Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Membahas pengalaman kerja orang di SAUDI pada umumnya dan kasus2 penganiayaan
terhdp TKW asal Indonesia di Malaysia, Saudi, pada khususnya.
Post Reply
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by Laurent »

http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebr ... b0a16.html

TKI Hongkong: Kami Bukan Komunis Seperti Yang Dituduhkan Ustaz Solmed Minggu, 18 Agustus 2013 23:01

Kapanlagi.com - Perseteruan Ustaz Solmed dengan TKI Hongkong semakin memanas. Hal itu disebabkan oleh pernyataan Ustaz Solmed di sosial media Twitter.

Ustaz Solmed menuliskan bahwa ia sudah menganggap kasus dengan pihak TKI Hongkong sudah clear. Ia juga menuliskan bahwa tidak ada yang tahu dalam kedok apa mereka (TKI) sekarang, dan mengumpamakan TKI Hongkong adalah komunis.

Menanggapi pernyataan tersebut, seorang TKI di Hongkong menulis sebuah surat terbuka yang diunggah di blog. TKI bernama Rihanu Alfia tersebut menyatakan kekecewaannya kepada Ustaz Solmed yang sudah menuduh mereka seperti komunis dan juga media di Indonesia yang hanya melakukan konfirmasi sepihak, hanya ke Ustaz Solmed namun tidak ke pihak EO di Hongkong.

Rihanu menyayangkan pernyataan Ustaz Solmed di twitter yang membuat mereka seolah-olah ingin memecah belah umat dan juga pernyataan Ustaz Solmed yang memperkirakan bahwa pemasukan mereka saat menggelar pengajian adalah Rp.150 juta rupiah.

Pihak TKI Hongkong berharap akan ada jalan damai di antara mereka, bukan perang di media yang bisa merugikan banyak pihak. Hingga berita ini diturunkan, KapanLagi.com® masih terus berusaha menghubungi Ustaz Solmed namun belum ada jawaban.

Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g
FFI Alternative
Faithfreedompedia
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by fayhem_1 »

http://hot.detik.com/read/2013/08/19/07 ... di-twitter

TKI di Hong Kong Terluka dengan Sebutan Komunis oleh Ustad Solmed di Twitter

Jakarta - Kisruh soal tarif dakwah ustad Solmed di Hong Kong ternyata belum juga usai. Setelah pihak pengundang Solmed angkat bicara, kini TKI yang bekerja di Hong Kong juga buka suara.

Seorang yang mengaku TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja di Hong Kong bernama Rihanu Alifa menulis surat terbuka yang berisi kekecewaannya terhadap ustad Solmed. Hal ini terkait soal kicuan sang ustad di Twitter yang masih terkait soal batalnya ia berceramah di Hong Kong.

"@welbyadam: Sangat nampak oknum" di twitter dengan hanya 1 follower yg berkedok TKW di HK ngeroyok @SholehMahmoed. Yang tabah yaaa ustadz," tulis salah satu follower.

"@SholehMahmoed: @welbyadam ga apa2, ini ujian. saya curiga mereka bagian dari Komunis. skrng mereka adu domba para ustadz," balas Solmed di Twitter.

Kicauan sang ustad itulah yang dipermasalahkan Rihanu Alifa dalam surat terbukanya itu. Ia menyesalkan apa yang ditulis Solmed dalam Twitter. Sebagai TKI, ia pun mengaku terluka.

Berikut isi surat terbuka Rihanu bertajuk 'Surat Terbuka dari Hong Kong untuk Ustaz Solmed' yang diunggahnya di situs nabawia.com pada (18/8/2013):

Kepada Yth :
Ustaz Solmed

Ustaz Solmed yang terhormat, saya adalah salah satu TKI Hong Kong yang terluka dengan pernyataan ustaz di twitter yang mencurigai kami (TKI Hong Kong) sebagai jaringan dari komunis. Saya (masih) memaklumi jika ustaz memasang tarif saat diundang untuk berceramah.

Itu hak ustaz. Pun, saya juga mengerti jika ustaz membela diri ketika ustaz dituding menaikkan tarif saat diminta ceramah di Hong Kong, terlepas dari benar atau tidaknya argumen yang ustad sampaikan. Namun, ketika ustad “berkicau” di twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong merupakan bagian dari jaringan komunis, maka saya sebagai bagian dari TKI Hong Kong merasa terluka, teriris hati saya mendengar hal ini.

Saya suka menulis, saya menyampaikan hal ini melalui tulisan dan mem-broadcastnya di sosmed bukan untuk mencari sensasi, apalagi popularitas. Ini adalah suara hati saya. Sedih tak terkira saya melihat seorang ustad “memerangi” saudara seagamanya dengan bersenjatakan media.

Miris, melihat dan mendengar pemberitaan beberapa media yang menurunkan berita timpang (tidak balance, hanya memaparkan berita dari pihak ustad Solmed, tidak berusaha melakukan cross check dengan pihak EO di Hong Kong).

Secara pribadi, saya tidak ada dendam dengan ustad. Saya pertama kali melihat ustazmelalui tayangan sinetron di televisi (saya lupa judulnya). Tayangan itu saya saksikan melalui internet. Saya bukan pecinta sinetron, hanya saja saya tertarik menyaksikan sinetron tersebut karena ada Maher Zain yang ikut syuting di dalamnya (sewaktu dia berkunjung ke Indonesia).

Sebagai TKI Hong Kong, saya memang mengikuti perkembangan konflik ustad dengan salah satu event organizer (EO) di Hong Kong yang mengundang ustad untuk berceramah. Namun, saya tak ikut ambil pusing.

Saya bukan bagian dari EO tersebut, dan (tadinya) saya pikir, perselisihan ustad dengan EO tersebut dapat menemui titik temu (damai). Tetapi, semakin lama, ustad semakin membuat pernyataan yang tidak-tidak, bahkan cenderung memfitnah. Di infotainment, ustad menyebut angka 150 juta rupiah yang bakalan dikeruk oleh EO di Hong Kong dari penjualan tiket masuk yang dijual kepada para jamaah.

Ijinkan saya bertanya, dari mana ustaz dapatkan angka fantastis tersebut?

Hampir tujuh tahun saya di Hong Kong dan selama 4 tahun terakhir ini saya berkecimpung dalam organisasi yang kadang menjadi EO suatau acara dengan mengundang bintang tamu
artis dari Indonesia.

Sedikit banyak, saya tahu seluk-beluk penyelenggaraan acara di Hong Kong. Untuk gedung di Sheung Wan yang rencananya akan dipakai untuk acara yang sedianya akan ustad hadiri tersebut, setidaknya sudah 3 kali saya memasukinya.

Gedung tersebut merupakan ruangan berbentuk L yang kapasitasnya (menurut pengamatan orang awam seperti saya), hanya muat untuk 500 orang (itu juga kalau dijejal-jejal).

Jika tiket masuk dijual seharga 50 (Hong Kong dollar), dan pengajian diadakan dua sesi, maka hasil dari penjualan tiket adalah : 50 x 1000 orang = 50.000 (Hong Kong dollar).

Kurs saat ini : HK$ 1 = Rp. 1300 (kurang lebih, karena kurs naik turun). Jadi, jika ustazmenyebut angka 150 juta rupiah, maka saya katakan hal tersebut adalah AJAIB (kalau tak mau dikatakan OMONG KOSONG).

Lagipula, angka HK$50. 000 itu dengan asumsi bahwa tiket terjual habis (sold out)*. Pada kenyataanya, tidak semua tiket bisa terjual habis.

Dan uang sejumlah itu bisa dikatakan sangat pas-pasan untuk membiayai sebuah acara di Hong Kong. Ini berdasarkan pengalaman saya selama bergelut dalam organisasi Forum Lingkar Pena Hong Kong.

Perlu ustaz ketahui, pengajian di Hong Kong dengan menjual tiket (entah itu HK$20, 50, atau 100) itu sudah lazim di kalangan tenaga kerja Indonesia di Hong Kong ini.

Di Hong Kong ini, memakai mesjid atau gedung TIDAK BISA GRATIS. Minimal perlu HK$ 4.000 untuk sewa satu gedung (ini harga sewa gedung di pelosok, kalau di pusat kota minimal bisa dua kali lipatnya).

Belum lagi sewa sound systemnya (tidak mungkin ‘kan ustad teriak-teriak atau lari sana-sini agar suara ustad dapat didengar oleh jamaah yang hadir).

Harga sewa sound system bisa berkisar HK$ 5.000 ke atas. Belum lagi ditambah biaya pembelian tiket pesawat untuk ustad dan manajer ustad, biaya hotel, konsumsi,transportasi, dll. Jika pun acara di laksanakan di tempat terbuka, seperti lapangan Victoria Park, itu juga harus ada ijin dari pengelolanya.

Setidaknya, penyelenggara acara harus membayar uang asuransi pada pengelola taman jika ingin menggunakan area tersebut. Hal ini saya ketahui saat mencari info tentang
penggunaan lapangan rumput dan tenda putih atas Victoria Park.

Dan lebih fantastis lagi, sound system kalau untuk outdoor seperti di lapangan Victoria Park, harga sewanya bisa mencapai belasan juta rupiah. Jadi, jika ustad mengatakan bahwa dakwah ustad dijadikan lahan bisnis oleh EO di Hong Kong, saya sangat meragukan hal ini.

Karena, yang saya tahu, jika pun acara pengajian itu memperoleh keuntungan dari penjulan tiket serta dana dari kotak amal (yang diedarkan saat pengajian berlangsung), maka dana tersebut tidak akan masuk ke kantong panitia penyelenggara, melainkan disumbangkan ke Indonesia, entah itu untuk pembangunan mesjid, pesantren, dll.

Mengenai hal ini, mungkin ustaz bisa bertanya pada EO yang mengundang ustaz, berapa pondok pesantren yang sudah mereka biayai dari uang sisa yang didapat dari acara pengajian yang mereka adakan.

Ustad akan lebih tercengang lagi, jika melihat fakta bahwa begitu banyak mujahidah di Hong Kong ini yang rela berpanas-hujan menjual majalah, meminjamkan buku melalui perpustakaan lesehan, menjual buku, dll demi mendapat keuntungan 1 atau 2 dolar yang mereka kumpulkan untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia.

Bayangkan, mereka rela berlelah-lelah di hari yang seharusnya menjadi hari libur mereka. Saya sendiri pun pernah mengalaminya, menggeret-geret koper besar berisi buku-buku untuk dipinjamkan.

Uang penyewaan buku hanya numpang lewat di tangan saya,untuk kemudian disumbangkan ke Indonesia. Jika ustad mengatakan bahwa seluruh biaya yang saya sebutkan itu (tiket pesawat, hotel, dll) sudah ditanggung oleh sponsor, maka silakan disebutkan siapa saja sponsor acara tersebut, berapa banyak uang yang mereka berikan sehingga bisa mengcover seluruh biaya tersebut?

Setahu saya, untuk satu event semisal pengajian, 3 atau 4 sponsor saja itu belum tentu ada, karena kini semakin banyak organisasi TKI di Hong Kong, banyak acara yang bisa mereka pilih untuk didukung.

Satu sponsor saja, biasanya member support materi yang tidak begitu banyak, sekitar HK$500 – HK$ 2.000, sangat jauh untuk bisa menutup biaya-biaya yang harus dikeluarkan.

Saya berbicara berdasarkan fakta. Menurut pengalaman saya dalam mencari dana dari sponsor, kadang dana dari sponsor tidak diberikan dalam bentuk tunai, tapi berupa barang yang harus dijual, jadi tidak berbentuk cash money.

Well, dua pertanyaan itu (dari mana angka 150 juta itu ustad dapat dan sponsor mana yang mau mendanai penuh acara yang akan ustad hadiri), akan membuktikan kebenaran dari
ucapan ustad.

Mari bicara fakta, atau diam jika hanya menimbulkan fitnah, menyakiti kami (TKI Hong Kong) yang ustad sebut sebagai “saudara”. Sekali lagi, saya sangat maklum jika benar ustad memasang tariff dan meminta fasilitas ini-itu pada panitia. Saya juga tidak menyalahkan
jika ustad (mungkin) berbohong di media untuk menjaga reputasi ustad. Itu manusiawi.

Silakan saja, dosa ditanggung ustad sendiri. Namun, jika konfliknya melebar sampai ustad koar-koar di Twitter dengan menyatakan kecurigaan bahwa TKI Hong Kong adalah jaringan dari komunis, itu sudah keterlaluan.

Curiga boleh saja, tapi tak harus berkicau di sosmed tanpa fakta, tanpa tabayyun, karena itu semua akan menjadi fitnah yang lebih kejam dari pembunuhan.

Untuk media-media di Indonesia Di Indonesia, mungkin nama ustad Solmed sangat layak jual. Sehingga otomatis, berita yang menyangkut dirinya akan menarik bagi masyarakat.

Namun, setahu saya setiap berita yang diturunkan haruslah berimbang, tidak boleh hanya dari satu sisi saja. Meskipun narasumber berita jauh, wartawan harus tetap mengusahakan untuk mewawancarainya meski hanya melalui saluran telepon.

Jika si narasumber tidak dapat dihubungi, maka hal tersebut juga harus disampaikan kepada masyarakat, bahwa si wartawan sudah berusaha menghubungi, namun hingga saat berita diturunkan, narasumber belum memberikan jawaban.

Silakan menghubungi dan mewawancarai langsung EO yang mengundang ustad Solmed ke Hong Kong, agar berita yang disampaikan pada masyarakat tidak berat sebelah, dan tidak lebay (saya pernah melihat tayangan infotainment yang menampilan media yang memuat berita dengan judul “Astaga, tarif ustad Solmed 150 juta”.

Menurut saya judul tersebut sangatlah lebay karena angka 150 juta tersebut bukan tarif yang dipatok sang ustad, melainkan angka perkiraan sang ustad dari penghitungan penjulan tiket yang dijual oleh panitia). Memang, judul bombastis bisa menaikkan berita, tapi akan merugikan media sendiri jika judul tak sesuai dengan isi.

Akibatnya, bukan tidak mungkin media yang seperti itu akan kehilangan kepercayaan dari masayarakat yang berimbas pada kematian media itu sendiri.

TKI di Hong Kong mudah dijumpai di jejaring social Facebook. Itulah mengapa, ketika ustad Solmed koar-koar di Twitter, yang ikut me-retweet dari kalangan TKI Hong Kong hanya mempunyai beberapa follower, karena memang TKI Hong Kong hanya sedikit saja yang ber-twitter ria. Kami lebih nyaman di Facebook karena bisa membaca info-info menarik dari catatan fans fage, sharing foto, dll, sedangkan twitter tidak memungkinkan hal itu, karena membatasi penulisan hanya 140 karakter saja.

Untuk teman-teman TKI/BMI Hong Kong, kita adalah satu tubuh, ketika ada pihak yang menyakiti bagian dari diri kita, tentu kita akan ikut terluka. Demikian pula halnya dengan diri saya. Awalnya saya tak ingin angkat bicara, malas koar-koar di sosmed.

Tetapi, saya melihat beberapa aktivis BMI HK yang biasanya vocal membela BMI, diam melihat hal ini, sama sekali tak berkomentar. Dan yang bukan aktivis, ada saja yang nyinyir dengan mengatakan bahwa pengajian harus gratis lah, salah panitia ngundangnya artis lah, dll. Untuk yang belum pernah berkecimpung di organisasi BMI, tentu pernyataan “gratis” tadi wajar saja, karena ketidaktahuan mereka bahwa tidak ada yang gratis di Hong Kong ini.

Lagipula, tiket dijual kepada mereka yang bersedia membayar, tak ada paksaan. Pun dengan kotak amal, tidak ada paksaan untuk mengisinya. Saya ungkapkan di sini, event pengajian yang diadakan berbagai organisasi BMI di Hong Kong, tidaklah bertujuan untuk mengeruk untung ataupun dijadikan lahan bisnis seperti yang dikatakan ustaz Solmed. Saudara-saudara kita berjuang menegakkan agama islam di negeri non muslim ini.

Jika pun ada yang membisniskan pengajian, itu adalah oknum, jangan pernah melakukan generalisir dengan menyebutkan BMI/TKI Hong Kong, karena akan sangat fatal akibatnya, menjadi fitnah yang menyakiti semua.

Kita bisa saja memaafkan ustad Solmed atas pernyataannya di twitter yang mencurigai TKI Hong Kong sebagai komunis, kita juga bisa memboikot ustad Solmed dengan menganjurkan keluarga kita agar meninggalkan segala tontonan yang menampilkan ustad Solmed. Kita adalah kekuatan yang besar jika bersatu. Kita dikatakan komunis, komunis itu tak bertuhan, rela kita dikatakan demikian?

Untuk teman-teman yang berkecimpung di organisasi, terutama dalam bidang keagamaan, mari jadikan kasus ini sebagai pelajaran. Selama ini, mungkin teman-teman tidak pernah membuat perjanjian (kontrak) tertulis dengan tamu (ustaz/artis) yang akan diundang.

Belajar dari hal ini, tawarkanlan surat perjanjian pada tamu yang akan diundang. Jika hal itu dianggap merepotkan, maka gunakan fasilitas rekam suara di HP. Kita bisa merekam pembicaraan di HP dengan sang tamu yang akan diundang.

Atau, simpanlah bukti sms/whatsapp untuk setiap deal yang teman-teman lakukan dengan calon tamu. Jadi, jika di kemudian hari terjadi konflik seperti ustad Solmed di atas, teman-teman punya bukti kuat.

Demikian yang ingin saya ungkapkan. Mohon maaf jika ada pembaca yang kurang berkenan dengan tulisan saya ini. Silakan diluruskan jika da kekeliruan dalam tulisan saya ini. Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya. Saya tidak memihak siapapun.

Saya menuliskan hal ini karena bagaimanapun juga, saya adalah bagian dari TKI Hong Kong yang akan terluka jika nama TKI Hong Kong dinodai. Yang benar hanya dari Allah. Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan ada hikmah yang dapat dipetik di dalamnya, tidak menjadi ghibah, apalagi fitnah.


Shatin, 17 Agustus 2013

Salam santun,
Rihanu Alifa



(kmb/kmb)

TKI di Hong Kong Terluka dengan Sebutan Komunis oleh Ustad Solmed di Twitter
Mirror
Faithfreedom forum static
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by fayhem_1 »

http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebr ... 336c7.html

6 Tanggapan Seorang TKI Atas Tuduhan Komunis Ustaz Solmed

Kapanlagi.com - Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong, Rihanu Alfia mengirimkan surat terbuka yang cukup panjang kepada ustad Solmed. Surat tersebut merupakan sikap pribadinya atas pernyataan sang ustad yang menyebut sebuah organisasi TKI yang berseteru dengannya mirip kaum komunis.
"Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya. Saya tidak memihak siapapun," katanya.

Rihanu mengunggah surat terbukanya melalui blog pribadinya. Surat itu menanggapi sejumlah tuduhan-tuduhan Solmed, baik yang dialamatkan kepada EO dan jamaah Thariqul Jannah, bahkan para TKI. Dia meminta konfirmasi dari Solmed, karena sejumlah pernyataan yang dinilai janggal dan merugikan.

Image

6 Tanggapan Seorang TKI Atas Tuduhan Komunis Ustaz Solmed
Mirror
Faithfreedom forum static
User avatar
keeamad
Posts: 6954
Joined: Tue Aug 23, 2011 4:06 pm

Re: Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by keeamad »

Semoga para tki muslim - di hongkong khususnya, membaca tulisan ini.

=========
Mereka ternyata - walau mungkin tidak pernah mengetahui FFI,
telah menggenapi nubuatan gw ttg,
Muslim itu terbagi menjadi 2 kelompok utama:
1. Naive
2. Penipu

Kasus tki muslim Hongkong vs ustad solmed jelas menunjukkan perseteruan antar:
MUSLIM NAIVE vs Muslim Penipu .....


=========
Semoga para tki muslim - di hongkong khususnya, membaca tulisan ini.
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by fayhem_1 »

http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebr ... 981c7.html

Bisnis Hingga Komunis, Fakta Batalnya Ceramah Ustaz Solmed di Hongkong

Kapanlagi.com - Ustaz Soleh Mahmud atau Solmed dalam sebuah surat kabar lokal Hongkong berbahasa Indonesia (Kindo), diberitakan membatalkan sepihak karena tidak menemui kesepakatan honor, setelah meminta kenaikan.
Surat kabar tersebut mengutip pernyataan, Lifah Khalifah, Ketua Thariqul Jannah, pihak yang mengundang Solmed untuk memberikan ceramah kepada Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Dia menyesalkan sikap 'matre' Solmed yang menaikkan honor dari yang sudah disepakati.

Gayung pun bersambut, Ustaz Solmed bak kebakaran jenggot balik menyerang pernyataan tersebut. Dia mengaku dakwah yang dilakukan selama ini didasari sikap ikhlas, namun justru panitia memanfaatkan dirinya untuk kepentingan bisnis.

Acara yang batal digelar itu menyisakan masalah. Apalagi pernyataan bersayap Solmed di sosial media dengan menyangkut-pautkan idiologi komunis, dianggap menyakiti perasaan para Pahlawan Devisa itu. Sejumlah orang pun menanggapinya hingga menjadi perbincangan panas.

Klarifikasi yang diberikan Solmed seolah belum cukup menjawab persoalan, dan justru membuka apa sejatinya yang terjadi.

Bicara tarif memang tidak lepas bicara bisnis. Namun entah ada hubungan atau tidak dengan idiologi komunis, faham tidak bertuhan yang memang terlarang di negeri ini.

Berikut beberapa fakta tentang pembatalan Dakwah Ustaz Solmed di Hongkong. (kpl/dar)

1. Naikkan Tarif dan Minta 50% Uang Infaq

KapanLagi.com - Lifah Khalifah, Ketua Thariqul Jannah mengungkapkan pada surat kabar lokal Hongkong, Kindo, bahwa Ustaz Solmed meminta honor Rp 10 juta, meski sebelumnya sudah ada kesepakatan honor sebesar Rp 6 juta.

Semakin berat bagi pihak Thariqul Jannah, karena selain honor juga harus menyerahkan 10% dari hasil penjualan tiket sebagai royalti. Panitia juga harus menyerahkan 50% dari dana infak lewat surban yang dikelilingkan kepada jamaah yang datang.

"Padahal di kampung para jamaah ini juga sedang membina madrasah, pondok pesantren Tahfidhul-Quran dan ada anak asuh yatim piatu," kata Lifah seperti dilansir Kindo.

Beberapa fasilitas lain juga diminta Solmed, seperti penginapan berbintang dan mobil jemputan pribadi selama berada di Hongkong.

2. Ustaz Solmed Siap Tidak Dibayar, Asal ...

KapanLagi.com - Ustaz Solmed membantah minta kenaikan honor dan sejumlah fasilitas untuk penampilannya di Hongkong. Justru dirinya tidak mau dakwah yang selama ini dilakukan secara ikhlas dicampur aduk dengan kepentingan bisnis oleh panitia penyelenggara.

"Saya nggak pernah nuntut harus naik," katanya menanggapi perihal pemberitaan tentang wanprestasi yang dilakukannya, di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (12/8).

Solmed, bahkan dalam kondisi tertentu bisa tidak dibayar jika jamaah tidak dipungun biaya saat menyaksikan tausyiahnya. Panitia di Hongkong tidak demikian, dan nyata-nyata menarik bayaran dari para jamaah yang hadir.

"Cuma satu yang saya minta, Anda bikin acara di Hongkong, ini jamaah bayar atau tidak? Kalau Anda bicara dakwah sama saya, gratisin. Anda nggak usah bicara masalah bayaran saya, saya maklumin kok. Kalau (jamaah) disuruh bayar saya nggak mau. Itu nggak bagus tuh," tandasnya.

"Saya dakwah, saya tidak pernah minta bayaran, tapi jangan dibisnisin. Tapi yang di Hongkong itu pengunjung disuruh bayar, saya nggak mau, saya yang protes. Saya bilang kalau anda masih bayar, saya nggak mau datang," ujarnya.

"Saya bilang, catatannya saya mau ceramah asal anda gratisin. Anda nggak usah bayar saya, saya akan dakwah, ternyata mereka nggak mau. Itu bisnis mereka. Ya, nggak mau saya, saya batalin," lanjutnya.

3. Tuduh Panitia Cari Untung

KapanLagi.com - Ustaz Solmed balik menuduh, kalau panitia yang mengundangnya ke Hongkong mencari untung dari dakwahnya. Karena panitia menjual tiket dengan harga Rp 70 ribu per lembar dan kemungkinan bisa menjual hingga 2.000 lembar kepada jamaah yang datang.

"Kita harus fair juga dong. Anda kalau mau dakwah, jangan Anda undang saya dengan bahasa dakwah, tapi sampai di sana orang disuruh bayar. Bayarannya nggak tanggung-tanggung, Rp 70 ribu satu tiket, yang hadir bisa 2.000 orang," ujarnya setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng usai berdakwah di Taiwan, Senin (12/8/2013).

Panitia diduga akan memanfaatkan dirinya dengan melakukan penjualan tiket, yang menurut kalkulasi Solmed bisa meraup untung Rp 150 juta.

"Anda bayangkan, kita dakwah ikhlas, tahu-tahu sampai di lokasi, itu jamaah disuruh bayar. Saya hitung-hitung, itu bisa sampai dapat Rp 150 juta," tegasnya.

Solmed menampik semua tudingan pihak panitia penyelenggara di Hongkong yang menyebutkan kalau Solmed meminta fasilitas mewah, mulai dari penginapan sampai transportasi yang mewah. Dirinya justru membandingkan dengan kunjungannya ke Taiwan.

4. Sebut Panitia Bagian Dari Komunis

KapanLagi.com - Ustaz Solmed menganggap kasusnya dengan pihak Thariqul Jannah, kumpulan para TKI yang batal mengundang dirinya ke Hongkong, sudah clear. Namun sayang, dia juga menuliskan kalimat bersayap di akun twitter, yang justru menimbulkan masalah baru.

Lewan akun twitter @Sholehmahmoed, Solmed menyampaikan kecurigaan, bahwa tidak ada yang tahu dalam kedok apa mereka sekarang, dan mengumpamakan sebagai komunis.

"Anda tahu komunis?tdk tahu dimana mereka berada,kita tdk tahu dlm kedok apa mereka skrng.buat mereka yang penting kita pecah," tulisnya.

"Lihat saja apa yg mereka lakukan?mereka kirimkan video provokatif kpd masyarakat Indonesia,Tokoh Indonesia,ustadz Indonesia.biar kita pecah," sambungnya.

Pernyataan itu mengundang komentar baik di twitter, bahkan seorang TKI di Hongkong, atas nama Rihanu Alfia, menulis sebuah surat terbuka yang diunggah di blog. Dia menyatakan kekecewaannya atas tuduhan komunis dan menuntut konfirmasi dari Solmed.

5. Tak Ada Perjanjian Kontrak

KapanLagi.com - Dari sisi hukum Ustaz Solmed memiliki posisi sedikit untung, karena kerja samanya dengan Jamaah Thariqul Jannah tidak didasari dengan surat perjanjian. Komunikasi hanya melalui telepon dan SMS yang tidak memiliki kekuatan hukum.

"Tidak ada surat perjanjian apapun, semua by phone kan, sama kayak temen-temen di Taiwan. Kita by phone, tapi saya datang kok, padahal anak saya baru lahir, nggak masalah," ungkap Solmed.

Namun bagi Solmed, hal itu sudah dilakukan beberapa kali dengan sejumlah pihak di luar negeri. Selama ini tidak ada persoalan, sepanjang dijalankan dengan tidak memungut bayaran pada jamaah.

"Anda boleh tanya panitia di Taiwan, ini jamaah disuruh bayar Ngak? Nggak, ya sudah saya berangkat, tapi di Hongkong disuruh bayar, saya nggak mau, padahal lebih jauh Taiwan dari pada Hongkong," ungkapnya.

Tuduhan wanprestasi kemungkinan sulit dibuktikan secara hukum. Karena memang tidak ada bukti-buktinya. Termasuk tuduhan permintaan tarif dan lain sebagainya, tidak tertulis dalam sebuah nota kerja sama

6. Surat Terbuka Untuk Solmed

KapanLagi.com - Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong, Rihanu Alfia mengirimkan surat terbuka yang cukup panjang kepada ustad Solmed. Surat tersebut merupakan sikap pribadinya atas pernyataan sang ustad yang menyebut sebuah organisasi TKI yang berseteru dengannya mirip kaum komunis.

"Saya Rihanu Alifa, saya TKI Hong Kong, tidak kenal ustad Solmed, juga tidak kenal dengan organisasi TKI Hong Kong yang berseteru dengannya. Saya tidak memihak siapapun," katanya.

Rihanu mengunggah surat terbukanya melalui blog pribadinya. Surat itu menanggapi sejumlah tuduhan-tuduhan Solmed, baik yang dialamatkan kepada EO dan jamaah Thariqul Jannah, bahkan para TKI. Dia meminta konfirmasi dari Solmed, karena sejumlah pernyataan yang dinilai janggal dan merugikan.

Setidaknya ada enam pesan yang disampaikan Rihanu Alfia, yakni kecewa TKI disebut komunis, meminta sang ustaz tidak 'memerangi' saudara seagama dengan menyerang di media, menanyakan soal 'omong kosong' keuntungan pengajian Rp 150 juta, memberikan fakta bahwa banyak TKI yang berjihad membangun masjid dan panti di Hong Kong, meminta media tidak berpihak pada Solmed, dan himbauan agar para TKI tidak mengundang nara sumber karena popularitas semata sebagai bentuk boikot.

Bisnis Hingga Komunis, Fakta Batalnya Ceramah Ustaz Solmed di Hongkong
Mirror
Faithfreedom forum static
User avatar
fayhem_1
Posts: 1402
Joined: Tue Sep 08, 2009 6:55 pm

Re: Hongkong : Ustad Solmed tuduh TKW sebagai komunis g

Post by fayhem_1 »

ya jelas donk pesertanya disuruh bayar, emangnya sewa gedung, keamanan, dll itu gratisan apa ?
Post Reply