Dear Rock,
Tulisan Anda yang panjang lebar itu sangat baik sebagai TERAPI bagi Anda untuk melepaskan semua keluh kesah dalam hati Anda. Saya menangkap ketakutan (terhadap setan, neraka, dll), kesedihan, ketidakpuasan, kemarahan, kekecewaan, dan masih banyak nuanasa emosi NEGATIF dari kata-kata yang Anda tumpahkan.
Menurut pendapat saya pribadi, Anda sedang mengalami ketidakstabilan emosi. Antara harapan dan kenyataan terdapat jurang yang lebar. Itulah yang membuat Anda mengalami ketidakstabilan emosi.
Agama memang sering menimbulkan ketidakstabilan emosi. Saya agnostik dan tidak percaya kitab suci apapun. Semua kitab suci adalah tulisan/karangan manusia jadi tidak boleh dipercayai begitu saja. Ada yang benar dan ada yang salah. Pakailah nalar dan nurani untuk menyaringnya.
Saya percaya conscience/nurani jauh lebih unggul dari kitab suci apapun dan agama apapun. Conscience/nurani membawa kedamaian dalam hati saya. Dan ujung-ujungnya membawa kestabilan emosi.
Emosi saya relatif stabil walau saya tak pernah sholat lima waktu seperti Anda. Juga tak pernah pergi ke mesjid setiap hari Jumat seperti Anda. Hati saya damai dan tenteram karena saya selalu hidup menuruti nurani saya.
Semua orang memiliki conscience sebelum mereka tersesat dalam jebakan agama yang kemudian mengacaukannya.
Saya tidak tahu apakah conscience itu masih ada atau tidak ketika saya mati. Kalau menurut atheis sih conscience ikut mati ketika otak kita mati. Kalau dipikir secara logika apa yang dikatakan atheisme mengenai hubungan conscience dengan otak itu kemungkinan besar benar, tapi intuisi saya berkata tidak!
Masalah Tuhan ada atau tidak ada, setan malaikat ada atau tidak, surga neraka ada atau tidak, reinkaransi ada atau tidak, SAYA TIDAK TAHU, karena saya belum mati, dan saya tidak bisa menanyakan hal-hal ini kepada orang yang sudah mati, serta saya tidak mau dibohongi agama-agama mengenai kehidupan setelah kematian.
Tapi satu hal yang SAYA TAHU PASTI dalam hidup ini: SAYA PUNYA CONSCIENCE! Dan itu yang akan saya pegang erat sampai mati. Itulah pedoman dalam hidup saya. Sederhana saja. Satu kata saja: conscience! Mungkin saya lebih tepat disebut sebagai agnostic-conscience. Dan sebagai agnostic-conscience, saya layak Anda sebut sebagai “kafir”!
Bisakah Anda memahami “kafir” seperti saya ini? Kalau Anda bilang Anda mau berjihad nubuwah (kenabian) dengan mengajak orang “kafir” seperti saya masuk Islam, saya pikir hal itu sia-sia. Karena saya tidak mengimani apa yang Anda imani. Saya tidak beriman pada Allah SWT, Nabi Muhammad, Al Qur’an, Hadist, atau apapun dalam Islam. Saya justru merasa kasihan kepada Anda yang telah terjebak dalam sebuah CULT yang sudah berusia 1400 tahun! Dan ingin menarik Anda keluar dari Islam.
Saya ini orang yang cinta damai Murah senyum dan tawa. Mudah bergaul dengan siapapun tanpa membedakan status sosial, agama, ataupun ras.
Tapi yang dilakukan Islam di Indoensia sungguh mengusik kedamaian hati saya. Membuat saya kadang mengerutkan kening dan bersedih. Kerusuhan Mei 1998, kerusuhan Ambon, Poso, WTC, bom Bali, dll menyadarkan saya bahwa ada yang salah dengan agama Islam.
Satu kata saja untuk menjelaskan apa yang salah dalam Islam: JIHAD. Itulah ajaran yang paling JAHAT dalam agama Islam. :evil: :evil:
Sebaik apapun Anda berusaha memperhalus definisi JIHAD (misalnya jihad tertinggi adalah melawan hawa nafsu) hal itu tidaklah bisa menghapus kebiadaban JIHAD yang saya saksikan dengan mata kepala saya sendiri.
Anda boleh mengklaim agama Anda adalah agama yang damai tapi bukti dan fakta menyatakan sebaliknya.
Anda boleh mengklaim agama Anda dari Tuhan sejati tapi bukti dan fakta menyatakan yang sebaliknya.
Anda boleh mengklaim bahwa Al Qur’an itu benar dan suci tapi bukti dan fakta menyatakan yang sebaliknya.
Anda boleh mengklaim bahwa nabi Anda, Muhammad adalah orang yang paling baik dan sempurna tapi bukti dan fakta menyatakan yang sebaliknya.
Apapun yang diklaim Islam tak ada yang terbukti atau menjadi kenyataan. Apakah itu tak membuka nalar dan nurani Anda?
Apakah ketakutan atas ancaman masuk neraka (bila murtad dan menjadi kafir seperti saya) telah melumpuhkan nalar dan nurani Anda?
Atau apakah ketakutan bahwa Anda sedang dijebak iblis/setan (yang saya ragukan eksistensinya) telah melumpuhkan nalar dan nurani Anda?
Aha! Saya tahu. Anda pasti berpikir saya adalah kaki tangan iblis/setan yang sedang merayu Anda untuk murtad! Itu pikiran khas Islam.
Ya ampun, please deh, jangan berimajinasi terlalu jauh seperti itu. Saya ini manusia biasa yang sederhana, yang hanya berpegang pada nurani sebagai pedoman dalam hidup saya.