ketika poligami dijadikan lelucon yang tak lucu!

Seputar pro dan kontra poligami dalam ajaran Islam.
Post Reply
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

ketika poligami dijadikan lelucon yang tak lucu!

Post by stroberi_feat_mukaimut »

stro baru menemukan buku di bawah ini, entah ini hanya sekedar kisah fiksi yg menurut stro sangat keterlaluan sekali, yang ditulis oleh kebanyakan para lelaki.

Image POLIGAMBRENG:Sebuah Ketoprak Rumah Tangga
Penulis : Ali Sobirin El Muannatsy dan Sophal Jamil El Muama
Ukuran : 20,5x13,5 cm
Harga : Rp. 35.000,00

Sinopsis cerita :
Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik dalam memperlakukan istri (HR.At-Tirmidzi)

Pilih mana:suamimu kawin lagi atau selingkuh? Atau,lebih baik mana :suamimu kawin berseri atau tak berseri? Ada pula,lebih senang mana:suamimu bergaul dengan orang yang jelas atau dengan orang yang tidak jelas? Tidak jarang ada yang mendasarkan ke agama,lebih mulia mana:menerima perintah Allah dengan ikhlas demi surga atau melawan ayat-ayatNya yang berarti durhaka dan neraka?

Para penolak poligami tentu akan menyerang balik pertanyaan-pertanyaan itu karena dianggap memposisikan kaum hawa di pihak yang lemah dan serba pahit penuh ketidakadilan. Berbagai logika pun bertaburan. Tak berkesudahan. Pro dan kontra! Dari logika dan argumentasi yang rasional,emosional,sampai yang faktual.

Hompipa alaihom gambreng. Persis main dadu. Penuh spekulasi. Lebih sering kalah. Kalau ada yang menangpasti cuman satu orang,berarti lebih banyak yang kalah atau menjadi korban. Di sinilah novel POLIGAMBRENG:Sebuah Ketoprak Rumah Tangga ini mengalir. Tanpa menggurui,Ali Sobirin El-Muananasty dan Sophal Jamil El-Muama mengangkat tema poligami ke sebuah panggung ketoprak kehidupan dengan dialog-dialog yang khas,lucu,menarik, dan amat ndeso.Dijamin terpingkal-pingkal.

Stro protes sama tuh penulis, ketika para penulis tidak memihak diri wanita, malah bermain hompimpah yg sedikit kalah, yg banyak menang. penulis Islam tak tahu adat.

untuk permasalahan poligami, saat ini stro menentang PERPOLIGAMIAN..
User avatar
Nurlela
Posts: 862
Joined: Wed Feb 14, 2007 8:50 am
Location: Earth

Post by Nurlela »

Lucu Stro : kamu menentang poligami, padahal ajaran Islam menghalalkan poligami.

Kamu tidak berani menentang Islam, padahal ajarannya bertentangan dengan hati nuranimu !

Lucu, lucu !!!

Kok yang ditentang poligaminya, bukan Islam-nya !
Sashimi
Posts: 3390
Joined: Sun Jul 09, 2006 8:19 am

Post by Sashimi »

lagi nyusun bata ya stro?, lagi membangun image kafir lagi nih, iseng2 berhadiah belas kasihan kafir
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

bukan Islamnya yg salah

tp tentang orang2 islamnya para lelaki yg seenaknya berpoligami..

@Shasimi: untuk apa? buat apa saya membangun image kafir? saya muslimah yg nggak setuju hal poligami, masa ndak boleh dibilang meminta belas kasian kafir? yang benar saja? saya cyma mau menyadarkan para lelaki muslim tentang perasaan wanita, itu saja. jelas?

Jangan hanya langsung memberikan ayat2 Al-Qur'an yg langsung membuat wanita muslim terdiam terpaku g bisa ngapa2in lagi, mau minta cerai dosa masuk neraka. gitu, pemikiran yang salah dari kaum lelaki.

melawan ketidakadilan
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

ICRP - MaJEMUK Edisi 24 (http://www.icrp-online.org)

STARA:: Bebaskan Perempuan dari Belenggu Poligami - 24 Mei 2007 - 08:33 (Diposting oleh: ICRP)

Poligami bagi perempuan selalu menjadi dilema. Tak hanya bagi yang pertam, tapi juga kedua, ketiga, dan keempat. Akankah hal ini dibiarkan?

Oleh Emma Kumarramah

Menjelang akhir tahun 2006, masyarakat dihebohkan oleh wacana pro kontra poligami yang dipicu oleh tindakan Aa Gym, seorang dai tersohor asal Bandung, yang mulai memperkenalkan istri keduanya kepada publik.

Beberapa bulan lalu, hiruk pikuk pro kontra poligami yang kembali hangat dibicarakan, hampir tidak menyisakan ruang perhatian. Tak heran jika kemudian ada pihak-pihak yang mencoba mengakhiri perdebatannya tanpa satupun solusi kompromis yang dapat mempertemukan kedua pandangan baik yang menerima atau menolak poligami. Ada pula yang mencoba menggiring perhatian publik ke isu lain yang dianggap tidak kalah seksi. Kasus kelaparan, bencana alam, hingga birokrasi yang makin korup, bagi mereka, adalah isu yang lebih pantas diperhatikan serius ketimbang urusan poligami.

Pendapat terakhir tadi mungkin ada juga kebaikannya. Namun di satu sisi, pendapat tersebut terkesan mencoba meminggirkan perempuan dan anak yang merupakan korban paling potensial poligami. Padahal, jika setiap warga negara terjamin kesejahteraannya, termasuk perempuan dan anak dengan dilindungi dari setiap praktek yang menistakan kehidupannya – terlebih dari praktek poligami – sesungguhnya kepedulian setiap komponen bangsa terhadap setiap persoalan bangsanya akan jauh lebih berkualitas.

Bagi pihak yang menyetujui poligami, alasan ajaran agama, demografis, faktor ekonomi hingga pilihan ‘simalakama’ -daripada berzina atau selingkuh- menjadi argumentasi yang kerapkali digembor-gemborkan untuk melegitimasi pilihan poligami. Dan ternyata, tidak hanya laki-laki yang berdiri di pihak ini, tak kurang sejumlah perempuan juga turut bersuara di barisan pro poligami.

Perempuan & Poligami

Hal tersebut ditanggapi oleh Musdah Mulia, penulis buku Islam Menggugat Poligami, dalam sebuah kesempatan diskusi yang digelar sebuah majalah Islam, pertengahan Desember 2006 lalu, “Perempuan-perempuan yang menyetujui poligami adalah perempuan-perempuan bermasalah,” Tandas Musdah yang juga Sekjen ICRP ini. Mengapa demikian? “Mereka terhegemoni oleh budaya patriarkhi dan terdoktrin janji-janji surga.”

Dalam kesempatan berbeda, Musdah memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya kekerasan seksual dalam perkawinan poligami.

“Perempuan-perempuan yang menyetujui bahkan mencarikan suaminya istri yang lain, ternyata mengalami kekerasan seksual dari suaminya.” Kata Musdah di hadapan beberapa wartawan yang mewawancarainya, “Mereka rela suaminya menikah lagi karena ingin mengurangi beban kekerasan yang dialaminya.”

Adakah alasan lain yang mendasari perempuan pendukung poligami? Ya, kebanyakan perempuan yang dengan lantang menunjukkan dukungan terhadap poligami bukanlah mereka yang memiliki sensitivitas atas persoalan ketidakadilan gender yang memenjarakan perempuan dan anak selama berabad-abad. Artinya, mereka bukanlah orang-orang berpikiran humanis yang tercerahkan.

Berbeda dengan perempuan pekerja sosial yang telah berpengalaman mendampingi kasus KDRT yang menimpa perempuan dan anak, ternyata menemukan poligami sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya KDRT. Lewat pendampingan selama bertahun-tahun, mereka telah begitu banyak menyaksikan betapa KDRT -termasuk yang disebabkan oleh poligami- telah menyakiti perempuan dan anak-anak dalam jangka waktu yang sangat lama.

Pernyataan di atas bukan tanpa fakta. Dari 58 kasus poligami yang ditangani LBH Apik tahun 2001-2003 memperlihatkan bentuk-bentuk kekerasan mulai dari tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak-anak, ancaman dan teror serta pengabaian hak seksual istri, sementara 35 kasus poligami dilakukan tanpa alasan yang jelas. Hingga 2005, LBH APIK mencatat adanya kecenderungan peningkatan kasus poligami yang mencapai angka 106 kasus.

Sebuah tesis lain membuktikan bahwa perempuan yang setuju poligami ternyata bukanlah orang-orang yang menjadi korban poligami. Dalam sebuah tayangan diskusi di sebuah TV swasta, sekelompok perempuan dari sebuah organisasi pendukung pendirian negara Islam secara kompak 100% menyetujui poligami sebagai bagian dari pelaksanaan ajaran agama. Namun ketika ditanya apakah di antara mereka ada yang dipoligami, ternyata tidak satupun di antara mereka yang mengalaminya.

Pertanyaannya, semudah itukah perempuan menyetujui poligami? Menurut Wimar Witoelar, Stockholm Syndrom adalah penjelasannya. “Orang yang sudah sekian lama dijajah, ia akan menyukai orang yang menjajahnya.” tegasnya. Dengan kata lain, perempuan yang sudah lama dihegemoni dan ditindas oleh sistem patriarkhi, tanpa sadar akan menganggap sistem tersebut adalah kebenaran yang harus dijalaninya. Sehingga, ketika perempuan didoktrin untuk menerima dirinya dipoligami, tidak ada celah baginya untuk melihat keburukan dalam praktek poligami.

Kerelaan Semu

Lantas, bagaimana dengan perempuan yang dengan sukarela menyatakan ikhlas menerima dirinya dimadu oleh suaminya?

Menurut penulis, kata ‘rela’ dan ‘ikhlas’ yang muncul dari perempuan yang dipoligami tidak dapat dipandang sebagai suatu penerimaan perempuan atas nasib yang harus dilakoninya. Kerelaan yang ditampilkan itu merupakan buah ketidakberdayaan perempuan untuk melawan dominasi patriarki yang memerangkap tubuhnya dalam institusi perkawinan yang dikonsepkan ‘untuk melayani laki-laki’. Sikap ‘nrimo’ yang dimunculkan sesungguhnya bersifat semu, bukan murni suara hati perempuan yang sesungguhnya.

Keterpaksaan perempuan dimadu bertambah kuat manakala telah ada anak dan keluarga. Dalam posisi terjepit sedemikian, perempuan biasanya lebih memilih menyelamatkan perkawinan ketimbang menyelamatkan diri sendiri dari jebakan doktrin madu poligami yang memabukkan.

Tentu saja ada sebagian perempuan yang berani memilih opsi kedua. Berpisah untuk prinsip perkawinan monogami adalah lebih baik dan lebih nyata bagi perempuan daripada harus bertahan dalam perkawinan poligami yang menggundahkan setiap kayuhan bahtera rumah tangganya.

Sementara bagi perempuan yang memilih opsi pertama, mempertahankan keluarga yang selama ini terbina harmonis adalah hal besar yang turut dipertaruhkan. Dialah yang bertugas di garda depan menjadi pion penjaga citra perkawinan. Sayangnya, menjalankan tugas yang dipilihnya sama dengan mengorbankan dirinya untuk suami yang tak lagi setia pada hatinya.

Di sinilah kemudian perempuan yang dipoligami –entah diduakan atau dimultikan- dibius oleh doktrinasi kepatuhan mutlak kepada suami dan ketaatan perintah agama untuk menjadi ikhlas dan rela. Perempuan dibuai dengan janji-janji surgawi, walaupun harus mengorbankan perasaannya di muka bumi. Doktrin kepatuhan atas syariat agama –walaupun aspek perdebatannya cukup kentara– adalah senjata ampuh para laki-laki untuk menutupi keegoisan dirinya yang tidak bisa memanage syahwatnya.

Dilematis, Perempuan Dipoligami

Sementara itu, perempuan ‘orang ketiga’ yang dipoligami belum tentu pula mengecap kebahagiaan dalam perkawinan barunya. Kehadirannya yang mudah dituduh sebagai pengganggu keharmonisan keluarga yang baru dimasukinya adalah ujian yang cukup berat. Masyarakat belum tentu secara terbuka dapat menerimanya, terutama karena ‘istri tua’ dipandang sebagai orang yang layak dikasihani lantaran disakiti suami dengan dipoligami.

Selain itu, kendati ‘istri tua’ secara lisan telah menyatakan menerima, belum tentu hal itu teruji dalam perilaku dan tindak tanduk keseharian. Senyum manis boleh saja terlontar, namun hati yang tersayat tidak mungkin disembunyikan dari gerak-gerik keseharian.

Dengan sendirinya, masing-masing istri yang dipoligami akan mengalami kondisi yang tidak nyaman dan tertekan. Inilah bara panas yang memenjarakan perempuan sepanjang hidup perkawinan poligaminya.

Artinya, melalui poligami, sesungguhnya laki-laki telah menyakiti lebih dari satu orang perempuan sekaligus. Dengan poligami jualah, laki-laki menciptakan konflik antara satu istri dengan istri lainnya. Pada akhirnya, perempuanlah yang kembali menjadi korban perbuatan poligami.

Atas dasar sisi buruk poligami, masih relakah perempuan dijadikan tumbal?



[ICRP ]

Kembali
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

Melihat tatanan kehidupan umat manusia, kita merasakan adanya ketimpangan dalam relasi lelaki dan perempuan. Salah satu faktor yang seringkali dianggap turut mengesahkan hal tersebut adalah praktik-praktik budaya dan pemahaman umat tentang teks-teks agama yang ditafsirkan secara teksual. Persoalan poligami misalnya kebanyakan umat memahami ayat poligami secara tekstual tanpa mempertimbangkan konteksnya. Padahal dengan memahami dan mempelajari situasi sosiologis, politik, budaya dan kondisi masyarakat saat itu, asbabun-nuzul-nya dan tujuan mengapa ayat itu turun kita akan melihat bahwa pada dasarnya agama itu sangat bersahabat bagi manusia, mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan membawa keadilan bagi laki-laki maupun perempuan. Berangkat dari konteks itu, edisi kali ini pembaca akan kami ajak untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang poligami sebagai sebuah realitas yang dihadapi oleh kaum perempuan. Untuk itu, Swara Rahima menghadirkan dua orang narasumber yang masing-masing memiliki keahlian dibidangnya yakni Dr. Abdul A’la, Anggota Komnas Perempuan dan Dra. Pingky Saptandari MA. Staf Khusus Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Bidang Perempuan dan Anak.

Wawancara dengan
Dr. Abdul A’ la (Anggota Komnas Perempuan Periode 2007-2009)
“Kebanyakan Poligami adalah Ekspresi Egoisme Laki-laki”

Abdul A’la merasa sangat kecewa. Di tengah perlakukan tidak adil masyarakat terhadap
perempuan, justru laki-laki kelahiran Sumenep 5 September 1957 itu harus menyaksikan segelintir tokoh laki-laki pembela nasib perempuan, melakukan poligami. Bagi Anggota National-Board ICIP periode 2004-sekarang tindakan itu bukan saja sebagai bentuk inkonsistensi, tetapi juga sebuah penghianatan.

Di sela-sela kesibukannya melakukan rapat kerja Komnas Perempuan pada tanggal 27 Februari 2007 lalu di Hotel Haris Jakarta, Staf Pengajar Pasca Sarjana di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan lulusan S3 Pemikiran Islam UIN Jakarta itu, menerima Yohana Fijriah dan Maman A.Rahman dari Swara Rahima. Berikut petikan pembicaraan saat itu.

Dapatkah Anda paparkan bagaimana sebenarnya prinsip dasar perkawinan dalam Islam?
Pertama-tama kita harus bisa membedakan pemikiran keagamaan yang normatif dengan yang historis. Apabila kita berangkat dari kerangka teoritisnya memang ada kesan kesenjangan antara keduanya. Islam historis itu sangat terkait dengan keterbatasan manusia, bersifat relatif, menyejarah dan berdasarkan realitas. Sedangkan Islam normatif adalah Islam yang absolut, ahistoris dan memiliki kebenaran mutlak. Supaya keberagaman itu berjalan dinamis, bagaimana caranya agar yang historis itu selalu mendekati normatif. Nah, perkawinan dalam konsep Islam pada dasarnya ekspresi monotheisme. Monotheisme itu jika kita elaborasi adalah keadilan, keharmonisan dan solidaritas yang merupakan ciri-ciri dari tauhid sosial. Untuk menciptakan sebuah kesatuan dan persatuan dalam perkawinan memang harus ada satu laki-laki dan satu perempuan. Itulah konsep dasar Islam yang sesungguhnya. Kalau kita baca ajaran Islam (Alquran) secara utuh dan tidak parsial arahnya pasti monogami.

Tapi Rasulullah melakukan poligami?
Rasulullah dan para sahabat memiliki istri lebih dari satu, itu historis. Namun perlu diketahui bahwa perkawinan yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat tidak bisa dilepaskan dari konteks sejarah bangsa Arab pada saat itu. Kita tidak bisa lo menyamakan Rasulullah dengan manusia biasa. Saya tidak ingin mengkritik Rasul karena bagi saya, dia itu lebih bersifat simbol. Artinya setiap tindakan Rasul tidak bisa dilihat secara “telanjang”, tapi harus dimaknai. Jadi kehadiran Rasul itu lebih bersifat nilai-nilai, bukan bersifat fisik. Nilai-nilai yang diemban Rasulullah tidak mungkin sama apalagi dalam konteks sekarang. Rasulullah menikah lagi setelah usianya tua, sebenarnya dari sisi kebutuhan biologis sudah jauh berkurang.

Lalu mengapa ada justifikasi bahwa poligami itu sunnah Rasul ?
Untuk sebagian orang berpoligami itu motivasinya lebih karena status. Misalnya bagi seorang tokoh agama dengan statusnya yang tinggi, berpoligami justru dianggap suatu kebanggaan. Ada juga karena hawa nafsu. Jenis ini jelas jauh dari alasan-alasan teologis. Banyak hal berlawanan antara semangat poligami dengan semangat teologi. Contohnya saja, rata-rata pelaku poligami gemar berbohong, sedangkan kalau teologi tidak mungkin bohong.

Di Alquran disebutkan pernyataan asal kamu bisa bersikap adil, batasan adil itu dalam Alquran seperti apa dan mungkinkah laki-laki bisa bersikap adil ?
Adil yang dimaksud adalah adil dalam ukuran fisik dan biologis, laki-laki tidak mungkin bisa memberikan hal yang sama kepada istri-istrinya. Saya yakin tidak bisa bahkan tidak mungkin bisa adil. Mana mungkin bisa adil jika alasan menikah lagi karena istri mudanya lebih cantik, itu sudah tidak adil namanya (sambill tertawa). Poligami dapat dilakukan apabila sangat, sangat, sangat emergency, dilihat dari faktor keterbatasan manusia secara biologis. Itupun harus dapat dipertanggungjawabkan secara teologis.

Lantas mengapa pada saat itu Alquran tidak langsung melarang poligami?
Kita perlu memahami terlebih dahulu bahasa Alquran. Dalam masalah perbudakan misalnya. Pernahkah Alquran secara tegas menghapus perbudakan? Tidak kan?. Jadi kita harus bisa melihat konteks historisnya. Kita juga harus bisa melihat konteks sosiologis masyarakat Arab. Ditambah lagi ketika Alquran menjadi bahasa manusia, yang pada mulanya adalah bahasa wahyu otomatis terjemahannyapun sangat terbatas. Makanya tak heran kita sering salah memaknainya. Memiliki keterbatasan-keterbatasan maksudnya dalam satu sisi wahyu ketika menjadi bahasa manusia harus menjaga kewahyuannya di sisi lain harus mampu dipahami oleh manusia. Kita tahu bahwa yang pertama kali menerima adalah masyarakat Arab. Bahasa Arabpun yang kaya akan makna, dan dimensi juga masih memiliki keterbatasan-keterbatasan seperti itu. Alquran itu tidak turun di ruang hampa tapi dalam sebuah kehidupan dengan segala dinamikanya.

Bagaimana cara menafsirkan teks yang terkesan sangat bias gender itu?
Bagi saya jangan karena ada ayatnya lantas melakukan poligami. Kita harus memahami Alquran itu secara utuh. Kalau kita memahami suatu ayat secara parsial bisa jadi jika ketemu orang musyrik di jalan, kita langsung membunuhnya. Dalam perkawinan ada prinsip-prinsip monotheisme (tauhid sosial). Saya rasa hampir semua orang tahu bahwa ayat itu bukan perintah wajib, jadi tidak harus dilakukan. Pernah ada pertanyaan apakah laki-laki yang berpoligami itu termasuk hiperseks ? Menurut saya tidak. Janganlah agama dijadikan dalih untuk melegitimasi nafsu poligami. Laki-laki melakukannya karena mereka tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya. Di surat kabar saya pernah menulis apakah kalau perempuan dituntut mengendalikan hawa nafsu lalu laki-laki tidak boleh mengendalikan hawa nafsunya? Saya kira poligami bentuk egoisme laki-laki saja.

Apakah dalam Islam ada paham yang kritis mempersoalkan poligami ?
Kalau paham-paham yang dominan tidak ada, tapi akhir-akhir ini ada semacam tren di Iran dan beberapa negara Timur Tengah. Di sana tokoh-tokoh perempuan mulai berani memunculkan pemikiran-pemikiran yang kritis mengenai poligami. Pada masa lalu keilmuan didominasi laki-laki otomatis subyektivitas laki-laki secara refleks muncul. Akibatnya selama berabad-abad paham-paham keagamaan dikuasai oleh laki-laki. Wacana yang munculpun adalah wacana yang bernuansa laki-laki.

Bagaimana dengan pandangan fiqih ?
Fiqih itu dikarang oleh para ulama klasik sebagai bagian dari pemikiran keagamaan, tidak sakral dan termasuk Islam historis. Pada masanya fiqih mampu memberikan pencerahan. Namun kita harus tetap memaknai kembali sesuai dengan konteks zamannya. Sebagai bagian dari sejarah - fiqih itu jangan disamakan dengan Alquran dong. Fiqih itu lebih sekedar untuk memperkaya wawasan bukan sebagai pegangan. Ujung-ujungnya kembali juga pada makna hakiki Alquran dan makna semangat Islam yang universal itu.

Bagaimana menyikapi sebagian kelompok Islam yang menganggap penentang poligami sebagai penentang hukum Tuhan, tidak mengerti syariat Islam?
Pertama kita lihat dulu mereka itu berasal dari kelompok mana, kalau masih bisa diajak dialog kita ajak. Kalau tidak bisa, tidak usah diladeni. Yang menjadi persoalan ada sebagian dari mereka tidak bisa membedakan Islam historis dengan Islam normatif tadi. Mereka beranggapan Islam historis itu bagian dari Islam normatif. Pandangan mereka maunya disamakan dengan Alquran. Padahal ketika dia berkata atas nama Alquran, sesungguhnya dia sedang menyatakan Alquran dalam pandangan kelompoknya. Kita tidak usah memusatkan perhatian pada kelompok ini, tapi pusatkan saja ke masyarakat luas guna menjernihkan atau memperluas wawasan mengenai berbagai persoalan perempuan lainnya.

Bagaimana komentar Anda mengenai pelarangan atau diharamkannya poligami yang diterapkan di negara-negara Islam seperti Tunisia, Maroko dan Mesir, bukankah ini bagian dari ijtihad pemikiran-pemikiran para ulama yang disesuaikan dengan konteks sosialnya ?
Saya rasa kalau diharamkan sebagian besar ulama tidak berani menyatakan seperti itu. Tapi kalau dilarang jelas itu bukan persoalan agama. Kalau poligami dilarang, itu bagus-bagus saja. Karena kebanyakan yang melakukannya bukan berdasarkan persoalan agama, dan memang bukan masalah agama. Maka jalan keluarnya negara harus melarang poligami. Alasannya karena dampak sosial poligami bukan hanya berimbas pada masalah individu semata. Tapi syaratnya pelarangan itu harus bebas dari unsur politis.

Katanya pemerintah berencana memperluas PP No. 10/83 (Izin Perkawinan dan Perceraian bagi PNS) yang diperkuat PP No. 45/90 agar bisa menjangkau masyarakat luas. Apakah ini bentuk kepedulian pemerintah terhadap kaum perempuan?
Saya melihat, kadang-kadang negara terlalu mempolitisasi persoalan-persoalan agama demi memperkuat kedudukannya bukan murni untuk kesejahteraan rakyatnya khususnya kaum perempuan. Pada kenyataanya ada beberapa reaksi politis yang sering mengiringi berbagai kebijakan pemerintah. Contohnya soal poligami–pemerintah sepertinya merasa punya kewajiban moral untuk memperhatikan masyarakat terutama berkaitan dengan hal-hal yang meresahkan. Yang perlu diwaspadai ada apa di balik motif kepedulian pemerintah ini? Apakah tujuan pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap kaum perempuan atau untuk mencari muka saja? Pemerintah sudah mengambil ancang-ancang, apakah tindakan pemerintah untuk merevisi PP No. 10 Tahun 1983 ini menguntungkan posisi negara atau tidak.

Apakah ini pertanda negara terlalu jauh mengatur privasi warganya?
Apabila persoalan poligami sudah menyangkut persoalan publik, pemerintah harus terlibat di dalamnya. Kalau persoalan individu tidak usahlah pemerintah terlibat terlalu jauh. Seandainya ada masalah-masalah yang terkait dengan kemaslahatan masyarakat, pemerintah harus turut campur, tapi sekali lagi pertimbangan itu tidak berangkat dari motivasi politis.

Beberapa kejadian yang mengemuka saat ini adalah banyak pemuka agama, pejabat bahkan apa yang disebut sebagai feminis laki-lakipun, secara terbuka atau diam-diam melakukan poligami. Bagimana Anda melihat itu ?
Saya melihat poligami sebagai bentuk kelemahan manusia. Jadi kalau ada laki-laki yang melakukan praktek seperti itu, ia harus akui bahwa dirinya tidak kuat melawan hawa nafsu. Yang terbaik adalah ia harus mengakui kelemahannya itu. Ini cara paling minimal untuk mengurangi persoalan itu. Misalnya saya yang selama ini berjuang untuk isu-isu perempuan lalu selingkuh, itu jelas sebuah kesalahan besar yang harus diakui. Jangan setelah melakukan kesalahan tersebut lantas saya membenarkannya atas nama Islam. Kalau begitu, persoalannya akan tambah runyam. Saya sangat sedih kalau ada seorang kawan yang selama ini dikenal sebagai pembela hak-hak manusia khususnya perempuan, berpoligami lalu menjustifikasi apa yang dilakukannya itu atas nama agama. Ini jelas fatal, sudah melakukan satu kesalahan, lalu dia melakukan kesalahan untuk kedua kalinya.

Faktor apa saja yang menyebabkan seorang perempuan “rela” untuk dipoligami ?
Ada beberapa alasan yang menjadikan seorang perempuan mau dipoligami. Pertama ia memiliki keterbatasan wawasan keagamaan. Kedua, ia dibohongi dengan janji-janji bahwa ia akan mendapat tempat di surga (baca: termakan berbagai buaian teologis yang menipu). Bagi saya hal seperti itu jelas merupakan bentuk praktik penipuan terhadap diri sendiri.

Yang terakhir, pandangan pribadi dan sikap anda sendiri terhadap poligami?
Saya berprinsip bahwa ideal perkawinan itu monogami. Meskipun dapat izin poligami, itu betul-betul darurat. Kalau saya sampai melakukan poligami itu pasti hawa nafsu semata. Kurang ajar sekali jika saya kawin lagi. Berarti saya telah menghancurkan idealisme saya selama ini. Saya kira alasan-alasan darurat pun untuk zaman sekarang sudah tidak ada lagi. Kalau dulu alasan poligami karena tidak punya anak saya kira itu juga tidak tepat. Saya heran sama laki-laki yang menikah lagi dengan alasan istrinya sudah tidak bisa melayani lagi, kok tega ya. Egois banget laki-laki itu. Apakah berhubungan seks dan memiliki anak satu-satunya ukuran kebahagiaan. Saya pikir tidak juga.

Syukran katsira atas kesempatan berbincang ini Pak A’la. Semoga selalu sukses dalam memperjuangkan keadilan bagi kaum perempuan Indonesia.... ]

Dalam Kenyataan Praktik Poligami
Seringkali Melanggar Hak Perempuan dan Anak

situs :http://www.rahima.or.id/SR/21-07/Opini1.htm
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

http://www.ranesi.nl/tema/jendelaantarb ... adu_061214
Mereka Yang Rela Dimadu

Liputan KBR 68H

14-12-2006

Poligami kembali ramai diperdebatkan masyarakat. Pernikahan kedua kiai kondang Abdullah Gymnastiar atau A'a Gym memicu isu ini ke permukaan. Kali ini ingin disimak komentar perempuan yang rela atau terpaksa merelakan suaminya menikah lagi. Bagaimana pula pendapat perempuan yang dipoligami? Simak laporan yang disusun Reporter KBR 68H Taufik Wijaya.

Merelakanpoligami100.jpg
"Kami tunggu pesan pendek anda... Ibu Nurjanah dan Cici bersama kami. Dari 081311 xxx banyak wanita muslim yang sependapat dengan Teh Ninih, mengapa begitu naif. Ibu Nurjanah mau menanggapi? E..iya, saya katakan pasti dalam setiap sikap yang diambil ada pro dan kontra. Bisa jadi orang yang pro pada Teh Nini, kita anggap kita harus tau alasannya apa. Kalau kita lihat ada pendapat poligami menuurut ulama karena alasan keterdesakan."

Itu tadi suasana diskusi di Radio Utan Kayu Jakarta. Penyiar membacakan sebuah pesan pendek SMS dari seorang pendengar kepada nara sumber. Isinya mendukung Teh Nini yang mengikhlaskan suaminya, dai kondang, Abdullah Gymastiar menikah untuk kedua kalinya alias berpoligami. Belakangan pernikahan kedua Aa' Gym mendapat perhatian masyarakat luas.

Mengapa sebagian perempuan merelakan suaminya berpoligami? Bunga sebut saja nama perempuan berusia 55 tahun ini. Ia mengaku terpaksa mengizinkan suaminya menikahi dua perempuan lain

Ijin dan diam-diam
Bunga: "Iya bagaimanalah perasaan perempuan ya begitulah. Saya sih dulu gak mau. Tapi beliau bersikeras. Jadi, ya gak bisa mencegah. Status mereka? Yang kedua janda dan yang ketiga gadis. Santri saya sendiri malah."

Suami Bunga memimpin sebuah Pondok Pesantren di Jawa Tengah. Pernikahan Bunga tahun 1974 dikarunia sembilan anak. Pada 1999 suaminya mulai berpoligami. Ia minta izin Bunga untuk menikahi seorang janda. Alasan suaminya saat itu, ia mendapat amanat gurunya yang telah wafat untuk menjaga istri si guru.

Bunga: "Itu mantan gurunya, katanya dititipi supaya dirawat begitu."

Belum puas juga, pada tahun 2001, suaminya kembali menikah, kali ini dengan santrinya sendiri. Saat menikah untuk kali ketiga, Bunga tidak diberi tahu

Bunga: "Alasannya bapak menikah untuk ketiga kalinya? Tahu saya tak mengerti. Tahu-tahu sudah satu tahun. Diam-diam? Iya. Kalau yang kedua, izin sama saya sedang yang ketiga tidak, tahu tahu sudah satu tahun."

Tidak bergantung
Sejak beristri tiga, kata Bunga, hubungan dengan suaminya memburuk. Ia merasa tidak diperlakukan adil. Kebutuhan ekonominya, kata Bunga ia penuhi dari gaji sebagai Pegawai Negeri Sipil di Jawa Tengah.

Bunga: "Tidak bergantung pada suami, sejak dari dulu. Jadi tidak merasakan. Saya kan PNS"

Terpaksa
Keterpaksaan menerima suami berpoligami juga dialami perempuan lain. Sebut saja namanya Mawar. Suaminya menikah diam-diam pada 1992.

Mawar: " Tidak pernah izin dari saya, tahu-tahu saya dapat telpon sekian puluh tahun kalau itu dari anaknya. Jadi bisa dikatakan saya sudah dibohongi. Pertamanya dia punya istri simpanan. Malah saat saya tahu dia menjadi-jadi. Saya merasa disakiti tapi dianya mana tahu."

Mempunyai tanggungan
Perempuan yang menetap di Jakarta ini tidak berani cerai. Alasannya ia masih punya tanggungan tiga anak yang perlu dibesarkan. Penghasilannya sebagai pegawai negeri tidak banyak menolong

Mawar: "Secara fakta saya tidak ada gunanya lagi mempertahankan. Cuma kan Banyak faktor, faktor X yang harus saya bertahan. Pertama saya punya anak tiga dan belum pada kawin. Yah...gak tau lah saya ngikutin takdir Allah saja."

Walaupun menikahi perempuan lain, suami Mawar tetap bertanggung jawab. Ia tetap memberi nafkah kepadanya dan tiga anaknya.

Nasib Mawar hampir serupa dengan nasib Suhada Usman. Perempuan yang awalnya tinggal di Jambi itu dipoligami diam-diam. Suhada kini menetap di Jakarta. Suaminya nikah siri di sebuah pesantren di Bogor, Jawa Barat.

Bukan pemerintah
Suhada: "Tapi yang jelas yang menikahkan dia bukan pemerintah. Itu kan cuma pesantren mereka menikahkan kedua orang itu karena perjanjian. Dalam janjinya ia menyatakan mengutamakan istri dan anaknya. Sementara ini sudah bertahun-tahun janji tidak ditepati saya tidak dinafkahi."

Karena tidak diberi nafkah, Suhada melayangkan gugatan empat tahun silam. Kasusnya kini masih ditangani Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan atau LBH APIK Jakarta.

Lantas, bagaimana komentar perempuan yang dipoligami? Mengapa rela menikah dengan pria yang sudah beristri? Kita dengar alasan Mutiara, yang nama aslinya minta dirahasiakan
Figur orang tua
Mutiara: "Alasannya karena beda umur jauh, terus mau mencari figur seperti orang tua saya almarhum. Yang sayang sama anak-anaknya, penyabar, sama keluarga sayang. Kebetulan dapet sama suami."

Saat menikah, perempuan berusia 39 tahun itu masih lajang. Pernikahan mereka membuahkan dua anak. Sejak menikah pada 1992, Mutiara yang bermukim di Sukabumi, Jawa Barat itu, mengaku diperlakukan secara adil oleh suaminya. Istri pertama suaminya tinggal di Jakarta.

Mutiara: "Alhamdulilah, ya masalah anak-anak misalnya adil. Kalau kepada saya seriingnya ke sini dari pada ke Jakarta."

Terlepas rela tidaknya seorang perempuan dipoligami, menurut Cici Farha, Direktur Eksternal Yayasan Pusat Pelatihan dan Informasi Islam dan Hak-Hak Perempuan atau RAHIMA, poligami mendapat dukungan akibat sejumlah faktor. Di antaranya:
Cici Farha: "Saya kira ini suatu yang jamak di Indonesia. Bahwa apa yang disosialisasikan kita sejak kecil terutama penafsiran agama. Itu memang menjadikan perempuan sebagai objek. Posisi perempuan tidak setara. Dan Sampai saat ini hal itu terus disosialisasikan."
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

para lelaki muslim jangan berpoligami, wanita bodohlah yg mau dipoligami, untuk para kafir kenapa stro menggugat poligami, bukan untuk mendapatkan simpatimu? buat apa? hak wanita muslim masi berlaku untuk melarang perpoligamian dengan alasan tertentu. dengan alasan yg apapun pula tidak dibolehkan untuk berpoligami.
STOP POLIGAMI, CUMA MUHAMMAD YANG BOLEH BERPOLIGAMI!!! hanya orang Indonesia yg tak wajib berpoligami karena status ekonomi yang semakin ruwet tak mendukung berpoligami dan menggenaskan. jika para lelaki indonesia nekat poligami dijamin hidupnya bakal kere!!! karena ngeluarin uang dobel buat istri2nya, jangan mempersusah diri, muslim!!!
User avatar
Eneng Kusnadi
Posts: 2758
Joined: Sat Dec 30, 2006 1:26 pm
Location: Peternakan Unta/Camelot

Post by Eneng Kusnadi »

Stro siap dipoligami?
Siapa yang mau poligami stro?
Nabi? Khan sudah jadi fosil? Kalau Bambang Racmadi?
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

Eneng Kusnadi wrote:Stro siap dipoligami?
Siapa yang mau poligami stro?
Nabi? Khan sudah jadi fosil? Kalau Bambang Racmadi?
STOP PARA LELAKI YG MENTANG - MENTANG KAYA PUNYA BANYAK DUIT BERPOLIGAMI, JANGAN TAMAK!!! JANGAN TAMAK!!! JANGAN MENTANG2 BEDUIT PENGEN BERBINI BANYAK!

tidak setuju dengan poligami seperti si Rieke Dyah Pitaloka, dan Dewi Yull. Stop Poligami to Indonesia!!!
User avatar
Nurlela
Posts: 862
Joined: Wed Feb 14, 2007 8:50 am
Location: Earth

Post by Nurlela »

Hi..hi.hi.. Kalau Tri Utami nggak sudi di-madu, lepas Jilbab terus murtad. !!!
User avatar
audy_valentine
Posts: 2418
Joined: Sun Feb 17, 2008 2:51 am
Location: wherever I live

Post by audy_valentine »

aih aih stro...
kamu nggak mau poligami, tapi agamamu itu satu2nya yg memperbolehkan poligami lho...
fenomena
Posts: 4124
Joined: Wed Nov 28, 2007 8:24 am

Post by fenomena »

Tulisan stro sih anggap aja humor, nggak jelas yang ditulis itu bener atau nggak.

Otaknya stro aja udah ke bolak-balik cara berpikirnya, makanya jadi kocak.
User avatar
Foxhound
Posts: 5006
Joined: Sun Mar 18, 2007 6:02 pm
Location: FFI
Contact:

Post by Foxhound »

stroberi_feat_mukaimut wrote: STOP PARA LELAKI YG MENTANG - MENTANG KAYA PUNYA BANYAK DUIT BERPOLIGAMI, JANGAN TAMAK!!! JANGAN TAMAK!!! JANGAN MENTANG2 BEDUIT PENGEN BERBINI BANYAK!
STOP AJARAN MUHAMMAD YG MENTANG - MENTANG DIKIRA NABI TERUS BERPOLIGAMI, BILANG, JANGAN TAMAK!!! JANGAN TAMAK!!! JANGAN MENTANG2 DIKIRA NABI PENGEN BERBINI BANYAK!
johnlegend
Posts: 1893
Joined: Fri Dec 21, 2007 2:14 am

Post by johnlegend »

stro.. saya ngga pengen menyudutkan anda.. tetapi anda lihat sendiri kenyataan nya, agama yang anda anut.. dan mungkin yg calon suami anda anut memberikan celah untuk poligami..

apakah anda tidak ingin langsung disediakan tempat di syurga ketika anda bersedia untuk dipoligami?

banyak film2 bernuansa islam yang mengangkat masalah poligami.. sang wanita pun berbahagia.. apakah tidak ingin seperti itu stro?

menjalankan perintah nabi?
Phoenix
Posts: 9422
Joined: Mon Feb 27, 2006 5:33 am
Location: FFI

Post by Phoenix »

STOP AJARAN MUHAMMEK! KARENA POLIGAMI ADA DI AJARAN MUHAMMEK, SURAH 4:3 !!

KALAU NDAK MAU DIPOLIGAMI...BACA SIGNATURE GUE YANG WARNA MERAH!
Sashimi
Posts: 3390
Joined: Sun Jul 09, 2006 8:19 am

Post by Sashimi »

adaw, gimana tuh stro?, elo emang calon penghuni jahannam ( jangan berharap lagi dapat pinggirnya )

ngga salah emang kata muhammad, muslimah selain otaknya cuma separoh laki2, halal di tabok, dan di poligami, mati pun masuk jahannam
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

Bukan gitu, maksud saya...

maksud dari postingan itu adalah supaya para lelaki tidak begitu mudah jatuh cinta dan kawin berkali - kali untuk mendapatkan wanita2 cantik krn dia merasa punya duit, pacar saya tadi marah2 pas stro bilang nentang poligami en mau dibuat novel penentangan poligami,

katanya melanggar qur'an, stro akhirnya cuma bisa diam aja g bisa jawab apa2.

terus tadi aku sms dia, km kalo udah kaya mau kawin lagi ya? sekarang lo lagi g berduit sama stro, pas ntar kaya nikah ampe 3 kali ya?

terus tadi dia jawab,"Ga perlu dijawab, krn itu cuma perandai - andaian saja, lagi pula itu susah g gampang asal nikah gitu". katanya.

@Fenomena: pikiran bolak - balik, yg lain stro dukung muslim, kapan stro pernah debat poligami semenjak mpok tinem hilang????

ini adalah kelanjutan debat dengan mpok tinem yg pertama kali stro g lanjutin lagi krn merasa tak bisa menjawab dan dengan terpaksa mendukung poligami.

pacar stro jg bilang gini, pas stro nanya,"Khan kebanyakan cewe dirugikan gara2 poligami?"

dia jawab,"Emang begitu kan kodratnya? yang berkewajiban mencari nafkah siapa? wanita kan g berkewajiban cari uang?"

aku jawab,"Memangnya wanita cuma bisa buat tidur doang? g mikir perasaannya? wanita sekarang jg bisa kerja dan cari uang."

dia jawab,"Tapi kan itu g wajib?"

menurut pemikiran pacar stro adalah,"Karena si lelaki berkwajiban mencari nafkah dan menghidupi istri maka dia boleh berpoligami suatu saat, jika dia telah kaya raya. padahal perjuangan istri pertama begitu berat.
User avatar
stroberi_feat_mukaimut
Posts: 416
Joined: Sat Oct 13, 2007 7:14 pm

Post by stroberi_feat_mukaimut »

wanita is the stupid person....

nyam - nyam, mungkin cm stro yg g suka sm poligami nih, si kenali , maafkan kali mau dipoligami. mau nulis sungkan kali ya...

tp emang benar ini pengakuan stro loh, g main tipu2an, hanya, krn sudah tersirat di Al-Qur'an saya pribadi sebagai wanita hanya bisa berdoa supaya suami sya nanti tidak berpoligami.

jika dia berpoligami saya ancam akan bunuh diri saja, pasti dia g mau poligami.
User avatar
Eneng Kusnadi
Posts: 2758
Joined: Sat Dec 30, 2006 1:26 pm
Location: Peternakan Unta/Camelot

Nasihat bijak

Post by Eneng Kusnadi »

Nasihat buat stro :
1. Jangan suka mengingkari agama alloh , jadi rela saja kalau suami berpoligami!

2. Jangan mengaku wanita pintar kalau masih muslim, berarti masih ada banyak peluang untuk dipoligami, kecuali stro dapat suami kayak si Karyo yang punya bini galak di Suami-suami takut istri.

3. Jangan ngancam bunuh diri, apalagi kalau harta warisan stro banyak, kalau suamimu bosan, ditantangin sekalian , nanti stro bunuh diri, suami stro keenakan dapat warisan dan bisa kawin lagi tanpa perceraian.

4. Jangan pakai jilbab lagi, sebab penggunaan jilbab menyatakan stro siap dipoligami.
Post Reply