman saya yang sekte Yehovah) yang membuka borok Injil
Saya turut menyatakan sedih atas apa yang dialami oleh keluarga Mas.
Tapi apa benar umat Nasrani di gereja juga menghujat Muslim? Apa nggak kebalik Mas? Saya yakin Mas Keli pasti rajin mengikuti kotbah-kotbah Jumat di tempat tinggal Mas. Saya bahkan punya rekamannya, Mas. Mas tidak bisa bohong.

Tentang Beriman kepada Nabi

Surah Al-Anfal ayat 55
“Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang- orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.”

Nah, ini sekaligus mempertanyakan kembali makna kata beriman. Bukankah ‘beriman’ di sini maksudnya iman kepada Muhammad sebagai rasulullah? Kalau ajaran-ajaran nabi Muhammad semuanya hanya berasaskan ego pribadi semata, lalu kenapa kita tidak menelaahnya lebih lanjut untuk mengecek kebenaran kenabian beliau?

Kemudian Mas Keli bertanya: kalau gitu bagaimana dengan ke 24 nabi itu,apakah anda tidak mengakuinya

Saya belum memikirkan itu, apakah nantinya saya akan percaya pada nabi-nabi lain selain Muhammad. Tapi yang pasti, nabi Muhammad penuh dengan ego untuk memuluskan kepentingannya sendiri, demi untuk memuliakan dirinya, hal mana tidak saya temukan pada kisah nabi-nabi terdahulu.

Tentang Cara Kekerasan yang Ditempuh Nabi Muhammad

Bisa saja seorang Soeharto mantan presiden mengaku pernah menerima wangsit dari malaikat Jibril yg mengatakan kepadanya kalau dirinya harus diteguhkan kembali menjadi presiden di Republik tercinta ini. Dia bisa bercerita yg aneh-aneh untuk meneguhkan ketokohannya itu. Di masa sekarang, secara akal sehat tentu tidak ada yang mau percaya. Hanya orang yang tidak bisa menggunakan rasio-nya yg akan mengamini segala ucapan lelucon ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk memaksa orang agar percaya pada semua kata-katanya adalah dengan jalan kekerasan. Inilah cara yang dipakai nabi Muhammad untuk meneguhkan kerasulannya. Tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, selain memakai kekerasan, sebab mujizat pun Muhammad tak punya. Orang-orang Anshor Madinah setia dan begitu mencintai nabi Muhammad karena Muhammad menafkahi mereka dengan harta jarahan. Seandainya Muhammad tidak menghalalkan harta jarahan, Muhammad tidak akan laku baik di Mekkah maupun di Madinah. Dia akan selalu tersingkirkan dan menjadi bahan ejekan orang-orang sekelilingnya.

Mas Keli mengatakan: Ya udah kalau Hawa Nafsu anda begitu.sekarang ada kagak orang yang masuk Islam dipaksakan dengan jalan Kekerasan,waaah kalau begitu kenapa ARAB kagak menyerang Jepang aja biar Islam semua,kenapa Iran tidak menjajah Australia sekalian,biar Islam semua

Kalau zaman sekarang memang enggak begitu kelihatan, Mas, tapi itu terjadi di zaman nabi Muhammad sewaktu menyebarkan agama Islam di Arab.

Ibn Hisham, seorang yang berwibawa dalam sejarah awal Islam, telah mencatat:
"Tatkala Nabi Muhammad telah wafat, ramai 'penganut-penganut' Islam di kota Mekkah dengan cepatnya ingin meninggalkan Islam. Maka telah bangunlah Suhayl bin 'Amru, dia berkata: ‘Siapa saja yang meninggalkan Islam, kami akan pancung kepalanya!' Ramai orang pun membatalkan niatnya karena takut dibunuh." (Al Sira Al-Nabawia)

Ini sesuai dengan pesan nabi dalam Alquran:

QS 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

QS 8:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Yang dimaksud fitnah dalam ayat itu adalah sikap menolak kenabian Muhammad (mengatakan kalau Muhammad bukan rasul).

QS 66:9
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.

Tentang Fanatik

Ajaran Islam adalah:

(1) tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan
(2) harus dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah
(3) tidak rasionil, karena itu argumen rasionilpun susah digunakan untuk meluruskannya
(4) orientasi dan sentimen pada agama orang lain, sehingga tidak mendidik ke dalam, tapi justru menghakimi orang lain
(5) tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, semuanya hanya didasarkan pada hukum halal dan haram
(6) tidak memiliki kemampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah.

Mas Keli menanggapi: hahahahahahaha anda ini ,emang Manusia semuanya sama,kagak,Muslim juga begitu,Manusia ada yang RADIKAL (FANATIK),ada yang menjalankan biasa saja.ada yang pintar Ilmunya.Bagaimana dengan Muslim Turki,disana Toleransinya kuat,bagaimana dengan Konsensi MADINAH yang dilakukan Umar Bin Khatab,bagaimana dengan Perjanjian Hudaiyibiyah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.Kalau Islam anti Toleransi mungkin saja peristiwa kedatangan Pendeta NAJRAN di MADINAH itu dilarang Oleh Nabi Muhammad,bisa saja si Pendeta Najran itu di Bunuh.

Pertama: Apakah Muslimnya Turki sama dengan Muslimnya Arab Saudi yang notabene sebagai cikal bakal turunnya Rasul Muhammad?
Kedua: Apakah fanatiknya agama lain sama dengan fanatiknya agama kita?
Ketiga: Apakah Konsensi Madinah oleh Umar bin Khatab menunjukkan toleransi yang sebenarnya, atau cuma suatu penganiayaan/penjajahan/penghinaan terhadap kaum lain?
Keempat: Perjanjian Hudaibiyah diselenggarakan karena kebaikan penduduk Mekkah yang tak ingin memerangi Muhammad dan pengikutnya. Ketika itu Muhammad hendak memasuki kota Mekkah dengan siasat berpura-pura mengadakan ibadah haji, sebenarnya maksudnya ia hendak menyerang dari dalam. Tetapi karena jumlah pengikut Muhammad ketika itu tidak sebanding dengan jumlah tentara Quraisy, Muhammad tak ingin berkonfrontasi langsung, Muhammad hendak masuk kota Mekkah lewat jaluar lain, maka dari itu ia memindahkan “jemaahnya” ke Hudaibiyah. Tapi tentara Quraisy terus membuntutinya, sehingga akhirnya terjadilah perjanjian damai itu antara kafir Mekkah dengan nabi.
Dalam satu peperangan yang sedang berlangsung antara kaum muslim melawan musyrikin pada masa Rasulullah, ada duel yang terjadi antara dua petempur yang sedang berhadapan. Salah satunya berhasil menjatuhkan yang lainnya. Tangannya terayun siap untuk mengirimkan musuhnya ke alam kematian.
Pedang terangkat meninggi, sementara di tanah, musuh yang terkapar menanti. Namun, entah keputus-asaan atau kebencian, ia masih sempat meludah ke wajah orang yang siap membunuhnya itu. Tepat mengenai wajah.
Calon pembunuh itu tertegun. Urat kemarahan tampak di wajahnya karena meludah di wajah merupakan salah satu bentuk penghinaan. Ia bersiap untuk mengayunkan pedangnya, sementara musuh yang terkapar menggigil ketakutan melihat kemarahan dan bayang kematian menghampirinya.
Namun pedang tersebut tidak pernah terayun. Tidak ada yang mati diantara mereka. Orang yang terludah wajahnya itu menarik napas panjang, menyeka ludah di wajahnya, dan berlalu meninggalkan musuh yang terkapar.
Calon pembunuh yang mengurungkan niatnya itu ditanya oleh lawannya kenapa ia tidak jadi membunuh.
Dan jawabnya: "Aku tidak mau ditaklukkan oleh nafsu. Kali pertama aku mengayunkan pedangku adalah karena jihad li ila kalimatillah (menegakkan kalimat Allah). Namun ketika kau meludahi, niatku membunuh berganti karena kemarahan yang datang dari nafsu. Karena itu aku tidak membunuhmu...."
Pernah mendengar atau membaca cerita ini?
Cerita tentang Ali ibn Abu Thalib, pemuda pertama yang masuk Islam pada awal-awal diangkatnya Muhammad menjadi seorang Rasul. Ialah yang hendak membunuh (yang memang wajar dalam peperangan) namun mengurungkannya hanya karena ia sadar, bahwa niatnya telah rusak, membunuh karena emosi semata.
Bukankah dari kisah itu Islam memang mengajarkan PEMBUNUHAN TANPA PERASAAN? Membunuh tanpa pakai emosi, tapi membunuh dengan darah dingin. Bukankah ini ajaran yang sangat mengerikan, Mas? Saya jadi ngeri bila dekat-dekat dengan Mas, bila Mas juga berkeinginan mengamalkan ajaran ini. Coba, ngeri tidak bila ada orang membunuh sambil tertawa? Ngeri tidak, bila ada orang penggal kepala sambil teriak-teriak histeris Allahuakbar?

Mas Keli, sebenarnya inti dari diskusi ini adalah saya mempertanyakan dengan penuh harap agar Mas Keli bisa memberikan jawabannya: Apakah kepercayaan kita kepada nabi Muhammad sudah benar-benar memakai AKAL SEHAT? Itu saja. Pembahasan yang begitu panjang dan melebar ke mana-mana justru menjauhkan saya dari topik utama.

Semoga jawaban Mas Keli cukup sederhana saja, tidak terlampau panjang sehingga menyimpang dari masalah yang saya pertanyakan.


Wassalam,

Maisaroh
Last edited by Maisaroh on Mon Jun 11, 2007 9:50 pm, edited 3 times in total.
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Menanggapi Postingan terakhir Mas Keli.

Terima kasih banyak Mas, ya memang topik inilah yang hendak saya diskusikan bersama Mas Keli.
DEAR MAYSAROH coba anda analisa ayat ini,apakah ini buatan Nabi Muhammad atau ALLAH SWT
Ya, saya sudah menganalisanya.
1. “” (Al-Baqarah: 62)

Jika ALLAH ;Bukankah Tuhan Maha adil,maka ayat ini keluar
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, para pengikut agama Yahudi, orang-orang Nasrani, Dan kaum shabi’in adalah mereka yang beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, serta melakukan amal kebajikan, bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.” (Al-Baqarah: 62)

Jika Nabi Muhammad S.A.W ; maka akan tertulis ;" Sesungguhnya orang-orang ISLAM saja bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.
Apa Mas lupa, nabi Muhammad menyampaikan ayat 62 itu untuk menarik minat umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya, yakni Islam? Tapi setelah nabi Muhammad ditolak, dia menyampaikan ayat baru, begini bunyinya:

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (Al-Baqoroh ayat 132)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqoroh ayat 208)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali-Imran ayat 19)

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran ayat 85)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran ayat 102)
2. “Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, Shabi’in, Majusi, dan orang-orang musyrik, akan Allah buatkan keputusan di antara mereka kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Al-Haj: 17)

ALLAH SWT ; Keluar ayat yang saya sebutkan diatas

Jika karangan Nabi Muhammad,maka tulisannya:"Sesungguhnya bagi muslim akan Allah buatkan keputusan di antara mereka kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha Menyaksikan atas segala sesuatu
Keliru, Mas. Maksud ayat di atas sebenarnya Allah akan menghakimi orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Nasrani, orang Shabiin, orang Majusi dan orang-orang Musyrik. Allah akan menentukan keputusan buat masing-masing kaum itu kelak di hari kiamat. Muhammad dengan penuh percaya diri ingin memberitahu kita bahwa kelak orang-orang beriman (pengikut Muhammad) akan mendapatkan surgaNya Allah, sedangkan umat lain seperti Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Musyirik akan mendapatkan keputusan terburuk dari Allah, yaitu neraka.
3. ”Mereka berkata: ‘jadilah kalian pengikut agama Yahudi atau Nasrani, Pasti kalian akan mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘Tidak, agama Ibrahimlah yang benar. Ia bukan orang yang mempersekutukan Tuhan’.” ( Al-Baqarah: 135 )

Jika dari ALLAH SWT ; ada diatas itu,karena MAHA ADILNYA

Jika Nabi Muhammad yang mengarangnya,maka akan berbunyi : ”Mereka berkata: ‘jadilah kalian pengikut agama Yahudi atau Nasrani, Pasti kalian akan mendapat petunjuk’. Katakanlah: ‘Tidak, agama MUHAMMADLAH yang benar. Ia bukan orang yang mempersekutukan Tuhan’.”
Mas, menurut Muhammad, agama Muhammad kan sama dengan agama Ibrahim?

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (Al-Baqoroh ayat 132)
Nah tiga dulu,masih banyak kok analisa bahwa bukti Quran bukan karangan Nabi Muhammad S.A.W.saya tunggu,kalau masih meragukan
Apakah Mas Keli pikir, saya sendiri tidak pernah menganalisa ayat-ayat yang Mas suguhkan? Sudah, Mas. Tapi semuanya tetap membuktikan Muhammad-lah penulis Alquran, bukan Allah.
1. Pada Albaqarah ayat 135 dikatakan Agama Nabi Ibrahim,kenapa bukan Agama Muhammad.
Menurut Muhammad, agamanya nabi Ibrahim kan sama dengan agama ciptaannya, yakni Islam?
2. Dari ketiga ayat itu mengapa Muslim tidak dikhususkan,bukankah Alqur'an Kitab suci Umat Islam,sebagai Contoh Umat Kristen dengan Biblenya tentu meceritakan Yesus,Kemudian Tripitaka dari agaka Budha mengenai kehidupan Sidartha atau kitab lainnya
Ayat-ayat tentang non-muslim yang digambarkan masuk surga itu adalah ayat-ayat awal, Mas. Tujuan nabi Muhammad sebenarnya untuk mengambil hati kaum itu agar mau berpaling menjadi pengikutnya. Tapi setelah nabi tahu umat lain tidak mau mengakuinya, Muhammad menulis ayat-ayat baru untuk membatalkan ayat-ayat awal itu.
Nah dua pertanyaan saja,semoga ALLAH memberikan Hidayah bagi anda,perlu diingat saya hanya menyampaikan saja,bukan memaksakan anda menjadi Muslim kembali,karena itu adalah pada diri anda sendiri dan sedikit petunjuk dari ALLAH.
Terima kasih bila Mas Keli tidak memaksakan kehendak. Saya memang berharap Mas Keli bisa meng-Islamkan saya kembali. Tapi apabila Mas Keli gagal, maka sebaliknya saya-lah yang berharap Mas Keli keluar dari agama ini, karena menurut saya Islam itu sesat. Saya tidak mau teman-teman saya yang Muslim menjadi korban penipuan terbesar sepanjang sejarah umat manusia.

Wassalam,

Maisaroh.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Assalamualaikum,
Saya kurang setuju, Mas. Apa yang bisa kita lihat tidak selalu menjadi takluk pada kita. Analogi yang Mas contohkan ini tidak tepat. Langit bisa kita lihat, tapi langit tidak takluk pada kita. Bulan dapat kita lihat, tapi bulan tidak takluk pada kita. Mungkin Mas Keli nanti akan berkata, “Buktinya bulan sudah bisa dikuasai oleh manusia.” Oh, kalau itu masalahnya, apakah karena Allah takut dikuasai oleh manusia, sehingga Allah takut dilihat wajahnya?
Yup,jika ALLAH bisa dilihat Mata kepala sendiri,otomatis gugurlah MAHA GAIB itu,bahkan Dikategorikan sebagai sebuah MAHLUK.Salah satu Contoh,Bulan dapat dilihat,lihatlah siapa yang mengklaim sebagai Manusia pertama yang naik Kebulan kalau arahnya bukan menguasai.Nah kalau hal ALLAH takut tidak,mengapa dilihat hanya sebuah Cahaya saja
Berdasarkan penjelasan Mas Keli Allah punya ketetapan bahwa manusia tak boleh lihat wajahNya, itu memang sudah menjadi hak Allah. Tapi cerita yang ditulis Alquran sungguh tidak bisa dinalar. Di dalam Surah Al-A’raaf ayat 143 Allah membuktikan kepada nabi Musa bilamana benda apapun dekat dengan diriNya pasti akan hancur meledak. Nah, ini tidak logis, Mas! Apakah Allah itu NUKLIR? Ini justru membuktikan Allah tidak bisa mengendalikan diriNya sendiri.
Sekali lagi,kalau tidak bisa mengendalikan Diri,mengapa anda masih Hidup,mengapa ALLAH memberikan anda waktu untuk berpikir lagi,Mengapa tidak Kiamat saja sekarang,Mengapa ALLAH selalu melupakan Dosa kita apabila kita bertobat
Terus terang saja, agama kita sudah ketinggalan jauh, Mas. Ketika semua agama sudah sampai pada tahap janji-janji dari Sang Khalik, agama Islam justru masih berkutat pada permasalahan tentang ada dan tidaknya Tuhan. Ini ibarat agama Islam masih kelas nol kecil Taman Kanak-kanak, sedangkan agama-agama lain sudah pada tingkatan Universitas atau Sekolah Tinggi.
Sapa bilan Agama Islam ketinggalan Jaman,sekarang adakah yang menanyakan kebinggungan bahwa ALLAH hanya satu,tidak seperti TRIMURTI,TRITUNGGAL,TUHAN SEBAGAI MAHLUK dll
Surah Al-Baqoroh 118:
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
Surah Al-Baqoroh 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Coba Mas perhatikan ayat-ayat di atas. Ini bukti kalau nabi Muhammad tidak pernah berhubungan dengan Allah, sebab sang nabi mengetahui Tuhan dari pencariannya sendiri. Dia menemukan Tuhan dengan usahanya sendiri, lewat merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini. Jadi apa bedanya nabi kita dengan para pendiri ajaran filosofi? Mereka pun mencari Tuhan dengan usahanya sendiri, dengan melihat tanda-tanda keajaiban Tuhan di alam ini. Secara logika, seandainya nabi Muhammad memang benar-benar telah berhubungan dengan Tuhan (setidaknya dengan malaikatNya), nabi tidak perlu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan di alam untuk mengerti Tuhan itu ada atau tidak, sebab Tuhan memang benar-benar telah menyatakan diri kepadanya sehingga persoalan Allah itu ada atau tidak sudah bukan persoalan untuk dibahas, melainkan membahas tahapan-tahapan selanjutnya seperti janji-janji Allah yang realisasinya dapat kita buktikan di dunia nyata. Ini ibarat meninggalkan pelajaran anak TK dan beralih ke pelajaran yang lebih tinggi.
Betul seperti Nabi Ibrahim A.S.Kalau Nabi dan Filosofi Beda lah.Itu perlu,sebab tanpa melihat kekuasaan ALLAH,maka bagaimana menerangkan kepada Orang yang tidak mengerti
Kalau pun ada janji-janji Allah di dalam Alquran, tapi janji-janji Allah yang disampaikan oleh nabi Muhammad hanya sebatas pada janji-janji ghaib tentang surga dan neraka belaka, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya di dunia nyata.
Wahahahaha bagaimana dengan anda Tidur anda,kemudian anda Mimpi,seperti itulah Surga dan Neraka.seperti Mimpi,hanya anda yang tahu Mimpi anda,sedangkan saya meskipun anda meceritakan Mimpi tetap ada percaya,atau tidak
Inilah Mas, di mana letak keajaiban Alquran, kalau Alquran yang katanya kitab yang turun dari surga tapi isinya tidak ada beda dengan pelajaran umum yang sudah manusia ketahui? Bukan nabi pun juga bisa menulis kata-kata seperti Alquran, Mas. Jadi kebanggaan kita kepada kitab suci Alquran adalah kebanggaan yang dibuat-buat dan tidak logis.
Hehehehehe Kalau begitu saya tantang anda buat ayat satu saja.kalau memang Nabi yang membuatnya,berarti anda bisa juga dong yang membuatkan satu ayat Alqur'an.Nah kalau Hadist lain lagi,saya juga bisa :lol:
Apa gunanya kitab suci Alquran, kalau manusia masih disuruh meraba-raba atau menerka-nerka sendiri seperti apa pribadi Khaliknya? Tidak usah pakai kitab suci pun manusia bisa menemukan Tuhan dengan cara melihat tanda-tanda kekuasaanNya di alam. Berbicara tentang Tuhan itu ada atau tidak, tanpa kitab suci pun kita bisa tahu dan yakin kalau Tuhan itu ada. Berbicara tentang pengesaan Tuhan, agama Kejawen pun juga mengesakan Tuhan. Jadi, logika mengenai Tuhan itu ada atau tidak ada, atau mengenai Tuhan itu Maha Esa bisa kita peroleh dari luar kitab suci. Secara educating, Alquran tidak punya bobot apa-apa. Dia tidak memberikan penjelasan yang terang tentang seperti apa PRIBADI ALLAH, tetapi hanya memberikan penjelasan tentang hal-hal yang umum sifatnya yang walau tidak membaca Alquran pun manusia sudah mengetahuinya.
Nah bukan Quran aja,Kitab Lain seperti Injil,Taurat juga mengesakan ALLAH,hanya saja hanya Umat Islam saja yang tetap pada pendiriannya bahwa ALLAH itu Esa.
Jadi, kesimpulan saya atas penjelasan mas Keli:
Alquran tidak memberikan penjelasan apapun tentang PRIBADI & WUJUD ALLAH, tetapi manusia masih disuruh meraba-raba dan menerka-nerka sendiri seperti apa Khaliknya. Ini berpotensi terjadinya bias pemikiran dan pemahaman yang keliru dalam memahami Sang Khalik. Seandainya Alquran memang benar-benar kitabullah yang salinannya ada di Lauh Mahfuzh, dia akan bercerita secara blak-blakan tentang diri Sang Khalik agar diri sang Khalik tidak ditafsirkan keliru oleh umatNya. Tetapi karena Alquran sendiri masih meraba-raba, ini bukti Alquran yang selama ini saya percayai sebagai kitabullah ternyata tak lebih dari kumpulan kata-kata nabi belaka.
Coba,apakah ada kata sabda Rasul di ALQUR'AN
Pokok permasalahannya bukan pada ketetapan Allah, tapi pada masalah ketidakmampuan Allah dalam mengendalikan diriNya yang digambarkan seperti BOM NUKLIR oleh nabi Muhammad (Surah Al-Araaf ayat 143).
Sapa bilang ALLAH tidak mengendalikan diri,masih syukur anda masih hidup,masih syukur ALLAH sekarang ini belum memberikan KIAMAT besar.Kalai tidak bisa mengendalikan diri,ya sekarang udah kiamat,atau dikasih AZAB aja sekarang.kan saya bilang,kalau sudah keliatan namanya MAHLUK,dan bisa saja MAHA GAIBnya Hilang
Apakah ini kesaksian Abu Bakar? Apakah kesaksian Abu Bakar sahih? Maksud saya, apakah Abu Bakar benar-benar bisa dipertanggungjawabkan dirinya untuk menjadi saksi? Apakah Abu Bakar r.a. pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri bilamana nabi melakukan perjalanan di malam Lailatul Khodar itu? Saya minta Mas Keli berikan klarifikasinya.
hehehehehe,bahkan di Muhabalah saja dia berani loh.
HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq). HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61 )
Nah, Mas, lagi-lagi pengakuan itu asalnya dari bibir nabi, bukan karena melihat sendiri kejadiannya. Bisakah kesaksian ini dianggap kesaksian, bila sumbernya berasal dari 1 orang yg sama yg justru dialah sebagai lakon utamanya?
Sapa bilang,Itu dari Aisyah,yang satu lagi dari Qasim bin tsabit.liat siapakah yang menyampaikannya,ada kagak kata Rasullulah bersabda
Apa Mas Keli tidak bisa peka merasakan kejanggalan ini?

Bukankah ini lelucon?
Tidak ada kok
Mas Keli dalam postingan Mas terakhir, tidak menanggapi pertanyaan saya yang ini tapi sangat nampak sekali Mas berusaha untuk menghindar.
Pokok persoalannya adalah Muhammad yang dijadikan sumber utama semua cerita itu, di mana Muhammad juga sebagai sang lakon utamanya. Apakah ini logis? Apa ini bukan sebuah lelucon?
Seorang lakon utama bisa saja membuat klaim-klaim luar biasa untuk kepentingan dirinya, sebuah cerita hasil karangannya sendiri yg hanya dia sendiri yg tahu.
Hadish-hadish yang Mas Keli tunjukkan kepada saya, sumbernya juga berasal dari mulut nabi. Jadi mana letak kesahihan cerita ini, bila sumbernya berasal dari orang yg sama yang menjadi lakon utamanya?
Mau bukti,ini ancaman ALLAH kalau Nabi Muhammad berbohong

“Seandainya dia [Muhammad] mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Kami [Allah], niscaya benar-benar Kami pegang ia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”
[QS. Al-Haqqah : 44 - 46]
Mas Keli menjawab: ALQUR'AN jawabannya...
Begitu pula dengan cerita Alquran:
”...Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( 17:1 )
An - Najm (15) ayat
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain.(13)
(Yaitu) di Sidratil Muntaha.(14)
Di dekatnya ada surga tempat tinggal.(15)
Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratulmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.(16)
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula )melampauinya.(17)
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda- tanda ( kekuasaan ) Tuhannya yang paling besar.(18 )...”
Dari mana kata-kata ayat surah Al-Isra dan surah An-Najm itu? Bukankah itu kata-kata yang diucapkan oleh orang yang sama yang menjadi lakon utamanya? Bila Mas Keli mengklaim itu firman Allah, nah siapa yang bilang kalau surah Al-Isra dan surah An-Najm firman Allah? Juga dari klaim nabi Muhammad. Muhammad yang mengatakan kepada pengikutnya kalau itu wahyu dari Jibril.

”...Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( 17:1 )
itulah anda,tidak bisa membedakan kata Kami,Dia yang dihurufi besar dengan kami dan dia dengan huruf kecil,emangnya itu sabda rasul,liat dulu deh kalimat dan tanda bacanya

Yang lucu tentang klaim anda ini karangan Muhammad adalah yang ini

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain.(13)

kalau itu Klaim Nabi muhammad, kenapa kagak buat saja dengan kata ganti "AKU",kemudian kata dianya saja bukan kata ;"AKU"
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Oleh sebab itu, Mas, mana akal sehat kita sewaktu mempercayai semua ini? Kenapa semuanya hanya didasarkan atas pengakuan Muhammad belaka?
“Seandainya dia [Muhammad] mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Kami [Allah], niscaya benar-benar Kami pegang ia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”
[QS. Al-Haqqah : 44 - 46]

Kalau itu Bualan Muhammad saya katakan coba buat ayat Alqur,an satu ayat saja.

Mas Keli kemudian membantu saya untuk bernalar: Maksud Mas, selain orang Islam juga akan masuk surga? Bisakah Mas Keli berikan bukti ayatnya? Ayat 1 dari Surah Abasa ini bukan menjelek-jelekkan nabi Muhammad, Mas.
Saya bisa jelaskan Surah Abasa ini.
Ketika nabi sedang bercakap-cakap dengan beberapa pemimpin orang Quraisy yg menanyakan ajaran-ajaran sang nabi, datang orang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Nabi pada awalnya meremehkan dan memandang rendah orang ini, sebab ia buta dan tidak punya potensi membawa pengikut lebih banyak. Sebaliknya, perhatian nabi Muhammad lebih berfokus kepada pemimpin-pemimpin Quraisy yg sedang bersoal-jawab dengannya dengan harapan orang Quraisy itu bisa dipengaruhi menjadi pengikutnya. Tapi setelah nabi Muhammad gagal meyakinkan orang-orang Quraisy, Muhammad merasa menyesal telah meremehkan Abdullah bin Ummi Maktum. Ini ibarat mending dapat satu orang pengikut daripada tidak sama sekali. Saya menangkap makna dari Surah Abasa (ayat 1 sd. 16) ini sebagai ungkapan penyesalan dan kekecutan hati sang nabi. Sang Nabi yang telah dikecewakan oleh orang Quraisy berusaha menghibur diri dengan memberikan penghargaan kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta.
Tujuan disampaikan Surat Abasa ayat 1 sampai ayat 16 ini untuk memberikan penjelasan atas perubahan sikapnya kepada si buta, dengan berbuat seolah-olah sang nabi mendapat teguran dari Allah. Saya percaya, ini salah satu cara beliau untuk menutupi rasa malunya. Tidak dapat orang Quraisy, malah dapat orang buta.

Nah tidak mungkin ayat itu keluar kalau ALQUR'AN adalah karangan Nabi Muhammad,masa kejelekan Muhammad diperlihatkan seperti itu,pantaskah catatan diary anda ditulis sebuah keburukan- keburukan anda,pantaskah ancaman itu keluar sendiri pada diri nabi Muhammad pada Abasa ayat 2 hingga 16
Anda sudah banyak memfitnah Nabi Musa,apakah ada bukti itu bahwa Nabi Musa telah memerangi,menjarah,menawan dan membunuh musuh-musuhnya.
nah itu juga anda Salah,ALFATIHAH disebut juga Ayat pembukaan.sama juga anda sebelum makan berdoa.karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.Artinya ALLAH memberikan kesimpulan semua ayat maupun surat Qur'an,makanya dibutuhkan kesimpulan
Suku Yahudi memang terkonsentrasi di Madinah, tapi bukan berarti di kota Mekkah tidak ada kaum ini. Begitu pula kaum Nasrani. Apakah Mas lupa dengan Waraqah bin Naufal dan Siti Khadijah yang beragama Nasrani? Mereka juga tinggal di kota Mekkah.
Tidak juga saya ingat,apakah anda yakin kalau Islam memaksakan Waraqah supaya masuk Islam,tidak,setelah Islam belum ada, Waraqah malah meninggal

Tentang Prasangka
Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.
Coba perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, Mas. Bukankah pengkhiatan itu belum terjadi? Itu baru dalam konteks “khawatir”, belum benar-benar terwujud apa yang dikhawatirkan. Nah, bukankah ini mengajarkan prasangka?
Di ayat itu jelas-jelas mengajarkan prasangka. Dengan prasangka ini, Muslim diperkenankan MEMBATALKAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK.
Orang yang suka membatalkan perjanjian berdasarkan prasangka adalah contoh orang yang hatinya dikuasai hawa nafsu. Masihkah Mas Keli tidak bisa menangkap makna dari ayat ini?
Hehehehehehe anda sendiri tidak tau makna :"kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur",lihat akhir katanya dimana,sekarang apa sama MEMBATALKAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK dengan kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur
Saya turut menyatakan sedih atas apa yang dialami oleh keluarga Mas.
Tapi apa benar umat Nasrani di gereja juga menghujat Muslim? Apa nggak kebalik Mas? Saya yakin Mas Keli pasti rajin mengikuti kotbah-kotbah Jumat di tempat tinggal Mas. Saya bahkan punya rekamannya, Mas. Mas tidak bisa bohong.
Itulah anda,karena anda tidak tahu.Saya yakin seyakin-yakinnya, pasti ada.nih kata teman saya juga yang muallaf berkata begitu. dia buat perumpamaan,kalau misalnya ALLAH membenarkan AJARAN KRISTEN,maka Muslim/Islam tidak akan Rugi,bahkan tidak dimasukkan Neraka,karena dalam Islam NABI ISA saja diberi gelar ALLAIHI SALAM ('Keselamatan dari Ilahi / dari Allah)
tetapi kalau ALLAH membenarkan Islam,maka Kristen akan Masuk Neraka,karena selain tidak mengakui NABI MUHAMMAD,mereka menghujat Nabi Muhammad dengan Gelar Nabi Palsu,Pezinah dll

Tentang Beriman kepada Nabi

Surah Al-Anfal ayat 55
“Sesungguhnya binatang yang paling buruk di sisi Allah ialah orang- orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.”
Nah, ini sekaligus mempertanyakan kembali makna kata beriman. Bukankah ‘beriman’ di sini maksudnya iman kepada Muhammad sebagai rasulullah? Kalau ajaran-ajaran nabi Muhammad semuanya hanya berasaskan ego pribadi semata, lalu kenapa kita tidak menelaahnya lebih lanjut untuk mengecek kebenaran kenabian beliau?
Kemudian Mas Keli bertanya: kalau gitu bagaimana dengan ke 24 nabi itu,apakah anda tidak mengakuinya
Saya belum memikirkan itu, apakah nantinya saya akan percaya pada nabi-nabi lain selain Muhammad. Tapi yang pasti, nabi Muhammad penuh dengan ego untuk memuluskan kepentingannya sendiri, demi untuk memuliakan dirinya, hal mana tidak saya temukan pada kisah nabi-nabi terdahulu.
Tentang Cara Kekerasan yang Ditempuh Nabi Muhammad

wah parah juga anda,lihat dulu emangnya Rasul itu hanya Nabi Muhammad saja.kalau Nabi Muhammad penuh dengan ego kan saya bilang,pada peristiwa kemenangan Mekkah mungkin semua penduduk mekah dihabisi,karena tidak mau memeluk Islam
Bisa saja seorang Soeharto mantan presiden mengaku pernah menerima wangsit dari malaikat Jibril yg mengatakan kepadanya kalau dirinya harus diteguhkan kembali menjadi presiden di Republik tercinta ini. Dia bisa bercerita yg aneh-aneh untuk meneguhkan ketokohannya itu. Di masa sekarang, secara akal sehat tentu tidak ada yang mau percaya. Hanya orang yang tidak bisa menggunakan rasio-nya yg akan mengamini segala ucapan lelucon ini. Dan satu-satunya cara yang bisa ditempuh untuk memaksa orang agar percaya pada semua kata-katanya adalah dengan jalan kekerasan. Inilah cara yang dipakai nabi Muhammad untuk meneguhkan kerasulannya. Tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh, selain memakai kekerasan, sebab mujizat pun Muhammad tak punya. Orang-orang Anshor Madinah setia dan begitu mencintai nabi Muhammad karena Muhammad menafkahi mereka dengan harta jarahan. Seandainya Muhammad tidak menghalalkan harta jarahan, Muhammad tidak akan laku baik di Mekkah maupun di Madinah. Dia akan selalu tersingkirkan dan menjadi bahan ejekan orang-orang sekelilingnya.
:lol: :lol: :lol: :lol: Wah jalan kekerasan,coba pikirkan,pada saat mengungsi ke Habsyah,pakai kekerasan kagak,coba lagi anda berpikir,ketika mengungsi ke MADINAH pakai kekerasan kagak.Jarahan dimana lagi ?
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Mas Keli mengatakan: Ya udah kalau Hawa Nafsu anda begitu.sekarang ada kagak orang yang masuk Islam dipaksakan dengan jalan Kekerasan,waaah kalau begitu kenapa ARAB kagak menyerang Jepang aja biar Islam semua,kenapa Iran tidak menjajah Australia sekalian,biar Islam semua
Kalau zaman sekarang memang enggak begitu kelihatan, Mas, tapi itu terjadi di zaman nabi Muhammad sewaktu menyebarkan agama Islam di Arab.
Ibn Hisham, seorang yang berwibawa dalam sejarah awal Islam, telah mencatat:
"Tatkala Nabi Muhammad telah wafat, ramai 'penganut-penganut' Islam di kota Mekkah dengan cepatnya ingin meninggalkan Islam. Maka telah bangunlah Suhayl bin 'Amru, dia berkata: ‘Siapa saja yang meninggalkan Islam, kami akan pancung kepalanya!' Ramai orang pun membatalkan niatnya karena takut dibunuh." (Al Sira Al-Nabawia)
Taukan mana Isnad Ibnu isham yang menguatkan hadist itu,makanya saya katakan Hadistnya dhaif
Ini sesuai dengan pesan nabi dalam Alquran:
QS 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
Pesan nabi lagi hehehehehe,gimana saya sambungkan ayat itu dengan Ini

Dan jika mereka berhenti (memerangi kalian), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (2;192)
QS 8:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Yang dimaksud fitnah dalam ayat itu adalah sikap menolak kenabian Muhammad (mengatakan kalau Muhammad bukan rasul).
Anda menuduh yang kagak- kagak,lihat sambungannya

Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk ( mendatangi ) Masjid haram dan mereka bukanlah orang- orang yang berhak menguasainya Orang- orang yang berhak menguasai ( nya ), hanyalah orang- orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(34)
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.(35)
Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi ( orang ) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang- orang yang kafir itu dikumpulkan,(36)
supaya Allah memisahkan ( golongan ) yang buruk dari yang baik dan menjadikan ( golongan ) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan- Nya, dan dimasukkan- Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang- orang yang merugi.(37)
Katakanlah kepada orang- orang yang kafir itu:" Jika mereka berhenti ( dari kekafirannya ), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa- dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku ( kepada mereka ) sunah ( Allah terhadap ) orang- orang dahulu".(38)
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata- mata untuk Allah. Jika mereka berhenti ( dari kekafiran ), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(39)
Nah pokok permasalahannya diayat 34,karena kaum kafir menghalang-halangi saya untuk beribadat
QS 66:9
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
Nah kalau ini

Hai orang- orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni- murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan- kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai- sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang- orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:" Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".(8)

Nah ayat ini berhubungan dengan Kafir yang menghina kaum beriman

Bukankah dari kisah itu Islam memang mengajarkan PEMBUNUHAN TANPA PERASAAN? Membunuh tanpa pakai emosi, tapi membunuh dengan darah dingin. Bukankah ini ajaran yang sangat mengerikan, Mas? Saya jadi ngeri bila dekat-dekat dengan Mas, bila Mas juga berkeinginan mengamalkan ajaran ini. Coba, ngeri tidak bila ada orang membunuh sambil tertawa? Ngeri tidak, bila ada orang penggal kepala sambil teriak-teriak histeris Allahuakbar?
Nah itulah bahaya kalau selalu percaya Hadist,padahal ada saja HAdist Dhaif dan Palsu
Mas Keli, sebenarnya inti dari diskusi ini adalah saya mempertanyakan dengan penuh harap agar Mas Keli bisa memberikan jawabannya: Apakah kepercayaan kita kepada nabi Muhammad sudah benar-benar memakai AKAL SEHAT? Itu saja. Pembahasan yang begitu panjang dan melebar ke mana-mana justru menjauhkan saya dari topik utama.
Iya,saya yakin seyakin-yakinnya
Semoga jawaban Mas Keli cukup sederhana saja, tidak terlampau panjang sehingga menyimpang dari masalah yang saya pertanyakan.
Amin
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

1. “” (Al-Baqarah: 62)

Jika ALLAH ;Bukankah Tuhan Maha adil,maka ayat ini keluar
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, para pengikut agama Yahudi, orang-orang Nasrani, Dan kaum shabi’in adalah mereka yang beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, serta melakukan amal kebajikan, bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.” (Al-Baqarah: 62)
jika Nabi Muhammad S.A.W ; maka akan tertulis ;" Sesungguhnya orang-orang ISLAM saja bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.
Apa Mas lupa, nabi Muhammad menyampaikan ayat 62 itu untuk menarik minat umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya, yakni Islam? Tapi setelah nabi Muhammad ditolak, dia menyampaikan ayat baru, begini bunyinya:
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (Al-Baqoroh ayat 132)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqoroh ayat 208)
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali-Imran ayat 19)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran ayat 85)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran ayat 102)
hahahahaha lucu juga anda,coba carikan ayat yang menguntungkan agama ISLAM,sesuai dengan tuduhan ;" nabi Muhammad menyampaikan ayat 62 itu untuk menarik minat umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya, yakni Islam
Kan udah saya bilang Islam, seringkali diartikan kerelaan
dari seseorang untuk menjalankan perintah Tuhan dan
mengikutinya.


Mana ayat mengatakan Nabi Ibrahim adalah Islam

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang-orang musyrik." 3:67.

Keliru, Mas. Maksud ayat di atas sebenarnya Allah akan menghakimi orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Nasrani, orang Shabiin, orang Majusi dan orang-orang Musyrik. Allah akan menentukan keputusan buat masing-masing kaum itu kelak di hari kiamat. Muhammad dengan penuh percaya diri ingin memberitahu kita bahwa kelak orang-orang beriman (pengikut Muhammad) akan mendapatkan surgaNya Allah, sedangkan umat lain seperti Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Musyirik akan mendapatkan keputusan terburuk dari Allah, yaitu neraka.
Sekarang ada kagak AYAT mengenai sedangkan umat lain seperti Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi akan mendapatkan keputusan terburuk dari Allah, yaitu neraka,cari dulu buktinya
Quote:
3)
ayat ini apa ,kenapa ada ayat ini

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang-orang musyrik." 3:67.

Nah tiga dulu,masih banyak kok analisa bahwa bukti Quran bukan karangan Nabi Muhammad S.A.W.saya tunggu,kalau masih meragukan
Apakah Mas Keli pikir, saya sendiri tidak pernah menganalisa ayat-ayat yang Mas suguhkan? Sudah, Mas. Tapi semuanya tetap membuktikan Muhammad-lah penulis Alquran, bukan Allah.
Saya tantang anda buat saja satu surat atau satu ayat ALQUR'AN sesuai dengan tuduhan anda
Quote:
1. Pada Albaqarah ayat 135 dikatakan Agama Nabi Ibrahim,kenapa bukan Agama Muhammad.

Menurut Muhammad, agamanya nabi Ibrahim kan sama dengan agama ciptaannya, yakni Islam?
sama dengan ayat 3;67
Quote:

2
. Dari ketiga ayat itu mengapa Muslim tidak dikhususkan,bukankah Alqur'an Kitab suci Umat Islam,sebagai Contoh Umat Kristen dengan Biblenya tentu meceritakan Yesus,Kemudian Tripitaka dari agaka Budha mengenai kehidupan Sidartha atau kitab lainnya

Ayat-ayat tentang non-muslim yang digambarkan masuk surga itu adalah ayat-ayat awal, Mas. Tujuan nabi Muhammad sebenarnya untuk mengambil hati kaum itu agar mau berpaling menjadi pengikutnya. Tapi setelah nabi tahu umat lain tidak mau mengakuinya, Muhammad menulis ayat-ayat baru untuk membatalkan ayat-ayat awal itu.
:lol: :lol: :lol: Lucu juga tuduhan anda,seorang Buta Huruf bisa nulis :lol: :lol: :lol: :lol:
Quote:

Nah dua pertanyaan saja,semoga ALLAH memberikan Hidayah bagi anda,perlu diingat saya hanya menyampaikan saja,bukan memaksakan anda menjadi Muslim kembali,karena itu adalah pada diri anda sendiri dan sedikit petunjuk dari ALLAH.

Terima kasih bila Mas Keli tidak memaksakan kehendak. Saya memang berharap Mas Keli bisa meng-Islamkan saya kembali. Tapi apabila Mas Keli gagal, maka sebaliknya saya-lah yang berharap Mas Keli keluar dari agama ini, karena menurut saya Islam itu sesat. Saya tidak mau teman-teman saya yang Muslim menjadi korban penipuan terbesar sepanjang sejarah umat manusia.
hehehehe dulu gue Atheis,gara-gara meninggalnya Kakek gue serta penderitaan 32 tahun karena Eks PKI,gue dapat hidayah tahun 1997 (20 Tahun),saya tidak akan meninggalkan Islam sampai kapanpun,karena saya mendapatkan petunjuk kok,termasuk Keluarga saya,yang Atheis menjadi Muslim
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Tentang Sikap Allah dan KemahakuasaanNya
MAS KELI wrote: Yup,jika ALLAH bisa dilihat Mata kepala sendiri,otomatis gugurlah MAHA GAIB itu,bahkan Dikategorikan sebagai sebuah MAHLUK.Salah satu Contoh,Bulan dapat dilihat,lihatlah siapa yang mengklaim sebagai Manusia pertama yang naik Kebulan kalau arahnya bukan menguasai.Nah kalau hal ALLAH takut tidak,mengapa dilihat hanya sebuah Cahaya saja
Maksud Mas Keli, Allah itu sengaja main kucing-kucingan supaya identitas “MAHA GHOIB”-nya tidak hilang?
Apa Mas Keli tidak geli merasakan sikap Allah seperti yang Mas pahami ini? Intinya Allah takut “dikuasai” manusia. Allah takut kehilangan atribut Maha Ghoib yang disandangnya. Itulah sebabnya Allah “TIDAK BERANI” menunjukkan rupaNya kepada manusia. Bukankah ini tuhan yang aneh, Mas? Masa tuhan itu punya sifat ‘penakut’ atau ‘pemalu’? Dia malu kalau dilihat wajahNya oleh manusia. Atau...... seperti gambaran Surah Al-Araaf ayat 143, Allah takut manusia meledak ketika berhadapan denganNya? Lucu, kan Mas? Allah kok kayak gitu? Dia itu pemalu atau karena tidak bisa menguasai kemahakuasanNya sendiri?


Berdasarkan penjelasan Mas Keli Allah punya ketetapan bahwa manusia tak boleh lihat wajahNya, itu memang sudah menjadi hak Allah. Tapi cerita yang ditulis Alquran sungguh tidak bisa dinalar. Di dalam Surah Al-A’raaf ayat 143 Allah membuktikan kepada nabi Musa bilamana benda apapun dekat dengan diriNya pasti akan hancur meledak. Nah, ini tidak logis, Mas! Apakah Allah itu NUKLIR? Ini justru membuktikan Allah tidak bisa mengendalikan diriNya sendiri.

Kemudian Mas Keli memberi tanggapan: Sekali lagi, kalau tidak bisa mengendalikan Diri, mengapa anda masih Hidup, mengapa ALLAH memberikan anda waktu untuk berpikir lagi, Mengapa tidak Kiamat saja sekarang, Mengapa ALLAH selalu melupakan Dosa kita apabila kita bertobat.

Mas, menurut saya, yang membiarkan saya hidup sampai hari ini bukan Allah. Di Alam ini ada Tuhan lain, tapi yang pasti bukan Allah. Menurut saya, Allah yang diperkenalkan oleh nabi kita Muhammad bukanlah Allah yang sesungguhnya. Allah yang sesungguhnya tentu bisa mengontrol kekuasaanNya sendiri.

Allahnya nabi Muhammad, yang mirip NUKLIR itu, ibarat seorang yang punya penyakit bau badan yang sangat menyengat sehingga semua orang yang berdekatan dengannya akan langsung pingsan atau melarikan diri karena tidak kuat menahan baunya. Kalau manusia wajar, Mas, dia dibuat bingung oleh penyakit bau badannya sendiri sehingga dia berusaha sebisa mungkin supaya tubuhnya tidak bau, mungkin dengan cara mandi parfum 5 kali sehari, atau dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian kedap. Toh, aroma badannya yang bau itu tetap saja tercium sehingga dia jadi minder dan tidak berani nongol di depan orang. Beda kasusnya dengan Allah. Allah bukan NUKLIR, tentu Allah bisa saja berkata, “Pandanglah wajah-Ku, duduklah di samping-Ku, dan tentramkan hatimu di bawah naungan rahmat-Ku.”

Cara Memahami Allah

Surah Al-Baqoroh 118:
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.

Surah Al-Baqoroh 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Coba Mas perhatikan ayat-ayat di atas. Ini bukti kalau nabi Muhammad tidak pernah berhubungan dengan Allah, sebab sang nabi mengetahui Tuhan dari pencariannya sendiri. Dia menemukan Tuhan dengan usahanya sendiri, lewat merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini. Jadi apa bedanya nabi kita dengan para pendiri ajaran filosofi? Mereka pun mencari Tuhan dengan usahanya sendiri, dengan melihat tanda-tanda keajaiban Tuhan di alam ini. Secara logika, seandainya nabi Muhammad memang benar-benar telah berhubungan dengan Tuhan (setidaknya dengan malaikatNya), nabi tidak perlu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan di alam untuk mengerti Tuhan itu ada atau tidak, sebab Tuhan memang benar-benar telah menyatakan diri kepadanya sehingga persoalan Allah itu ada atau tidak sudah bukan persoalan untuk dibahas, melainkan membahas tahapan-tahapan selanjutnya seperti janji-janji Allah yang realisasinya dapat kita buktikan di dunia nyata. Ini ibarat meninggalkan pelajaran anak TK dan beralih ke pelajaran yang lebih tinggi.
MAS KELI wrote: Betul seperti Nabi Ibrahim A.S.Kalau Nabi dan Filosofi Beda lah.Itu perlu,sebab tanpa melihat kekuasaan ALLAH,maka bagaimana menerangkan kepada Orang yang tidak mengerti
Ibaratnya begini, Mas:

Islam => masih berkutat pada permasalahan ADA atau TIDAKNYA TUHAN.
Agama lain => sudah bergaul mesra dengan Tuhannya masing-masing, bahkan sudah sampai pada taraf menantikan janji-janji Tuhan mereka.

Islam => masih sibuk memandangi tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam untuk meyakinkan dirinya bahwa Tuhan itu ada.
Agama lain => sudah mencapai taraf keyakinan penuh bahwa Tuhan itu memang ada, sehingga tidak perlu lagi mencari-cari pembuktikan keberadaanNya lewat tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam.

Itulah sebabnya, saya katakan agama kita ibarat masih pada taraf Taman Kanak-kanak, sementara agama-agama lain sudah mencapai taraf Universitas, yang sudah menjangkau tingkat pengetahuan TEOLOGI yang rumit dan tinggi.

Agama Islam seperti agama primitif, yang tahunya cuma “ADA” dan “ESA”. Kemudian ditambah lagi dengan 99 asma Allah, yang sebenarnya tanpa bimbingan nabi pun manusia juga bisa membuatnya.

Kalau memang Alquran itu kitabullah, satu-satunya yang masih murni dan diturunkan langsung dari surga, seharusnya ia bisa menjelaskan lebih berani dan lebih detail tentang seperti apa pribadi Allah. Mengapa Islam kalah dengan agama-agama lain dalam hal pengetahuan TEOLOGI?

Tentang Janji dan Pemenuhan-Nya

Kalau pun ada janji-janji Allah di dalam Alquran, tapi janji-janji Allah yang disampaikan oleh nabi Muhammad hanya sebatas pada janji-janji ghaib tentang surga dan neraka belaka, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya di dunia nyata.
MAS KELI wrote:Wahahahaha bagaimana dengan anda Tidur anda,kemudian anda Mimpi,seperti itulah Surga dan Neraka.seperti Mimpi,hanya anda yang tahu Mimpi anda,sedangkan saya meskipun anda meceritakan Mimpi tetap ada percaya,atau tidak
Jadi menurut Mas Keli, nabi Muhammad memang benar cuma mengajarkan mimpi-mimpi saja yang baru bisa dibuktikan setelah kita berada di akhirat? Sudah terlambat, Mas. Iya kalau mimpi-mimpinya itu benar terbukti, tapi kalau semuanya itu bohong, Mas?

Pernahkah nabi Muhammad membuat mujizat? Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang yang buta. Dia dengan ikhlas mau menjadi pengikut nabi walaupun semua pemimpin Quraisy menolak nabi. Kenapa nabi Muhammad tidak mengatakan, “Besok matamu akan bisa melihat lagi,” untuk membuktikan kalau ucapan nabi bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?

Kalau nabi cuma mengumbar janji-janji surga dan neraka saja, semua orang pun juga bisa, Mas. Karena tak ada satu pun yg bisa membuktikan kebenaran semua ucapannya kalau tidak meninggal lebih dulu.

Tentang Ayat-ayat Alquran

Di mana letak keajaiban Alquran, kalau Alquran yang katanya kitab yang turun dari surga tapi isinya tidak ada beda dengan pelajaran umum yang sudah manusia ketahui? Bukan nabi pun juga bisa menulis kata-kata seperti Alquran, Mas. Jadi kebanggaan kita kepada kitab suci Alquran adalah kebanggaan yang dibuat-buat dan tidak logis.
MAS KELI wrote: Hehehehehe Kalau begitu saya tantang anda buat ayat satu saja.kalau memang Nabi yang membuatnya,berarti anda bisa juga dong yang membuatkan satu ayat Alqur'an. Nah kalau Hadist lain lagi, saya juga bisa
Kenapa Mas Keli bilang begitu?
Apakah Mas sudah menanggalkan semua AKAL SEHAT, Mas? Apakah menurut Mas membuat kumpulan kata-kata seperti ayat-ayat Alquran itu sulit? Sampai di manakah tingkat kesulitannya, Mas? Mas bohong kalau mengatakan Mas tidak mampu bikin ayat-ayat yg serupa Alquran, malah Mas menyuruh saya untuk membuatnya.

Bukankah Alquran itu cuma kumpulan kata-kata saja? Siapakah yang tidak bisa membuatnya? Mirza Ghulam Ahmad pun telah membuktikan dia mampu membuat kitab suci sendiri.

Kalau semisal saya menuruti permintaan Mas untuk bikin satu ayat, tentu Mas Keli akan menertawakan saya, sebagaimana dahulu nabi Muhammad juga ditertawakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani di kota Mekkah.

Mas, yang penting bukanlah klaim-klaim, tapi bukti. Masalahnya Muhammad tak mampu membuktikan kalau dirinya benar-benar Rasulullah.

Jadi, kesimpulan saya atas penjelasan mas Keli:
Alquran tidak memberikan penjelasan apapun tentang PRIBADI & WUJUD ALLAH, tetapi manusia masih disuruh meraba-raba dan menerka-nerka sendiri seperti apa Khaliknya. Ini berpotensi terjadinya bias pemikiran dan pemahaman yang keliru dalam memahami Sang Khalik. Seandainya Alquran memang benar-benar kitabullah yang salinannya ada di Lauh Mahfuzh, dia akan bercerita secara blak-blakan tentang diri Sang Khalik agar diri sang Khalik tidak ditafsirkan keliru oleh umatNya. Tetapi karena Alquran sendiri masih meraba-raba, ini bukti Alquran yang selama ini saya percayai sebagai kitabullah ternyata tak lebih dari kumpulan kata-kata nabi belaka.
MAS KELI wrote:Coba,apakah ada kata sabda Rasul di ALQUR'AN
Saya percaya Muhammad tak akan menggunakan kata-kata “Sabda Rasul” di dalam Alquran, sebab ini sama saja membongkar kebohongannya sendiri, Mas.

Tentang Mubahala

Muhammad berani mubahala, bukan berarti dia benar, Mas. Seperti di jaman sekarang saja, banyak orang yang berani bersumpah palsu, berani melakukan sumpah pocong, dll.

Tentang Kesaksian Isra Miraj

Mas Keli berkata: Sapa bilang,Itu dari Aisyah,yang satu lagi dari Qasim bin tsabit.liat siapakah yang menyampaikannya,ada kagak kata Rasullulah bersabda

HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia (=Muhammad) mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq). HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61 )

Nah, Mas, lagi-lagi pengakuan itu asalnya dari bibir nabi, bukan karena melihat sendiri kejadiannya. Bisakah kesaksian ini dianggap kesaksian, bila sumbernya berasal dari 1 orang yg sama yg justru dialah sebagai lakon utamanya?

Mas Keli, Mas telah membuat saya kecewa. Kenapa Mas begitu membutakan mata dan pura-pura ****? Di mana intelektual Mas sewaktu membantah pernyataan saya? Jelas-jelas cerita tentang Isra Miraj asalnya dari Muhammad. Tidak ada saksi mata yang melihatnya. Kenapa Mas bilang Aisyah, Qasim bin Tsabit? Apa mereka berdua telah melihatnya dengan mata kepala sendiri Muhammad melakukan perjalanan pulang pergi Baitul Maqdis ke Mekkah di malam lailatul qodar?

Ketika saya berkata: “Apa Mas Keli tidak bisa peka merasakan kejanggalan ini? Bukankah ini lelucon?”

Mas Keli menjawab: “Tidak ada kok!”

Sungguh, saya sangat kecewa dengan cara berpikir Mas Keli yang seperti ini. Jadi benar klaim teman-teman di FFI ini kalau Muslim itu sama seperti ZOMBIE.

Tentang Ancaman Allah pada Muhammad

Pokok persoalannya adalah Muhammad yang dijadikan sumber utama semua cerita itu, di mana Muhammad juga sebagai sang lakon utamanya. Apakah ini logis? Apa ini bukan sebuah lelucon?
Seorang lakon utama bisa saja membuat klaim-klaim luar biasa untuk kepentingan dirinya, sebuah cerita hasil karangannya sendiri yg hanya dia sendiri yg tahu.
Hadish-hadish yang Mas Keli tunjukkan kepada saya, sumbernya juga berasal dari mulut nabi. Jadi mana letak kesahihan cerita ini, bila sumbernya berasal dari orang yg sama yang menjadi lakon utamanya?
MAS KELI wrote:Mau bukti,ini ancaman ALLAH kalau Nabi Muhammad berbohong

“Seandainya dia [Muhammad] mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Kami [Allah], niscaya benar-benar Kami pegang ia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”
[QS. Al-Haqqah : 44 - 46]
Ayat Al-Haqqah itu ANCAMAN ALLAH?
Siapa yang mengucapkan ayat itu, Mas?
Siapa Mas? Saya minta Mas menjawabnya dengan jujur.

Tentang Quran sebagai kata-kata Muhammad
MAS KELI wrote: ”...Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda ( kebesaran ) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.( 17:1 )
itulah anda,tidak bisa membedakan kata Kami,Dia yang dihurufi besar dengan kami dan dia dengan huruf kecil,emangnya itu sabda rasul,liat dulu deh kalimat dan tanda bacanya

Yang lucu tentang klaim anda ini karangan Muhammad adalah yang ini

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu ( dalam rupanya yang asli ) pada waktu yang lain.(13)

kalau itu Klaim Nabi muhammad, kenapa kagak buat saja dengan kata ganti "AKU",kemudian kata dianya saja bukan kata ;"AKU"
Mas Keli, jangan berpura-pura ****. Saya tahu Mas telah membohongi saya dan hati nurani Mas sendiri.
Apa tidak akan menambah kebodohannya kalau Muhammad memakai kata “aku” di ayat Quran 53:13 di atas. Bukankah dengan menyebut namanya supaya seolah-olah perkataannya memang perkataan wahyu dari Jibril?

Tapi meski begitu, Muhammad masih sempat kecolongan, Mas.

Surah Al Anam ayat 104
Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (mu).

Surah Az Zariyat ayat 51
Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang mengidentikkan sebagai kata-kata Muhammad.

MAS KELI wrote: “Seandainya dia [Muhammad] mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Kami [Allah], niscaya benar-benar Kami pegang ia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”
[QS. Al-Haqqah : 44 - 46]

Kalau itu Bualan Muhammad saya katakan coba buat ayat Alqur,an satu ayat saja.
“Seandainya dia [KELIHGO] mengada-adakan sebagian perkataan atas nama Allah, niscaya benar-benar akan kami pegang ia pada tangan kanannya, kemudian benar-benar kami potong urat nadinya.”

Mas Keli, kalau Tuhan ingin bunuh manusia tidak perlu pakai cara pegang tangan dan memotong urat tali jantung, Mas. Itu cara-cara bunuh gaya manusia. Mengapa Mas Keli tidak merasa heran dengan gaya ucapan Allah ini?

Tentang Surat Abasa

Ayat 1 dari Surah Abasa ini bukan menjelek-jelekkan nabi Muhammad, Mas.
Saya bisa jelaskan Surah Abasa ini.
Ketika nabi sedang bercakap-cakap dengan beberapa pemimpin orang Quraisy yg menanyakan ajaran-ajaran sang nabi, datang orang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum. Nabi pada awalnya meremehkan dan memandang rendah orang ini, sebab ia buta dan tidak punya potensi membawa pengikut lebih banyak. Sebaliknya, perhatian nabi Muhammad lebih berfokus kepada pemimpin-pemimpin Quraisy yg sedang bersoal-jawab dengannya dengan harapan orang Quraisy itu bisa dipengaruhi menjadi pengikutnya. Tapi setelah nabi Muhammad gagal meyakinkan orang-orang Quraisy, Muhammad merasa menyesal telah meremehkan Abdullah bin Ummi Maktum. Ini ibarat mending dapat satu orang pengikut daripada tidak sama sekali. Saya menangkap makna dari Surah Abasa (ayat 1 sd. 16) ini sebagai ungkapan penyesalan dan kekecutan hati sang nabi. Sang Nabi yang telah dikecewakan oleh orang Quraisy berusaha menghibur diri dengan memberikan penghargaan kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta.

Tujuan disampaikan Surat Abasa ayat 1 sampai ayat 16 ini untuk memberikan penjelasan atas perubahan sikapnya kepada si buta, dengan berbuat seolah-olah sang nabi mendapat teguran dari Allah. Saya percaya, ini salah satu cara beliau untuk menutupi rasa malunya. Tidak dapat orang Quraisy, malah dapat orang buta.

Dengan membuat surat ini, Muhammad tidak akan dipermalukan, justru dia semakin percaya diri karena bisa mengelabuhi para pengikutnya kalau dirinya telah mendapat teguran dari Allah, sebagai bukti kalau dia benar-benar utusan Allah. Tapi, siapakah yang tahu kalau dia benar-benar telah ditegur Allah? Bukankah itu semua atas pengakuan Muhammad sendiri secara sepihak? Bukankah ini lelucon murahan? Kalau di zaman sekarang, orang akan berani bersikap kritis dan tidak mudah percaya dengan lelucon-lelucon semacam ini. Tetapi di masa nabi, intelektual masih rendah, orang Arab kebanyakan buta huruf dan tidak bisa berpikir kritis seperti layaknya orang-orang berpendidikan zaman sekarang.

Tentang Peniruan Nabi Musa

Karena nabi Muhammad begitu terobsesi atas kepemimpinan nabi Musa, itulah sebabnya di dalam Alquran banyak mengutip kisah-kisah tentang nabi Musa. Saya yakin Mas, nabi Muhammad sedikit banyak telah meniru kepemimpinan nabi Musa dalam memerangi, menjarah, menawan, dan membunuh musuh-musuhnya. Di samping itu, dengan mengutip banyak kisah-kisah nabi terdahulu untuk membuktikan kalau Muhammad merupakan utusan dari Tuhan yang sama. Tapi saya meragukannya, Mas.

Saya tidak memfitnah nabi Musa, tapi memang begitulah kenyataannya.

Tentang Surat Al-Fatihah sebagai Bukti Quran ucapan Muhammad

Surah Al-Fatihah ayat 1 s.d. 7
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Mas Keli pasti setuju kalau yang namanya Firman Allah haruslah berupa kata-kata Allah yang ditujukan kepada manusia. Tapi dari kutipan ayat Al-Fatihah di atas menunjukkan kalau itu bukan Firman, tapi Doa. Mas pasti tidak **** dan bisa membedakan mana kata-kata doa dan mana kata-kata Allah SWT.

Tentang Prasangka yang diajarkan oleh nabi

Surat Al-Anfal ayat 58
Dan jika kamu khawatir akan terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berkhianat.

Coba perhatikan kalimat yang saya cetak tebal, Mas. Bukankah pengkhiatan itu belum terjadi? Itu baru dalam konteks “khawatir”, belum benar-benar terwujud apa yang dikhawatirkan. Nah, bukankah ini mengajarkan prasangka?
Di ayat itu jelas-jelas mengajarkan prasangka. Dengan prasangka ini, Muslim diperkenankan MEMBATALKAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK.
Orang yang suka membatalkan perjanjian berdasarkan prasangka adalah contoh orang yang hatinya dikuasai hawa nafsu. Masihkah Mas Keli tidak bisa menangkap makna dari ayat ini?
MAS KELI wrote:Hehehehehehe anda sendiri tidak tau makna :"kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur",lihat akhir katanya dimana,sekarang apa sama MEMBATALKAN PERJANJIAN SECARA SEPIHAK dengan kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur
Mas Keli, saya sudah bertanya pada guru Ustadz saya bahwa yang dimaksud dengan MENGEMBALIKAN PERJANJIAN adalah Membatalkan Perjanjian.

Pembatalan perjanjian berdasarkan prasangka telah banyak kali terjadi di zaman Rasul, salah satu contohnya adalah penyerangan terhadap kota Kaybar. Sebenarnya, istilah yang lebih tepat untuk prasangka ini adalah fitnah. Dengan memfitnah musuhnya, nabi Muhammad dengan leluasa membatalkan perjanjiannya secara sepihak.

Contoh lain pembatalan perjanjian damai secara sepihak ada pada Surah At Taubah.

At Taubah ayat 1
(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).

At Taubah ayat 8
Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian).

Untuk yang saya cetak tebal, itulah penyebab nabi Muhammad membatalkan perjanjiannya secara sepihak dengan orang Mekkah. Sesuai dengan keterangan Surah Al-Maidah:

Al Maidah ayat 41
Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

Al Maidah ayat 61
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: "Kami telah beriman", padahal mereka datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

Saya bisa merasakan ketidakberesan dari perilaku nabi. Penuh ego dan keutamaan diri pribadi. Apa Mas tidak bisa turut merasakannya? Saya yakin tidak.

Tentang Kebenaran Ajaran Nasrani atau Ajaran Islam
MAS KELI wrote:Itulah anda,karena anda tidak tahu.Saya yakin seyakin-yakinnya, pasti ada.nih kata teman saya juga yang muallaf berkata begitu. dia buat perumpamaan,kalau misalnya ALLAH membenarkan AJARAN KRISTEN,maka Muslim/Islam tidak akan Rugi,bahkan tidak dimasukkan Neraka,karena dalam Islam NABI ISA saja diberi gelar ALLAIHI SALAM ('Keselamatan dari Ilahi / dari Allah)
tetapi kalau ALLAH membenarkan Islam,maka Kristen akan Masuk Neraka,karena selain tidak mengakui NABI MUHAMMAD,mereka menghujat Nabi Muhammad dengan Gelar Nabi Palsu,Pezinah dll
Mas keliru. Kalau ajaran Nasroni benar, berarti ajaran Islam salah. Bagaimana Mas Keli bisa berpikir apabila ajaran Nasroni benar, maka ajaran Islam tetap benar? Bukankah dengan sangat jelas kalau nabi Muhammad tidak mengakui ketuhanan nabi Isa as? Bila nabi Isa as benar-benar Tuhan, berarti nabi Muhammad telah memfitnah dan telah ingkar terhadap keilahian nabi Isa. Yang terjadi justru Muslim akan masuk neraka, begitu juga nabi Muhammad, karena akhirnya terbukti kalau beliau ternyata seorang penipu.

Umat Nasroni bilang nabi Isa itulah Messiah. Tapi umat Muslim mengklaim nabi Muhammad-lah Messiah. Karena kedua-duanya mengaku Messiah, tidak mungkin dua-duanya benar. Maka hanya ada satu yang benar, atau kedua-duanya salah.

Maka, antara ajaran Nasroni dan ajaran Islam, keadaannya 50 banding 50, tidak berat sebelah.

Seandainya Islam itu benar, maka Nasroni salah. Seandainya Nasroni yang benar, maka Islam sudah pasti salah dan Muslim dimasukkan ke dalam neraka.

Bukannya saya membela agama Nasroni, Mas, tapi saya sudah haqul yakin kalau agama Islam itu salah.

Tetapi tentang Nasroni saya masih belum begitu tertarik.

Tentang Cara Kekerasan yang Ditempuh Nabi Muhammad
MAS KELI wrote:wah parah juga anda,lihat dulu emangnya Rasul itu hanya Nabi Muhammad saja.kalau Nabi Muhammad penuh dengan ego kan saya bilang,pada peristiwa kemenangan Mekkah mungkin semua penduduk mekah dihabisi,karena tidak mau memeluk Islam
Ya, memang itulah yang terjadi. Penduduk Mekkah yang tidak mau beriman kepada nabi, dibunuh (diperangi).

Ibn Hisham, seorang yang berwibawa dalam sejarah awal Islam, telah mencatat:
"Tatkala Nabi Muhammad telah wafat, ramai 'penganut-penganut' Islam di kota Mekkah dengan cepatnya ingin meninggalkan Islam. Maka telah bangunlah Suhayl bin 'Amru, dia berkata: ‘Siapa saja yang meninggalkan Islam, kami akan pancung kepalanya!' Ramai orang pun membatalkan niatnya karena takut dibunuh." (Al Sira Al-Nabawia, Bahagian 4, ms.180)

Ini sesuai dengan pesan nabi dalam Alquran:

QS 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.

QS 8:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Yang dimaksud fitnah dalam ayat itu adalah sikap menolak kenabian Muhammad (mengatakan kalau Muhammad bukan rasul).

QS 66:9
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
MAS KELI wrote: Pesan nabi lagi hehehehehe,gimana saya sambungkan ayat itu dengan Ini:
“Dan jika mereka berhenti (memerangi kalian), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (2;192)”
Kenyataannya Muhammad-lah yang memerangi, bukan Muhammad yang diperangi. Orang-orang Mekkah tidak memerangi Muhammad, tetapi Muhammad membatalkan perjanjian damai dengan mereka secara sepihak dan memberi waktu 4 bulan lamanya untuk berpikir: mau masuk Islam atau tidak. Bila setelah 4 bulan itu mereka tetap tidak mau beriman (masuk Islam), maka mereka akan diperangi. Coba Mas Keli renungkan, siapa yang memerangi dan siapa yang diperangi?

Surah Al-Baqoroh ayat 191-192 diucapkan Muhammad sewaktu di Madinah, dan dimaksudkan untuk membekali para pemuda Anshor dan Muhajirin dengan doktrin dan metode cara-cara memerangi kafir bila kelak mereka menyerang Mekkah. Ketika nabi berada di Madinah itu memang beliau sedang mengadakan langkah-langkah persiapan perang (jihad) untuk membalas penduduk Mekkah yang telah mengusir dirinya.

Di Madinah Muhammad mendirikan istana sendiri yang sekaligus berfungsi sebagai Masjid tempat sembahyang dan tempat menempa kader tentara istimewa Islam (Ahlus Shafa). Di tempat itu mereka dilatih berperang.

Saya sampai geleng-geleng tidak habis pikir, Muhammad ini seorang nabi atau seorang PEMIMPIN PERANG?

Kalau dia nabi, kenapa hatinya penuh dengan dendam?

Surah At Taubah ayat 13
Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Surah At Taubah ayat 14
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,

Surah At Taubah ayat 15
dan menghilangkan panas hati orang-orang mu'min. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Kalau dia itu seorang nabi yang penuh rahmat, kenapa PANAS HATI? Kenapa baru akan lega hatinya bila sudah menyiksa mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan memperlakukan mereka dengan hina?

Saya jijik, Mas. Saya jijik dengan kelakuan nabi gila ini. Saya jadi teringat akan kematian kakak saya. Islam itu gila, Islam itu penuh dengan perbuatan biadab. Islam penuh dendam, tak peduli siapa nanti yang menjadi korbannya.

Tentang Surah Al-Anfaal

QS 8:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Yang dimaksud fitnah dalam ayat itu adalah sikap menolak kenabian Muhammad (mengatakan kalau Muhammad bukan rasul).
MAS KELI wrote: Anda menuduh yang kagak- kagak,lihat sambungannya:

Kenapa Allah tidak mengazab mereka padahal mereka menghalangi orang untuk ( mendatangi ) Masjid haram dan mereka bukanlah orang- orang yang berhak menguasainya Orang- orang yang berhak menguasai ( nya ), hanyalah orang- orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(34)
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.(35)
Sesungguhnya orang- orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi ( orang ) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang- orang yang kafir itu dikumpulkan,(36)
supaya Allah memisahkan ( golongan ) yang buruk dari yang baik dan menjadikan ( golongan ) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan- Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang- orang yang merugi.(37)
Katakanlah kepada orang- orang yang kafir itu:" Jika mereka berhenti ( dari kekafirannya ), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa- dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku ( kepada mereka ) sunah ( Allah terhadap ) orang- orang dahulu".(3
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata- mata untuk Allah. Jika mereka berhenti ( dari kekafiran ), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.(39)
Nah pokok permasalahannya diayat 34,karena kaum kafir menghalang-halangi saya untuk beribadat
Apa Mas tidak tahu, Surah Al-Anfaal itu diucapkan di Madinah sewaktu Muhammad sedang membekali Ahlus Shafa (tentara istimewa Islam) untuk persiapan-persiapan membalas dendam kepada Mekkah? Surah Al-Anfaal adalah surah kedua sesudah Surah Baqoroh. Dengan membekali para pengikutnya dengan ajaran-ajaran perangnya, ini sama dengan mendoktrinasi mereka agar benar-benar setia pada Islam dengan dengan semangat jihad memerangi kafir.

Tentang Kisah Hadish yg Disuguhkan Mas Keli

Ketika saya menanggapi kisah Hadish yang Mas katakan sebagai BUKTI ISLAM ITU MULIA:

Bukankah dari kisah itu Islam memang mengajarkan PEMBUNUHAN TANPA PERASAAN? Membunuh tanpa pakai emosi, tapi membunuh dengan darah dingin. Bukankah ini ajaran yang sangat mengerikan, Mas? Saya jadi ngeri bila dekat-dekat dengan Mas, bila Mas juga berkeinginan mengamalkan ajaran ini. Coba, ngeri tidak bila ada orang membunuh sambil tertawa? Ngeri tidak, bila ada orang penggal kepala sambil teriak-teriak histeris Allahuakbar?

Mas Keli malah bersikap mbalelo dengan menyebut komentar saya tersebut sebagai sikap yang terlalu percaya pada Hadish. Mas berkata: Nah itulah bahaya kalau selalu percaya Hadist,padahal ada saja HAdist Dhaif dan Palsu

Jadi Hadish yang Mas Keli katakan sebagai bukti Islam itu mulia sebenarnya PALSU to?

Tentang AKAL SEHAT mempercayai kenabian Muhammad

Mas Keli, sebenarnya inti dari diskusi ini adalah saya mempertanyakan dengan penuh harap agar Mas Keli bisa memberikan jawabannya: Apakah kepercayaan kita kepada nabi Muhammad sudah benar-benar memakai AKAL SEHAT? Itu saja. Pembahasan yang begitu panjang dan melebar ke mana-mana justru menjauhkan saya dari topik utama.

Mas Keli menjawab: ”Iya,saya yakin seyakin-yakinnya”

Berarti, Mas TIDAK BER-AKAL SEHAT.

Dari mana asal keyakinan Mas, bukankah semuanya berasal dari mulut Muhammad yang mengatakan kalau dirinya nabi?

Orang yang percaya pada lelucon adalah orang yang tidak bisa menggunakan AKAL SEHAT-nya. Maaf, Mas. Saya berkata jujur tentang diri Mas.

Tentang Keinginan Muhammad agar semua orang masuk ke dalam agama buatannya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, para pengikut agama Yahudi, orang-orang Nasrani, Dan kaum shabi’in adalah mereka yang beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, serta melakukan amal kebajikan, bagi mereka pahala disisi Tuhan mereka. Mereka tidak memiliki rasa Takut ataupun bersedih.” (Al-Baqarah: 62)
Apa Mas lupa, nabi Muhammad menyampaikan ayat 62 itu untuk menarik minat umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya, yakni Islam? Tapi setelah nabi Muhammad ditolak, dia menyampaikan ayat baru, begini bunyinya:

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (Al-Baqoroh ayat 132)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqoroh ayat 208)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali-Imran ayat 19)

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran ayat 85)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran ayat 102)
MAS KELI wrote: hahahahaha lucu juga anda,coba carikan ayat yang menguntungkan agama ISLAM,sesuai dengan tuduhan ;" nabi Muhammad menyampaikan ayat 62 itu untuk menarik minat umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya, yakni Islam
Ini ayat yang membuktikan nabi ingin menarik umat lain agar mau bergabung dengan agama barunya:

Al-Baqoroh ayat 208
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Ini bukti egonya, dan ini juga bukti kalau Muhammad-lah yang membikin ayat sendiri, bukan Allah.
MAS KELI wrote: Kan udah saya bilang Islam, seringkali diartikan kerelaan
dari seseorang untuk menjalankan perintah Tuhan dan
mengikutinya.
Islam bukan atas kerelaan, tapi pemaksaan.

Ibn Hisham, seorang yang berwibawa dalam sejarah awal Islam, telah mencatat:
"Tatkala Nabi Muhammad telah wafat, ramai 'penganut-penganut' Islam di kota Mekkah dengan cepatnya ingin meninggalkan Islam. Maka telah bangunlah Suhayl bin 'Amru, dia berkata: ‘Siapa saja yang meninggalkan Islam, kami akan pancung kepalanya!' Ramai orang pun membatalkan niatnya karena takut dibunuh." (Al Sira Al-Nabawia, Bahagian 4, ms.180)

Surah Ali-Imran ayat 85, 87-88
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama ini) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpahkan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan MANUSIA SELURUHNYA.
mereka kekal di dalamnya, tidak diringankan siksa dari mereka, dan tidak (pula) mereka diberi tangguh,

Surah Al-Araf ayat 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Kasus baru-baru ini, Lina Joy warga negara Malaysia yang dilarang keluar dari agama Islam. Kalau Islam itu atas kerelaan dan bukan pemaksaan, kenapa seorang yang sudah mulai bosan dan tahu ketidakbenaran agamanya dilarang murtad?

Tentang Agama Ibrahim

Bukankah Mas Keli sendiri yang dahulu mengutip ayat untuk membuktikan kalau nabi Ibrahim itu Islam? Lalu kenapa sekarang Mas malah balik bertanya mana ayat yang menunjukkan Ibrahim beragama Islam? Mas Keli, saya jadi heran dengan Mas.

Mas menulis: Mana ayat mengatakan Nabi Ibrahim adalah Islam

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang-orang musyrik." 3:67


Ini ayatnya saya tulis lagi (di atas sudah):

Surah Al-Baqoroh ayat 132
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam"

Bukankah ini bukti kalau nabi Muhammad hendak mengatakan kalau nabi Ibrahim agamanya Islam? Kalau bukan Islam, lalu kenapa menyuruh anak-anaknya memeluk agama Islam?

Secara realita, Muhammad telah berbohong. Islam secara riil baru ada pada abad ke-7. Sekali lagi, ini bukti Muhammad adalah seorang pembohong dan penipu.
MAS KELI wrote:ayat ini apa ,kenapa ada ayat ini

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani
akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan
diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari
golongan orang-orang musyrik." 3:67.
Ayat itu kan hanya menegaskan kalau Ibrahim bukan orang Yahudi dan bukan orang Nasrani? Tidak ada kata-kata Ibrahim bukan orang Islam, kan? Justru dalam Surah Baqoroh ayat 132 cukup jelas kalau nabi Ibrahim dikatakan beragama Islam. Yang artinya, agama Ibrahim sama dengan agama Muhammad.

Tentang Umat Lain yang Dikutuk oleh Muhammad

Surah Al-Haj ayat 17
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang beriman, Yahudi, Nasrani, Shabi’in, Majusi, dan orang-orang musyrik, akan Allah buatkan keputusan di antara mereka kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Allah maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”

Maksud ayat di atas sebenarnya Allah akan menghakimi orang-orang beriman, orang Yahudi, orang Nasrani, orang Shabiin, orang Majusi dan orang-orang Musyrik. Allah akan menentukan keputusan buat masing-masing kaum itu kelak di hari kiamat. Muhammad dengan penuh percaya diri ingin memberitahu kita bahwa kelak orang-orang beriman (pengikut Muhammad) akan mendapatkan surgaNya Allah, sedangkan umat lain seperti Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Musyirik akan mendapatkan keputusan terburuk dari Allah, yaitu neraka.

Mas bertanya: Sekarang ada kagak AYAT mengenai sedangkan umat lain seperti Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi akan mendapatkan keputusan terburuk dari Allah, yaitu neraka,cari dulu buktinya

Surah Al-Bayyinah ayat 6
”Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk makhluk.”

Nabi Muhammad saw juga bersabda: “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)

KESIMPULANKU

Islam penuh kejanggalan. Islam tidak bisa dibuktikan kebenarannya menggunakan AKAL SEHAT. Islam hanya bisa tetap eksis bila penganutnya berpura-pura ****. Dengan membodohkan AKAL, Muslim dapat terus bertahan dengan keimanannya terhadap nabi Muhammad.

Saya pun demikian. Seandainya saya terus-menerus membutakan AKAL PIKIRAN untuk terus mempercayai kebohongan ini, saya akan terus beragama Islam. Tapi nyatanya, dengan AKAL saya menyadari bahwa Islam penuh dengan lelucon.

Akar permasalahannya ada pada Muhammad. Biang kerok dari ini semua adalah Muhammad.

Bahkan yang menyebabkan terjadinya teror bom di sana sini juga Muhammad.

Nabi Muhammad dalam pidato perpisahannya menyerukan: "Saya diperintahkan utk memerangi semua orang sampai mereka mengatakan la illaha illalah"

Saladin (1189M) pahlawan Islam kenamaan sepanjang sejarah juga meneruskan sunnah beliau: “Saya akan menyeberangi lautan menuju pulau2 mereka utk mengejar mereka sampai tidak ada orang lagi di muka bumi ini yg tidak mengakui Allah.”

Pemimpin Muslim Iran Ayatollah Khomeini (1979) juga menyerukan hal serupa: “Kami akan mengekspor revolusi kami keseluruh dunia sampai seruan "la illaha illalah Muhamad rasulullah" dikumandangkan di seluruh dunia.”

Dan Osama bin Laden (November 2001) juga menyatakan hal yg sama seperti pendahulunya: “Saya diperintahkan utk memerangi orang sampai mereka mengatakan tidak ada tuhan selain Allah dan rasulnya Muhamad.”

Saya berterima kasih sekali kepada Mas Keli yang telah menemani saya berdiskusi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya.

Tetapi bila Mas Keli terus-menerus berbohong dan tidak berani mengatakan dengan sejujurnya tentang Islam, saya akan meminta Admin/Moderator untuk me-lock diskusi ini.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Maisaroh.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Maksud Mas Keli, Allah itu sengaja main kucing-kucingan supaya identitas “MAHA GHOIB”-nya tidak hilang?
Apa Mas Keli tidak geli merasakan sikap Allah seperti yang Mas pahami ini? Intinya Allah takut “dikuasai” manusia. Allah takut kehilangan atribut Maha Ghoib yang disandangnya. Itulah sebabnya Allah “TIDAK BERANI” menunjukkan rupaNya kepada manusia. Bukankah ini tuhan yang aneh, Mas? Masa tuhan itu punya sifat ‘penakut’ atau ‘pemalu’? Dia malu kalau dilihat wajahNya oleh manusia. Atau...... seperti gambaran Surah Al-Araaf ayat 143, Allah takut manusia meledak ketika berhadapan denganNya? Lucu, kan Mas? Allah kok kayak gitu? Dia itu pemalu atau karena tidak bisa menguasai kemahakuasanNya sendiri?
Berdasarkan penjelasan Mas Keli Allah punya ketetapan bahwa manusia tak boleh lihat wajahNya, itu memang sudah menjadi hak Allah. Tapi cerita yang ditulis Alquran sungguh tidak bisa dinalar. Di dalam Surah Al-A’raaf ayat 143 Allah membuktikan kepada nabi Musa bilamana benda apapun dekat dengan diriNya pasti akan hancur meledak. Nah, ini tidak logis, Mas! Apakah Allah itu NUKLIR? Ini justru membuktikan Allah tidak bisa mengendalikan diriNya sendiri.
Kemudian Mas Keli memberi tanggapan: Sekali lagi, kalau tidak bisa mengendalikan Diri, mengapa anda masih Hidup, mengapa ALLAH memberikan anda waktu untuk berpikir lagi, Mengapa tidak Kiamat saja sekarang, Mengapa ALLAH selalu melupakan Dosa kita apabila kita bertobat.
Mas, menurut saya, yang membiarkan saya hidup sampai hari ini bukan Allah. Di Alam ini ada Tuhan lain, tapi yang pasti bukan Allah. Menurut saya, Allah yang diperkenalkan oleh nabi kita Muhammad bukanlah Allah yang sesungguhnya. Allah yang sesungguhnya tentu bisa mengontrol kekuasaanNya sendiri.
Allahnya nabi Muhammad, yang mirip NUKLIR itu, ibarat seorang yang punya penyakit bau badan yang sangat menyengat sehingga semua orang yang berdekatan dengannya akan langsung pingsan atau melarikan diri karena tidak kuat menahan baunya. Kalau manusia wajar, Mas, dia dibuat bingung oleh penyakit bau badannya sendiri sehingga dia berusaha sebisa mungkin supaya tubuhnya tidak bau, mungkin dengan cara mandi parfum 5 kali sehari, atau dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian kedap. Toh, aroma badannya yang bau itu tetap saja tercium sehingga dia jadi minder dan tidak berani nongol di depan orang. Beda kasusnya dengan Allah. Allah bukan NUKLIR, tentu Allah bisa saja berkata, “Pandanglah wajah-Ku, duduklah di samping-Ku, dan tentramkan hatimu di bawah naungan rahmat-Ku.”

Hehehehehe Bukan NUKLIR,tetapi MAHA PERKASA.Kalau mau lihat ALLAH bersihkan diri anda,emangnya Mata kita bisa melihat dibelakang tembok,gini aja deh,apa sih maksudnya MAHA GHAIB dan MAHA perkasa,ini juga ada ceritanya. Memang, mata kasar ini terhalang oleh tembok saja sudah tidak dapat melihat sesuatu. Demikian juga, terhalang oleh jarak atau kabut saja tidak lagi mampu melihat benda di depannya. Bagaimana mungkin mata seperti ini bisa melihat Allah? Akan tetapi, perangkat lunak yang ditanamkan oleh Allah di dalam diri kita, yang bernama "hati" inilah, yang bisa melihat Allah.Kalau seseorang sudah memasuki derajat ihsan/muhsinin, orang yang senantiasa bertatapan dengan Allah SWT., maka takluklah dunia ini kepadanya dan ia akan merasakan suatu kelezatan yang luar biasa. Bagaimana caranya? Secara mendasar dapat ditegaskan bahwa kemampuan berma'rifat itu adalah hak Allah. Menurut para ulama, orang bisa ma'rifat melalui dua jalan, yakni, tanazzul dan taraqi.
Tanazzul adalah jalan ma'rifat yang dikaruniakan Allah kepada seseorang, sehingga ia dapat kenal dan akrab dengan-Nya tanpa sebab. Diatur saja oleh Allah, sehingga ia jadi mengenal-Nya. Biasanya Allah SWT. berbuat seperti itu karena memang sudah ada dalam rencana-Nya yang tercatat di lauhul mahfuzh. Atau, bisa jadi juga secara syarat tanazzul ini terjadi karena orang tersebut keturunan orang saleh. Misalnya, dulu buyut atau kakeknya yang berdoa Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyatinaa qurrata a'yunin, waj'alna lil muttaqinaa imaamaa, kemudian jadinya doa ini di salah satu keturunannya.
Kalau anda masih hidup karena ada Tuhan lain tidak apa-apa kok :lol:
Surah Al-Baqoroh 118:
Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
Surah Al-Baqoroh 164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Coba Mas perhatikan ayat-ayat di atas. Ini bukti kalau nabi Muhammad tidak pernah berhubungan dengan Allah, sebab sang nabi mengetahui Tuhan dari pencariannya sendiri. Dia menemukan Tuhan dengan usahanya sendiri, lewat merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini. Jadi apa bedanya nabi kita dengan para pendiri ajaran filosofi? Mereka pun mencari Tuhan dengan usahanya sendiri, dengan melihat tanda-tanda keajaiban Tuhan di alam ini. Secara logika, seandainya nabi Muhammad memang benar-benar telah berhubungan dengan Tuhan (setidaknya dengan malaikatNya), nabi tidak perlu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan di alam untuk mengerti Tuhan itu ada atau tidak, sebab Tuhan memang benar-benar telah menyatakan diri kepadanya sehingga persoalan Allah itu ada atau tidak sudah bukan persoalan untuk dibahas, melainkan membahas tahapan-tahapan selanjutnya seperti janji-janji Allah yang realisasinya dapat kita buktikan di dunia nyata. Ini ibarat meninggalkan pelajaran anak TK dan beralih ke pelajaran yang lebih tinggi.
MAS KELI wrote:
Betul seperti Nabi Ibrahim A.S.Kalau Nabi dan Filosofi Beda lah.Itu perlu,sebab tanpa melihat kekuasaan ALLAH,maka bagaimana menerangkan kepada Orang yang tidak mengerti Ibaratnya begini, Mas:
Islam => masih berkutat pada permasalahan ADA atau TIDAKNYA TUHAN.
Agama lain => sudah bergaul mesra dengan Tuhannya masing-masing, bahkan sudah sampai pada taraf menantikan janji-janji Tuhan mereka.
Islam => masih sibuk memandangi tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam untuk meyakinkan dirinya bahwa Tuhan itu ada.
Agama lain => sudah mencapai taraf keyakinan penuh bahwa Tuhan itu memang ada, sehingga tidak perlu lagi mencari-cari pembuktikan keberadaanNya lewat tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam.
Itulah sebabnya, saya katakan agama kita ibarat masih pada taraf Taman Kanak-kanak, sementara agama-agama lain sudah mencapai taraf Universitas, yang sudah menjangkau tingkat pengetahuan TEOLOGI yang rumit dan tinggi.
Agama Islam seperti agama primitif, yang tahunya cuma “ADA” dan “ESA”. Kemudian ditambah lagi dengan 99 asma Allah, yang sebenarnya tanpa bimbingan nabi pun manusia juga bisa membuatnya.
Kalau memang Alquran itu kitabullah, satu-satunya yang masih murni dan diturunkan langsung dari surga, seharusnya ia bisa menjelaskan lebih berani dan lebih detail tentang seperti apa pribadi Allah. Mengapa Islam kalah dengan agama-agama lain dalam hal pengetahuan TEOLOGI?
Tentang Janji dan Pemenuhan-Nya
Kalau pun ada janji-janji Allah di dalam Alquran, tapi janji-janji Allah yang disampaikan oleh nabi Muhammad hanya sebatas pada janji-janji ghaib tentang surga dan neraka belaka, yang tak bisa dibuktikan kebenarannya di dunia nyata.
MAS KELI wrote:
Wahahahaha bagaimana dengan anda Tidur anda,kemudian anda Mimpi,seperti itulah Surga dan Neraka.seperti Mimpi,hanya anda yang tahu Mimpi anda,sedangkan saya meskipun anda meceritakan Mimpi tetap ada percaya,atau tidak
Jadi menurut Mas Keli, nabi Muhammad memang benar cuma mengajarkan mimpi-mimpi saja yang baru bisa dibuktikan setelah kita berada di akhirat? Sudah terlambat, Mas. Iya kalau mimpi-mimpinya itu benar terbukti, tapi kalau semuanya itu bohong, Mas?
Pernahkah nabi Muhammad membuat mujizat? Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang yang buta. Dia dengan ikhlas mau menjadi pengikut nabi walaupun semua pemimpin Quraisy menolak nabi. Kenapa nabi Muhammad tidak mengatakan, “Besok matamu akan bisa melihat lagi,” untuk membuktikan kalau ucapan nabi bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?
Kalau nabi cuma mengumbar janji-janji surga dan neraka saja, semua orang pun juga bisa, Mas. Karena tak ada satu pun yg bisa membuktikan kebenaran semua ucapannya kalau tidak meninggal lebih dulu.


Beda,kalau Nabi = Pesuruh ALLAH yang menyebarkan AJARAN ALLAH
Filosohy = Hanya manusia nbiasa yang menyebarkan kebijakan manusia

:lol: :lol: :lol: Emang anda udah tahu 100%nya tentang Islam :lol: :lol: Muslim udah yakin 100% Tuhan ada,Islam 100% beribadah sama ALLAH setiap hari dengan 5 waktunya.nah kata anfda yang ini ;"sudah mencapai taraf keyakinan penuh bahwa Tuhan itu memang ada, sehingga tidak perlu lagi mencari-cari pembuktikan keberadaanNya lewat tanda-tanda kebesaran Tuhan di alam".Kagak liat kekuasaan ALLAH juga Islam udah tau,melalui 25 Nabi yang dikirim oleh ALLAH,hanya bedanya hanya Muslim saja yang mengtauhidkan bahwa ALLAH adalah satu,Bukan Mahluk,Bukan Trimurti,Trinitas
Di mana letak keajaiban Alquran, kalau Alquran yang katanya kitab yang turun dari surga tapi isinya tidak ada beda dengan pelajaran umum yang sudah manusia ketahui? Bukan nabi pun juga bisa menulis kata-kata seperti Alquran, Mas. Jadi kebanggaan kita kepada kitab suci Alquran adalah kebanggaan yang dibuat-buat dan tidak logis.
MAS KELI wrote:
Hehehehehe Kalau begitu saya tantang anda buat ayat satu saja.kalau memang Nabi yang membuatnya,berarti anda bisa juga dong yang membuatkan satu ayat Alqur'an. Nah kalau Hadist lain lagi, saya juga bisa
Kenapa Mas Keli bilang begitu?
Apakah Mas sudah menanggalkan semua AKAL SEHAT, Mas? Apakah menurut Mas membuat kumpulan kata-kata seperti ayat-ayat Alquran itu sulit? Sampai di manakah tingkat kesulitannya, Mas? Mas bohong kalau mengatakan Mas tidak mampu bikin ayat-ayat yg serupa Alquran, malah Mas menyuruh saya untuk membuatnya.
Bukankah Alquran itu cuma kumpulan kata-kata saja? Siapakah yang tidak bisa membuatnya? Mirza Ghulam Ahmad pun telah membuktikan dia mampu membuat kitab suci sendiri.
Kalau semisal saya menuruti permintaan Mas untuk bikin satu ayat, tentu Mas Keli akan menertawakan saya, sebagaimana dahulu nabi Muhammad juga ditertawakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani di kota Mekkah.
Mas, yang penting bukanlah klaim-klaim, tapi bukti. Masalahnya Muhammad tak mampu membuktikan kalau dirinya benar-benar Rasulullah.
Jadi, kesimpulan saya atas penjelasan mas Keli:
Alquran tidak memberikan penjelasan apapun tentang PRIBADI & WUJUD ALLAH, tetapi manusia masih disuruh meraba-raba dan menerka-nerka sendiri seperti apa Khaliknya. Ini berpotensi terjadinya bias pemikiran dan pemahaman yang keliru dalam memahami Sang Khalik. Seandainya Alquran memang benar-benar kitabullah yang salinannya ada di Lauh Mahfuzh, dia akan bercerita secara blak-blakan tentang diri Sang Khalik agar diri sang Khalik tidak ditafsirkan keliru oleh umatNya. Tetapi karena Alquran sendiri masih meraba-raba, ini bukti Alquran yang selama ini saya percayai sebagai kitabullah ternyata tak lebih dari kumpulan kata-kata nabi belaka.
heheheheh berarti benarkan itu Quran turunnya dari ALLAH,buat satu ayat saja anda takut ditertawakan,Lantas gimana Nabi Muhammad bisa membuat keajaiban seperti ini
Kata Al-Shahr / bulan tersebut 12 kali dalam Al Qur'an, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

* Kata Al-Yahom / hari tersebut 365 kali dalam Al Qur'an sama dengan jumlah hari dalam setahun.

* Kata Al-bahar / laut tersebut 32 kali dan kata Al-bar / darat tersebut 13 kali

Jika kita jumlahkan akan mendapat angka 45. jika kita ambil perbandingan antara laut dan darat maka kita dapati,

laut = 32/45 X 100% = 71.11111111%

darat = 13/45 X 100% = 28.88888888%
Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS Al Israa' (17) : 88).

"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan kepada Hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuatnya dan pasti kamu tidak dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir". (QS Al Baqarah (2) 23-24).
Kenapa Mas Keli bilang begitu?
Apakah Mas sudah menanggalkan semua AKAL SEHAT, Mas? Apakah menurut Mas membuat kumpulan kata-kata seperti ayat-ayat Alquran itu sulit? Sampai di manakah tingkat kesulitannya, Mas? Mas bohong kalau mengatakan Mas tidak mampu bikin ayat-ayat yg serupa Alquran, malah Mas menyuruh saya untuk membuatnya.
Bukankah Alquran itu cuma kumpulan kata-kata saja? Siapakah yang tidak bisa membuatnya? Mirza Ghulam Ahmad pun telah membuktikan dia mampu membuat kitab suci sendiri.
Kalau semisal saya menuruti permintaan Mas untuk bikin satu ayat, tentu Mas Keli akan menertawakan saya, sebagaimana dahulu nabi Muhammad juga ditertawakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani di kota Mekkah.
Mas, yang penting bukanlah klaim-klaim, tapi bukti. Masalahnya Muhammad tak mampu membuktikan kalau dirinya benar-benar Rasulullah.
Jadi, kesimpulan saya atas penjelasan mas Keli:
Alquran tidak memberikan penjelasan apapun tentang PRIBADI & WUJUD ALLAH, tetapi manusia masih disuruh meraba-raba dan menerka-nerka sendiri seperti apa Khaliknya. Ini berpotensi terjadinya bias pemikiran dan pemahaman yang keliru dalam memahami Sang Khalik. Seandainya Alquran memang benar-benar kitabullah yang salinannya ada di Lauh Mahfuzh, dia akan bercerita secara blak-blakan tentang diri Sang Khalik agar diri sang Khalik tidak ditafsirkan keliru oleh umatNya. Tetapi karena Alquran sendiri masih meraba-raba, ini bukti Alquran yang selama ini saya percayai sebagai kitabullah ternyata tak lebih dari kumpulan kata-kata nabi belaka.
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82)

:lol: Kitab buatan Mirza Ghulam Ahmad banyak yang saling bertentangan :lol:
Saya percaya Muhammad tak akan menggunakan kata-kata “Sabda Rasul” di dalam Alquran, sebab ini sama saja membongkar kebohongannya sendiri, Mas.
Loh gimana sih kata anda biar agama nabi Muhammad laku dijual,kalau barang dagangan mah harus dia (Muhammad)yang bersabda,biar dipuji sama manusia :lol:
Pernahkah nabi Muhammad membuat mujizat? Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang yang buta. Dia dengan ikhlas mau menjadi pengikut nabi walaupun semua pemimpin Quraisy menolak nabi. Kenapa nabi Muhammad tidak mengatakan, “Besok matamu akan bisa melihat lagi,” untuk membuktikan kalau ucapan nabi bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?
Nah itulah hebatnya Nabi Muhammad,dia tidak dikasih Mujizat supaya tahu,bahwa banyak Manusia menjadi Islam karena bukan Mujizat.Kalau gitu bukan Ridho namanya,atau Rela :lol: :lol: :lol:
Di mana letak keajaiban Alquran, kalau Alquran yang katanya kitab yang turun dari surga tapi isinya tidak ada beda dengan pelajaran umum yang sudah manusia ketahui? Bukan nabi pun juga bisa menulis kata-kata seperti Alquran, Mas. Jadi kebanggaan kita kepada kitab suci Alquran adalah kebanggaan yang dibuat-buat dan tidak logis.


waduuuuh dah gue postingkan :lol: :lol:
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Tentang Mubahala
Muhammad berani mubahala, bukan berarti dia benar, Mas. Seperti di jaman sekarang saja, banyak orang yang berani bersumpah palsu, berani melakukan sumpah pocong, dll.
Tentang Kesaksian Isra Miraj
Mas Keli berkata: Sapa bilang,Itu dari Aisyah,yang satu lagi dari Qasim bin tsabit.liat siapakah yang menyampaikannya,ada kagak kata Rasullulah bersabda
HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha. Shahih lighairih menurut al-Albani dalam ash-Shahihah (I: 306).
Datang sekelompok orang-orang Quraisy kepada Abu Bakar. Mereka kemudian berkata: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu ! Ia (=Muhammad) mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja ?! Abu Bakar menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: "Ya." Dia menjawab: "Sungguh ia telah jujur." (menurut riwayat al-Baihaqi: Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya bahkan yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit." Dia berkata: Maka karena itulah, dia diberi nama ash-Shiddiq). HR Qasim bin Tsabit (dan al-Baihaqi) dalam ad-Dalail mereka masing-masing dari Jabir (al-Isra, h. 60-61 )
Nah, Mas, lagi-lagi pengakuan itu asalnya dari bibir nabi, bukan karena melihat sendiri kejadiannya. Bisakah kesaksian ini dianggap kesaksian, bila sumbernya berasal dari 1 orang yg sama yg justru dialah sebagai lakon utamanya?
HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha = liat dulu,Al- Hakim dari Aisyah,sama saja F4 dari Saya :lol:
Mas Keli, Mas telah membuat saya kecewa. Kenapa Mas begitu membutakan mata dan pura-pura ****? Di mana intelektual Mas sewaktu membantah pernyataan saya? Jelas-jelas cerita tentang Isra Miraj asalnya dari Muhammad. Tidak ada saksi mata yang melihatnya. Kenapa Mas bilang Aisyah, Qasim bin Tsabit? Apa mereka berdua telah melihatnya dengan mata kepala sendiri Muhammad melakukan perjalanan pulang pergi Baitul Maqdis ke Mekkah di malam lailatul qodar?
Ketika saya berkata: “Apa Mas Keli tidak bisa peka merasakan kejanggalan ini? Bukankah ini lelucon?”
Mas Keli menjawab: “Tidak ada kok!”
Sungguh, saya sangat kecewa dengan cara berpikir Mas Keli yang seperti ini. Jadi benar klaim teman-teman di FFI ini kalau Muslim itu sama seperti ZOMBIE.
Terserah anda,maaf saya hanya menyampaikan Pesan saja,Mata hati anda sudah tertutup.Jadi anda janganlah kecewa sama saya sesuai dengan ayat ini,
Kemudian jika mereka mendebat kamu( tentang kebenaran Islam (, maka katakanlah:" Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan( demikian pula ( orang- orang yang mengikutiku". Dan katakanlah kepada orang- orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang- orang yang ummi:" Apakah kamu( mau ( masuk Islam" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan( ayat- ayat Allah (. Dan Allah Maha Melihat akan hamba- hamba-Nya.( 3:20)
saran saya seuai ayat ini
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)
Kalau mau kafir silakan saja,jangan ajak saya,saya udah dapat petunjuk dari ALLAH untuk jadi Muslim
At Taubah ayat 1
(Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
Maka berjalanlah kamu) kaum musyrikin (di muka bumi selama empat bulan dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat melemahkan Allah, dan sesungguhnya Allah menghinakan orang- orang kafir.(2)
Dan ( inilah ) suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari h aji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang- orang musyrikin. Kemudian jika kamu ( kaum musyrikin ) bertobat, maka bertobat itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang- orang kafir ( bahwa mereka akan mendapat ) siksa yang pedih.( 3 )
kecuali orang- orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian) dengan mereka (dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun ( dari isi perjanjian ) mu dan tidak ( pula ) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertakwa.(4)
Apabila sudah habis bulan- bulan Haram itu, maka bunuhlah orang- orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(5)
Dan jika seorang di antara orang- orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.(6)
Bagaimana bisa ada perjanjian ( aman ) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang- orang musyrikin, kecuali dengan orang- orang yang kamu telah mengadakan perjanjian ( dengan mereka ) di dekat Masjidilharam maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus( pula )terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertakwa.( 7 )
At Taubah ayat 8
Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (tidak menepati perjanjian).

ayatnya berhubungan antara ayat 1 hingga 8
Al Maidah ayat 41
Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah" Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.
Al Maidah ayat 61
Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: "Kami telah beriman", padahal mereka datang kepada kamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.
Saya bisa merasakan ketidakberesan dari perilaku nabi. Penuh ego dan keutamaan diri pribadi. Apa Mas tidak bisa turut merasakannya? Saya yakin tidak.
hhehehehehe kalau begitu saya juga melarang anda untuk waspada dong,masa Nabi Muhammad dilarang berwaspada :lol:
Mas keliru. Kalau ajaran Nasroni benar, berarti ajaran Islam salah. Bagaimana Mas Keli bisa berpikir apabila ajaran Nasroni benar, maka ajaran Islam tetap benar? Bukankah dengan sangat jelas kalau nabi Muhammad tidak mengakui ketuhanan nabi Isa as? Bila nabi Isa as benar-benar Tuhan, berarti nabi Muhammad telah memfitnah dan telah ingkar terhadap keilahian nabi Isa. Yang terjadi justru Muslim akan masuk neraka, begitu juga nabi Muhammad, karena akhirnya terbukti kalau beliau ternyata seorang penipu.
Umat Nasroni bilang nabi Isa itulah Messiah. Tapi umat Muslim mengklaim nabi Muhammad-lah Messiah. Karena kedua-duanya mengaku Messiah, tidak mungkin dua-duanya benar. Maka hanya ada satu yang benar, atau kedua-duanya salah.
Maka, antara ajaran Nasroni dan ajaran Islam, keadaannya 50 banding 50, tidak berat sebelah.
Seandainya Islam itu benar, maka Nasroni salah. Seandainya Nasroni yang benar, maka Islam sudah pasti salah dan Muslim dimasukkan ke dalam neraka.
Bukannya saya membela agama Nasroni, Mas, tapi saya sudah haqul yakin kalau agama Islam itu salah.
Tetapi tentang Nasroni saya masih belum begitu tertarik
:lol: :lol: :lol: :lol: TUHAN KOK BISA DISALIB,baca di www.gereja,co.nr,Injilnya saja menghina Tuhannya sendiri,sapa bilang Nabi Muhammad Messiah :lol: :lol: :lol: Gue baru tau,ternyata anda dulunya bukan Muslim :lol: :lol: Janganlah berbohong,dari situ saja anda mengatakan NABI MUHAMMAD sebagai Messiah :lol: :lol: kalau gitu mah udah aja hanya hari Jumat saya beribadah kepada ALLAH
Ya, memang itulah yang terjadi. Penduduk Mekkah yang tidak mau beriman kepada nabi, dibunuh (diperangi).
Ibn Hisham, seorang yang berwibawa dalam sejarah awal Islam, telah mencatat:
"Tatkala Nabi Muhammad telah wafat, ramai 'penganut-penganut' Islam di kota Mekkah dengan cepatnya ingin meninggalkan Islam. Maka telah bangunlah Suhayl bin 'Amru, dia berkata: ‘Siapa saja yang meninggalkan Islam, kami akan pancung kepalanya!' Ramai orang pun membatalkan niatnya karena takut dibunuh." (Al Sira Al-Nabawia, Bahagian 4, ms.180)
Ini sesuai dengan pesan nabi dalam Alquran:
QS 2:191
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
QS 8:39
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Yang dimaksud fitnah dalam ayat itu adalah sikap menolak kenabian Muhammad (mengatakan kalau Muhammad bukan rasul).
QS 66:9
Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
MAS KELI wrote:
Pesan nabi lagi hehehehehe,gimana saya sambungkan ayat itu dengan Ini:
“Dan jika mereka berhenti (memerangi kalian), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (2;192)”
Kenyataannya Muhammad-lah yang memerangi, bukan Muhammad yang diperangi. Orang-orang Mekkah tidak memerangi Muhammad, tetapi Muhammad membatalkan perjanjian damai dengan mereka secara sepihak dan memberi waktu 4 bulan lamanya untuk berpikir: mau masuk Islam atau tidak. Bila setelah 4 bulan itu mereka tetap tidak mau beriman (masuk Islam), maka mereka akan diperangi. Coba Mas Keli renungkan, siapa yang memerangi dan siapa yang diperangi?
Surah Al-Baqoroh ayat 191-192 diucapkan Muhammad sewaktu di Madinah, dan dimaksudkan untuk membekali para pemuda Anshor dan Muhajirin dengan doktrin dan metode cara-cara memerangi kafir bila kelak mereka menyerang Mekkah. Ketika nabi berada di Madinah itu memang beliau sedang mengadakan langkah-langkah persiapan perang (jihad) untuk membalas penduduk Mekkah yang telah mengusir dirinya.
Di Madinah Muhammad mendirikan istana sendiri yang sekaligus berfungsi sebagai Masjid tempat sembahyang dan tempat menempa kader tentara istimewa Islam (Ahlus Shafa). Di tempat itu mereka dilatih berperang.
Saya sampai geleng-geleng tidak habis pikir, Muhammad ini seorang nabi atau seorang PEMIMPIN PERANG?
Kalau dia nabi, kenapa hatinya penuh dengan dendam?
Surah At Taubah ayat 13
Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
Surah At Taubah ayat 14
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman,
Surah At Taubah ayat 15
dan menghilangkan panas hati orang-orang mu'min. Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Kalau dia itu seorang nabi yang penuh rahmat, kenapa PANAS HATI? Kenapa baru akan lega hatinya bila sudah menyiksa mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan memperlakukan mereka dengan hina?

Nah itulah hebatnya Hadst Palsu dan Dhaif,bisa menipu Umat ISlam :lol:
Tetapi bila Mas Keli terus-menerus berbohong dan tidak berani mengatakan dengan sejujurnya tentang Islam, saya akan meminta Admin/Moderator untuk me-lock diskusi
ini.
Andalah yang berbohong,anda mengakui dulu anda muslim,dari pernyataan bahwa Nabi Muhammad adalah Messiah,padahal Nabi Muhammad tidak bisa menanggung Dosa Umatnya,atau Dosa Waris.Jika anda berkhendak Topik Ini ddi lOck silakan saja,saya tidak keberatan
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Membahas Keotentikan Kisah ISRA MIRAJ

Post by Maisaroh »

Mas Keli, mohon Mas tidak marah karena saya mengatakan akan meminta Admin me-lock diskusi ini. Saya cuma merasa kecewa karena Mas banyak membohongi saya.

Mas tidak berani berkata jujur. Tapi itu hak semua orang, mau turut hati nurani atau mendustakan hati nuraninya sendiri, tak ada yang melarang. Saya tidak bisa memaksa Mas Keli, karena Mas punya pribadi dan jalan pikiran sendiri.

Mas menuduh saya berbohong sebagai mantan Muslimah ketika saya mengatakan nabi Muhammad dipercaya sebagai Messiah. Memang sejak kapan umat Muslim tidak menganggap nabi Muhammad sebagai messiah? Dan apa hubungan messiah dengan kepercayaan dosa waris-nya Nasroni? Ketika saya masih di Pesantren, guru Ustadz saya selalu mengajarkan bahwa nabi Isa adalah perintis jalan bagi nabi Muhammad. Nabi Isa diutus Allah SWT untuk mempersiapkan jalan bagi nabi akhir zaman, yaitu messiah (Muhammad SAW) seperti yg telah dijanjikan oleh Allah dalam kitab-kitab terdahulu. Sama sekali tidak menyinggung persoalan dosa waris. Dosa waris adalah urusan umat Nasroni dan tidak ada hubungan dengan Messiah-nya Muhammad. Apakah Mas Keli punya pengertian berbeda dengan saya tentang ini? Atau Mas Keli tidak pernah diajarkan kitab Injil Barnabas oleh guru agama Mas?

Karena jawaban-jawaban Mas akhir-akhir ini terkesan asal-asalan saja, saya hanya akan fokus pada satu bahasan di tiap postingan. Bisa jadi selama ini karena terlalu banyak topik yang dibahas, Mas jadi tergesa-gesa dalam menjelaskan.

Tentang Isra Miraj

Mas Keli mengatakan: "HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha = liat dulu, Al- Hakim dari Aisyah,sama saja F4 dari Saya"

Apakah karena cerita itu diriwayatkan oleh Aisyah, kemudian kisah Isra Miraj nabi menjadi SAHIH?
Aisyah pun tidak melihat dengan mata kepala sendiri. Bahkan menurut penuturannya sendiri, orang-orang Quraisy lapor kepada Abu Bakar kalau nabi Muhammad mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja.

Coba, Mas Keli pikir. Di manakah letak AKAL SEHAT-nya?

Kalau dahulu Mas Keli mengatakan kepercayaan kita kepada Islam adalah 100% sesuai AKAL SEHAT, nah mana buktinya?
Justru yg dibutuhkan untuk percaya pada kebenaran Islam adalah PIKIRAN BUTA.

Dari semua hadish dan cerita Quran tentang Isra Miraj sumbernya dari satu orang, yaitu Muhammad.

Bagaimana Mas Keli bisa mengatakan ini sebagai AKAL SEHAT kalau yang kita percayai lebih mengarah kepada sebuah LELUCON?
Bagaimana bisa kebenaran hanya berlandaskan pd pengakuan 1 orang saja, di mana dia juga yang menjadi lakon utamanya?

Bisa saja saya bercerita kepada adik saya yang masih kecil, "Tadi malam saya telah pergi ke surga naik kuda terbang bertemu dengan kakak kita yang telah meninggal."
Siapa yang tahu cerita saya ini benar atau bohong? Kalau adik saya yang masih kecil tentu saja bisa mempercayai cerita ini karena akalnya masih kurang. Tapi hal itu tentu saja tidak berlaku bagi orang dewasa yang tingkat AKALnya lebih tinggi.

Kalau mas Keli kemudian pasrah dan mengatakan saya mau percaya atau tidak itu tergantung hidayah Allah, saya jadi yakin kalau kisah Isra Miraj memang tidak bisa dibuktikan secara AKAL SEHAT kecuali dengan cara pasrah pada iman buta. Dan ini tidak hanya berlaku khusus pada kisah Isra Miraj saja, tapi hampir menyeluruh pada semua ucapan-ucapan nabi.

Wassalam,

Maisaroh
Last edited by Maisaroh on Fri Jun 15, 2007 6:48 pm, edited 1 time in total.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Re: Membahas Keotentikan Kisah ISRA MIRAJ

Post by KELIHGO »

Mas Keli, mohon Mas tidak marah karena saya mengatakan akan meminta Admin me-lock diskusi ini. Saya cuma merasa kecewa karena Mas banyak membohongi saya.
Mas tidak berani berkata jujur. Tapi itu hak semua orang, mau turut hati nurani atau mendustakan hati nuraninya sendiri, tak ada yang melarang. Saya tidak bisa memaksa Mas Keli, karena Mas punya pribadi dan jalan pikiran sendiri.
:lol: :lol: :lol: itu jujur,kenapa saya tidak membunuh Umat lainnya di Tempat saya,simple,saya tau diri NABI MUHAMMAD,kenapa saya mengutuk Terorisme,saya tau itulah Fanatisme agama Islam yang terlalu percaya Hadist,dan tidak memilah mana yang Palsu dan Dhaif
Mas menuduh saya berbohong sebagai mantan Muslimah ketika saya mengatakan nabi Muhammad dipercaya sebagai Messiah. Memang sejak kapan umat Muslim tidak menganggap nabi Muhammad sebagai messiah? Dan apa hubungan messiah dengan kepercayaan dosa waris-nya Nasroni? Ketika saya masih di Pesantren, guru Ustadz saya selalu mengajarkan bahwa nabi Isa adalah perintis jalan bagi nabi Muhammad. Nabi Isa diutus Allah SWT untuk mempersiapkan jalan bagi nabi akhir zaman, yaitu messiah (Muhammad SAW) seperti yg telah dijanjikan oleh Allah dalam kitab-kitab terdahulu. Sama sekali tidak menyinggung persoalan dosa waris. Dosa waris adalah urusan umat Nasroni dan tidak ada hubungan dengan Messiah-nya Muhammad. Apakah Mas Keli punya pengertian berbeda dengan saya tentang ini? Atau Mas Keli tidak pernah diajarkan kitab Injil Barnabas oleh guru agama Mas?
Hehehehe Nabi Muhammad tuh hanya Pemberi Peringatan saja,Mana ada MUHAMMAD ALMASIH,yang ada ISA ALMASIH .Itu julukan Messiah.Messiah itu Juru penyelamat baik itu di Dunia,maupun Akhirat,maka dia harus menyelamatkan UMATNYA untuk Masuk Surga.Nabi Muhammad sendiri tidak mampu untuk menyelamatkan Umatnya masuk Surga,kecuali menjalankan perintah ALLAH dan menjauhi larangan ALLAH.Makanya apakah ada Klaim ISLAM 100% masuk Surga di ALQUR'AN

Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya:107). Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Q.S.Saba`:28). Al-Qur`an adalah suatu peringatan untuk semesta alam. (Q.S. At-Takwir 27 dan Al-Qalam 52). Dan Kami turunkan Al-Qur`an kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan umat manusia, apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir. (Q.S. An-Nahl 44). Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Ahzab 40)

Tidak,bagi saya mereka membenci ajaran Islam tanpa Bukti,mereka selalu memakai Hadist Palsu,Mereka menuduh satu orang berbuat,maka semuanya adalah sama,ibarat karena nila setitik Rusak susu sebelanga ,kalau mau membenci,bencilah Manusia yang melakukannya,bukan ajarannya,karena Muslim juga manusia,ada yang Baik,ada yang Jahat,bukan ajarannya

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (Q.S. At-Taubah 32)
Karena jawaban-jawaban Mas akhir-akhir ini terkesan asal-asalan saja, saya hanya akan fokus pada satu bahasan di tiap postingan. Bisa jadi selama ini karena terlalu banyak topik yang dibahas, Mas jadi tergesa-gesa dalam menjelaskan.
terserah anda,itu bukan asal-asalan
Tentang Isra Miraj

Mas Keli mengatakan: "HR al-Hakim dari Aisyah radhiyallahu anha = liat dulu, Al- Hakim dari Aisyah,sama saja F4 dari Saya"
Apakah karena cerita itu diriwayatkan oleh Aisyah, kemudian kisah Isra Miraj nabi menjadi SAHIH?
Aisyah pun tidak melihat dengan mata kepala sendiri. Bahkan menurut penuturannya sendiri, orang-orang Quraisy lapor kepada Abu Bakar kalau nabi Muhammad mengaku bahwasanya dia mendatangi Baitul Maqdis, kemudian pulang ke Makkah dalam satu malam saja.
Coba, Mas Keli pikir. Di manakah letak AKAL SEHAT-nya?
Kalau dahulu Mas Keli mengatakan kepercayaan kita kepada Islam adalah 100% sesuai AKAL SEHAT, nah mana buktinya?
Justru yg dibutuhkan untuk percaya pada kebenaran Islam adalah PIKIRAN BUTA.
Dari semua hadish dan cerita Quran tentang Isra Miraj sumbernya dari satu orang, yaitu Muhammad.
Bagaimana Mas Keli bisa mengatakan ini sebagai AKAL SEHAT kalau yang kita percayai lebih mengarah kepada sebuah LELUCON?
Bagaimana bisa kebenaran hanya berlandaskan pd pengakuan 1 orang saja, di mana dia juga yang menjadi lakon utamanya?
Bisa saja saya bercerita kepada adik saya yang masih kecil, "Tadi malam saya telah pergi ke surga naik kuda terbang bertemu dengan kakak kita yang telah meninggal."
Siapa yang tahu cerita saya ini benar atau bohong? Kalau adik saya yang masih kecil tentu saja bisa mempercayai cerita ini karena akalnya masih kurang. Tapi hal itu tentu saja tidak berlaku bagi orang dewasa yang tingkat AKALnya lebih tinggi.
Kalau mas Keli kemudian pasrah dan mengatakan saya mau percaya atau tidak itu tergantung hidayah Allah, saya jadi yakin kalau kisah Isra Miraj memang tidak bisa dibuktikan secara AKAL SEHAT kecuali dengan cara pasrah pada iman buta. Dan ini tidak hanya berlaku khusus pada kisah Isra Miraj saja, tapi hampir menyeluruh pada semua ucapan-ucapan nabi.
kata saya bilang kalau MATA HATI anda sudah tertutup,maka anda tidak akan percaya.
Peristiwa Rasulullah s. a. w. Isra’ dari al-Masjid al-Haram ke al-Masjid al-Aqsa dan Mi’raj ke langit adalah salah satu mukjizat terbesar yang dikurniakan oleh Allah s. w. t. kepada baginda. Malah boleh dikatakan bahawa ia adalah kemukjizatan baginda yang kedua terbesar sesudah al-Qur’an al-Karim. Syaikh Najmuddin al-Ghaithiy berkata:

“Segenap kaum muslimin telah bersepakat untuk menerima kebenaran peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah s. a. w., iaitu satu malam di mana baginda diperjalankan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dari al-Masjid al-Haram di Makkah ke al-Masjid al-Aqsa di Palestin dan dinaikkan ke langit sehingga ke Sidratul Muntaha. Tujuan Isra’ dan Mi’raj adalah agar hamba-Nya dan Rasul-Nya
(Muhammad s. a. w.) dapat menyaksikan secara langsung betapa besar kekuasaan Allah s. w. t. serta keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya yang tidak mungkin diketahui oleh manusia di bumi dan tidak terjangkau oleh akal fikiran mereka. Ia adalah sesuatu yang hanya dapat dijangkau oleh keimanan yang mantap, teguh lagi suci.

Kita sebagai umat yang beriman menyedari bahawa mukjizat baginda yang berupa peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah sesuatu yang sungguh besar, sungguh ajaib serta mengkagumkan sesudah mukjizat baginda berupa kitab suci al-Qur’an yang sehingga sekarang – bahkan sehingga bila-bila jua dapat disaksikan
(kemujizatan) isi kandungannya.

Isra’ dan Mi’raj merupakan satu peristiwa yang agung kerana tiada seorang Nabi mahupun Rasul yang diberi penghormatan oleh Allah s. w. t. untuk mengalaminya. Hanya Nabi Muhammad s. a. w. sahaja yang diberi anugerah ini. Ia adalah satu tanda ketinggian dan keagungan baginda di sisi Allah a. w. j..” [Qishah al-Mi’raj
(edisi terjemahan oleh A. Zakiy dengan judul Menyingkap Rahasia Isra’ – Mi’raj Rasulullah; Pustaka Setia, Bandung 2000), ms. 13]

Apabila Rasulullah s. a. w. kembali daripada Isra’ dan Mi’raj, baginda menerangkannya kepada kaumnya di Kota Makkah akan peristiwa yang baru dialaminya. Sebahagian daripada orang Islam yang lemah imannya mengingkari khabar tersebut dan murtad daripada Islam. Sementara yang selainnya daripada kalangan kaum kafir turut menolak khabar tersebut. Mereka menuduh baginda hanya berdusta atau setidak-tidaknya baginda hanyalah bermimpi.

Penolakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj masih berlaku sehingga hari ini daripada kalangan umat Islam. Bezanya penolakan mereka dilakukan dengan cara yang lebih halus dan licik. Lebih tepat, mereka adalah orang Islam yang beraliran modernis atau Islam Liberal yang mengunggulkan akal di atas wahyu sehingga apa jua petunjuk wahyu yang tidak logik di sisi akal mereka akan ditolak atau didustakan.

Insya-Allah melalui artikel ini penulis akan kemukakan beberapa dalih yang biasa mereka kemukakan untuk mempersoal dan menolak kemukjizatan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Kemudian diikuti dengan penjelasan bagi menjawab persoalan dan penolakan mereka. Kita mulakan dengan dalih yang pertama:

DALIH PERTAMA:

Peristiwa Isra’ adalah sesuatu yang mustahil berlaku kerana tidak mungkin seorang manusia dapat melalui perjalanan yang jauh dalam masa yang singkat tanpa apa-apa kenderaan yang canggih.

Penjelasan:

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj memang mustahil jika diukur dengan akal tetapi tidak mustahil jika diukur dengan kekuasaan Allah s. w. t.. Untuk menjelaskan dalih di atas, marilah kita mengkaji firman Allah s. w. t. yang bermaksud:

“Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya
(Muhammad) pada malam hari dari al-Masjid Al-Haram (di Makkah) ke al-Masjid Al-Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah jualah yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.” [al-Isra’ 17:01]

Allah a. w. j. telah memulai ayat di atas dengan “Subhanallah”, kenapakah demikian? Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi rahimahullah (1998M) menerangkan sebabnya, sekali gus menjawab persoalan mustahil atau tidak peristiwa Isra’:

“Dalam menyampaikan berita terjadinya peristiwa Isra’ ini Allah s. w. t. memulainya dengan kata-kata Subhana…(Maha Suci). Kata-kata Subhana ini akan memberikan pengertian dalam hati seseorang bahawa di sana ada kekuatan yang jauh dari segala macam perbandingan, kekuatan yang jauh melampaui segala kekuatan manusia di muka bumi.

Maka makna perkataan Subhanallah ialah bahawa Allah Maha Suci Zat-Nya, Sifat-Nya dan Perbuatan-Nya dari sebarang kesamaan (dengan makhluk-Nya). Kalau ada sesuatu perbuatan atau peristiwa yang di situ Allah s. w. t. mengatakan bahawa “Dia yang melakukannya” maka saya wajib mensucikan Dia (Allah) dari segala undang-undang dan ketentuan yang berlaku untuk manusia
(dalam mengukur perbuatan tersebut). Saya tidak boleh mengukur perbuatan Allah dengan perbuatan saya (kerana Maha Suci Allah daripada memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya dalam melakukan sesuatu perbuatan). Oleh kerana itulah surah ini dimulai-Nya dengan kata-kata “Subhana” (Maha Suci) sehingga akan timbul kesan di dalam hati manusia bahawa peristiwa itu benar-benar ajaib lagi luar biasa, di luar jangkauan akal dan kemampuan manusia.” [Isra’ dan Mi’raj (edisi terjemahan oleh Noraine Abu dengan judul yang sama; Dinie Publishers, Kuala Lumpur 1994), ms. 39-40]

Di sini juga perlu dibezakan bahawa peristiwa Isra’ bukanlah atas usaha Rasulullah s. a. w. tetapi ia adalah atas kekuasaan Allah s. w. t.. Oleh itu mustahil atau tidak peristiwa Isra’ tidak diukur dengan kemampuan Rasulullah sebagai seorang manusia tetapi diukur berdasarkan kemampuan Allah s. w. t. sebagai yang Maha Berkuasa atas setiap sesuatu. Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi menjelaskan lagi perbezaan ini:

“Sesuatu pekerjaan selalunya menurut ukuran siapa yang mengerjakannya. Misalnya dikatakan si A sedang berkhutbah, maka kita harus mengukur mutu khutbah itu dengan kemampuan si A sendiri. Begitu juga, seandainya si B yang melakukannya maka kita mengukurnya dengan kemampuan si B sendiri. Kalau dikatakan si fulan memikul satu beban maka kita mengerti bahawa dia memiliki kemampuan untuk memikulnya. Jadi bentuk, model dan kualiti sesuatu perkerjaan selalu diukur berdasarkan siapa yang mengerjakannya, bukan dengan ukuran lain.

Allah s. w. t. telah berfirman: “Maha Suci Allah yang telah menjalankan (mengisra’kan) hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari.” [al-Isra’ 17:01] Dari ayat ini jelas bahawa yang “mengisra’kan” yakni yang melakukan perbuatan Isra’ adalah Allah. Dia bertindak sebagai subjek manakala Nabi Muhammad s. a. w. sebagai objek. Jadi perbuatan “mengisra’kan” harus diukur dengan kriteria yang berlaku untuk Allah s. w. t., bukan dengan kriteria yang berlaku untuk Nabi Muhammad s. a. w. kerana baginda tidak berkata “Aku telah berisra’ sendiri aku”

……Oleh itu membandingkan perbuatan Isra’ kepada kemampuan Nabi Muhammad s. a. w. adalah tidak benar. Kalau hendak diukur kualiti (atau kemampuan) perbuatan “mengisra’kan” , hendaklah ia diukur dengan kemampuan Allah s. w. t. kerana Dia-lah yang melakukannya. Dalam peristiwa Isra’ ini Nabi Muhammad s. a. w. telah dibawa oleh satu kekuatan yang di luar kekuatan atau kemampuan dirinya sendiri, yakni oleh kekuatan (Allah s. w. t.) yang tidak dapat diukur dengan apa jua.” [Isra’ dan Mi’raj, ms. 43-44]

Kesimpulannya, keseluruhan peristiwa Isra’ dan Mi’raj adalah dibawah kekuasaan Allah s. w. t. yang tidak boleh diukur benar atau tidak berdasarkan apa-apa ukuran manusiawi. Ini kerana Maha Suci Allah daripada memiliki apa-apa persamaan dengan makhluknya, sama ada dari segi Zat, Sifat mahupun Perbuatan. Firman Allah: “Tiada sesuatupun yang semisal dengan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Melihat.” [maksud surah al-Syura 42:11] “Dan tidak ada sesiapapun yang serupa denganNya.” [maksud surah al-Ikhlas 112:04]

DALIH KEDUA:

Jika dianggap peristiwa Isra’ adalah benar, maka ia bukanlah perjalanan secara hakikat yang melibatkan jasad (tubuh badan) tetapi hanyalah mimpi atau pengalaman rohani. Ini dibuktikan oleh firman Allah s. w. t. yang bermaksud: “Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad), bahawa sesungguhnya Tuhanmu meliputi akan manusia (dengan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya); dan tiadalah Kami menjadikan pandangan (al-Ru’ya) yang telah kami perlihatkan kepadamu (pada malam Isra’ dan Mi’raj) melainkan sebagai satu ujian bagi manusia.” [al-Isra’
17:60] Dalam ayat di atas Allah menggunakan perkataan al-Ru’ya yang bermaksud mimpi.

Ini diperkuatkan lagi oleh kenyataan A’isyah, isteri Rasulullah s. a. w. di mana beliau berkata: “Aku tidak kehilangan jasad Rasulullah s. a. w. tetapi Allah telah mengisra’kan roh baginda.”

Penjelasan:

Di sisi jumhur ilmuan Ahl al-Sunnah wa alJama‘ah, peristiwa Isra’ berlaku ke atas jasad dan roh Rasulullah s. a. w., tidak roh atau sekadar mimpi sahaja. Pendapat jumhur ini juga diakui oleh Astora Jabat di mana beliau menulis: “……kebanyakan ulama merumuskan ia (Isra’ dan Mi’raj) berlaku secara jasad dan roh. Mereka ada hujah-hujah tersendiri dalam mengambil pendirian itu terutama hujah yang merupakan hadis-hadis.” [Israk dan Mikraj (Bahagian Kedua) dalam Majalah al-Islam Ogos 2004, ms. 29]

Akan tetapi sayang sekali setakat masa penulis mengusahakan artikel ini (22 Ogos 2004), Astora Jabat tidak pula mengemukakan hujah-hujah yang dikemukakan oleh kebanyakan ulama tersebut. Di sini penulis merasa hairan kerana sebelum ini sudah beberapa kali Astora Jabat mendakwa bahawa manhaj beliau ialah bersikap adil dalam mengemukakan pendapat pro dan kontra dalam sesuatu subjek demi membuka pemikiran para pembacanya. Akan tetapi yang dikemukakan hanyalah pendapat yang dicenderungi Astora, jauh sekali daripada sikap adil dan ilmiah dalam menganalisa antara dua pendapat, manakah yang lebih kuat.

Tidak mengapa, memandangkan Astora Jabat sudah mengemukakan hujah-hujah pihak yang berpendapat bahawa Isra’ dan Mi’raj hanyalah secara mimpi atau rohani, di sini penulis akan kemukakan pula hujah-hujah jumhur yang berpendapat ia adalah secara jasad dan rohani. Lebih dari itu, hujah-hujah ini adalah berdasarkan dalil-dalil al-Qur’an sahaja supaya tidak timbul di kemudian hari dalih yang baru pula, kononnya hadis-hadis tentang Isra’ dan Mi’raj secara jasad dan roh adalah hadis ahad sahaja. Hujah-hujah jumhur adalah seperti berikut:

Hujah Pertama:

Allah s. w. t. memulakan ayat-Nya tentang peristiwa Isra’ dengan tasbih Subhanallah, iaitu pada firman-Nya: “Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari al-Masjid Al-Haram (di Makkah) ke al-Masjid Al-Aqsa (di Palestin)……” [al-Isra’ 17:01] Tasbih Subhanallah sepertimana dalam ayat di atas hanya digunakan untuk perkara-perkara yang menakjubkkan, guna menyedarkan para pembaca dan pendengar bahawa apa yang akan disampaikan seterusnya adalah sesuatu yang diluar kebiasaan. Seandainya Isra’ dan Mi’raj hanya terjadi secara mimpi atau rohani, ia bukanlah daripada perkara-perkara di luar kebiasaan yang menakjubkan. Tentu sahaja ia tidak akan dimulai dengan perkataan tasbih. [Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan – al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad (Dar Ibn Khuzaimah, Riyadh 1997), ms. 232]

Hujah Kedua:

Dalam menerangkan peristiwa Isra’ [surah al-Isra’
17:01], Allah s. w. t. merujuk kepada Rasulullah s. a. w. dengan perkataan “hamba-Nya”. Al-Imam Ibn Abi al-Izz rahimahullah (792H) menerangkan: “Perkataan “hamba” merupakan ungkapan yang meliputi jasad dan roh. Sepertimana ungkapan “manusia”, ia adalah istilah yang meliputi jasad dan roh. Demikianlah yang difahami ketika disebutkan menurut bahasa secara mutlak. Dan demikianlah juga yang sahih (benar), bahawa Isra’ terjadi dengan jasad dan roh. Ia bukanlah sesuatu yang tidak boleh diterima oleh akal.” [Syarh al-Aqidah al-Thahawiyyah (takhrij Syaikh al-Albani, al-Maktab al-Islami, Beirut 1988), ms. 226]

Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi mengulas lanjut: “Kata-kata “hamba-Nya” dapat digunakan untuk memberikan jawapan terhadap orang yang berpendapat peristiwa Isra’ hanya terjadi dengan roh Rasulullah s. a. w. tanpa jasadnya. Sebab kata-kata ‘abd (hamba) diguna untuk roh dan jasad sekali gus, bukan untuk roh sahaja atau jasad sahaja sehingga tidak ada orang yang mengatakan roh sebagai ‘abd (hamba) atau jasad yang tidak berroh sebagai ‘abd (hamba).” [Isra’ dan Mi’raj, ms. 56]

Hujah Ketiga:

Hujah jumhur yang ketiga merujuk kepada firman Allah s. w. t. yang bermaksud: “Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad), bahawa sesungguhnya Tuhanmu meliputi akan manusia (dengan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya); dan tiadalah Kami menjadikan pandangan (al-Ru’ya) yang telah kami perlihatkan kepadamu (pada malam Isra’ dan Mi’raj) melainkan sebagai satu ujian bagi manusia.” [al-Isra’
17:60] Ini adalah ayat yang sama yang digunakan sebagai dalih oleh golongan yang mendakwa Isra’ hanya dengan roh atau mimpi. Akan tetapi mereka terhalang daripada memahami petunjuknya yang sebenar, tidak lain kerana sikap mereka yang gopoh dalam meremehkan wahyu dan rakus dalam mengunggulkan akal.

Berikut disalin penerangan Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi terhadap ayat di atas: “Menurut mereka
(golongan yang mendakwa Isra’ hanya dengan roh atau mimpi) lafaz “al-Ru’ya” dalam ayat ini bererti “penglihatan dalam mimpi” dan bukan “penglihatan dalam keadaan sedar” sebab penglihatan dalam keadaan sedar mempergunakan bentuk masdar “rukyah”.

Terhadap alasan ini kami kemukakan jawapan, bahawa apabila penglihatan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah mimpi, maka bagaimanakah hal ini boleh menjadi “sebagai satu ujian bagi manusia” (lihat akhir ayat 60 surah al-Isra’ di atas)? Sedangkan makna “ujian bagi manusia” ialah adanya sebahagian mereka yang membenarkan dan sebahagian lain yang mendustakan. Seandainya hal itu berupa penglihatan dalam mimpi semata-mata, orang tidak perlu lagi berbincang untuk membenarkannya atau mendustakannya.

Sekarang marilah kita bicarakan erti (perkataan al-Ru’ya) dari sudut bahasa. Cuba anda rujuk kembali ucapan-ucapan (syair) jahiliyah sebelum diturunkan al-Qur’an, maka anda akan dapati bahawa kata-kata al-Ru’ya juga dipergunakan dalam erti melihat dalam keadaan sedar.

(Setelah mengemukakan dua buah syair daripada al-Ra’i al-Numari dan Mutanabi, Syaikh al-Sya’rawi menyambung) ……Maka dapatlah diketahui bahawa kata-kata al-Ru’ya dapat bererti melihat dengan mata kepala (yakni dalam keadaan sedar) dan boleh juga bererti mimpi. Akan tetapi biasanya kata-kata al-Ru’ya dengan erti “melihat dalam keadaan sedar” digunakan untuk perkara-perkara yang aneh dan menakjubkan yang biasanya hanya terjadi dalam mimpi.

Kembali kepada ayat 60 surah al-Isra’ di atas, sekali lagi, seandainya yang dimaksudkan oleh ayat tersebut ialah mimpi nescaya hal tersebut tidak menjadi ujian bagi manusia dan tidak akan ada orang yang berselisih pendapat (tentangnya). Adakah anda pernah menemui orang yang membantah terhadap mimpi seseorang kerana di dalam mimpinya dia melihat atau melakukan perbuatan begini dan begitu dengan kepantasan begini dan model begitu? Tidak mungkin ada orang yang membantah mimpi itu. Justeru jika hal itu menjadi ujian bagi manusia, maka ia menunjukkan bahawa peristiwa Isra’ sebenarnya bukanlah mimpi.” [Isra’ dan Mi’raj, ms. 56]

Demikian tiga hujah daripada al-Qur’an yang dikemukakan oleh jumhur ilmuan sebagai bukti bahawa Isra’ dan Mi’raj berlaku ke atas Rasulullah s. a. w. dengan jasad dan roh baginda. Tiga hujah ini juga mereka kemukakan berdasarkan penguasaan yang mendalam terhadap gaya bahasa dan metodologi al-Qur’an dalam menyampaikan sesuatu perkara. Perlu diingatkan bahawa al-Qur’an bukanlah buku untuk kanak-kanak yang memerlukan satu ayat untuk satu perkara. Akan tetapi ia adalah sebuah kitab yang tinggi nilai kemukjizatannya di mana dengan sepotong ayat ia dapat merangkumi beberapa perkara di dalamnya sekali gus.

Adapun riwayat kata-kata A’isyah, isteri Rasulullah s. a. w.: “Aku tidak kehilangan jasad Rasulullah s. a. w. tetapi Allah telah mengisra’kan roh baginda”, maka ia adalah lemah dari sudut sanad dan tertolak dari sudut matan. Syaikh ‘Adil Ahmad dan Syaikh ‘Ali Mahmud dalam semakan mereka ke atas kitab al-Sirah al-Nabawiyyah
(Maktabah al-‘Abikan, Riyadh 1998), jld. 2, ms. 11 telah mentakhrij riwayat di atas sebagai berikut: “Dikeluarkan oleh Ibn Jarir (Tafsir al-Tabari, jld. 8, ms. 16) daripada jalan Ibn Ishaq, dia berkata, diceritakan kepadaku oleh sebahagian ahli keluarga Abi Bakr bahawasanya A’isyah dia berkata: Aku tidak kehilangan jasad Rasulullah s. a. w. tetapi Allah telah mengisra’kan roh baginda.” Selanjut berkata Syaikh ‘Adil Ahmad dan Syaikh ‘Ali Mahmud: “Di dalam (sanad ini) tidak dikenali siapakan guru Ibn Ishaq.” Maksudnya, tidak diketahui daripada siapakah Ibn Ishaq menerima riwayat di atas. Justeru sanad di atas adalah dha‘if.

Dari sudut matan pula, kata-kata A’isyah tersebut seolah-olah menunjukkan bahawa A’isyah bermalam di sisi Rasulullah s. a. w. pada malam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Ini jelas tidak benar kerana sekalipun Rasulullah s. a. w. telah bernikah dengan A’isyah r. a. di Kota Makkah, baginda hanya menggauli atau tidur bersama A’isyah setelah hijrah ke Kota Madinah. Hal ini diterangkan sendiri oleh A’isyah dalam pelbagai riwayat yang sahih. [rujuk buku Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Dimasq (942H) – Azwaj al-Nabi (Dar Ibn Katsir, Damaskus), ms. 339-345 dan buku Maulana Muhammad Asri Yusuf – Ibnu Ishaq: Peranannya Dalam Penyebaran Fahaman Syi‘ah Di Kalangan Ummah (Pustaka Bisyaarah, Kubang Kerian 2004), ms. 58-66]

Terdapat juga riwayat kedua daripada Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan r. a., namun sanadnya dha‘if juga. Ia dikeluarkan oleh Ibn Hisyam (jld. 2, ms. 11) dan Ibn Jarir al-Tabari (jld. 8, ms. 16), kedua-duanya dengan sanad yang berpangkal kepada Ibn Ishaq, dia berkata: “Diceritakan kepadaku oleh Yakub bin ‘Utbah bin al-Mughirah, bahawasanya Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan apabila ditanya tentang peristiwa Isra’ Rasulullah s. a. w., beliau menjawab: Ia adalah mimpi yang benar daripada Allah Ta‘ala.” Sanad riwayat ini terputus kerana Yakub bin ‘Utbah tidak mendengar daripada Mu‘awiyyah bin Abi Sufyan. [Syaikh ‘Adil Ahmad dan Syaikh ‘Ali Mahmud, takhrij riwayat no: 280 dalam al-Sirah al-Nabawiyyah li Ibn Hisyam; juga Maulana M. Asri Yusuf – Ibnu Ishaq, ms. 58-59]

DALIH KETIGA:

Jika ayat pertama dan ke-60 surah al-Isra’ menerangkan peristiwa Isra’, maka ayat al-Qur’an yang manakah pula yang menerangkan peristiwa Mi’raj? Bagi kami peristiwa Mi’raj ke langit hanya terdapat di dalam hadis di mana para perawinya tidak terlepas daripada pengaruh kisah-kisah yang berasal daripada agama lain. Ini kerana di dalam agama-agama lain juga terdapat kisah para nabi dan pembesar mereka yang naik ke langit.

Penjelasan:

Peristiwa Mi’raj boleh dirujuk dalam ayat 11 hingga 18 surah al-Najm (surah ke-53) yang bermaksud: “Hati
(Nabi Muhammad) tidak mendustakan apa yang dilihatnya
(dalam peristiwa Mi’raj). Jika demikian, patutkah kamu hendak membantahnya mengenai apa yang telah dilihatnya itu? Dan demi sesungguhnya! (Nabi Muhammad) telah melihat (malaikat Jibril, dalam bentuk rupanya yang asal) sekali lagi, Di sisi “Sidratul-Muntaha”, Yang di sisinya terletak Syurga “Jannatul-Makwa”, Semasa “Sidratul Muntaha” itu diliputi oleh makhluk-makhluk dari alam-alam ghaib, yang tidak terhingga.

Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak berkisar daripada menyaksikan dengan tepat dan tidak pula melampaui batas (akan pemandangan yang indah di situ yang diizinkan melihatnya). Demi sesungguhnya, ia telah melihat sebahagian dari sebesar-besar tanda-tanda Tuhannya.

Dalam ayat-ayat di atas dapat diambil beberapa iktibar penting:
1.Apa yang dilihat oleh Rasulullah s. a. w. dalam peristiwa Mi’raj – sepertimana yang disebut dalam ayat-ayat di atas – itulah yang sebenarnya diterangkan oleh baginda dalam pelbagai hadis-hadis yang sahih. Apa yang dilihat dan diterangkan oleh baginda bukan suatu dusta, lalu apakah kita akan mendustakannya?

2.Allah s. w. t. menerangkan peristiwa Mi’raj di atas dengan penuh keagungan dan keistimewaan. Tidak mungkin semua ini hanya berlaku secara mimpi kepada Rasulullah s. a. w. kerana yang sedemikian akan meremehkan peristiwa Mi’raj. Justeru yang benar peristiwa Mi’raj juga berlaku kepada Rasulullah s. a. w. secara jasad dan roh supaya baginda dapat mengecapi keagungan dan keistimewaannya sebagaimana yang digambarkan oleh ayat-ayat di atas.

3.Kesamaan peristiwa Mi’raj dengan agama-agama lain tidak menjadi bukti bahawa ia adalah tiruan daripada agama-agama tersebut. Kebenaran peristiwa Mi’raj dipersaksikan oleh Allah s. w. t. di dalam al-Qur’an, jauh berbeza dengan peristiwa seumpama dalam agama-agama lain di mana ia adalah cerita-cerita orang-orang lama mereka.

DALIH KEEMPAT:

Dalam hadis-hadis yang menerangkan peristiwa Mi’raj, banyak disebut tentang pertemuan Rasulullah s. a. w. dengan Nabi-nabi daripada kalangan Bani Israil. Malah Rasulullah sendiri kononnya terpaksa menerima tunjuk ajar daripada Nabi Musa a. s. untuk mengurangkan jumlah solat fardhu daripada 50 kali sehari sehingga 5 kali sehari. Ini tidak dapat kita terima kerana Nabi Muhammad adalah jauh lebih mulia daripada Nabi Musa sehingga tidak perlu untuk baginda merujuk kepada Nabi Musa.
Semua tidak lain adalah kesan pengaruh Israiliyyat Yahudi – Nasrani yang telah meresap masuk ke dalam hadis-hadis, bertujuan merendahkan Nabi Muhammad s. a. w. dan meninggikan nabi-nabi mereka sendiri daripada kalangan Bani Israil.
Penjelasan:
Antara rukun iman kita umat Islam ialah beriman kepada semua nabi dan rasul Allah. Firman Allah s. w. t.: “Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya (Muhammad, s. a. w), dan juga kepada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu. Dan sesiapa yang kufur ingkar kepada Allah, dan Malaikat-malaikat-Nya, dan Kitab-kitab-Nya, dan Rasul-rasul-Nya dan juga Hari Akhirat, maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh.” [maksud surah al-Nisaa’
4:136]
Perlu dibezakan bahawa keimanan kita terhadap semua nabi dan rasul Allah tidak dipengaruhi oleh baik buruk tindakan umat-umat mereka. Atas dasar ini jugalah, apa-apa tindakan buruk kaum Yahudi dan Nasrani ke atas umat Islam tidak boleh dijadikan alasan untuk kita mengingkari para nabi dan rasul mereka, atau mengurangi kecintaan dan kehormatan kita kepada para nabi dan rasul mereka.
Khabar penemuan Rasulullah s. a. w. dengan para nabi terdahulu daripada kalangan Bani Israil – salam kesejahteraan ke atas mereka semua – bukanlah sesuatu yang merendahkan kemuliaan tetapi malah meninggikan lagi kemuliaan baginda. Ini kerana Allah s. w. t. tidak pernah menghimpun sejumlah para nabi dan rasul di dalam sebuah peristiwa melainkan dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj manakala peristiwa Isra’ dan Mi’raj pula ialah satu kekhususan kepada Rasulullah s. a. w. sahaja. Ini adalah satu kemuliaan kepada Rasulullah s. a. w. yang tidak diberikan Allah kepada para nabi dan rasul yang lain. Benarlah firman Allah s. w. t. yang bermaksud: “Rasul-rasul, Kami lebihkan sebahagian daripada mereka atas sebahagian yang lain (dengan kelebihan-kelebihan yang tertentu).” [al-Baqarah
2:253]
Adapun tunjuk ajar Nabi Musa a. s. kepada Rasulullah s. a. w. untuk mengurangkan jumlah solat fardhu daripada
50 kepada 5 kali sehari, ia bukanlah sesuatu yang merendahkan martabat Rasulullah s. a. w.. Yang benar ia meninggikan lagi berdasarkan sifat rendah diri baginda untuk mendengar tunjuk ajar daripada seorang Rasul – yakni Nabi Musa a. s. yang telah memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak daripada baginda sendiri. Semua ini termasuk kebijaksaan dan kekuasaan Allah s. w. t.. Jika Allah kehendaki nescaya Allah akan memfardhukan secara terus kepada Rasulullah s. a. w. solat lima kali sehari. Akan tetapi sengaja Allah memfardhukan 50 kali sehari dan mengatur pertemuan dengan Nabi Musa a. s.. Hikmahnya adalah sebagai pengajaran kepada kita umat Islam agar jangan angkuh dan sombong dalam menuntut ilmu atau menerima nasihat daripada orang lain.
Hikmah seperti ini juga terkandung di dalam al-Qur’an, sepertimana kisah burung gagak yang menunjukkan kepada salah seorang anak Nabi Adam a. s. bagaimana mengebumikan saudaranya (rujuk surah al-Maidah 5:31) dan kisah burung belatuk yang menerangkan kepada Nabi Sulaiman a. s. tentang salah laku puteri negara Saba
(rujuk surah al-Naml 27:20-24). Semua ini dikhabarkan oleh Allah s. w. t. di dalam al-Qur’an bukanlah untuk meremehkan manusia di hadapan burung gagak atau menghina Nabi Sulaiman a. s. di hadapan burung belatuk. Akan tetapi ia dikhabarkan sebagai hikmah pengajaran kepada kita bahawa ilmu yang benar berada di mana-mana dan kita tidak boleh bersikap angkuh atau sombong untuk menerimanya.
DALIH KELIMA:
Haiwan Buraq yang ditunggangi oleh Rasulullah s. a. w. tidak dikenali mahupun ditemui di mana-mana. Malah ia termasuk karut marut Isra’ dan Mi’raj.
Penjelasan:
Di sini letaknya perbezaan yang besar antara Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan golongan modernis atau Islam Liberal. Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah mengunggulkan wahyu di atas akal manakala golongan modernis atau Islam Liberal mengunggulkan akal di atas wahyu. Dalam kes wujud atau tidak Buraq yang menjadi tunggangan Rasulullah s. a. w., Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah menerimanya kerana ia dikhabarkan di dalam hadis-hadis yang sahih. Sekalipun ia mustahil dari sudut akal, ia tidak mustahil di sisi Allah s. w. t. kerana “Sesungguhnya keadaan kekuasaan-Nya apabila Ia
(Allah) menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Ia
(Allah) berfirman: “Jadilah!”, maka ia terus menjadi.” [maksud surah Yasin 36:82]
Alasan Buraq tidak ditemui di mana-mana bukanlah alasan yang kukuh kerana penemuan manusia bersifat relatif, apa yang tidak ditemui pada hari ini mungkin akan ditemui pada hari akan datang atau mungkin telah pupus pada masa yang telah lalu. Sebagai perbandingan, al-Qur’an al-Karim ada menerangkan perihal makhluk Ya’juj dan Ma’juj yang dikurung di antara dua buah bukit dan tembok besi yang dibina oleh Zulkarnain. Makhluk Ya’juj dan Ma’juj akan terkurung di sana sehinggalah ke satu masa di mana Allah s. w. t. akan membebaskan mereka sebagai salah satu isyarat besar Hari Kiamat (rujuk surah al-Kahf 18:93-99). Sehingga saat ini, makhluk Ya’juj dan Ma’juj masih gagal ditemui sekalipun dengan semua kemajuan canggih yang telah dicapai oleh akal manusia. Adakah dengan kegagalan ini kita akan membuat satu fokus yang baru di dalam akhbar atau majalah dengan tajuk “Karut Marut al-Qur’an tentang Ya’juj dan Ma’juj”?
KESIMPULAN:
Kemusykilan dan penolakan ke atas peristiwa Isra’ dan Mi’raj bukanlah sesuatu yang baru di dalam sejarah umat Islam. Ia sudah muncul sejak Rasulullah s. a. w. kembali daripadanya dan mengkhabarkannya kepada kaumnya. Setelah itu ia tetap muncul di sana sini sehinggalah ke hari ini. Ini kerana akan sentiasa ada di kalangan umat Islam mereka yang mengunggulkan akal di atas wahyu. Mereka menggunakan akal untuk menilai peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Apa yang selari dengan logik akal mereka terima, apa yang tidak selari mereka tolak atau ubah suai. Sayang sekali penolakan dan pengubah-suaian mereka amat lemah lagi rapuh, selari dengan kelemahan dan kerapuhan akal mereka sendiri.
Di sini sikap kita yang benar ialah meletakkan akal pada tempatnya. Kita memanfaatkan akal di tempat yang merupakan wilayahnya dan kita mendiamkan akal di tempat yang bukan merupakan wilayahnya. Peristiwa Isra’ dan Mi’raj bukanlah wilayah akal. Justeru akal tidak memiliki peranan dalam menilai benar atau palsu peristiwa Isra’ dan Mi’raj melainkan sekadar berfikir untuk mengambil iktibar dan pengajaran daripadanya.
Hendaklah kita mencontohi sikap Abu Bakar al-Shiddiq r. a. di mana apabila beliau ditanya tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj, beliau menjawab: “Ya, aku membenarkan baginda (Rasulullah), malah terhadap apa yang lebih jauh daripada itu. Aku membenarkan khabar langit (yang Rasulullah bawa).” [Fath al-Bari (tahqiq Fu’ad ‘Abd al-Baqi), jld. 7, ms. 199]

Terserah,saya tidak marah,saya hanya memberi pesan saja kok
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Mas Keli, saya percaya dengan adanya mukjizat.
Sesuatu yang datangnya dari Allah tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.

Tetapi pokok persoalannya di sini, bukan masalah tidak percaya pada mujizat nabi melakukan perjalanan Isra dan Miraj, tetapi pada kesahihan cerita tersebut.

Minimal, untuk bisa menyatakan suatu kisah itu otentik atau tidak, harus ada saksi. Nah, inilah yang saya minta dari Mas Keli untuk menunjukkan kepada saya apakah ada saksi yang melihat sendiri mujizat ini?

Kalau tidak ada saksi, dan kemudian cerita ini dipercaya begitu saja, bukankah ini sama dengan “MEMBODOHKAN” diri sendiri?

Tentang turunnya wahyu pun hanya Muhammad yg tahu dan cerita itu terlontar dari mulutnya seorang:

"Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Al-Anshari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. menceritakan tentang masa terhentinya wahyu: Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Aku pun mengangkat kepalaku, ternyata malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira' sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku gemetar ketakutan. Lalu aku pulang dan berkata: Selimuti aku, selimuti aku. Keluargaku menyelimutiku. Ketika itulah Allah swt. menurunkan ayat: Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. Perbuatan dosa artinya menyembah berhala. Kemudian wahyu turun berturut-turut"

Dikemukakan Ibnu Abi Hatim dari Salman al-Farisi: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw tentang para pemeluk agama yang pernah saya anut. Dia pun menerangkan sholat dan ibadah mereka. Lalu turunlah ayat ini.”
Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi bertanya kepada Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan pandapat beliau tentang amal mereka. Beliau menjawab, “Mereka tidak mati dalam keadaan Islam.” Salman berkata, “Bumi terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan mereka.” Lalu turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw memanggil Salman seraya bersabda, “Ayat ini turun untuk para sahabatmu.” Beliau kemudian bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam agama Isa sebelum mendengar aku, maka dia mati dalam kebaikan. Barangsiapa telah mendengar aku dan tidak mengimaniku maka dia celaka.

Kemudian Mas Keli mengutip: ”....mereka adalah orang Islam yang beraliran modernis atau Islam Liberal yang mengunggulkan akal di atas wahyu sehingga apa jua petunjuk wahyu yang tidak logik di sisi akal mereka akan ditolak atau didustakan...”

Mas, apakah salah kalau kita menggunakan AKAL untuk menguji keotentikan kisah mujizat?

Bukankah dalam Alquran sendiri ditekankan masalah penggunaan akal ini?

Allah menyuruh ahli kitab agar mau berpikir (menggunakan akal):

Al-Baqoroh ayat 44
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?

Al-Baqoroh ayat 65
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?

Al-Maidah ayat 58
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.

Nah, Mas, bila suatu kaum tidak mau mempergunakan akal dicela oleh Allah, kenapa saya malah dilarang mempergunakan akal saya untuk menguji kesahihan cerita Muhammad?

Apakah penggunaan akal hanya berlaku untuk kaum di luar Islam saja? Sedangkan kaum kita tidak perlu mempergunakan akal?

Dengan akal, saya menuntut bukti.
Dan bukti yang saya minta untuk bisa mempercayai kisah Isra Miraj nabi Muhammad ini adalah minimal terdapatnya saksi.

Kalau tidak ada saksi, ini sama seperti contoh saya bahwa bisa saja saya bercerita kepada adik saya yang masih kecil, "Tadi malam saya telah pergi ke surga naik kuda terbang bertemu dengan kakak kita yang telah meninggal."
Siapa yang tahu cerita saya ini benar atau bohong? Kalau adik saya yang masih kecil tentu saja bisa mempercayai cerita ini karena akalnya masih kurang. Tapi hal itu tentu saja tidak berlaku bagi orang dewasa yang tingkat AKALnya lebih tinggi. Orang yang AKALNYA TINGGI, dia akan menuntut saksi, minimal diperlukan 2 orang saksi, yaitu si pelaku sendiri dan orang lain yang tidak ada hubungan dengan pelaku yang memungkinkan tidak dicurigai adanya persekongkolan.

Kalau sumbernya hanya seorang saja, bukankah ini KONYOL, Mas?
Bukankah ini tidak ada bedanya dengan sebuah lelucon murahan?

Heran saya, kenapa Mas Keli bisa begitu saja percaya dengan sebuah lelucon murahan seperti ini?

Kekuasaan Allah ya kekuasaan Allah, tapi mana saksinya? Alquran sendiri mengajarkan bahwa saksi itu WAJIB ADA. Contoh penerapan pada masalah pemberian wasiat orang yg akan meninggal:

Al-Maidah ayat 106-107
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".
Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu) memperbuat dosa, maka dua orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk menggantikannya, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya persaksian kami lebih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri".

Tambahan untuk mas Keli, kenapa lagi-lagi Mas mengutip tulisannya orang Malaysia dan tidak menggunakan analisa sendiri?

Saya paling tidak suka dengan orang yang gemar ikut-ikutan.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Maisaroh wrote:Mas Keli, saya percaya dengan adanya mukjizat.
Sesuatu yang datangnya dari Allah tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.
Tetapi pokok persoalannya di sini, bukan masalah tidak percaya pada mujizat nabi melakukan perjalanan Isra dan Miraj, tetapi pada kesahihan cerita tersebut.
Minimal, untuk bisa menyatakan suatu kisah itu otentik atau tidak, harus ada saksi. Nah, inilah yang saya minta dari Mas Keli untuk menunjukkan kepada saya apakah ada saksi yang melihat sendiri mujizat ini?
Kalau tidak ada saksi, dan kemudian cerita ini dipercaya begitu saja, bukankah ini sama dengan “MEMBODOHKAN” diri sendiri?
Tentang turunnya wahyu pun hanya Muhammad yg tahu dan cerita itu terlontar dari mulutnya seorang:
"Hadis riwayat Jabir bin Abdullah Al-Anshari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. menceritakan tentang masa terhentinya wahyu: Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit. Aku pun mengangkat kepalaku, ternyata malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira' sedang duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku gemetar ketakutan. Lalu aku pulang dan berkata: Selimuti aku, selimuti aku. Keluargaku menyelimutiku. Ketika itulah Allah swt. menurunkan ayat: Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu, bersihkanlah. Dan perbuatan dosa, tinggalkanlah. Perbuatan dosa artinya menyembah berhala. Kemudian wahyu turun berturut-turut"
Dikemukakan Ibnu Abi Hatim dari Salman al-Farisi: “Saya bertanya kepada Rasulullah saw tentang para pemeluk agama yang pernah saya anut. Dia pun menerangkan sholat dan ibadah mereka. Lalu turunlah ayat ini.”
Diriwayatkan Ibnu Jarir dari Mujahid bahwa Salman al-Farisi bertanya kepada Nabi saw tentang orang-orang Nasrani dan pandapat beliau tentang amal mereka. Beliau menjawab, “Mereka tidak mati dalam keadaan Islam.” Salman berkata, “Bumi terasa gelap bagiku dan aku pun mengingat kesungguhan mereka.” Lalu turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw memanggil Salman seraya bersabda, “Ayat ini turun untuk para sahabatmu.” Beliau kemudian bersabda, “Barangsiapa yang mati dalam agama Isa sebelum mendengar aku, maka dia mati dalam kebaikan. Barangsiapa telah mendengar aku dan tidak mengimaniku maka dia celaka.
Kemudian Mas Keli mengutip: ”....mereka adalah orang Islam yang beraliran modernis atau Islam Liberal yang mengunggulkan akal di atas wahyu sehingga apa jua petunjuk wahyu yang tidak logik di sisi akal mereka akan ditolak atau didustakan...”
Mas, apakah salah kalau kita menggunakan AKAL untuk menguji keotentikan kisah mujizat?
Bukankah dalam Alquran sendiri ditekankan masalah penggunaan akal ini?
Allah menyuruh ahli kitab agar mau berpikir (menggunakan akal):
Al-Baqoroh ayat 44
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?
Al-Baqoroh ayat 65
Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?
Al-Maidah ayat 58
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal.
Nah, Mas, bila suatu kaum tidak mau mempergunakan akal dicela oleh Allah, kenapa saya malah dilarang mempergunakan akal saya untuk menguji kesahihan cerita Muhammad?
Apakah penggunaan akal hanya berlaku untuk kaum di luar Islam saja? Sedangkan kaum kita tidak perlu mempergunakan akal?
Dengan akal, saya menuntut bukti.
Dan bukti yang saya minta untuk bisa mempercayai kisah Isra Miraj nabi Muhammad ini adalah minimal terdapatnya saksi.
Kalau tidak ada saksi, ini sama seperti contoh saya bahwa bisa saja saya bercerita kepada adik saya yang masih kecil, "Tadi malam saya telah pergi ke surga naik kuda terbang bertemu dengan kakak kita yang telah meninggal."
Siapa yang tahu cerita saya ini benar atau bohong? Kalau adik saya yang masih kecil tentu saja bisa mempercayai cerita ini karena akalnya masih kurang. Tapi hal itu tentu saja tidak berlaku bagi orang dewasa yang tingkat AKALnya lebih tinggi. Orang yang AKALNYA TINGGI, dia akan menuntut saksi, minimal diperlukan 2 orang saksi, yaitu si pelaku sendiri dan orang lain yang tidak ada hubungan dengan pelaku yang memungkinkan tidak dicurigai adanya persekongkolan.
Kalau sumbernya hanya seorang saja, bukankah ini KONYOL, Mas?
Bukankah ini tidak ada bedanya dengan sebuah lelucon murahan?
Heran saya, kenapa Mas Keli bisa begitu saja percaya dengan sebuah lelucon murahan seperti ini?
Kekuasaan Allah ya kekuasaan Allah, tapi mana saksinya? Alquran sendiri mengajarkan bahwa saksi itu WAJIB ADA. Contoh penerapan pada masalah pemberian wasiat orang yg akan meninggal:
Al-Maidah ayat 106-107
Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang berdosa".
Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu) memperbuat dosa, maka dua orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk menggantikannya, lalu keduanya bersumpah dengan nama Allah: "Sesungguhnya persaksian kami lebih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri".
Tambahan untuk mas Keli, kenapa lagi-lagi Mas mengutip tulisannya orang Malaysia dan tidak menggunakan analisa sendiri?
Saya paling tidak suka dengan orang yang gemar ikut-ikutan.
Oke sekarang kalau anda mau pakai AKAL lihat website Ini aja
http://awan965.wordpress.com/2007/03/25 ... -al-quran/

silakan anda pakai akal anda :lol:
User avatar
Maisaroh
Posts: 43
Joined: Sat Jun 02, 2007 1:08 pm

Post by Maisaroh »

Terima kasih Mas Keli untuk info link-nya.

Tanggapan saya setelah mengunjungi situs yang Mas tunjukkan:

Batu Apung
Image

Lekuk Bukit Membentuk Wajah Manusia
Image

Batu Karang Sujud
Image

Hal-hal di atas adalah keajaiban alam dan tidak ada hubungannya dengan kesahihan Isra Miraj.

Keajaiban/keanehan bentuk-bentuk benda di alam memang menjadi bukti kemahakuasaan Tuhan, tapi Tuhan yang mana? Yang jelas, pasti bukan Allah.

Saya percaya bahwa Tuhan itu ada, tapi Mas Keli keliru bila menyangka Allah itu Tuhan. Sebab Allah itu jahat.

Semula saya pikir, orang Islam yang jahat adalah oknum. Tetapi setelah saya semakin dalam mempelajari kebenaran Islam, saya menjadi tahu kalau yang jahat itu bukan orangnya, tapi agamanya. Dan setelah saya telusuri asal-muasal ajaran jahat tersebut, sumbernya adalah Allah. Maka dari itu, Mas, saya berkeyakinan penuh kalau Allah bukan Tuhan.

Kemudian mengenai foto-foto lafaz ALLAH, Allahu atau Lailahaillalah: Dahulu saya memang takjub dengan foto-foto ini lantaran kefanatikan saya dalam Islam. Tapi semenjak saya tersadar dari tidur panjang ini, saya tidak merasa heran dengan itu semua. Karena apa Mas? Karena bentuk huruf-huruf Arab berlekuk-lekuk, sehingga apapun bisa saja serupa dengan huruf-huruf Arab. Justru saya menganggap orang yang mencocokkan lekuk-lekuk visual yang ditemukannya dengan huruf Arab (terutama lafaz Allah) adalah serupa dengan orang yang sedang menderita gejala DEPRESI & STRES BERAT.

Barulah benar-benar ajaib, bila ada tulisan "A-L-L-A-H" dalam huruf alfabet terbentuk secara alamiah. Sedangkan bila tulisan itu mirip dengan huruf Arab, apanya yang luar biasa? Bukankah huruf Arab memang bentuknya berlekuk-lekuk tidak beraturan? Apapun bisa dicocokkan dan serupa dengan huruf Arab, termasuk goresan-goresan semu di tembok rumah saya pun bila saya cocok-cocokkan pasti ada yang serupa dengan huruf Arab. Ini bukan ajaib, tapi malah menunjukkan adanya gejala kelainan jiwa dalam diri saya.

Huruf-huruf lain yang bisa diserupakan dengan goresan-goresan alam selain huruf Arab di antaranya adalah huruf jawa Hanacaraka, Tagalog dan tulisan India karena berbentuk lekukan-lekukan bersambung.

Kembali ke masalah Isra Miraj.

Saya memerlukan jawaban tegas dari Mas Keli tentang Sahih atau tidaknya kisah ini.

Kalau sahih, apa alasannya? Padahal menurut saya tidak ada seorang pun yang turut menyaksikan peristiwa tersebut, cuma Muhammad saja.

Kalau tidak sahih, berarti perkataan Mas yang mengklaim Islam sebagai agama yang 100% menggunakan AKAL SEHAT tidak terbukti.

Untuk mempercayai Isra Miraj tidak diperlukan otak seorang pakar atau seorang dengan otak secerdas Einstein, cukup otak seorang kanak-kanak yang berusia di bawah lima tahun. Bila cara yang diperlukan untuk percaya pada Islam adalah dengan membuang kecerdasan AKAL, bukankah ini sama dengan pembodohan?

Yang saya perlukan dari Mas untuk saat ini, adalah jawaban tegas dan jujur dari Mas secara pribadi: Isra Miraj itu sahih atau tidak sahih ditinjau dari sisi kecerdasan AKAL?

Wassalam.
KELIHGO
Posts: 698
Joined: Thu Jan 04, 2007 2:08 pm

Post by KELIHGO »

Oh ya sekalian aja dengan Mesjidnya yang ada di Aceh dan turki,nah bagaimana itu :lol:

BTT ; sekalian saja yah,masuk AKAL tuh bukan akal 100% menggunakan Akal,kadang-kadang Keimanan kita juga perlu.karena AKAL manusia terbatas,ya balik ke ISRA MIRAJ,jika anda tidak percaya saya persilakan tidak percaya.ABU BAKAR AS SIDDIQ percaya,karena Keimanan.
Perhatikan kata anda
Keajaiban/keanehan bentuk-bentuk benda di alam memang menjadi bukti kemahakuasaan Tuhan
Mas Keli, saya percaya dengan adanya mukjizat.
Sesuatu yang datangnya dari Allah tidak ada yang mustahil untuk dilakukan.
Nah kenapa anda melontarkan kata itu,bukankah anda percaya :lol: Oleh sebab Itu ISRA MIRAJ termasuk Shahih berdasarkan kecerdasan AKAL,karena Tuhan juga MAHA KUASA dan Mujizat juga ada :wink:

Semula saya pikir, orang Islam yang jahat adalah oknum. Tetapi setelah saya semakin dalam mempelajari kebenaran Islam, saya menjadi tahu kalau yang jahat itu bukan orangnya, tapi agamanya. Dan setelah saya telusuri asal-muasal ajaran jahat tersebut, sumbernya adalah Allah. Maka dari itu, Mas, saya berkeyakinan penuh kalau Allah bukan Tuhan.
Bagaimana dengan saya yang tidak membunuh,Memperkosa,dan Jinah.apakah masih jahat :lol: Itulah anda,anda selalu menilai buruknya orang dari AGAMAnya.

Simaklah...
Lembaran-lembaran kisah nan indah
Bertutur tentang perjalanan hidup Rasul termulia Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam
Beliau adalah pembawa panji Islam
Utusan Allah penyampai wahyu Ilahi.
Menebarkan petunjuk, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Menyebarkan tauhid, membernatas kesyirikan.
Perjuangannya menegakkan agama Allah dipenuhi dengan tantangan dan rintangan.
Keberaniannya menjadi teladan bagi ummatnya, dalam menghdapi musuh-musuh Allah sang durjana pembawa angkara murka.
Kesabarannya dalam mengemban risalah, mengantarkannya pada kemenangan dan pertolongan Allah

Nabi yang penuh kasih sayang terhadap ummatnya, lagi penuh semangat dalam mendakwahi kaumnya.
Nabi yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam.
Menebarkan perdamaian, ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
Akhlaknya yang begitu agung diakui kawan dan lawan serta dipuji oleh Allh Subhaanahu wa ta'ala
Musuh yang penuh dengan kekejaman dibalas dengan kearifan
Sehingga berbondong-bondong manusia masuk ke dalam agamanya.
Kenalilah beliau, niscaya engkau akan mencintainya melebihi cintamu kepada anak, istri, orang tua dan seluruh manusia.
Pelajarilah perjalanan hidupnya niscaya engkau akan berjiwa tegar menghadapi cobaan yang menerpa.
Hanyalah orang yang tidak mengenalnya akan membencinya.
Menjadi hinalah manusia yang mencelanya , apalagi menolok-olok ajarannya dan menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan dusta.*
Nah orang yang tidak mengenallah yang benci

Nah ini ada artikel lagi
Sikap Terhadap Kafirin
Assalamu'alaikum wr.wb.
Dalam satu ayat-Nya, Allah SWT berfirman: asyiddaau 'alal kuffar ruhamaau bainahum, yakni bersikap keras terhadap orang kafir dan lemah lembut terhadap sesama Muslim. Apakah makna dari sikap keras itu? Apakah berlaku untuk semua non-Islam?

Rina Tresnaasih
Jl Cempaka III/36
Kemayoran, Jakpus

Ayat yang Anda tanyakan ini terdapat dalam Surat Alfath (48:29). Kata kuffar adalah bentuk jamak dari kata kafir. Secara umum kata kafir dipahami sebagai non-Muslim. Tetapi makna ini tidak selalu demikian. Alquran menggunakan kata kuffar untuk menunjuk kepada para petani. Berkait dengan ayat (QS 48: 29) ini karena kata tersebut dari segi bahasa berarti menutup-- maka itu berarti para petani menutup benih dengan tanah.

Kekufuran dalam ajaran agama adalah menutup kebenaran. Baik dengan ucapan maupun sikap dan perbuatan. Dalam pandangan teologi kekafiran adalah keengganan meyakini kebenaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, tetapi dari segi penggunaan Alquran ia juga bermakna tidak mengamalkan tuntutan Alquran walau telah mempercayainya, seperti Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): Raa'ina, tetapi katakanlah: Unzhurna, dan dengarlah. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih. (QS 2:104). Yang dimaksud dengan kafir di sini adalah orang-orang Muslim yang mengabaikan tuntutan ayat di atas. Kekikiran juga dinilai kufur (QS 27:40), memecah belah umat juga merupakan salah satu bentuk kekafiran.

Begitu kata Rasyid Ridha mengutip pendapat gurunya Muhammad Abduh ketika menafsirkan QS Ali Imran (3:106), karena kekafiran menurutnya adalah segala aktivitas yang bertentangan dengan tujuan agama. Jika demikian, kata kuffar di atas tidak terbatas pada non-Muslim, tetapi semua orang yang melakukan aktivitas bertentangan dengan tujuan agama Islam.

Selanjutnya perlu digarisbawahi bahwa Alquran menggunakan dua bentuk jamak yaitu kata kuffar dan kaafirun/kaafirin. Kata kuffar memberi kesan kemantapan dan berulang-ulangnya kekufuran, sehingga ini melebihi sikap kaafirun. Karena itu ada yang memahami kata asyidda atau tegas dan keras yakni ketika berperang dengan mereka.

Memang bertebaran ayat yang memerintahkan sikap ini dan bukan hanya terhadap non-Muslim. Terhadap orang-orang munafik pun yang kekufurannya sedemikian jelas dan telah berulang sekaligus mantap sikap buruknya terhadap Muslim, Alquran dalam dua ayat yang sama memberi ancaman: Hai Nabi berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya (QS 9:73 dan 66:9).

Namun, perlu juga dicatat bahwa sikap tegas dan keras ini, bukan berarti menganiaya mereka, bukan juga hanya terbatas dalam bentuk perang. Keras dan tegas juga dapat tercermin dalam sikap tidak berkompromi bila mengakibatkan terabaikannya prinsip ajaran agama.
Di sisi lain terhadap non-Muslim, Alquran memerintahkan kita untuk mencari kata sepakat, serta bekerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan dan harus diingat bahwa Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil/memberi sebagian hartamu kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu berkawan dengan orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Demikian firman-Nya dalam QS 60: 8-9. Wa Allahu A'lam. ( )
Bacalah artikel itu,apakah ajaran Islam itu jahat
Post Reply