kuisa wrote:Wah, rupanya saya yang harus mengajar logika kepada ahli logika
di saat bersamaan harus ngajar bahasa juga.
Panas dingin
Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.
Apa yang terukur untuk menentukan panas dingin? Temperatur/suhu. Untuk membuat sebuah benda menjadi panas, butuh energi untuk memanaskan, demikian juga sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan. Ada yang disebut transfer panas, lebih tepat transfer energi, dua benda dengan suhu berbeda akan mengalami transfer energi sampai suhu keduanya sama.
Sebutan panas dan dingin relatif terhadap kebutuhan, yang terukur adalah suhu, suhu sekian bisa disebut panas atau dingin tergantung apa yang diukur. Panas bisa diukur, dinginpun bisa diukur.
rahimii wrote:
Inilah sains ala padang pasir. Sungguh koplak mengatakan panas dan dingin sekedar penyebutan atau sifat. Itu karena otakmu demikian kecil sehingga menerjemahkan dalam bahasa indonesia HOT dan HEAT saja kamu tidak bisa.
Lebih koplak lagi mengatakan panas dan dingin tidak eksis karena bukan benda itu sendiri. Kamu belajar dimana mengatakan panas dan dingin adalah sekedar kata sifat? Dengan pernyataan subjektif akan kata sifat, kau tidak membuktikan bahwa “dingin” itu tidak ada, atau bahwa “dingin” ada tanpa status ontologis. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “dingin” adalah istilah subjektif.
kuisa wrote:Hati2 kalau menulis, dimana saya salah menggunakan hot dan heat?
btw, ini universal kali, mau di padang pasir atau himalaya konsepnya sama, memang nyatanya kedua hal panas dingin adalah kata sifat/adjective.
rahimii wrote:Yang jelas kalau ngomong, jangan mengalihkan pembahasan ke masalah tata bahasa. Semua yang bisa dirasakan lewat indera, pastilah eksis. Panas eksis, dingin eksis. Indera manusia bisa merasakannya. Kamu bisa merasakannya tidak? Jawab ya atau tidak saja, gak usah mutar-mutar..
kuisa wrote:Si Pak Indra ini mendeteksi perubahan temperatur, jika lebih tinggi dari suhu badan disebutlah panas, jika lebih rendah disebutlah dingin,
jadi yang eksis adalah temperaturnya, panas dingin adalah kesimpulan dari nilai sebuah temperatur.
rahimii wrote:Kalau kamu bilang panas dan dingin itu sekedar kesimpulan dari nilai sebuah temperatur, coba kamu jawab pertanyaan ini. Mengapa ada es dan udara dingin yang sangat ekstrim di kutub? Disana gak ada kulkas atau AC lho..tapi kok dingin ya tong? Merujuk kepada argument mu, bahwa yang eksis adalah temperatur, apakah es dan udara dingin di kutub disebabkan ketiadaan temperatur atau ketiadaan panas? Jangan ngalor ngidul, jawab yang jelas saja tong..
kuisa wrote:Kutub disebut dingin karena anda membandingkan dengan yang bukan kutub, kalau anda hanya mengenal kutub maka anda bisa mengatakan temperatur -60oC lebih panas daripada temperatur -100oC.
Mengatakan dingin ada karena tidak ada panas juga membuat sebuah dilema jika ketika anda tidak mendapatkan es teh karena tidak adanya es (panas ada karena tidak adanya dingin).
rahimii wrote:Kok kumur2 kau tong? Susah benar jawabnya. Lihat nih pernyataan bloon kaliber sekolah taliban "jadi yang eksis adalah temperaturnya" itu perkataanmu kan. Kau tidak pernah lihat matahari bersinar terang di kutub ya tong? Jadi jawab saja gak pake modal congor : Merujuk kepada argument mu, bahwa yang eksis adalah temperatur, apakah es dan udara dingin di kutub disebabkan ketiadaan temperatur atau ketiadaan panas?
kuisa wrote:Ya, matahari bersinar di kutub, artinya ada yang memberikan radiasi/energi panas tapi tetap saja temperatur disebut dingin, malam harinya tetap disebut dingin, hanya malam hari disebut lebih dingin atau siang hari disebut lebih panas, padahal temperatur misal sama2 minus, cuma terdapat perbedaan nilai minusnya. Yang terukur adalah suhunya, dimalam hari disebut lebih dingin, disiang hari disebut lebih panas. Panas dingin hanyalah sebutan semata untuk suatu kondisi. Kondisi yang jelas2 ada mataharipun, kutub tetap dingin, jadi kata dingin tidak lahir dari ketiadaan panas/matahari.
Itu teori dari jihader taliban ya tong? Kata dingin tidak lahir dari ketiadaan panas? Berarti dingin malah eksis akan dirinya sendiri dong tong, wong di kutub tetap dingin meski ada matahari? Makin parah nih sakit si dogol satu ini..kau itu bukan menjawab pertanyaan malah mengigau kayak orang kesurupan. Di kutub dingin karena ketiadaan temperatur atau ketiadaan panas? Saya bahkan sudah kasi petunjuk soal mataharinya, tapi susah amat ya, proses kerja otakmu?
rahimii wrote:
Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “dingin” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut. Lalu, bagaimana pula maksud dari pernyataan untuk membuat sebuah benda menjadi panas, dibutuhkan energi untuk memanaskan? Pada dasarnya panas itu sendiri adalah energi yang tersimpan di dalam suatu objek. Jadi kalimat yang menyatakan dibutuhkan energi untuk memanaskan agar membuat sebuah benda menjadi panas apakah pernyataan yang memiliki landasan atau sekedar modal congor?
kuisa wrote:Fenomena itukan sifatnya/gejala, objeknya adalah energy yang disebut heat menghasilkan 2 istilah, panas dan dingin.
Manasin air emang ga perlu kompor?
rahimii wrote:Asli saya ketawa..kamu memang lulusan sekolah taliban ranking terakhir ya? Untuk memanaskan sesuatu, yang terpikir di otakmu yang kecil adalah kau butuh kompor. Saya tidak akan jelaskan caranya. Silahkan kau belajar lagi gimana caranya mendidihkan air tanpa kompor atau alat pemanas. Kalau sudah tahu, baru balik lagi ya..Contoh lain untuk menguji kesehatan logikamu. Sakit kepala juga gejala / fenomena. Apakah karena sakit kepala bukanlah sesuatu (thing), maka sakit kepala tidak eksis?
kuisa wrote:Ga usah khawatir, ketawa tidak dilarang kok, saya biasanya pakai kompor, paling mudah sih, tapi saya butuh energi biar tuh air panas, energinya dari gas. Pak rahimii manasin air dirumah bagaimana? pake heater, dicolokin dulu ga?
rahimii wrote:
Kalau gas habis dan listrik mati, si kuisa bingung manasin air karena dalam pikirannya energi panas itu adalah api yang keluar dari kompor dan gas..kwkwkw..
kuisa wrote:Pake genset dong, taliban gitu lo.
rahimii wrote:Bagus, pengakuanmu sebagai anak didik sekolah taliban itu memang benar menggambarkan dirimu. Modal nyablak, asal mangap, tak berisi. Sainsmu ala padang pasir. Berlindung dibalik bahasa, yakin benar bahwa dingin dan panas hanyalah kata sifat belaka. Kau baca lagi statementmu yang memalukan ini “Panas dan dingin itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.” Coba kau belajar lagi apa itu concrete nouns tong..dogolmu jangan dipelihara. Concrete nouns adalah nomina atau kata benda yang menunjuk pada benda yang dapat dirasakan atau dilihat, adalah kata-kata untuk hal-hal yang bisa dialami oleh salah satu panca indera, mereka dapat dilihat, didengar, dicium, dirasa atau disentuh, misalnya: kursi, buku, batu, mobil, dingin, panas, hangat, dll. Sok ngerti bahasa, padahal isi otak amburadul.
kuisa wrote:Ngaco, panas, dingin hangat kok disebut concrete??? yang concrete itu bendanya, air panas, air dingin, air hangat. Koreksi diri dulu sana.
Seluruh dunia boleh salah, asal islam terlihat benar. Bahkan grammar bahasa inggris pun jadi salah, demi argument islam kuisa sang koplak jadi benar.
A concrete noun is the name of something or someone that we experience through our senses, sight, hearing, smell, touch or taste.
Ice cream, for example, is a concrete noun. You can see the pink. You can taste the berry flavor. You can feel your tongue growing numb from the cold. Any noun that you can experience with at least one of your five senses is a concrete noun.
Tuh, kau baca pengertian concrete noun berdasarkan english grammar pake mata dan proses pake otak tong, jangan pake dengkul. Sudah sekolah taliban, tinggal kelas lagi..
rahimii wrote:Berikutnya, pernyataan lain dari modal congor adalah "sebaliknya untuk membuat sesuatu menjadi dingin, butuh energi untuk mendinginkan" Kita mengidentifikasi sesuatu sebagai dingin saat suhu menjadi lebih rendah. Tapi itu tidak berarti dibutuhkan sebuah energi untuk membuat "dingin", dingin adalah kondisi dimana hanya ada sedikit energi panas. Energi panas selalu bergerak dari sesuatu yang panas ke sesuatu yang lebih dingin. Tidak ada hal seperti energi dingin, sehingga objek hanya bisa menjadi dingin jika energi panas bergerak menjauh darinya. Jadi untuk membuat sesuatu menjadi dingin, justru tidak dibutuhkan energi tetapi jauhkanlah energi darinya.
kuisa wrote:Emangnya kulkas anda bisa dingin sendiri? colok dulu pak!
rahimii wrote:Hihihihi..habis kata-kata saya menggambarkan kekoplakanmu. Belajar lagi sana, gimana cara membuat air menjadi es tanpa kulkas atau alat pendingin. Belajarnya ke sekolah beneran, jangan sekolah taliban ya..
kuisa wrote:Mau sekolah taliban apa penabur sama aja, kulkas dicolok dulu
rahimii wrote:Kalau listrik mati, si kuisa kebingungan membuat air menjadi es..tapi jangan langsung mbleduk bunuh diri ya, bisa kok tanpa kulkas. Makanya pindah sekolah tong..
kuisa wrote:Kalau listrik mati, saya pake genset dengan mengambil energi dari minyak. Anda sekolah dimana sih?
rahimii wrote:Kapasitas otakmu memang cuma segitu sih, gak bisa diajak mikir yang rumit-rumit, tapi malah nanya sekolah saya dimana. Mikir dulu, gimana membuat air menjadi es tanpa alat, tanpa listrik, tanpa genset, baru tanya dirimu sendiri sekolahmu dimana. Ya, jelas kayaknya kau lulusan sekolah taliban doang tong..
kuisa wrote:Tetap saja untuk mngubah sebuah keadaan yang steady dibutuhkan energi.
Energi apa yang dibutuhkan untuk membuat dingin seperti koar-koar ngaco mu diawal? Sebelum-sebelumnya kau bilang perlu kulkas, AC atau genset.. sekarang meracau lagi ke energi..
koplak habis si dogol satu ini..
rahimii wrote:Karena itu, panas jelas merupakan sesuatu karena ada energi dan aktivitas kinetik padanya. Dingin lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan panas. Eksistensi sebuah domain ketiadaan panas karena keberadaan panas terbukti ada.
kuisa wrote:Itu boleh disebut heat, tapi bukan hot dan cold yang hanya sifat saja, sebutan yang diberikan untuk banyaknya nilai heat.
rahimii wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena dan bukan sesuatu (thing), apakah sakit kepala tidak ada?
kuisa wrote:Yang ada adalah kepalanya, sakit kepala itu suatu kondisi tidak stabil yang terjadi pada kepala, itu katasifat, masa ga ngerti2.
rahimii wrote:Kalau si kuisa jadi dokter, dia akan memberikan pelajaran bahasa indonesia soal kata sifat kepada pasiennya yang sakit kepala. Dia akan bilang sakit kepala itu tidak eksis, itu hanya kata sifat. Kalau si kuisa melihat dijalan ada pengemis yang kelaparan, dia akan bilang ke pengemis itu kalau lapar itu hanyalah kata sifat. Yang eksis adalah perut saja, jadi yang penting perut masih ada dan abaikan saja eksistensi rasa lapar itu. Itu cuma kata sifat..
kuisa wrote:Yang saya ajarkan adalah sakit kepala dan sakit perut itu tidak muncul dengan sendirinya karena kepala atau perutnya eksis, dengan adanya kepala dan perut, maka muncul dua kondisi, sehat dan sakit. Cerdas dikitlah.
rahimii wrote:Abstract nouns adalah nomina atau kata benda yang menunjuk pada suatu gagasan, pikiran, ide, konsep, kualitas, sifat, atau kondisi. Saya harap kau cukup cerdas mencernanya tong..kau kayaknya layak jadi legenda muslim disini, dalam hal kedogolan tentunya..So, Dingin, gelap, ketiadaan bukanlah sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya panas, cahaya dan keberadaan. Eksistensi sebuah domain ketiadaan sesuatu karena keberadaan sesuatu, terbukti ada.
kuisa wrote:Ya, abstract noun itu berasal dari adjective yang untuk kebutuhan kalimat dijadikan noun, tidak ada yang istimewa. Kedinginan, kepanasan, kegelapan, keterangan, kehangatan hanya menunjukkan ada sesuatu yang dingin, panas, gelap, terang, hangat dst.
Sebelumnya kau bilang itu cuma kata sifat, tidak eksis. sekarang malah ngomong "Kedinginan, kepanasan, kegelapan, keterangan, kehangatan hanya menunjukkan
ada sesuatu yang dingin, panas, gelap, terang, hangat dst" Kau benar-benar serius mau diskusi atau cuma pamer kedogolan? Kerjaanmu cuma bolak-balik tak karuan. Kalau cuma mau pamer betapa koplaknya logikamu yang penting asal kelihatan menyanggah tanpa mikir, jangan disini. Di forum islam yang tahunya manggut-manggut saja deh..
kuisa wrote:Gelap terang
Gelap dan terang itu kata sifat. Tau kata sifat? suatu keadaan untuk menjelaskan suatu benda. Jadi tentu saja keduanya tidak eksis karena bukan benda itu sendiri.
Apa yang terukur untuk menentukan gelap terang? Cahaya. Terang gelap tergantung banyaknya cahaya dan relatif terhadap kebutuhan, kondisi pencahayaan tertentu bisa disebut gelap atau terang untuk keperluan yang berbeda. Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.
rahimii wrote:Mengenai gelap dan terang, sedari awal yang saya oposisikan dari gelap adalah cahaya, bukan terang. Kau yang seenakmu menggantinya dengan terang. Saya mencerna dan memahami dulu setiap kata dan kalimat, tidak seperti kau yang sembrono dan asal cuap. Cahaya adalah sesuatu, terang tidak. Cahaya adalah sesuatu, gelap tidak. Cahayalah yang menghasilkan terang, sehingga opisisi gelap adalah cahaya. Kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dimanapun, untuk menentukan tingkat kegelapan, yang diukur adalah intensitas jumlah cahaya, bukan jumlah kegelapan.
kuisa wrote:Anda sedikit lagi setuju dengan penjelasan saya, terang dan gelap itu memang bukan sesuatu, hanya sebutan yang digunakan untuk mendefinisikan suatu nilai dari cahaya.
rahimii wrote:Saya dari awal sudah menjelaskan bahwa gelap bukanlah sesuatu. Mengapa pula saya yang menjadi sedikit lagi setuju dengan kau? Tapi saya masih punya rasio mengatakan bahwa gelap itu eksis meski itu bukanlah eksistensi yang mandiri akan dirinya sendiri. Tidak tahu malumu itu lho..
kuisa wrote:Yang eksis itu cahayanya, gelap terang adalah penilaian terhadap banyaknya cahaya tsb
rahimii wrote:Awalnya kau tidak bilang begitu. Awalnya kau bilang gelap juga bisa diukur tong..masih punya rasa malu tidak? Yang saya oposisikan dari awal terhadap gelap adalah cahaya. Hanya saya juga katakan gelap itu juga merupakan sebuah eksistensi yang tidak mandiri akan dirinya sendiri, sebagai efek yang tidak diciptakan akibat adanya eksistensi cahaya itu sendiri.
kuisa wrote:Ga usah mencla mencle lah, ga baik pura2 bloon, nih lihat jawaban anda sendiri untuk Fayhem
rahimii wrote:Namun, sebelum dimensi ini bahkan ada, alam semesta adalah titik sangat kecil yang berisi setidaknya segala sesuatu di alam semesta yang bisa kita amati sekarang. Oleh karenanya, singularitas ini memiliki kepadatan yang tak terbatas, dan juga sangat panas. Panas adalah nilai terukur yang dihasilkan dari gerakan partikel molekul, sehingga masuk akal kalau energi panas ada didalam singularitas sejak semula, bukan dingin. Jika kita bisa melihat singularitas tersebut, itu akan menjadi sesuatu yang sangat terang. Hanya,ruang hampa sendiri tidak eksis sebelum bigbang, sehingga logikanya hal semacam terang atau gelap juga belum eksis sebelum bigbang. Ini yang bisa saya sampaikan dari tinjauan filosofisnya bro..jangan ditanya hitung-menghitung dan rumus-merumus ya..
kuisa wrote:Istilah terang gelap baru muncul ketika cahaya muncul, jika anda keukeuh bahwa gelap muncul sendiri karena adanya terang, maka sangat salah karena seharusnya gelap telah lama ada sebelum terang datang (lihat gugatan fayhem).
Anda berada dalam dilema dan kontradiksi.
rahimii wrote:Otakmu yang cacat, bukan saya yang dalam dilema. Dari awal saya sudah sangat jelas katakan, gelap itu bukan sesuatu yang eksis pada dirinya sendiri. Gelap adalah eksistensi ketiadaan cahaya. Dalam hal pra bigbang, cahaya adalah satu-satunya eksistensi. Kalau cahaya eksis, lalu mengapa gelap harus ada? Bukankah gelap memang tidak eksis pada dirinya sendiri? Otakmu sih yang terlalu kecil memahami yang begituan.
kuisa wrote:Yup, gelap bukan eksis pada dirinya sendiri, makanya disebut kata sifat, artinya menjelaskan keadaan sesuatu.
Jadi apa keberatanmmu? Bukankah "ketiadaan" itu juga menjelaskan keadaan sesuatu? Mengapa kau komplain ketika saya bilang keberadaan menciptakan keadaan ketiadaan bila keberadaan menghilang? Kau sebenarnya memahami itu, tetapi demi harga diri islam mu, gak masalah bagimu membodohi diri sendiri.
rahimii wrote:Tetapi perhatikan lagi pernyataanmu sang lulusan sekolah Taliban ranking terakhir : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.”
Bagaimana caramu mengukur tingkat kegelapan? Apa instrumen yang akan kau gunakan? Cahaya dapat diukur karena itu adalah energi. Kegelapan bukanlah energi sehingga tidak akan dapat diukur. Apa yang kau lakukan adalah menunjukkan bahwa “gelap” adalah istilah subjektif. Ada atau tiada konsep istilah subjektif tersebut, eksistensi yang kita sebut “gelap” akan tetap ada. Mensubjektifkan istilah yang kita gunakan untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena tersebut.
kuisa wrote:keduanya, terang gelap adalah fenomena atau sifat, objeknya adalah cahaya
rahimii wrote:Sakit kepala juga gejala / fenomena, apakah sakit kepala tidak eksis? Bisamu hanya menelan ludah dimana-mana. Jawab yang ini : “Terang bisa diukur, gelap juga bisa diukur.” Itu kata-kata yang keluar dari congormu. Disatu sisi bilang gelap hanyalah kata sifat, telan ludah lagi bilang gelap bisa diukur. Tak tahu malu kamu..
kuisa wrote:Beneran ga ngerti maksud saya atau pura2 ga ngerti? gelap terang panas dingin semua kata sifat yang dilekatkan pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu itu yang ada ukurannya, gelap adalah kondisi dengan intensitas cahaya sekian banyak tergantung siapa yang bicara sesuai keperluannya, demikian jg sifat2 lainnya yg saya sebutkan.
rahimii wrote:Kondisi tertentu itu eksis tidak tong? Kau itu hanya mutar-mutar dan sekedar tidak malu kalah saja. Sekarang apakah sebuah “kondisi tertentu”merupakan realita atau sekedar kata sifat? Salah satu cara untuk mengetahui sesuatu hal itu eksis atau tidak adalah dengan membandingkannya dengan realita. Pernyataan "kondisi tertentu" itu saja sudah merupakan penggambaran satu realita.
kuisa wrote:Terserah anda sih, yang jelas istilah gelap terang muncul setelah adanya cahaya.
rahimii wrote:Kemampuanmu memang cuma menjiplak sih..tidak ada satupun argument saya yang kau pahami. Sudah sangat jelas saya katakan, gelap itu tidak eksis pada dirinya sendiri, gelap ada karena cahaya ada. Sekarang kau setuju, dilain waktu kau modal congor bilang tidak setuju. Sudah dogol, bunglon lagi..
kuisa wrote:Betul, gelap dan terang ada karena ada cahaya, tidak dapat disebut terang atau gelap jika cahaya tidak eksis. Anda mulai paham kelihatannya
Kau mulai paham, bahwa keberadaan dan ketiadaan cahaya akan memberikan implikasi terang atau gelap kepada yang dinaunginya.
rahimii wrote:Oleh karena itu, cahaya jelas merupakan sesuatu karena ada energi padanya. Gelap lah yang bukan sesuatu tetapi tetap merupakan sebuah eksistensi yang tercipta tanpa perlu diciptakan sebagai akibat hilangnya keberadaan cahaya. Eksistensi sebuah domain ketiadaan cahaya karena keberadaan cahaya terbukti ada.
kuisa wrote:keliru, terang dan gelap takkan pernah disebut jika tidak ada cahaya, banyaknya cahaya mendefinisikan sesuatu disebut terang atau gelap.
rahimii wrote:Siapa yang ngomong terang adalah oposisi gelap? Saya bilang oposisi gelap adalah cahaya. Memang ajaib benar kamu, tidak punya malu sedikitpun. Saya jelas katakan cahaya adalah sesuatu karena merupakan energi. Tapi dengan b0dohnya bilang saya keliru. Kamu kemanakan analogi koin dan aktif pasif saya? Sengaja kamu tidak komentari karena saya keliru juga tong?
kuisa wrote:energi kok lawannya gelap
rahimii wrote:Baca kembali pake otak dari awal. Siapa juga yang bilang kalau gelap lawannya energi. Ingat dengan analogi koinmu? Bila koin dilihat dari sisi depan, bisakah kau mendapat penglihatan akan sisi belakang secara bersamaan? Saat kau melihat sisi depan, itu akan menciptakan keadaan ketiadaan sisi belakang. Bila kau membalik untuk melihat sisi belakang, itu menciptakan keadaan ketiadaan sisi depan. Tiada dan berada sisi depan dan belakang eksis dalam satu keberadaan koin. Sisi depan adalah bukan sisi belakang, mereka selalu berbeda. Namun mereka membentuk satu koin yang sama. Sisi depan dan belakang bukanlah sekedar bagian dari koin, karena mereka tidak dapat dipisahkan. Idenya adalah koin memiliki dua domain yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dan tidak perlu diciptakan secara tersendiri. Keberadaan sisi depan memunculkan keadaan ketiadaan sisi belakang. Karena ketiadaan ada, keberadaan dapat didefinisikan dan sebaliknya. Atau pikirkan tentang aktif dan pasif. Aktif melahirkan domain yang pasif dalam dirinya sendiri tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu. Keberadaan tuhan mewujudkan domain ketiadaan tuhan tanpa perlu diciptakan terpisah di satu tempat pada satu waktu yang berbeda.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa wrote:Lha iya makanya saya bilang tuhanmu 1+1=2, iblis muncul sendiri tanpa diciptakan dan saling mengalahkan dengan tuhan, rebut2an kunci dst.
rahimii wrote:Kembali lagi ke awal, konsistensi. Kau begitu bloon menyamakan keberadaan dengan sosok atau figur. Apakah yang saya sampaikan diatas adalah tentang figur tong? Saya bicara domain, realm, alam, eh kau dengan otakmu yang kecil begitu bernafsu menyamakannya dengan figur. Baca dan cerna tong..jangan komat-kamit melulu.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir
kuisa wrote:Ok Pak Rahimii, yang tersisa dari kita adalah bolak balik dengan argumen yang sama, saya yakin anda menangkap maksud saya sebagaimana saya paham maksud anda. Pertanyaan Fayhem cukup membuat anda berada dalam dilema, karena pertanyaan duluan mana panas dan dingin, duluan mana gelap dan terang sama dengan bertanya duluan mana ayam dengan telor. Anda bahkan sudah menjawab sendiri dengan tepat bahwa keduanya belum ada sampai sumber cahaya, energi ada, barulah kemudian keduanya ada.
Teposeliro sudah lebih maju dengan pernyataan "Makanya itulah tadi dijelaskan ketika konsep tuhan ada maka akan timbul dengan sendirinya keadaan ketiadaannya tuhan diorang tersebut itulah iblis", mendekati kesimpulan saya dari pernyataan anda sebelumnya. Saya usulkan anda melanjutkan bantahan anda ttg iblis yang datang sendiri tanpa diciptakan, ujug2 ada dan mampu menantang tuhan bahkan saling mengalahkan.
Silahkan.
Tidak ada dilema dalam memahami pertanyaan fayhem. Seperti saya bilang, otakmu saja yang kinerjanya dibawah standard. Bila cahaya itu masih ada, maka gelap tidak bisa ada disana sebagai eksistensi yang mandiri pada dirinya sendiri. Sementara telor dan ayam jelas memiliki eksistensi masing-masing yang mandiri. Hubungan antara substansi cahaya dan gelap sangat jauh bedanya dengan analogi telor dan ayam. Apa mau dikata, otakmu memang sudah korslet dan membabi buta tidak pakai mikir dalam berargument. Rangkaian kalimat teposeliro yang saya tebalkan saja kau tidak paham..renungkan dulu kelakuanmu yang memalukan itu sampai kau bisa berpikir normal seperti manusia kebanyakan.
Mirror 1: Panas dingin
Follow Twitter: @ZwaraKafir