Insya Allah wrote:
sumber nya mana nih?
Ehm sebenernya semua itu ane dapatkan secara lisan dari ngobrol-ngobrol dengan banyak orang-orang tua-tua di China yang masih mempraktekkan Konfusianism, tapi kalau ente minta sumber online bolehlah.
Confucianism is a way of life taught by Confucius in the 6th–5th century BC. Sometimes viewed as a philosophy, sometimes as a religion, Confucianism is perhaps best understood as an all-encompassing humanism that neither denies nor slights Heaven.
The story of Confucianism does not really begin with Confucius, nor was Confucius the founder of Confucianism in the same way that Buddha was the founder of Buddhism. Rather, Confucius considered himself a transmitter who consciously tried to retrieve the meaning of the past by breathing vitality into seemingly outmoded rituals. Confucius' love of antiquity was motivated by his strong desire to understand why certain rituals, such as the ancestral cult, reverence for Heaven, and mourning ceremonies, had survived for centuries. He had faith in the cumulative power of culture. Confucius' sense of history was so strong that he saw himself as a conservationist responsible for the continuity of the cultural values and the social norms that had worked so well for the civilization of the Chou dynasty.
http://www.religionfacts.com/a-z-religi ... ianism.htm
Some say Confucianism is not a religion, since there are no Confucian deities and no teachings about the afterlife. Confucius himself was a staunch supporter of ritual, however, and for many centuries there were state rituals associated with Confucianism. Most importantly, the Confucian tradition was instrumental in shaping Chinese social relationships and moral thought. Thus even without deities and a vision of salvation, Confucianism plays much the same role as religion does in other cultural contexts.
http://www.patheos.com/Library/Confucianism.html
Insya Allah wrote:
Konsep Ketuhanan Dalam Agama Konghucu
Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa).
sumber:
http://icrp-online.org/022012/post-1535.html
Sudah tau orang Indo suka sok tau dan ngawur seenaknya sendiri menentukan.
The main principle of Confucianism is ren ("humaneness" or "benevolence"), signifying excellent character in accord with li (ritual norms), zhong (loyalty to one's true nature), shu (reciprocity), and xiao (filial piety). Together these constitute de (virtue).
Confucianism is characterized by a highly optmistic view of human nature. The faith in the possibility of ordinary human beings to become awe-inspiring sages and worthies is deeply rooted in the Confucian heritage (Confucius himself lived a rather ordinary life), and the insistence that human beings are teachable, improvable, and perfectible through personal and communal endeavour is typically Confucian.
Confucius regarded Heaven (T'ien) as a positive and personal force in the universe; he was not, as some have supposed, an agnostic or a skeptic.
Insya Allah wrote:
nah itulah... karena tidak pernah ada larangan dari tian maupun nabi nya. jadi menurut mereka itu sah-sah saja untuk menduakan tuhan.
berbeda dengan islam yang dengan jelas melarang keras umat nya untuk meminta ke leluhur yang sudah meninggal. karena diajarkan untuk meminta hanya kepada allah swt.
Karena Konfusius hanyalah manusia yang bukan dewa. Tian bukanlah dewa, dan tidak bisa melarang apa-apa.
Konfusius sudah menyatakan dengan sangat jelas filosofinya:
'Do not do to others what you do not wish to yourself.'
Ia tidak membutuhkan larangan. Manusia tidak perlu dilarang-larang seperti Awloh dan nabi ente yang melarang ini itu tapi tidak berhasil membuat umatnya jadi baik juga.
Ancestor veneration (敬祖) (bukan ancestor worship (拜祖)! BERBEDA!!!) di China merupakan sebuah ritual penting untuk menghormati leluhur. Kami orang China tidak pernah meminta kepada leluhur kami apapun, tidak juga diajarkan untuk meminta apapun. Kami melakukan ritual membersihkan kuburan (Qingming), membakar uang kertas persembahan, bukanlah untuk meminta sesuatu, tapi sebagai bentuk penghormatan kami, bahkan justru kami yang memberi kepada leluhur kami, bukan meminta. Hanya saja beberapa anak muda **** jaman sekarang yang menyalahgunakan ritual ini, dicampur-campur kali ama kejawen, kayak minta jin aja. Orang China asli mana ada yang minta aneh-aneh ke leluhur. Ente sih, belom pernah ke China yah? Makanya sekali-kali pergi, wawancarain tuh orang-orang sana.
Ritual ini sudah ada jauh sebelum Konfusius lahir, sejak masa Late Neolithic Period di China. Ritualnya sendiri bukanlah temuan Konfusius dan bukan ritual keagamaan, namun ritual kebudayaan. Sama seperti perayaan tahun baru China yang merupakan bagian dari budaya semua orang China terlepas dari apapun agama mereka. Jangan asal ente campuraduk aja tuh ritual-ritual.
Kenapa Konfusius menyuruh menjalankan 敬祖 ini? Balik lagi ke ajaran dia yang sangat menghormati orangtua dan leluhur yang telah memberi kita kehidupan.