Menambahkan saja keganjilan dari dongeng tentang mualaf yang dituturkan..
somad wrote:
......................, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghor-matan lantas kembali duduk.
Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, "Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya." Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pen-deta, "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang mus-lim." Pendeta itu menjawab, "Dari tanda yang terdapat di wajahmu." Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.
Ternyata Si pemuda muslim yang "katanya"...katanya nih..... desas desusnya.. dia adalah seorang pelajar yg belajar di Amerika (pastinya otaknya ikut2an pintar dan kritis).. ditambah lagi dia adalah seorang juru dakwah (pastinya semakin pintar dong)
tapi kenapa pada cerita itu si pemuda
dengan bodohnya bertanya kepada pendeta.. "Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang mus-lim."
Apa ya si pemuda intelek itu tidak sadar bahwa
di jidatnya itu ada tanda hitam (biasanya 2 biji) bekas luka gesekan karpet waktu be'doa? Anak SD aja bisa mengenali kalo orang yg bertanda itu pastinya muslim yang "soleh" (juru dakwah loh..)..
Makanya si pendeta bilang begini "Dari tanda yang terdapat di wajahmu."
Nah kesimpulan apa yang bisa dipetik dari penggalan cerita ini? Sudah adat dan tradisi dalam dunia Islam karena ajaran2 dalam quran itu tersirat dan tersurat dengan "dongeng".. maka .. Si pengarang / pembuat cerita fiksi tentang mualaf ini membubuhi tentang sebuah keajaiban dan kesaktian si pendeta dengan mengenali si pemuda itu hanya dari wajahnya. Saya jamin bagi mereka yang mendengarkan kisah ini akan takjub dan menerimanya sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi (otak dibutakan oleh iman).
Kejanggalan kedua adalah ...
somad wrote:
Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika meli-hat kepada para hadirin dan berkata, "Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini." Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya.
Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, .....blablablabalba.....Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Rupanya si pendongeng kurang cerdas untuk membuat cerita ini
. Bagaimana mungkin seorang pendeta (jikalau dia menemukan seorang muslim diantara jemaatnya) menjadi tidak suka dan mengusirnya? Ini sangat bertentangan dengan ilmu, moral dan ajaran nasrani yang dimiliki pendeta. Bukankah semua muslim di seluruh dunia meng-"amin"ni kejadian yang seperti ini :
Bilamana didapati seorang muslim diantara jemaat gereja.. pendeta pasti akan dengan suka cita menerimanya dan tidak mengusirnya..
"Siapa tau dapat menambah pengikut nasrani..", pikir pendeta itu..dan SUDAH BARANG TENTU PRADUGA DAN KECURIGAAN2 INI AKAN DI-"AMIN"NI OLEH KAUM MUSLIM SEBAGAI ALAT UNTUK MEMBENCI DAN MENJADIKAN ALASAN PERANG KEPADA KAUM NASRANI.
Yang sebenarnya akan terjadi adalah si pendeta itu dengan suka cita menerimanya dalam gereja..untuk mewartakan Injil dan Yesus pada pemuda itu
...soal dia mau menjadi kafir setelah itu atau tidak tentunya semua terserah si pemuda itu.
Nah kok malah si pengarang cerita ini berubah terbalik dari pakem yang sudah ada dalam otak orang2 muslim? New invention!!!
Kejanggalan cerita yg ketiga sudah pernah diutarakan oleh saudara baba.
Lagi-lagi si pendongeng tidak begitu cerdas
... Ngapain pendeta mengajukan pertanyaan yang berdasar dari ajaran Islam yang sudah barang tentu dan pasti dapat di jawab dengan SUPER BENAR oleh si pemuda itu...
Rupanya si pendongeng ini tidak mengetahui barang secuil pun mengenai konsep keTuhanan / theologi kaum Nasrani. Mengapa si pendeta tidak menguji si pemuda itu dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berdasar dari apa yang telah dipelajari dan di imani oleh sang pendeta? Atau sejak kapan si pendeta dengan gamblang mengajukan pertanyaan2 yang berdasar dari ilmu Islam?
Heemm... seperti kejadian yang sering saya lihat dan alami sendiri ketika teman saya yang muslim begitu suka cita dan bergembira "Yesss" seolah-olah mendapatkan POIN ketika mendengar seseorang yang penting (artis / politikus) dan yang tidak terkenal menjadi seorang MUALAF...
HIRAUKAN TENTANG BOBOT ISI CERITA, SODARA-SODARA... YANG PENTING ADA SEORANG KAFIR YANG MENJADI MUALAF...
KESIMPULAN : DONGOK BIN ***** BIN TOLOL BIN STUPID BIN KOPLAK BIN KOPLO (yang arab2 gini banyak bin-bin nya lah) BIN SALABIN ....