Muslim Murtad setelah Mengalami Penyakit Otak Aneurisma

Orang-orang dari seluruh dunia yang murtad (termasuk dari FFInternasional). Siapa mereka dan mengapa mereka meninggalkan Islam ? Murtadin2 dari FFIndonesia silahkan masukkan pengakuan ke 'Mengapa Saya Murtad ?'
Post Reply
User avatar
Jarum_Kudus
Posts: 1698
Joined: Tue Feb 28, 2006 9:49 am

Muslim Murtad setelah Mengalami Penyakit Otak Aneurisma

Post by Jarum_Kudus »

Muslim Syria Bertemu Yesus dan Murtad ke Kristen setelah Mengalami Penyakit Otak Aneurisma
Oleh Morgan Lee
September 28, 2013|9:49 am

Image
Karim Shamsi-Basha dibesarkan di Syria dan hijrah ke AS di usia 18 tahun dan belajar di Universitas Tennessee.

Karim Shamsi-Basha masih menjadi Muslim sewaktu tiba² saja penyakit otak aneurisma membuatnya mengalami koma selama hampir sebulan di tahun 1992. Setelah itu Shamsi-Basha yang dibesarkan di Syria mengalami kesembuhan yang ajaib. Dokter otaknya (neurosurgeon) mengatakan hal itu sangat jarang terjadi, dan katanya, "Hanya sedikit sekali orang yang bisa sembuh seperti kamu. Kamu harus menyelidiki mengapa kamu bisa selamat."
Kalimat ini memulai perjalanan hidupnya selama 20 tahun untuk mencari jawaban sehingga akhirnya Shamsi-Basha bertemu dengan Yesus Kristus.
Buku baru Shamsi-Basha yang berjudul Paul and Me (Paulus dan Aku) mengisahkan perjalanan itu, dan menjelaskan bagaimana dia menghabiskan waktu 20 tahun dalam hidupnya untuk menemukan Yesus dan belajar tentang tujuan hidupnya. Dia menulis buku ini untuk "membagi kasih Tuhan dengan orang² lain dan memberitahu mereka bahwa Dia mengasihi semua anak-anakNya."
Bukunya diterbitkan sebulan yang lalu dan buku ini menjelaskan kehidupan dan keimanan Shamsi-Basha, dengan berbagai keterangan dari Paulus, salah satu tokoh utama Alkitab, yang juga mengalami perubahan hidup yang besar di kota kuno Damaskus di Syria.
Shamsi-Basha dibesarkan di keluarga Muslim di Syria di mana dia bersikap toleran terhadap semua kepercayaan. Sahabat karibnya adalah seorang Kristen, dan keduanya sering mengunjungi rumah masing2, dan mereka banyak berbincang dan berargumentasi tentang agama, meskipun begitu iman mereka tidak goyah dan memeluk kepercayaan lain.
Meskipun keluarganya hanya Muslim KTP saja, Shamsi-Basha sangatlah bersungguh-sungguh dalam beribadah sewaktu dia remaja.
"Aku sholat lima waktu tiap hari. Aku pergi ke mesjid saat subuh. Aku puasa di bulan Ramadhan," katanya.
Karena muak dengan korupsi yang dilakukan rezim Assad generasi pertama, Shamsi-Basha hijrah ke AS di usia 18 tahun untuk belajar di University of Tennessee. Dia lalu menikah dan punya seorang putra dan lalu tinggal di Birmingham, AL, sebelum dia mengalami penyakit otak aneurisma.
Setelah sembuh, Shamsi-Basha mulai membaca Alkitab, dan konsentrasi pada pesan kasih dan anugrah Tuhan, dan lalu dibaptis di tahun 1996. Meskipun begitu dia belum sepenuhnya meninggalkan Islam.
Shamsi-Basha berkata bahwa dia perlu menjalani 10 tahun lagi, kehancuran pernikahan pertamanya, kematian ayahnya, kehilangan rumah, dan hubungan asmara yang gagal lagi, sebelum akhirnya dia benar² menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya, dan itulah pembahasan utama bukunya.
"Di tahun 2008, aku benar-benar menyerahkan diriku pada Tuhan," katanya. "Dan sekarang aku tidak pernah bosan membahas tentang Tuhan."
Shamsi-Basha mengaku bahwa Yesus Kristus dan pengampunanNyalah yang membuatnya bertobat. "Penebusan adalah pemberian Tuhan," katanya pada media The Christian Post. "Kemurahan Tuhanlah yang menyelamatkanku," katanya.
Meskipun Shamsi-Basha sudah murtad, tapi keluarganya tetap Muslim. Dia berkata bahwa dia tidak berbicara tentang agama dengan keluarganya. Saat ayahnya wafat di tahun 2005, dia tidak memberi tahu bahwa dia sudah pindah agama karena khawatir akan menyakiti hati ayahnya. Meskpun begitu, hubungannya dengan ibu dan saudara perempuannya tetap kuat dan ibunya hijrah pula ke AS beberapa tahun yang lalu.
Setelah pecah perang saudara di Syria, Shamsi-Basha berusaha membawa saudara perempuannya keluar dari negara itu, tapi dia tak diijinkan mendapat visa AS.
"Saudara perempuanku berada di Syria sendirian saja, dan ini benar2 mengerikan, "katanya. "Aku bertemu dengan wakil rakyat di daerahku, orang ini lalu menulis surat ke Kedubes AS di Syrian, tapi saudaraku tetap tidak boleh dapet visa AS."
Dia sekarang berusaha mencari jalan kemanusiaan bagi saudaranya, tapi hasilnya belon jelas.
"Keluarga kami ketakutan, " katanya, karena banyak saudara2 ayahnya yang tinggal di Homs, salah satu kota yang menderita banyak kehancuran dan kekerasan. Dia juga tak tahu bagaimana nasib anggota keluarganya di situ.
"Saya tak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Aku benar2 merasa hancur lebur," katanya.
Membaca berita tentang Syria dari kantor berita Arab atau dari perbincangan telpon dengan saudara perempuannya membuat Shamsi-Basha merasa sangat stress.
"Jika aku tidak tampak menangis, itu berarti aku menangis dalam hati. Sungguh keadaan yang sangat amat menyedihkan," katanya.

Shamsi-Basha sp


www.paulandme.com

Muslim Murtad setelah Mengalami Penyakit Otak Aneurisma
FFI Alternative
Faithfreedompedia
Post Reply