Raja Surakarta Pakoe Boewono XIII ditemui SANG RATU ADIL
Posted: Sun Oct 07, 2007 3:38 am
DITEMUI ISA ALMASIH SANG RATU ADIL
Source : Gloria edisi 373 - Minggu III Oktober 2007
Source : Gloria edisi 373 - Minggu III Oktober 2007
Bersambung……., cape deh.......Pertemuan pertama kali dengan Isa Almasih saya alami ketika saya belum dinobatkan menjadi sinuwun, tepatnya sewaktu saya dinas militer di Timor-Timur tahun 1983.
Waktu saya tergabung dalam pasukan TNI yang ditugaskan di Timor-Timur untuk menjaga kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Semula di dalam pasukan terdapat 21 orang prajurit termasuk saya, tetapi karena terjadi pertempuran sengit beberapa kali dengan gerakan gerakan orang2 bersenjata sebanyak 19 orang prajurit anak buah saya gugur dalam medan perang.
Waktu itu Edi B.M. menjadi komandan saya, komandan saya bingung dan sedih mengalami kenyataan itu.
Mengetahui hal ini saya menyarankan komandan bahwa yang dipimpin adalah yang hidup dan jangan terus berlarut-larut dalam kesedihan seperti itu, dan tidak ada gunanya memikirkan terus anak buah yang telah mati.
Selanjutnya saya berikan masukan kepada komandan untuk menenangkan bathin dan pikiran serta tidak larut dalam kesedihan lebih baik pergi ke gereja sebab pak Edi B.M. beragama Katholik.
Saran saya diterima, setelah survey pada hari minggu saya mendampingi komandan untuk mengikti pelaksanaan misa terakhir di salah satu gereja yang ada di Dili.
Sewaktu komandan saya jongkok di depan, saya pun ikut jongkok. Setelah itu saya berbicara kepada Tuhan Yesus, saya beritahukan nama saya, saya sebutkan orang tua saya dan saya beritahukan maksud dan tujuan saya dating ke tempat itu.
Saya juga katakana bila sekiranya saya kurang berkenan dating ke gereja, saya memohon ampun kepada Tuhan Yesus. Dihadapan Tuhan Yesus saya minta pengampunan atas perbuatan kesalahan yang saya perbuat.
Kebetulan yang ada di tempat itu hanya saya dan komandan sehingga saya lebih leluasa untuk berdoa. Saya sendiri tidak mengerti justru kenapa saya didatangi Tuhan Yesus dan hanya saya yang dapat melihat sosokNya.
Waktu itu Yesus berdiri dan mengulurkan tangan kearah saya, sepertinya hendak memberikan berkatnya pada saya sedangkan komandan saya tidak melihat apa-apa.
Ketika itu setelah Pakubuwono XII surut, saya dinobatkan sebagai Ratu pada 31 Agustus 2004 dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono (SISKS PB) XIII atau disebut pula dengan ‘Sinuhun Tedjo Woelan’ yang disingkat ‘STJW’
Saat itu muncul tingkat kesadaran saya agar dapat menjalankan fungsi tugas sebagai Ratu sebagaimana mestinya. Ratu alam jagat ini mepunyai makna dimana itu ke datu atau kedaton bisa disebut pula sebagai pemimpin.
Sebelum menjadi Ratu harus jadi pandhito (orang yang menjadi panutan dalam sikap dan budi pekerti yang luhur, Red) dahulu, setelah itu bisa nyabdo (berbicara, Red), selain itu harus waskito (awas dan bersikap arif dalam membaca tanda-tanda jaman) dan selanjutnya Wicaksono (bijaksana, Red).
Tetapi ketika saya melakukan spiritual, saya dapati ternyata ‘STJW’ baik untuk Sinuhun Tedjo Woelan maupun Sinuhun Tanah Jawa. Tetapi Sinuhun Tanah Jawa itu mungkin bukan saya dan semula saya tidak ngerti apa maksudnya semua ini.
Saya semakin tertarik untuk meneliti dan mempelajari sumber-sumber itu karena berkaitan dengan Ratu-ratu Tanah Jawa pada masa lalu. Hal ini saya pelajari satu-satu dengan teliti agar saya dapat belajar dari pengalaman Ratu-ratu pada jaman dahulu sekaligus mengambil hikmahnya.
Mulai jaman Airlangga, Ken Arok hingga Ratu-ratu berikutnya semuanya tidak ada yang luput dari perhatian saya.
Dahulu istilah Jawa nya Ratu menggunakan sebutan Prabu tetapi tiba2 berubah sebutan menjadi Sultan.
Mengapa tiba2 menggunakan gelar Sultan? Akhirnya saya tahu, itu karena pengaruh islam pada saat itu.
Tanah Jawa telah beberapa kali didatangi oleh wali songo, tetapi toh tidak semuanya tanah jawa memeluk islam. Padahal para wali itu hebat-hebat, apalagi seperti Sunan Kalijaga.
Menurut pengamatan saya ada tiga kesalahan Kerajaan Demak : kesalahan pertama di Ratu nya, kesalahan kedua di Bapak nya dan kesalahan di negaranya.
Setelah itu muncul Sultan Hadiwijaya yang memerintah selama satu periode.
Selanjutnya diteruskan oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati. Diteruskan dengan beberapa Amangkurat Jawi sampai dengan Sultan Agung.
Sultan Agung seorang yang hebat karena berusaha mempersatukan antara ulama dengan umaroh (Penguasa di pemerintahan, red). Namun beliau adalah Ratu yang umurnya paling pendek karena melanggar bahwa ulama dan umarah tidak akan bisa dijadikan satu.
Setelah itu muncul nama Pakubuwono, dimulai dari Pakubuwono I, Pakubuwono II yang selanjutnya muncul Sultan Hamengkubuwono, muncul Mangkunegoro terakhir Paku Alam. Setelah Pakubuwono IV, muncul pandita namanya Sulatu Langgrek, setelah itu diteruskan Pakubuwono V hingga Pakubuwono X.
Satu2nya Ratu di Pulau Jawa yang mukti mulyo wibowo waskito hanya Pakubuwono X yang bertahta selama 41 tahun dan disitu putus karena Panembahan Senopati muncul lagi.
Pakubuwono XII adalah Ratu Pulau Jawa yang noto jumeneng paling panjang, kurang lebih 52 tahun. Berkaitan dengan Pakubuwono dua belas, dalam bahasa jawanya adalah ‘ongko rolas’ yang bermakna ‘roh ipun sampun telas’
Perjalanan spiritual saya lakukan bukannya 2, 3 hari, tetapi saya lakukan selama tiga setengah tahun. Memang hal itu sudah menjadi keputusan saya dan tidak ada seorangpun yang dapat mencegah kemauan saya.
Selama itu saya harus meninggalkan istri, keluarga, keratin Solo dan kehidupan duniawi.
Bukannya saya egois dan tidak mau mempedulikan keluarga maupun orang lain, tetapi ada hal yang lebih prinsip dan saya anggap sangat penting dari itu semua sehingga saya melakukan perjalanan spiritual.
Yesus menemui saya untuk kedua kalinya hingga yang keempat kalinya setelah saya dinobatkan sebagai Sinuhun. Tuhan Yesus menemui saya kedua kalinya saat saya berada di tengah laut, dan yang ketiga kalinya menjumpai saya ketika saya berada di dalam pesawat udara. Pada saat itu saya diliputi oleh rasa ketakutan yang saya sendiri tidak tahu mengapa sebabnya. Saat itulah Tuhan Yesus menemui saya.
Tuhan Yesus muncul lagi menemui saya ke empat kalinya pada saat saya bersemedhi.
Sewaktu saya didatangi Yesus tidak terjadi dialog timbal balik, walaupun sebenarnya dalam hati saya ingin bercakap2 panjang lebar dengan Tuhan Yesus waktu itu. Mungkin saya masih kotor atau mungkin karena belum ‘titi wancine’ (belum saatnya, red).