nonelse wrote:Ayat-ayat perang dalam al-Qur'an bukanlah perintah untuk merusak dan menghancurkan pihak lain.
Ayat2 perang Qur'an jelas merusak dan menghancurkan pihak lain.
Tiada satupun suku2 non-Islam yang mengobarkan perang terlebih dahulu terhadap Muhammad. Justru pihak Muslim-lah yang melakukan pembunuhan pertama terhadap pedagang Quraish di Nakhla. Selama 10 tahun hidupnya di Medinah, Muhammad mengobarkan penyerangan agresif termasuk perampokan, penjarahan, pembunuhan, penghancuran keluarga dan seluruh suku sebanyak lebih dari 60 kali lebih. Dia hanya berhenti melakukan penyerangan setelah dia mati.
Akan tetapi, ayat-ayat ini berisi izin untuk berperang karena sudah tidak ada jalan lain untuk upaya mencari jalan damai.
Sekali lagi: tidak ada satu pun suku Arab atau non-Islam yang terlebih dahulu menyerang Muhammad. Tidak ada satu pun suku Arab atau non-Islam yang terlebih dahulu membunuh Muslim. Muhammadlah yang terlebih dahulu menyerang suku2 pagan, suku2 Yahudi, dan seluruh suku2 non-Islam pada akhirnya. Tunjukan padaku suku mana yang terlebih dahulu menyerang Muhammad dan membunuh para Muslim?
Peperangan bagi Nabi (saw) adalah jalan terakhir yang tidak bisa ditawar-tawar, selama perdamaian sudah mencapai jalan buntu. Bagaimanapun juga, Nabi (saw) selalu mengedepankan damai di atas perang
.
Ini bohong besar. Tiada kata damai dalam Islam selama non-Muslim masih ada dan tidak mau mengakui Allah sebagai satu2nya tuhan dan Muhammad sebagai rasul alllah. Kau ternyata belum tahu tentang perintah Jihad dalam Islam dan apa makna ayat pedang 9:5. Silakan baca tafsir Ibn Kathir:
Kathir 9:5 wrote:
Tjmh:
Kathir 9:5 menyatakan:
This is the Ayah of the Sword
Tjmh:
Ini adalah Ayat Pedang
Mujahid, `Amr bin Shu`ayb, Muhammad bin Ishaq, Qatadah, As-Suddi and `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam said that the four months mentioned in this Ayah are the four-month grace period mentioned in the earlier Ayah,
Tjmh:
Mujahid, `Amr bin Shu`ayb, Muhammad bin Ishaq, Qatadah, As-Suddi and `Abdur-Rahman bin Zayd bin Aslam berkata bahwa empat bulan yang disebutkan dalam ayat ini adalah bulan2 suci yang disebut di ayat sebelumnya,
﴿فَإِذَا انسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ﴾
(
So when the Sacred Months have passed... ),
meaning, `Upon the end of the four months during which We prohibited you from fighting the idolators, and which is the grace period We gave them, then fight and kill the idolators wherever you may find them.' Allah's statement next,
Tjmh:
(
Kemudian apabila habislah (masa) bulan-bulan yang dihormati itu… ),
berarti, ‘Pada akhir empat bulan di mana Kami melarangmu untuk memerangi kaum pagan, dan ini adalah waktu suci yang Kami berikan pada mereka, maka perangi dan bunuh kaum pagan di mana pun kau jumpai mereka.’ Pernyataan Allah selanjutnya,
﴿فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ﴾
(
then fight the Mushrikin wherever you find them),
means, on the earth in general, except for the Sacred Area, for Allah said,
Tjmh:
(
bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana sahaja kamu menemuinya),
berarti, umumnya di atas tanah, kecuali di Tempat Suci, karena Allah berkata,
﴿وَلاَ تُقَـتِلُوهُمْ عِندَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَـتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِن قَـتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُمْ﴾
(
And fight not with them at Al-Masjid Al-Haram, unless they fight you there. But if they attack you, then fight them.)
2:191 ﴾
Allah said here,
Tjmh:
(
dan janganlah kamu memerangi mereka di sekitar Masjidilharam sehingga mereka memerangi kamu di situ. Oleh itu kalau mereka memerangi kamu (di situ), maka bunuhlah mereka.) (
2:191) (
Allah berkata,
﴿وَخُذُوهُمْ﴾
(
and capture them),
executing some and keeping some as prisoners,
Tjmh:
(
dan tangkaplah mereka),
bunuh sebagian dan tangkap sebagian sebagai tawanan perang,
﴿وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُواْ لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ﴾
(
and besiege them, and lie in wait for them in each and every ambush),
do not wait until you find them. Rather, seek and besiege them in their areas and forts, gather intelligence about them in the various roads and fairways so that what is made wide looks ever smaller to them. This way, they will have no choice, but to die or embrace Islam,
Tjmh:
(
juga kepunglah mereka, serta tunggulah mereka di tiap-tiap tempat mengintipnya),
jangan tunggu sampai mereka menemukanmu. Tapi serang dan kepung mereka di daerah dan benteng2 mereka, cari keterangan tentang mereka di berbagai jalan dan tempat sehingga mereka tidak leluasa lagi. Karena itu, mereka tidak punya pilihan kecuali mati atau masuk Islam,
﴿فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلَوةَ وَءاتَوُاْ الزَّكَوةَ فَخَلُّواْ سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾
(
But if they repent and perform the Salah, and give the Zakah, then leave their way free. Verily, Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful.)
Abu Bakr As-Siddiq used this and other honorable Ayat as proof for fighting those who refrained from paying the Zakah. These Ayat allowed fighting people unless, and until, they embrace Islam and implement its rulings and obligations. Allah mentioned the most important aspects of Islam here, including what is less important. Surely, the highest elements of Islam after the Two Testimonials, are the prayer, which is the right of Allah, the Exalted and Ever High, then the Zakah, which benefits the poor and needy. These are the most honorable acts that creatures perform, and this is why Allah often mentions the prayer and Zakah together. In the Two Sahihs, it is recorded that Ibn `Umar said that the Messenger of Allah said,
Tjmh:
(
Kemudian jika mereka bertaubat dan mendirikan sembahyang serta memberi zakat, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.)
Abu Bakr As-Siddiq menggunakan ayat ini dan ayat terhormat lainnya sebagai alasan memerangi mereka yang tidak mau bayar Zakah. Ayat ini menginjinkan memerangi orang lain sampai orang tersebut memeluk Islam dan melaksanakan hukum dan kewajiban Islam. Allah menyatakan hal2 yang paling penting dalam Islam, dan juga yang hal penting lainnya. Sudah jelas bahwa hal2 terpenting dalam islam setelah Shahadah (pengakuan) adalah sembahyang bagi Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, lalu Zakat bagi yang miskin dan yang membutuhkan. Hal2 ini merupakan perbuatan yang paling terhormat yang dapat dilakukan manusia, dan karena itulah Allah seringkali mengatakan tentang sembahyang dan Zakat secara bersamaan. Dalam dua Shahih dinyatakan bahwa Ibn ‘Umar berkata bahwa Rasul Allah berkata,
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاة»
(
I have been commanded to fight the people until they testify that there is no deity worthy of worship except Allah and that Muhammad is the Messenger of Allah, establish the prayer and pay the Zakah.)
This honorable Ayah (9:5) was called the Ayah of the Sword, about which Ad-Dahhak bin Muzahim said, "It abrogated every agreement of peace between the Prophet and any idolator, every treaty, and every term.'' Al-`Awfi said that Ibn `Abbas commented: "No idolator had any more treaty or promise of safety ever since Surah Bara'ah was revealed. The four months, in addition to, all peace treaties conducted before Bara'ah was revealed and announced had ended by the tenth of the month of Rabi` Al-Akhir.''
Tjmh:
(
Aku telah diperintahkan untuk memerangi orang2 sampai mereka mengaku tiada tuhan yang layak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan sembahyang dan membayar Zakat).
Ayat 9:5 yang terhormat ini disebut sebagai Ayat Pedang, dan tentang ini Ad-Dahhak bin Muzahim berkata,”Ayat ini membatalkan semua perjanjian damai antara Sang Rasul dan kaum pagan, semua persetujuan, dan semua keadaan.” Al-`Awfi berkata bahwa Ibn `Abbas menyatakan: “Tidak seorang pun kaum pagan yang berada di bawah perjanjian damai atau janji keselamatan sejak Surah Bara’ah dinyatakan. Masa empat bulan di mana semua perjanjian damai ditetapkan sebelum Bara’ah diwahyukan dan diumumkan sudah berakhir pada tanggal sepuluh bulan Rab’ Al-Akhir.”
Surah 9:5 berlaku sepanjang masa sampai semua kafirun mengaku Allah adalah satu2nya Tuhan yang harus disembah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Jika ini belum terlaksana, maka Ayat Pedang masih terus berlaku. Non-Muslim tidak perlu melakukan apapun untuk dapat layak diperangi Muslim. Istilah perang dalam Islam bukanlah perang bela diri tapi perang agresif terhadap mereka yang tidak mau menyembah Allah dan mengakui Muhammad sebagai Rasul Allah. Lihat lagi contoh2 peperangan yang dilakukan Muhammad di Sirat Rasul Allah karangan Ibn Ishaq. Kenapa tuh Bani al-Mustaliq yang tidak tahu apa2 diserang dan dibantai, lalu para wanitanya diperkosa dan diperbudak beserta kaum anak2nya pula.
Sahih Muslim Book 019, Number 4292:
Ibn ‘Aun mengisahkan: Aku menulis pada Nafi’ menanyakan keterangan dari dia apakah perlu untuk mengajak (kaum kafir) untuk menerima (Islam) sebelum memaksa mereka lewat pertempuran. Dia menulis (jawabannya) padaku bahwa hal ini perlu di hari2 awal Islam. Rasul Allah menyerang Banu Mustaliq pada saat mereka tidak siap dan unta2 mereka sedang minum air. Dia membunuh mereka yang melawan dan menawan selebihnya. Pada hari yang sama, dia menangkap Juwairiya bint al-Harith. Nafi’ mengatakan bahwa tradisi ini disampaikan padanya oleh Abdullah b. Umar yang (dia sendiri) berada diantara para tentara yang menyerang.
Muhammad merampas kumpulan unta2 mereka, menangkap banyak tawanan dan membagi-bagikannya diantara para Jihadis. 200 keluarga ditawan, 200 unta (US$700,000) dan 500 domba dan kambing (US$ 175,000), juga banyak harta benda (kira2 US$ 100,000) dirampas. Juwariyah, anak perempuan pemimpin B. al-Mustaliq yang muda, cantik, dan menarik termasuk salah seorang tawanan.[ Muir, vol. iii, p.238] . Tentara2 Muslim lapar akan seks dan Muhammad mengijinkan mereka memperkosa tawanan2 B. al-Mustaliq.
Hadith from Sahih Bukhari, Volume 5, Book 59, Number 459:
Dikisahkan oleh Ibn Muhairiz:
Aku masuk ke dalam mesjid dan melihat Abu Khudri dan lalu duduk di sebelahnya dan bertanya padanya tentang coitus interruptus. Abu berkata, “Kami pergi bersama Rasul Allah untuk Ghazwa (penyerangan terhadap) Banu Mustaliq dan kami menerima tawanan2 perang diantara para tawanan perang dan kami berhasrat terhadap para wanita itu dan sukar untuk tidak melakukan hubungan seksual dan kami suka melakukan coitus interruptus (azl = pengeluaran sperma di luar tubuh wanita). Maka ketika kami bermaksud melakukan coitus interruptus kami berkata: “Bagaimana kami dapat melakukan coitus interruptus tanpa menanyakan Rasul Allah yang ada diantara kita?” Kami bertanya padanya tentang hal ini dan dia berkata: “Lebih baik kalian tidak melakukan itu, karena jika jiwa (dalam hal ini jiwa bayi) manapun (sampai hari Kebangkitan) memang ditentukan untuk menjadi ada, maka jiwa itu pun akan ada.’”
Kenapa tuh 900 pria (13 tahun ke atas - yang sudah punya bulu kemaluan) Bani Qurayza yang telah menyerah dipenggali kepalanya dalam waktu sehari semalam saja dan Muhammad menonton semua pemenggalan itu sampai selesai. Manusia seperti apa yang doyan nonton pemenggalan kepala kafir selama berjam-jam dari pagi sampai malam? Setelah puas memenggali, dia pun memilih Rohayah, gadis remaja Yahudi yang cantik jelita sebagai budak seksnya.
Tabari lebih lanjut menulis: [Tabari, vol viii, pp.35-36]
“Rasul Allah ke luar menuju pasar Medina dan memerintahkan penggalian parit. Lalu dia memerintahkan orang2 Yahudi dibawa ke situ untuk dipancung di atas parit. Mereka dibawa ke hadapan mereka dalam kelompok2. Diantara mereka adalah musuh Allah, yakni Huyayy b. Akhtab dan Ka’b b. Asad, yakni ketua B. Qurayza. Jumlah mereka adalah 600-700, yang lain menulis 800-900. Tatkala mereka dibawa dalam kelompok menghadap utusan Tuhan, mereka berkata kepada Ka’b b. Asad, “Ka’b, apa yang kau mengerti. Tidakkah kau melihat tidak ada yang dibebaskan dan siapa yang diambil tidak akan kembali? Demi Tuhan, ini adalah kematian!” Proses pemancungan berlangsung terus sampai Rasul Allah selesai menyaksikan semuanya.”
Sir William Muir [Muir, vol. iii, p.276…] menuliskan adegan pemancungan yang mengerikan ini sebagai berikut:
“Orang2 dijejerkan di sebuah halaman yang tertutup, pada saat kuburan atau parit2 digali untuk mereka di pasar utama kota. Ketika parit2 sudah selesai digali, Mahomet sendiri menjadi saksi tragedi ini, dia memerintah para tawan dibawa ke hadapannya dalam kelompok 5 – 6 orang. Setiap kelompok diperintahkan untuk berlutut di tepi parit yang ditakdirkan untuk jadi kuburan mereka, dan lalu mereka dipancung. Kelompok demi kelompok dibawa ke luar, dipancung dengan darah dingin, sampai mereka semua habis dibantai. Seorang wanita juga dipancung, karena dialah yang melempar batu di saat perang.”
Pada saat Muslim lemah, maka “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” (Q 109). Jadi bohong kalau dikatakan Islam adalah agama damai.
Islam baru damai setelah semua orang jadi Muslim. Tapi setelah itu pun akan terjadi pula Muslim bunuh Muslim, persis seperti yang kita lihat di Irak (Sunni vs. Shia), Indonesia (Sunni vs. JIL, Ahmadiyah), Pakistan (Sunni vs. Shia vs. Suffi vs. Ahmadiyah), dll. Pokoknya harus ada darah yang ngucur agar Islam tetap bernafas.