Semakin banyak Ulama yang sepakat akan keharaman bom bunuh diri. Berikut kutipannya :
1. Kitab Fatawa Al-Aimmah Fil An-Nawazil Al-Mudlahimmah :
http://almanhaj.or.id/index.php?action= ... 0&bagian=0
2. MUI : http://tempointeraktif.com/hg/nasional/ ... 99,id.html
3. KH Mahmud [Perwakilan 12 kyai pengelola Pondok Pesabtren di Jatim] : http://tempointeraktif.com/hg/nasional/ ... 06,id.html
4. PBNU : http://www.republika.co.id/online_detai ... &kat_id=23
Ditambah dengan :
FPI Haramkan Bom Bunuh Diri
http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=83696
JAKARTA--MIOL: Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab mengharamkan bom bunuh diri yang dilakukan di suatu negara dalam suasana damai seperti di Indonesia karena aksi itu merupakan buah dari kemaksiatan dan Islam sama sekali tidak mengajarkannya.
"Jihad untuk syahid itu dianjurkan. Sedangkan bom bunuh diri diharamkan. Secara syariah, jihad dilarang mengganggu anak-anak yang tak berdosa, wanita, orang tua, masyarakat sipil tak bersenjata dan membumihanguskan tempat secara membabibuta," katanya saat berbicara dalam seminar "Pemuda dan Radikalisme" di Jakarta, Jumat.
Rizieq mengatakan bahwa dalam jihad ada etika yang mengacu pada pada suatu 'rahmatan' di dalam Islam dan jihad itu bertujuan menciptakan kedamaian, bukan kerusakan.
Menurut dia, mati syahid dan bunuh diri dengan menggunakan teror bom sangat berbeda.
"Bom syahid dilakukan atas dasar iman, perjuangan dan pengorbanan, dan memiliki tujuan syariat yang jelas serta tidak mengorbankan orang-orang yang tak berdosa, sedangkan bom bunuh diri, berdasarkan hawa nafsu, emosi, dan keputusasaan sehingga ini tidak dapat dikatakan sebagai jihad," katanya.
Lebih lanjut dia mengakui bahwa di satu sisi "bom-bom hidup" itu merupakan ekspresi perlawanan kaum muda muslim terhadap kezaliman Amerika Serikat serta sekutu-sekutunya.
Tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa bom-bom tersebut ternyata justru merenggut korban dari kalangan muslimin sendiri dan bahkan "memangsa" anak-anak, wanita, dan orang tua yang tidak bersalah.
Untuk menghentikan aksi bom bunuh diri di Indonesia, ia berpendapat, pemerintah atau aparat keamanan seharusnya tidak hanya menangkap dan menghukum mati para pelaku itu, tetapi juga harus menyelesaikan akar persoalannya yaitu ketidakadilan di negara ini.
Di tempat yang sama, pengamat politik UI Arbi Sanit mengatakan, persoalan mengapa radikalisme yang mengagungkan kekerasan cenderung timbul di jiwa anak-anak muda harus dilihat dari akar masalah yang sesungguhnya.
Arbi mengatakan, salah satu penyebab timbulnya semangat radikalisasi dalam anak muda itu karena mereka merasakan adanya ketidak adilan, baik yang dilihat maupun dirasakannya secara langsung.
Berkaitan dengan kasus bom bunuh diri yang sudah sering terjadi di Indonesia dengan eksekutornya yang dominan berasal dari kalangan muda yang "rela" meledakkan dirinya, Arbi menilai hal itu dikarenakan mereka menjadikan sebuah nilai yang dianutnya sebagai suatu kebenaran mutlak.
"Kita harus melihat agama secara sosiologis bukan dengan akidah. Jangan menjadikan nilai itu adalah suatu kebenaran," tegasnya. (Ant/OL-1)