Shahin Najafi Dituduh Murtad dan Difatwa Mati

Orang-orang dari seluruh dunia yang murtad (termasuk dari FFInternasional). Siapa mereka dan mengapa mereka meninggalkan Islam ? Murtadin2 dari FFIndonesia silahkan masukkan pengakuan ke 'Mengapa Saya Murtad ?'
Post Reply
User avatar
Jarum_Kudus
Posts: 1698
Joined: Tue Feb 28, 2006 9:49 am

Shahin Najafi Dituduh Murtad dan Difatwa Mati

Post by Jarum_Kudus »

Ngobrol dengan Musisi Shahin Najafi

Image
Shahin Najafi, musikus dari Iran

http://vimeo.com/42744395
'Jadi musisi di Iran itu bagaikan lari dengan kaki telanjang di atas lantai penuh paku tajam."

Setelah dua ayatollah besar menyatakan dia sebagai Muslim Murtad karena menciptakan sebuah lagu yang dituduh menghina Imam Syiah, sekarang keluar fatwa mati lengkap dengan uang hadiah bagi yang bisa memotong kepala Shahin Najafi. Lagu berjudul "Naghi" itu membicarakan figur suci syiah dalam lagu rap yang terkesan mengolok-olok dan tidak menganggapnya sebagai tokoh suci. Alasan sebenarnya dari fatwa mati itu adalah kritik sosial pedas tentang nasib masyarakat Iran di bawah kekuasaan Republik Islam Iran, dan ini memang jadi topik lagu² Najafi sejak sebelum dia melarikan diri ke Jerman di tahun 2005. Dia bicara tentang perkembangan terakhir, pandangannya tentang sex, jiwa manusia, dunia dengan Tehran Bureau yang menulis tentang Najafi di bulan Agustus 2010. Wawancara dng Tehran Bureau diterjemahkan dari bahasa Farsi.


http://www.facebook.com/notes/shahin-na ... 6598714223
Naghi [1], I swear on your sense of humor
On this exile who thinks he’s here to criticize [2]
On the large penis that gives life
That sits behind us and threatens us
I swear on the length and width of [Western-imposed] sanctions
On the rising value of the dollar and the feeling of humiliation [3]
Naghi, I swear on the cardboard Imam [Khomeini] [4]
On the baby [Khamenei] who was saying “Ali!” while stuck in his mother’s womb [5]
On the teaching of jurisprudence in the room where nose jobs are given [6]
On Khamenei, the prayer beads and prayer rugs made in China [7]
Naghi, I swear on the finger of Sheys Rezaei [8]
On the religion that has been kicked out and religious soccer [9]
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi [10]
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi [11]
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi
Naghi, I swear on love and Viagra
On raised legs and chakras
On sangak bread [12] and chicken and meat and fish
On silicon chests and striped virginity [13]
Naghi, I swear on Golshifteh’s breasts [14]
On lost prestige that we never had [15]
Naghi, I swear on Aryan heritage [16]
On the necklace that you wear around your neck [17]
Naghi, my life for Farnood’s penis [18]
For the 3 billion dollars, soon forgotten like a children’s story [19]
And the Persian Gulf and [Lake] Orumiyeh, too [20]
Oh by the way, what was the name of the leader of the Green Movement? [21]
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi
O Naghi, O Naghi, O Naghi
O Naghi, O Naghi, O Naghi
On the anniversary of the death of that old fart, Imam of the [Shi’ah] community [22]
On the fossilized opposition in the diaspora [23]
On the classy widows who frequent discos
On the intellectual discussions in chat rooms
On the dissolute men with a false sense of honor [24]
On the women who defend men’s rights [25]
On the color revolution in the television [26]
On the 3% of the [Iranian] population who read books [27]
On the wishy-washy, empty slogans [28]
Naghi, I swear on this crowd of fickle people
Who in the morning say “Long live…!” but at night say “Death to…!” [29]
On the heroes of fictional stories
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi
O Naghi, now that the Hidden Imam is asleep, we call upon you, O Naghi
Appear, for we are ready in our burial shrouds, O Naghi
O Naghi, O Naghi, O Naghi
O Naghi, O Naghi, O Naghi
Ohhhhhhhhhh Naghi


Tanya:
Bertahun-tahun sebelum fatwa matimu, kau menyanyikan lagu mengenang Fereydoun Farrokhzad (penyanyi terkenal Iran yang ditusuk mati di tahun 1992) di mana kau mengatakan, "Hidup di tapakmu itu penuh kesukaran, melangkah di jalanan yang semakin mendekati bahaya. Aku hanyalah seekor domba, biarkan aku tutup mata. Ogah masuk hal politik, maaf aja yah, aku sebenarnya malu nih mengatakan itu." Ternyata kau sendiri tidak menghiraukan peringatan yang dulu kau nyanyikan, dan mungkin "domba" dan "malu" bukan bagian dari dirimu lagi. Apakah ada pergulatan dalam dirimu antara Shahin Najafi yang militan dan Shahin Najafi yang ingin hidup tenang laksana seekor domba saja?

Jawab:
O banyak banget pergulatannya. Aku yakin sebagian orang dipilih dalam sejarah untuk meniup trompet (jadi pemusik). Biasanya, nasib mereka dilupakan begitu saja, karena mereka berkelana ke mana saja. Aku yakin manusia itu tidak dilahirkan untuk berpikir, tapi manusia dipengaruhi pikiran. Mereka yang hidup sehari-hari tanpa banyak perubahan merupakan orang² yang nalurinya mendekati kombinasi manusia-hewan. Karena itulah kita harus melihat cara hidup yang bagaikan domba itu dari sudut pandang positif. Betul atau salah, baik atau jahat, tidak jadi masalah. Yang penting adalah jadi orang atau tidak jadi orang.
Aku sudah seringkali mencoba berhenti menulis lagu, menyusun lagu, agar aku tidak lagi hidup dalam bahaya dan gak perlu banyak pusing lagi. Orang lain juga bisa kan baca buku, terlibat kegiatan seni, literatur, film, dll tanpa harus menanggung resiko mati. Aku ini bagaikan tumor ganas (kanker) yang harus dihancurkan agar tidak mematikan seluruh tubuh. Tak dibutuhkan keberanian untuk jadi kanker dalam sejarah, tapi aku tidak bisa merubah diri karena memang beginilah aku. Mungkin aku ini sebenarnya adalah apendix busuk yang harus dipotong buang karena tak ada guna. Aku tidak lagi membagi rasa sakitku, karena akulah penyakit itu.

Tanya:
Saat kau sedang berkarya musik, tiba2 kau menerbitkan biografi pendek penyanyi Kurt Cobain. Musikus Kurt Cobain merasa tersiksa karena dia jadi begitu tenar, sampai2 dia tidak peduli dan meludahi kamera2 TV dan menghina penontonnya, lalu akhirnya bunuh diri. Apa sih yang kau derita sehingga kau tertarik pada kehidupan Kurt Cobain?

Jawab:
Tulisan itu kubuat saat aku masih bekerja untuk sebuah stasiun radio. Rasanya, Cobain itu adalah diriku, bedanya hanyalah dia hidup di jaman tahun 90-an. Aku dulu sering nonton video musiknya. Aku kagum sekali waktu dia tanpa ragu meludahi dunia dengan segala kelicikan, tipu2, dan ilusinya. Aku suka sikapnya yang asli itu dan aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku juga akan mati bergabung bersamanya di 27 Club saat aku berusia 27 tahun. Tapi hal itu tak terjadi dan aku belon mau mati karena pekerjaanku belum selesai. Gimana ya menjelaskan apa yang kuderita? Gini nih. Jadi musikus di Iran, terutama yang menciptakan lagu berdasarkan pendapat pribadi, rasanya seperti berlari dengan kaki telanjang di atas paku2 yang tajam.

Tanya:
Mulah² Syiah ektrim merasa tersinggung atas lagumu yang berjudul Naghi dan menuntut kematianmu. Tapi di lain pihak, karena kritismu yang pedas atas kemunafikan para reformis, intelek, dan feminis Iran, mereka tidak menganggapmu sepihak dengan mereka. Jauh dari tanah air dan tak punya sanak saudara dekat, maka bagian masyarakat yang manakah yang kau anggap sebagai pendukungmu atau sekutumu?

Jawab:
Aku memang tak ambil perkecualian saat mengritik kelompok politik apapun dalam lagu2ku. Tapi meskipun begitu, aku tetap saja mendapatkan teman dari berbagai golongan masyarakat, yang sebelumnya tidak pernah kubayangkan. Penggemarku bukan dari golongan tertentu saja. Pelajar2 Iran dari berbagai golongan masyarakat, gelandangan di Tehran, penduduk kota2 dan desa2 miskin, semuanya berhubungan satu sama lain karena lagu2ku. Dalam diriku terdapat beberapa Shahin yang mengalami kehidupan yang berbeda-beda. Dari lingkungan universitas dan intelek sampai ke lingkungan kriminal dan masyarakat terbuang. Rasa raguku akan teori2 sosial muncul dari berbagai pengalaman hidup itu. Kau tidak bisa membicarakan panasnya pasir pantai sebelum kau berjalan di pantai itu.

Tanya:
Setelah aktris Golshifteh Faharani membuat para mullah Iran ngambuk dengan foto telanjangnya, kau tidak ragu untuk membela Faharani dengan tulisan mantap yang memuji keberaniannya. Apakah kau juga mendapatkan dukungan yang sama atas keberanianmu dan sikap setiamu pada prinsip sehingga dapat fatwa mati, terutama dukungan dari masyarakat Iran? Bagaimana pendapatmu atas jumlah dukungan yang kau terima?

Image
Aktris Iran Golshifteh Faharani

Jawab:
Arus yang kuikuti sekarang sangatlah terpisah dengan hubungan dan norma masyarakat Iran. Shahin Najafi hanyalah sebuah pandangan yang tak butuh dukungan atau simpati! Kalaupun ada simpati, maka itu datang dari para penulis, yang tidak bisa melihat seluruh tubuh gajah tapi menjabarkan bentuk gajah dari sudut pandangnya saja. Aku pernah mengguyur penonton dengan air es dan mereka jadi gusar. Rasa senang yang timbul setelah melakukan hal itu sama seperti rasa dingin yang terasa setelah makan buah melon. Yang butuh simpati itu adalah orang2 yang dibakar, karena merekalah yang pantas dapat dukungan, dan bukan orang rendah seperti saya yang tidak ambil pusing tentang tuhan, apalagi tentang manusia yang dibentuk dari sperma. Jika orang yang berani berteriak dianggap sebagai pemberani, maka inilah akhir upacara penguburan dan pembaca Qur’an hanya mendoakan kuburan kosong. Tidak jadi masalah apakah aku masih hidup hari ini atau besok, karena mereka tetap saja mengejarmu. Mereka baru berhenti jika kau jadi unggas atau domba penghasil susu. Jika kau domba seperti itu, maka kau akan diperas susunya, diberi rumput, dan tak usaha mikir apapun lagi. Sejarah itu bukan aturan dagang memberi dan menerima; setiap orang harus melakukan apa yang bisa dia lakukan.

Tanya:
Kamu berusia enam tahun ketika ayahmu mati, dan dibesarkan oleh ibumu. Dalam lagu Bega Mega, kau bercakap dengan ibumu dan ibumu menasehati untuk memilih hidup yang lebih tenang. Apakah ibumu mendorongmu untuk mengembangkan bakat musikmu? Berapa banyak dia mengerti akan musikmu?

Jawab:
Mendorong? Gak lah yaw. Ibuku selalu berpendapat bahwa buku2 yang kubaca meracuni pikiranku. Ibuku mendapat kebahagiaan dari ketenangan. Ibuku itu produk ketidakadilan yang menerima nasibnya. Tidak hanya ibuku saja, tapi setiap orang di sekitarku menganggap seni sebagai hiburan dan kesenangan saja. Aku mulai tertarik menulis puisi sewaktu remaja, tapi empat tahun kemudian, saat usia 18 tahun, terjadi perubahan fundamental yang merubah diriku dan orang2 mulai merasa khawatir akan diriku dan puisiku.

Tanya:
Dalam lagu We Are Not Men tampak jelas kau sadar akan kondisi sosial ibumu dan mengerti keadaannya secara intelek. Berapa banyak lagu2 anti-patriarki (kekuasaan tertinggi di keluarga dipegang bapak) karanganmu yang menyuarakan keadaan ibumu? Pengalaman pribadi apa sih yang kau lama sehingga kau mengutarakan hal ini?

Jawab:
Ibuku terjebak dalam perkawinan dengan pria yang berusia 20 tahun lebih tua dari dirinya. Mereka memaksa ibuku untuk menikahinya. Ayahku punya foto di mana dia memeluk ibuku saat ibu masih balita. Mereka itu saudara ipar. Sungguh kehidupan yang sangat tragis. Ayahku itu bagai tentara saja yang gila disiplin, diktator tulen. Aku tak begitu ingat tentang dia, tapi abang2 dan kakak2 perempuanku banyak bercerita tentang dia. Dia itu senang puisi, kaligrafi, dan lagu, tapi baginya, wanita itu tak lebih dari sekedar pembantu saja. Aku melihat semua bekas kejadian masa lampau yang gelap itu pada keriput2 wajah ibuku. Singkatnya gini: setelah hidup di Iran dan melihat sendiri bagaimana pria memperlakukan wanita, dan lalu pergi meninggalkan Iran, bagaimana mungkin aku tidak bisa menyadari penderitaan wanita Iran? Inilah sebabnya aku mengatakan bahwa masyarakat Jerman mendidik ulang dan mengajarku lagi semuanya dari awal untuk mengerti akan wanita.

Tanya:
Sehubungan dengan kritikmu akan pria Iran, gimana kau melihat kekuarangan pada dirimu saat memperlakukan wanita, bahkan jika itu terjadi di masa lalu? Apakah kau bisa memberi contoh kejadian?

Jawab:
Ya, tentu aku bisa kasih contoh. Ketika aku berusia 20 tahun, aku sangat dipengaruhi pandangan bahwa wanita itu diciptakan untuk kenikmatanku saja. Dulu aku menganggap wanita itu makhluk yang dangkal pikiran, lemah, gampang nangis. Sewaktu hidup di Eropa barulah aku benar2 mengerti makna sex; bagaimana wanita bisa menikmati sex lebih hebat dibandingkan aku sendiri; bagaimana dalam berhubungan sex, wanita itu bisa menikmati tubuhmu seperti main boneka. Wanita belajar filosofi, menikmati musik, melukis, naik sepeda motor, minum minuman keras sampai jauh malam, boleh mabuk dan mengelus wajahmu. Aku ingat sewaktu usia 20 tahun, aku jatuh cinta pada seorang gadis. Perdebatan diantara kami berasal dari pandanganku yang ingin mengontrol gimana dia pake baju, pake make up, jam berapa dia harus berada di rumah, jangan ketawa keras2, dan segala hal omong kosong yang tak penting. Kadangkala aku merasa malu mengingat gimana aku dulu.

Tanya:
Dari lagu2mu tampaknya kau waktu kecil hidup dalam kemiskinan. Dalam keadaan seperti itu, tentunya sukar bagimu untuk dapat les musik, beli gitar, senar gitar, buku musik, dan rekaman musik. Dapat uang dari mana kamu untuk mengembangkan talenta musikmu?

Jawab:
Kami adalah keluarga kelas menengah yang menderita miskin setelah kematian ayah. Yang ada bagi kami adalah uang pensiun dari ayahku. Masa itu membuatku jadi keras dan kuat, dan aku jadi sadar akan bahaya kemiskinan yang selalu mengancam banyak orang. Akan tetapi, sewaktu aku bertambah tua, sikapku akan uang juga mulai berubah. Dulu aku memberi les gitar di malam hari dan keesokan harinya aku menghabiskan seluruh uangku untuk senang2. Sekarang aku lebih bijaksana dalam mengatur uang. Aku jarang beli baju baru. Semua uangku digunakan untuk beli buku, peralatan musik, nonton film, rokok Bahman. Aku juga harus mengaku bahwa aku suka makan halim (hati domba panggang), dan kaleh paacheh. Aku tak pernah membeli minyak wangi, baju, pergi ke pesta, merayakan ultah, ngopi di warung kopi.

Tanya:
Ada anggapan bahwa seni dan agama itu bersaingan dalam jiwa manusia. Dalam sebuah wawancara, kau mengatakan bahwa unsur estetik karya seni punya kedudukan yang lebih tinggi dari pesan seni itu. Apakah unsur estetik seperti ini juga ada dalam agama?

Jawab:
Ya, tentu. Malah sebenarnya pandanganku akan Alkitab Perjanjian Lama dan Baru, Qur’an, dan Gathas (kitab suci Zoroastria) adalah seperti itu. Aku suka fonetik bahasa Qur’an dan hatiku masih tergerak saat mendengar suara Shahid-Al-Ghara Sheikh Mohammad Minshaawi (ahli lafal Qur’an dari Mesir) yang dulu sering kutiru. Hal ini tidak saja berhubungan dengan nada musik atau suara penuh perasaan dari pelantun; tapi makna dan harmoni dalam Qur’an terdengar indah bagiku. Tapi karena aku tak beriman pada Islam maka aku juga bisa menikmati keindahan tulisan mitos Hellenic dan Roma Kuno. Paul Ricoeur adalah contoh filsuf yang melihat mitos agama dari sudut pandang yang serupa. Beberapa waktu yang lalu aku sangat tertarik dengan simbol dan ikon agama Manichae (dari Persia). Aku sangat menikmati bagaimana mitos Manichea dimulai dari aspek jiwa manusia yang masih murni bagai anak2 dan berakhir dengan proses penciptaan yang sangat rumit.

Tanya:
Dalam lagu You Dislike Me, kau berkata, "Sungguh benar (untuk tidak suka padaku), karena tiada orang lain yang menyanyikan kejelekan dalam matamu seperti aku.” Dalam sejarah Iran, adakah tokoh pengritik yang kau kagumi?

Jawab:
Kupikir Mr. Sadegh Hedayat juga seperti itu. [Ahmad] Shamlu dan Forough [Farrokhzad] punya cara kritik mereka tersendiri. Aku yakin bahwa bagi banyak seniman Iran, kesadaran mengritik merupakan dasar keberadaan mereka; yang membedakan hanyalah kadar kritiknya.

Tanya:
Kemarahan kritikmu itu jauh melampaui masalah sosial dan politik Iran, dan kau pantas punya penggemar internasional. Banyak orang yang meminta terjemahan dari video2 musikmu. Apakah terjemahan cukup memadai? Apakah kau cukup percaya diri untuk menyanyi dalam bahasa Jerman atau Inggris?

Rasa percaya diriku semakin baik. Aku mulai bernyanyi dalam bahasa Inggris dan Jerman, yang merupakan bahasa keduaku. Meskipun begitu aku lebih memilih belajar nyanyi dalam bahasa Inggris. Tapi sebelumnya aku harus yakin apakah memang ada peminatnya.

Tanya:
Hidupmu terancam berat dari Muslim2 ekstrim, tapi kau mengejek mereka dengan lagu Don't mess with Shahin, Seyyed dear (jangan macem2 denganku, mulah). Di jaman sekarang lagumu lebih banyak diminati daripada ayat2 suci. Tapi dalam perang antara intoleran agama melawan seni, seniman tidak bisa menghasilkan fatwa mati. Seniman maju perang tanpa senjata. Apa yang harus dilakukan agar peperangan ini berjalan adil?

Jawab:
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah. Perjuangan kami dimulai dengan kalimat utama ini yang berasal dari jaman dulu. Kitab suci mengurangi pengertian proses penciptaan dengan perintah ajaib seperti “Jadilah” dan “Terbentuklah.” Ini tidak jadi masalah untuk kisah dongeng, tapi jika ini diterapkan terus menerus dalam proses penciptaan manusia, maka mulai terbentuk ketidaksetujuan antara agama dan seni. Senjata kami pada mulanya adalah sama: Firman. Tapi agama telah dijadikan alat politik, di mana agama ingin menguasai apapun dan ketika tidak bisa mencapainya, maka Firman berubah jadi Pedang. Nabi Mani tidak meraih pedang dan lihatlah apa yang terjadi. Jika Muhammad tidak menyerang Mekah, gimana akibatnya? Jika Kekaisaran Romawi tidak berubah iman ke Kristen, gimana keadaan Kristen di jaman sekarang? Peperangan kami akan tetap tidak seimbang karena seni punya prinsip sendiri dan tidak akan menghunus pedang. Di sinilah seni memisahkan diri dari politik. Kau bisa mati demi seni, tapi kau tidak akan membunuh orang karena seni. Itulah bedanya antara mereka dan kami.
Post Reply