Allah-Pedang

Hal2 yang menyebabkan terjadinya teror dalam Islam dan kaitannya dengan Jihad.
User avatar
Dreamsavior
Posts: 727
Joined: Wed May 11, 2011 10:43 am

Re: Allah-Pedang

Post by Dreamsavior »

Aku baca komentarnya rekan-rekan muslim... intinya adalah, siapa yang lebih kuat, lebih garang, lebih brutal... dia yang menang ..."lu senggol gwa bacok". Violence Prevail!
Argumen ini sebenarnya membenarkan judul thread ini... bahwa "awloh suka pedang", awloh pencinta kekerasan!!

Aku sering mendengar argumen rekan muslim yang menyatakan bahwa beberapa ayat perang dikeluarkan dalam situasi perang. Tapi ayat-ayat tersebut sebenarnya membenarkan bahwa awloh menyukai umatnya melakukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Apakah anda mengajarkan anak-anak anda untuk melakukan kekerasan guna menyelesaikan masalah??

Sangat berbeda dengan apa yang dilakukan segelintir orang yang disebut pengikut Kristus lebih dari 500 tahun sebelum Muhammad menuliskan ayat-ayat pedangnya. Bangsa Israel juga mengalami situasi perang dari bangsa Romawi.

Pada tahun 67 M, Jenderal Vespasianus dan putranya, Titus, mengerahkan pasukan yang besar yang terdiri atas 60.000 prajurit. Selama dua tahun berikutnya, pasukan penghancur ini maju menuju Yerusalem, menghabisi semua yang berupaya melawan. Sementara itu, di dalam kota Yerusalem, faksi-faksi Yahudi yang bersaing saling bertempur dengan sengit. Persediaan gandum di kota dihancurkan, daerah di sekeliling bait diratakan dengan tanah, dan lebih dari 20.000 orang Yahudi dibunuh. Vespasianus menunda penyerbuannya ke Yerusalem; ia menyatakan, ’Allah bertindak sebagai jenderal Romawi dengan cara yang lebih baik daripada yang dapat saya lakukan; musuh kami saling menghancurkan dengan tangan mereka sendiri.’

Ketika kaisar Romawi, Nero, wafat, Vespasianus berangkat menuju Roma untuk merebut takhta, membiarkan Titus menyelesaikan kampanye militer mereka di Yudea. Titus tiba di Yerusalem menjelang Paskah tahun 70 M, mengepung kota itu sehingga penduduk dan peziarah terperangkap di dalamnya. Pasukannya membabat pohon-pohon di pedesaan Yudea untuk membuat barikade dari kayu-kayu runcing sepanjang 7 kilometer di sekeliling ibu kota yang terkepung. Hal ini terjadi tepat seperti yang Yesus nubuatkan, ”Musuh-musuhmu akan membangun di sekelilingmu sebuah pertahanan dengan kayu-kayu runcing, lalu mengepung engkau dan membuat engkau menderita dari setiap sisi”.—Lukas 19:43.

Kota itu segera dilanda kekurangan makanan. Gerombolan bersenjata menjarah rumah-rumah penduduk yang telah tewas dan yang sedang sekarat. Sedikitnya ada satu wanita yang nekat membunuh dan memakan bayinya sendiri, sehingga menggenapi ramalan, ”Engkau akan memakan buah kandunganmu, daging putra-putrimu . . . karena kesesakan dan tekanan yang dilancarkan oleh musuhmu atasmu.”—Ulangan 28:53-57.

Akhirnya, setelah dikepung selama lima bulan, Yerusalem jatuh. Kota dan baitnya yang megah dijarah dan dibakar, lalu batu-batunya dirobohkan satu demi satu. (Daniel 9:26) Ada sekitar 1.100.000 orang yang tewas dan 97.000 orang lain dijual sebagai budak. (Ulangan 28:68) Hampir tidak ada lagi orang Yahudi di Yudea. Benar-benar suatu bencana nasional yang tiada duanya, suatu titik balik dalam kehidupan politik, keagamaan, dan kebudayaan Yahudi.

Disaat gejolak politik dan situasi peperangan ini apa yang dilakukan pengikut Kristus? Apakah mereka mengangkat pedang dan bergabung dengan fraksi-fraksi pelawan kekuasaan Romawi hanya karena mereka merasa "dizholimi" dan diprovokasi? Apakah situasi ini dijadikan alasan bagi para pengikut Kristus untuk membenarkan tindakan kekerasan guna melindungi tempat suci mereka yang sarat dengan nilai sejarah teologis antara bapak-bapak leluhur mereka dengan YHWH? Tidak!!!, karena setidaknya 30 tahun sebelum kejadian ini, Yesus memberikan instruksi yang tegas, "semua orang yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang!" (Matius 26:52).

Tetapi YHWH bukannya tidak sanggup melindungi umatnya yang ingin memegang teguh prinsip untuk menjauhkan diri dari kekerasan. Jauh sebelumnya, Yesus memberikan instruksi yang bersifat nubuatan kepada para muridnya untuk terlebih dahulu lari ke daerah pegunungan sebelum semua bencana ini meledak. Dengan cara ini ribuan orang yang membenci kekerasan diselamatkan dari malapetaka yang meruntuhkan Yerusalem pada abad pertama masehi.


Sekalian numpang pasang poster anti kekerasan di sini :
Image
Image
cah_TK_nol_besar
Posts: 129
Joined: Mon Feb 13, 2012 7:57 pm

Re: Allah-Pedang

Post by cah_TK_nol_besar »

Dreamsavior wrote:Aku baca komentarnya rekan-rekan muslim... intinya adalah, siapa yang lebih kuat, lebih garang, lebih brutal... dia yang menang ..."lu senggol gwa bacok". Violence Prevail!
Argumen ini sebenarnya membenarkan judul thread ini... bahwa "awloh suka pedang", awloh pencinta kekerasan!!

Aku sering mendengar argumen rekan muslim yang menyatakan bahwa beberapa ayat perang dikeluarkan dalam situasi perang. Tapi ayat-ayat tersebut sebenarnya membenarkan bahwa awloh menyukai umatnya melakukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Apakah anda mengajarkan anak-anak anda untuk melakukan kekerasan guna menyelesaikan masalah??

Sangat berbeda dengan apa yang dilakukan segelintir orang yang disebut pengikut Kristus lebih dari 500 tahun sebelum Muhammad menuliskan ayat-ayat pedangnya. Bangsa Israel juga mengalami situasi perang dari bangsa Romawi.

Pada tahun 67 M, Jenderal Vespasianus dan putranya, Titus, mengerahkan pasukan yang besar yang terdiri atas 60.000 prajurit. Selama dua tahun berikutnya, pasukan penghancur ini maju menuju Yerusalem, menghabisi semua yang berupaya melawan. Sementara itu, di dalam kota Yerusalem, faksi-faksi Yahudi yang bersaing saling bertempur dengan sengit. Persediaan gandum di kota dihancurkan, daerah di sekeliling bait diratakan dengan tanah, dan lebih dari 20.000 orang Yahudi dibunuh. Vespasianus menunda penyerbuannya ke Yerusalem; ia menyatakan, ’Allah bertindak sebagai jenderal Romawi dengan cara yang lebih baik daripada yang dapat saya lakukan; musuh kami saling menghancurkan dengan tangan mereka sendiri.’

Ketika kaisar Romawi, Nero, wafat, Vespasianus berangkat menuju Roma untuk merebut takhta, membiarkan Titus menyelesaikan kampanye militer mereka di Yudea. Titus tiba di Yerusalem menjelang Paskah tahun 70 M, mengepung kota itu sehingga penduduk dan peziarah terperangkap di dalamnya. Pasukannya membabat pohon-pohon di pedesaan Yudea untuk membuat barikade dari kayu-kayu runcing sepanjang 7 kilometer di sekeliling ibu kota yang terkepung. Hal ini terjadi tepat seperti yang Yesus nubuatkan, ”Musuh-musuhmu akan membangun di sekelilingmu sebuah pertahanan dengan kayu-kayu runcing, lalu mengepung engkau dan membuat engkau menderita dari setiap sisi”.—Lukas 19:43.

Kota itu segera dilanda kekurangan makanan. Gerombolan bersenjata menjarah rumah-rumah penduduk yang telah tewas dan yang sedang sekarat. Sedikitnya ada satu wanita yang nekat membunuh dan memakan bayinya sendiri, sehingga menggenapi ramalan, ”Engkau akan memakan buah kandunganmu, daging putra-putrimu . . . karena kesesakan dan tekanan yang dilancarkan oleh musuhmu atasmu.”—Ulangan 28:53-57.

Akhirnya, setelah dikepung selama lima bulan, Yerusalem jatuh. Kota dan baitnya yang megah dijarah dan dibakar, lalu batu-batunya dirobohkan satu demi satu. (Daniel 9:26) Ada sekitar 1.100.000 orang yang tewas dan 97.000 orang lain dijual sebagai budak. (Ulangan 28:68) Hampir tidak ada lagi orang Yahudi di Yudea. Benar-benar suatu bencana nasional yang tiada duanya, suatu titik balik dalam kehidupan politik, keagamaan, dan kebudayaan Yahudi.

Disaat gejolak politik dan situasi peperangan ini apa yang dilakukan pengikut Kristus? Apakah mereka mengangkat pedang dan bergabung dengan fraksi-fraksi pelawan kekuasaan Romawi hanya karena mereka merasa "dizholimi" dan diprovokasi? Apakah situasi ini dijadikan alasan bagi para pengikut Kristus untuk membenarkan tindakan kekerasan guna melindungi tempat suci mereka yang sarat dengan nilai sejarah teologis antara bapak-bapak leluhur mereka dengan YHWH? Tidak!!!, karena setidaknya 30 tahun sebelum kejadian ini, Yesus memberikan instruksi yang tegas, "semua orang yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang!" (Matius 26:52).

Tetapi YHWH bukannya tidak sanggup melindungi umatnya yang ingin memegang teguh prinsip untuk menjauhkan diri dari kekerasan. Jauh sebelumnya, Yesus memberikan instruksi yang bersifat nubuatan kepada para muridnya untuk terlebih dahulu lari ke daerah pegunungan sebelum semua bencana ini meledak. Dengan cara ini ribuan orang yang membenci kekerasan diselamatkan dari malapetaka yang meruntuhkan Yerusalem pada abad pertama masehi.


Sekalian numpang pasang poster anti kekerasan di sini :
Image
Image
Hal diatas juga dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika dia berhijrah dari Mekah ke Medinah. Dan istimewanya lagi ternyata hukuman mati kepada murtadin pada jaman itu biar nasib Nabi Muhammad tidak seperti Nabi Isa yg mati mengenaskan (menurut elu lho) dikhianati oleh muridnya sendiri... :green:
Post Reply