tapi apa salahnya juga jika saia mengangkat kembali kisah romantis ... eh dramatis para pelaku teror ini.
Ada fakta yang menarik dari ‘Breaking News’ di beberapa media-media berita on-line maupun off-line
, tentang penyergapan teroris di Cikampek dan Cililitan (12 May 2010). mungkin yang paling menarik peristiwa penyergapan di cililitan.yang saia dapatkan pengakuan atau kesaksian dari saksi mata di tempat (semisal baca di: http://news.okezone.com/read/2010/05/12 ... dari-dekat), tersangka teroris di Cililitan ada tiga orang, turun dari taksi dan langsung berpencar. Satu orang mulai menghidupkan motor sementara yang lain pergi ke arah Pusat Grosir Cililitan. Menurut saksi mata, yang akan mengendarai motor langsung dicekik dan ditembak di tempat oleh seorang berbadan besar (disinyalir anggota Densus). Sesudah penembakan, barulah anggota2 Densus 88 melakukan pengejaran terhadap dua orang lainnya, dengan meninggalkan mayat si tersangka teroris di tempat.
entah berita ini kredibel atau tidak .... anggap saja beritanya begitu benar adanya. ada yang satu mengganjal dalam pikiran saia, jika tindakan Densus 88 bisa dibenarkan untuk mengeksekusi tersangka yang akan mengendarai motor hanya untuk memastikan efektifitas penangkapan sisa tersangka yang lain, masih bisa dimengerti, karena yang terutama adalah public safety first! untuk menghindari tersangka utama adalah "calon pengantin" yang siap meledakan diri jika dalam situasi darurat.
timbul pikiran skeptis dalam diri saia, bagaimana tersangka utama itu hanya orang yang tidak tahu apa-apa?? baru saja turun dari taxi sudah "DORRR", selamat menempuh jalan yang panjang ke rahmatullah merangkap rumah bordill bung!!
apakah kita harus minta setiap saat Densus 88 ini transparan terhadap masyarakat, bagaimana kinerja mereka menanggulangi aksi terorist di indonesia ini??
saia rasa tidak juga, karena bisa menjadi reverse implication terhadap kinerja para terorist buster pengasung M16 ini, yang saia maksud dengan reverse implication ini adalah tindakan antisipasi terorist agar metode yang lama di tinggalkan supaya tidak cenderung "mudah" di gerebek
saia jadi ingat paman saia yang seorang polisi pernah ngomong begini, sebelum maling ayam di gebukin, di ajari dulu cara mencuri yang benar
ehmm, kembali ke laptop. pantaskah Densus 88 punya license to kill??
mei .... meibi yes meibi not (tolong cek jajang rekso translatornya, spellnya sudah benar atau tidak
)jika kita bisa berpikir kritis, license to kill Densus 88 ini bisa dianggap shah jika :
1. Subjectivitas, maksudnya target-target jagoan berpenampilan ala tim SWAT ini.
orang berjanggut dengan setelan baju koko belum tentu terorist siapa tahu orang tsb hanya pecinta sunnah baginda rosul yaitu doyan mengawini bocah cilik.
saia percaya langkah-langkap penyergapan terorist ini sudah di perhitungan terlebih dahulu melalaui data-data intelegen yang kompeten dan bisa
di pertanggung-jawabkan, hasilnya dr.azhari, noordin m top, amrozi bisa tertangkap bukan??
shoot at will on the first sight bisa di toleransi untuk mencegah korban di sekitar kejadian, seperti saia bilang tadi, public safety first!!
2. Ruang lingkup kerja
jangan samakan kerja Densus Anti Terror ini di hutan-hutan Papua dengan kawasan urban seperti Jakarta ini, kita tahu kawasan padat riskan timbul korban
yang tidak di harapkan. untuk mencegah ini, tembak di tempat bisa di benarkan, asal nembaknya becus, jangan kyk brimob di papua sana, nembak kyk
anak kecil belajar pipis.
3. Validitas
Point terakhir ini sangat penting, seperti saia jelaskan sebelumnya. semakin tinggi kredibilitas pelaku bisa di percayai semakin baik, karena dengan itu
Densus tidak lagi ambil pusing mengambil tindakan antisipasi untuk melumpuhkan terorist ini Dead Or Alive!!
bagaimana dengan etika kerja Densus ini??
untuk teroris yg dibunuh tanpa ada peringatan apapun, apa ini menandakan bahwa densus 88 memang keahliannya cuman
sampe di situ??
apa mereka tidak piawai *menangkap* penjahat (yg lagi nawar taksi lagi!), tapi paling jago membunuh orang (yg baru bayar taksi lagi!)??
apa harus Densus tereak, " Densus!! Freeze!! down on your fvcking knees!!!", begitu??
apa Densus mengharapkan jawaban seperti ini, "Aullohku barbar ...!" sesaat kemudian DUARRRRRRR .... begitu??
Sebuah sergapan adalah kulminasi dari berbagai fragmen yang terkumpul dari unduhan berbagai kegiatan, dengan perhitungan yang detail dan dari keputusan yang sudah fix/bisa dipertanggung-jawabkan. Pun demikian masih menyisakan "room to make mistake", karena dilapangan juga berlaku flexible situation yang menurut buku tafsir ala Marinir berbunyi: "Anythin' that can be fvcked up ... will be fvcked up, one way or another".
seperti penyergapan di temanggung tempo lalu, di sangka noordin malah ibrahim(baim??), tapi untungnya tetap sama-sama terorist.
tapi mungkin juga siasat Kepolisian, yang memang tahu yang di sergap itu ibrahim agar si noordin bisa di "gerakkan" ke solo, supaya bisa koit di WC??
anyway jadi pengen tahu pendapat TPM, netter di sini ada yang tahu??
dan, bagaimana tanggapan netter muslim di sini?? tenang tidak usah pakai referensi kok, saia minta pendapat saja
Bravo Densus Antiterror 88!!!
wassalam
