Sumpah Serapah Ibu Terhadap Anak Yang Murtad
Publikasi: 20/08/2003 09:12 WIB
Pertanyaan
Assalaamu'alaikum Wr Wb
Ustadz dan ustadzah yang dirahmati Allah Swt, saya mempunyai seorang bibi yang baru saja mengalami cobaan yang cukup berat dari Allah Swt. Sekitar tiga tahun yang lalu, suaminya meninggal dunia. Dua bulan setelah itu, cobaan lain datang. Putri keduanya (si A) ketahuan hamil di luar nikah dengan seorang pemuda Nasrani (si B-anak seorang pendeta). Setelah melalui proses musyawarah yang cukup sulit, akhirnya si pemuda tersebut bersedia bertanggung jawab dan menikahinya dengan cara Islam (meskipun saat itu dia tidak berjanji akan menjadi seorang Islam yang taat).
Sesaat sebelum menikah, dari pihak keluarga besar kami pun selalu mengingatkan dan menasehati A agar kelak jika terjadi hal yang mengarah pada kristenisasi jangan sampai menggadaikan akidah ke-Islamannya. Tahun-tahun kemudian si B pelan-pelan bisa diterima dalam keluarga besar kami, karena sikapnya yang sopan dan baik, meskipun memang masih belum menjadi "seorang Islam". Bahkan ayah B yang notabenenya seorang Pendeta, bersikap sangat baik terhadap keluarga A dan bersikap seolah-olah kepindahan agama anaknya bukan masalah.
Sekitar 6 bulan yang lalu mereka pindah ke perumahan yang mayoritas penduduknya Nasrani (sebelumnya mereka menumpang di rumah ortu A). Semenjak itu, banyak hal-hal yang mencurigakan kami. Setiap akhir minggu, anak mereka yang masih Balita tidak pernah lagi diajak mengunjungi keluarga. Sekalipun ada acara keluarga di rumah ortu A. Demikian pula jika terpaksa harus datang pada acara keluarga yang bernuansa ibadah, mereka selalu telat datang dan terkesan menghindari session do'a bersama. Sampai akhirnya ketahuan bahwa ternyata si A telah masuk dalam "jebakan" kristenisasi, dan menyatakan bahwa telah pindah agama. Bahkan setiap minggu, dialah yang mengantar anaknya pergi ke sekolah Minggu.
Kejadian tersebut sangat mengguncang keluarga besar kami, terutama bibi saya. Betapa anak yang begitu dicintainya telah rela menggadaikan akidah demi si B. Kami tahu, selama ini bibi juga cukup gencar berusaha untuk selalu mengingatkan anaknya agar jangan sampai tergelincir. Di waktu-waktu sholat, sering bibi menelpon anaknya di kantor sekedar mengingatkan sholat. Saking shocknya, bibi mengeluarkan segala macam sumpah serapah pada A. Dan lebih parah lagi, bibi sempat mengutuk perbuatan murtad anaknya dengan berdo'a pada Allah semoga Allah mencelakakan A. Bibi tidak mau mengakui A sebagai anaknya lagi. Demikian pun semua hubungan keluarga dinyatakannya telah terputus sejak perbuatan murtad itu.
Sampai saat ini bibi masih dlm keadaan terguncang, dan sering menangis. Yang jadi pertanyaan saya, salahkah jika seorang ibu yang sudah demikian besar pengorbanan dan cintanya kepada anak, kemudian mengutuk anaknya dengan berdo'a seperti itu? Bagaimana sebaiknya agar bibi saya tetap kuat dan tabah menghadapi cobaan ini? karena kami cukup prihatin, putri pertamanya tinggal di luar kota bersama sang suami, sementara anak lelakinya disini belum cukup dewasa untuk diajak sharing.
Saya mohon masukan dari Ustadz/ustadzah, dan semoga kejadian ini jadi pelajaran bagi kita semua agar tidak mudah terperangkap dengan cara-cara licik kristenisasi. Atas jawaban ustadz/ustadzah, saya haturkan jazakumullah khairan katsiiran.
Wassalaamu'alaikum, Wr Wb
Akhwat.
Jawab dari Ustadz ali5196
Bu, seharusnya anda berbahagia dan mengikuti contoh saudara anda yg murtad itu.
