Page 1 of 1

Perkembangan Islam di Indochina dan Asia Timur

Posted: Fri Sep 08, 2006 8:06 pm
by Laurent
Saya mau tanya dong Kenapa Islam tak bisa berkembang dan tersebar di daerah Indochina spt Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, Myanmar serta Asia Timur spt China, Korea, jepang , dan Mongolia. Kalo tak bisa tersebar dan berkembang, itu sebab2-nya kenapa

Posted: Sat Sep 09, 2006 2:30 am
by Binyok
Kayaknya kalo di cina nyampe tuh Islam, kan dibilang Tuntutlah Ilmu sampe ke Negeri cina,,,

Pernah denger ceng Ho gak??
dia itu seorang Muslim Panglima Perang dari Cina yg menyiarkan dakwah di tanah Jawa...

Gw denger juga, sunan kalijaga, kudus, bonang, dst...

semua sunan2 + walisongo berasal dar Cina yach?

Posted: Sat Sep 09, 2006 4:37 am
by fren
Sama seperti Islam, negara2 macam China,Vietnam,Kamboja,Laos, komunis dengan tangan-besi, tidak toleran, 'meredam' musuh alirannya (termasuk umat2 beragama).

Pernah dengar kisah Genghiz Khan yang menyikat habis semua musuhnya tanpa pandang bulu sampai wilayah TimTeng, bahkan muslim pun keok disapu tentaranya? Cuma dengan cara2 yang minimal sama bengis seperti itulah Islam bisa diajar-adat, ngarti dan 'mengkeret' (tentu dgn syarat menang perang dulu). Karena bathin-psikologi Islam adalah psikologi bengis. Ibaratnya radio, dengan gelombang frekwensi yang sama baru bisa nyambung.

The horrors of China

Kita justru menghindari cara-cara fisik itu sedapat mungkin, selamatkan dunia dari 'Armageddon'. Internet inilah media-nya, buat Islam kempes sendiri dari dalam.

Tapi harus ingat juga, bengisnya tangan besi Komunis, Genghiz Khan, Nazi, Rasisme, Kolonialisme, dsb. bukanlah 'Agama', bukan 'dari Aulloh/tuhan/nabi sepanjang masa' ..
mereka masih level man-made istilahnya... masih belum mencapai setaraf Islam yang udah sampai 'Hell-made', 1400 tahun system tirani setan ini nangkring truss!!!

Posted: Sat Sep 09, 2006 5:36 am
by Laurent
Tapi jika Islam tersebar dan berkembang di Negeri China, kenapa negara China tdk mjd negara Islam spt halnya negara Indonesia dan India

Posted: Sat Sep 09, 2006 9:39 am
by moe
Laurent wrote:Tapi jika Islam tersebar dan berkembang di Negeri China, kenapa negara China tdk mjd negara Islam spt halnya negara Indonesia dan India
Berapa persen sih jumlah muslim disana? Muslim baru berani bicara ummah bila mrk sudah mayoritas.
Agama dan budaya 'asli' cina saja tidak mampu bertahan menghadapi sapuan revolusi budaya yg dilancarkan Mao Zedong!
Meskipun Cina saat ini masih menganut system komunis, namun dia masih mampu bertahan thd arus globalisasi demokrasi. Dia tidak hancur seperti ortunya Uni Soviet.
- falun gong di baan
- gereja2 disetir oleh pemerintah
- justru yg banyak berkembang skrg ini adalah gerakan gereja bawah tanah/gereja2 sel/gereja2 rumah
- muslim masih lambat karena org cina hobinya sama babi guling sih ;)

Posted: Sat Sep 09, 2006 10:31 am
by Laurent
yg saya tanya itu perkembangan Islam di Daerah Asia Timur dan Indochina pd masa SKg, melainkan pd masa dulu spt pd masa Kaisar2 China dulu, Apakah Daerah Asia Timur dan Indochina pernah diinvasi oleh Arab ISlam pd masa lampau? Kalo Iya, kenapa proses Islamisasinya gagal di kedua daerah tsb dan ISlam tak bisa berkembang & tersebar di daerah Asia Timur dan Daerah Indochina

Posted: Sat Sep 09, 2006 10:42 am
by moe
Laurent wrote:yg saya tanya itu perkembangan Islam di Daerah Asia Timur dan Indochina pd masa SKg, melainkan pd masa dulu spt pd masa Kaisar2 China dulu, Apakah Daerah Asia Timur dan Indochina pernah diinvasi oleh Arab ISlam pd masa lampau? Kalo Iya, kenapa proses Islamisasinya gagal di kedua daerah tsb dan ISlam tak bisa berkembang & tersebar di daerah Asia Timur dan Daerah Indochina
Pasti ada alasan yg cukup jelas. Cuma saya ndak tahu ya.
Ini menurut saya : China mainland sudah lama memiliki nilai2 filsofi yg scr manusiawi sangat tinggi nilai nya. Mereka memiliki : Confucius, I Tzing, Tao, Zen Budhism yg nilainya sangat jauh lebih tinggi dibanding nilai2 etika yg dijual oleh Islam.
Pertanyaannya : Maukah org2 Cina menukar sesuatu yg jauh lebih tinggi nilainya dg sesuatu yg bernilai lebih rendah atau bahkan tak bernilai?

Posted: Sat Sep 09, 2006 10:52 am
by Laurent
kalo nggak salah sih dlm sejarahnya China pernah diserang Arab-Moslem. Kalo nggak salah link-nya ada di bwh ini :

http://www.indonesia.faithfreedom.org/f ... php?t=2680

Tapi berbeda dgn Perang Jihad sebelumnya, perang Jihad di China tdk berhasil sama sekali , Penyebabnya kegagalan Perang Jihad di china itu apa saja

Dr sejarah Perang Jihad, APakah perang Jihad bgs Moslem pernah mencapai daerah indochina , spt misalnya Mogul vs Thailand

Posted: Mon Oct 02, 2006 9:52 am
by Laurent
Kamboja

Kamboja terletak di bagian Timur Asia, berbatasan dengan Thailand dari arah utara dan barat, Laos dari arah utara dan Vietnam dari arah timur dan selatan. Luas negara ini 181.055 Km2 dengan jumlah penduduk 11.400.000 jiwa, 6% beragama Islam dan mayoritas beragama Budha serta minoritas beragama Katholik.
Beberapa ahli sejarah beranggapan bahwa Islam sampai di Kamboja pada abad ke-11 Masehi. Ketika itu kaum muslimin berperan penting dalam pemerintahan kerajaan Campa, sebelum keruntuhannya pada tahun 1470 M, setelah itu kaum muslimin memisahkan diri.

Sepanjang sejarah Kamboja baru-baru ini, kaum muslim tetap teguh menjaga pola hidup mereka yang khas, karena secara agama dan peradaban mereka berbeda dengan orang-orang Khmer yang beragama Budha. Mereka memiliki adat istiadat, bahasa, makanan dan identitas sendiri, karena pada dasarnya, mereka adalah penduduk asli kerajaan Campa yang terletak di Vietnam yang setelah kehancurannya, mereka hijrah ke negara-negara tetangga di antaranya Kamboja, ini terjadi sekita abad ke-15 Masehi.

Pada permulaan tahun 70-an abad ke-20, jumlah kaum muslimin di Kamboja sekitar 700 ribu jiwa. Mereka memiliki 122 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur'an al-Karim. Namun karena berkali-kali terjadi peperangan dan kekacauan perpolitikan di Kamboja dalam decade 70-an dan 80-an lalu, mayoritas kaum muslimin hijrah ke negara-negara tetangga dan bagi mereka yang masih bertahan di sana menerima berbagai penganiayaan; pembunuhan, penyiksaan, pengusiran dan penghancuran mesjid-mesjid dan sekolahan, terutama pada masa pemerintahan Khmer Merah, mereka dilarang mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, hal ini dapat dimaklumi, karena Khmer Merah berfaham komunis garis keras, mereka membenci semua agama dan menyiksa siapa saja yang mengadakan kegiatan keagamaan, muslim, budha ataupun lainnya. Selama kepemerintahan mereka telah terbunuh lebih dari 2 juta penduduk Kamboja, di antaranya 500.000 kaum muslimin, di samping pembakaran beberapa mesjid, madrasah dan mushaf serta pelarangan menggunakan bahasa Campa, bahasa kaum muslimin di Kamboja.

Baru setelah runtuhnya kepemerintahan Khmer Merah ke tangan pememrintahan baru yang ditopang dari Vietnam, secara umum keadaan penduduk Kamboja mulai membaik dan kaum muslimin yang saat ini mencapai kurang lebih 45.000 jiwa dapat melakukan kegiatan keagamaan mereka dengan bebas, mereka telah memiliki 268 mesjid, 200 mushalla, 300 madrasah islamiyyah dan satu markaz penghafalan al-Qur'an al-Karim. Di samping mulai bermunculan organisasi-organisasi keislaman, seperti Ikatan Kaum Muslimin Kamboja, Ikatan Pemuda Islam Kamboja, Yayasan Pengembangan Kaum Muslimin Kamboja dan Lembaga Islam Kamboja untuk Pengembangan. Di antara mereka juga ada yang menduduki jabatan-jabatan penting dipemerintahan, seperti wakil perdana menteri, menteri Pendidikan, wakil menteri Transportasi, dua orang wakil menteri agama dan dua orang anggota majlis ulama.
Sekalipun kaum muslimin dapat menjalankan kegiatan kehidupan mereka seperti biasanya dan mulai mendirikan beberapa madrasah, mesjid dan yayasan, namun program-program mereka ini mengalami kendala finansial yang cukup besar, melihat mereka sangat melarat. Ini dapat dilihat bahwa gaji para tenaga pengajar tidak mencukkupi kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu sebagian kurikulum pendidikan di beberapa sekolah agama sangat kurang dan tidak baku.

Saat ini kaum muslimin Kamboja berpusat di kawasan Free Campia bagian utara sekitar 40 % dari penduduknya, Free Ciyang sekitar 20 % dari penduduknya, Kambut sekitar 15 % dari penduduknya dan di Ibu Kota Pnom Penh hidup sekitar 30.000 muslim. Namun sayang, kaum muslimin Kamboja belum memiliki media informasi sebagai ungkapan dari identitas mereka, hal ini dikarenakan kondisi perekomomian mereka yang sulit.

Kaum muslimin Kamboja khususnya dan beberapa kawasan Islam di bagian timur Asia pada umumnya membutuhkan kucuran bantuan dari saudara-saudara mereka, khususnya yayasan-yayasan sosial dan lembaga-lembaga kemanusiaan, mereka sangat membutuhkan program-program yang dapat meninggikan taraf kehidupan mereka, karena selama ini sebagian besar dari mereka bergantung dari pertanian dan mencari ikan, dua pekerjaan yang akhir-akhir ini sangat berbahaya, karena sering terjadi banjir dan angin topan yang menyebabkan kerugian besar bagi kaum muslimin dan membawa mereka sampai ke bawah garis kemiskinan.

Kaum muslimin Kamboja juga membutuhkan pembangunan beberapa sekolah dan pembuatan kurikulum Islam yang baku, karena selama ini sekolah-sekolah yang berdiri saat ini berjalan berdasarkan ijtihad masing-masing, setiap sekolah ditangani oleh seorang guru yang membuat kurikulum sendiri yang umumnya masih lemah dan kurang, bahkan ada beberapa sekolah diliburkan lantaran guru-gurunya berpaling mencari pekerjaan lain yang dapat menolong kehidupan mereka. Mereka juga sangat membutuhkan adanya terjemah al-Qur'an al-Karim dan buku-buku Islami, khususnya yang berkaitan dengan akidah dan hukum-hukum Islam. (IINA).

sumber: majalah Dakwah edisi 008

http://www.islamuda.com/?imud=rubrik&me ... i=5&id=264

Posted: Mon Oct 02, 2006 10:01 am
by Laurent
Cina

Islam sampai ke Cina pada masa Thai Zhang (628 - 649 M), Kaisar ke-II pada Dinasti Tang. Pada tahun 651 M, sejumlah besar kaum muslimin berdatangan ke Cina bersamaan dengan menetapnya pedagang-pedagang Arab di beberapa daerah pesisir selatan, terutama di daerang Qhuang Dong. Populasi kaum muslimin kian bertambah dan mulai menampakkan perannya pada masa Dinasti Sung, di mana beberapa ilmu keislaman menampakkan kegemilangannya, di samping mulai terkenalnya ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan optik.

Bersamaan dengan runtuhnya Dinasti Ming, kaum muslimin kehilangan sebagian besar kedudukan mereka, bahkan mereka menerima siksaan pada masa kekaisaran Dinasti Manchu hingga berdirinya negara Republik Rakyat Cina oleh Dr. Shin Yat Sun pada awal Januari 1912 M.

Setelah runtuhnya Dinasti Ming, Islam masuk ke pulau Taiwan. Jumlah penduduk muslim di pulau tersebut kian bertambah dengan berdatangannya orang-orang dari daratan Cina pada tahun 1945 M dan berkuasanya orang-orang komunis di pusat.

Pada tahun 1949 M, pulau ini menjadi tujuan hijrah bagi orang-orang yang menolak aturan komunis, sebagian besar dari mereka terdiri dari pegawai-pegawai pemerintahan dan tentara.

Saat ini (tahun 2002), jumlah kaum muslimin di Taiwan sekitar 60.000 jiwa, mayoritas menetap di Taipeh, mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mendirikan shalat di masjid-masjid yang ada di sana. Masjid Taipeh adalah masjid terbesar di Taiwan, masjid ini didirikan pada tahun 1960 M atas bantuan pemerintah dan beberapa negara Arab dan Islam.

Keadaan kaum muslimin Taiwan sama seperti warga Taiwan lainnya yang tidak menderita kemiskinan, mereka semua tergolong warga yang berpenghasilan menengah atau yang berpenghasilan tinggi. Karenanya, mereka mengkhususkan penyaluran zakat untuk pemeliharaan dan pembinaan anak-anak kecil dan pemuda agar dapat mempelajari dasar-dasar agama Islam dan menghafal al-Quran, di samping untuk pembiayaan penyelenggaraan beberapa seminar, kamp-kamp dakwah dan penertiban kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keilmuan.

Kaum muslimin Taiwan dapat melakukan kegiatan-kegiatan mereka dengan kebebasan penuh, karena semua agama dan kepercayaan diberikan kebebasan dan penghormatan, bahkan dapat hidup berdampingan dengan serasi dan toleransi. Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin menyelenggarakan jamuan-jamuan berbuka di setiap masjid dan mereka juga berantusias dalam menunaikan shalat Tarawih. Di samping itu, Chinese Islamic Association (Organisasi Islam Cina/OIC) mengadakan penyelenggaraan ibadah haji. Organisasi ini juga berusaha menyebarkan dan memperkuat pendukung-pendukung Islam melalui berbagai sarana. Organisasi ini mengajak masyarakat memeluk Islam dan menyebarkan bulletin-bulletin dan buku-buku Islami secara cuma-cuma di semua masjid Taiwan, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama lainnya sesuai dengan syariat Islam.

Secara berangsur-angsur kaum muslimin mengirim beberapa pelajar untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat di beberapa negara Islam seperti Arab Saudi, Mesir dan Libya. Dan hasilnya, saat ini sebagian besar imam masjid terdiri dari lulusan-lulusan tersebut, bahkan sebagian dari pelajar-pelajar tersebut memperoleh nilai yang tinggi pada ijazah mereka. Kegiatan mereka tidak hanya sebatas kegiatan-kegiatan keagamaan saja, melainkan mereka juga menyelenggarakan berbagai kegiatan keilmuan yang beraneka ragam dan mereka telah mencetak beberapa buku tentang sirah, hadis nabawi, aqidah dan rukun Islam. Semua ini menciptakan kehidupan baru bagi masyarakat muslim di Taiwan.

Setelah menjadi bangunan yang memiliki pengaruh di tahun lalu, masjid Taipeh banyak dikunjungi oleh para peziarah, khususnya dari para pelajar beberapa sekolah dan universitas. Para peziarah tersebut menerima penjelasan ringkas tentang Islam dan sejarah kemunculannya di Cina. Penjelasan-penjelasan ini mendapatkan respon positif, hal ini terbukti dengan diumumkannya keislaman beberapa orang dari mereka.

Termasuk kegiatan-kegiatan OIC adalah memperhatikan segala problematika kaum muslimin dan mengusahakan bantuan-bantuan yang bersifat mendesak untuk mereka berlandaskan firman Allah SWT "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara", karenanya kaum muslimin tidak merasa termarjinalkan dengan pengasingan dan pengumbaran di Taiwan. (IINA)

sumber: majalah Dakwah edisi 013

http://www.islamuda.com/?imud=rubrik...egori=5&id=265

Posted: Mon Oct 02, 2006 10:02 am
by Laurent
Muslim di Cina

A. SEJARAH

Islam masuk ke negeri tiongkok,menurut catatan sejarah yaitu pada akhir masa dinasti sui/menjelang berdirinya dinasti tang(abad ke 7 m),pada awalnya dibawah oleh saudagar-saudagar arab yang datang di sekitar bandar kanton(guang dong),dan bandar quanzhou(bahkan sampai sekarang masih ada keturunan arab tinggal di kota ini dan banyak makam para ulama islam tionghoa keturunan arab di kota quanzhou tersebut

Islam mengalami masa kegemilangan pada zaman dinasti ming(1368-1644),pada masa sebelumnya,dinasti yuan(1279-1368),orang-orang muslim banyak menduduki pos-pos penting di pemerintahan,seperti jabatan di berbagai jawatan kementerian serta sekretariat negara,dinasti yuan adalah dibangun oleh suku mongolia di tiongkok,orang mongolia memang mahir berperang namun tidak mengerti administrasi dan pengelolahan negara oleh karena bangsa han yang ditaklukannya lebih maju peradapannya maka timbul keinginan untuk mengangkat turunan muslim untuk menduduki jabatan negara karena faktor politik tidak memungkinkan mengangkat orang-orang han pada waktu itu,namun bukan berarti waktu itu umat islam tidak mengalami tekanan ,karena ada perbedaan budaya yang besar sekali antara pemerintah mongol dan kebanyakan muslim pada saat itu sehingga menimbulkan orang muslim juga diperlakukan tidak adil sehingga mempelopori berdirinya dinasti ming dengan mengadakan perlawanan terhadap pihak dinasti yuan,kemudian pada masa dinasti ming itu banyak pejabat negara yang beragama islam,dan pernah kaisar ming cheng zhu,mengirim misi muhibah persahabatan yang dipimpin oleh laksaman zhenghe yang muslim menuju ke negara asia tenggara,india,semenanjung arab dan afrika barat,setelah dinasti ming runtuh bangsa man dari utara menggantikan pemerintahan ming mendirikan dinasti qing,pada zaman itu umat islam yang tinggal di china barat laut mendapat tekanan dari kerajaan qing,karena banyak umat islam pada waktu itu mendukung dinasti ming,banyak perlawanan yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan muslim pada waktu itu kepada dinasti qing,dan belakangan diikuti oleh orang-orang han sehingga pendiri republik tiongkok(republic of china) dr.sun yat zen(sun zhong shan) di dalam san min zhu yi(tiga landasan pokok negaranya mengakui keberanian pahlawan-pahlawan muslim sebagai sumber inspirasi utama perjuangan kebebasan negara tiongkok modern,pada masa republik tiongkok/republic of china(1911-1949) umat islam banyak menduduki pos-pos kementerian negara,dan menjadi petinggi partai kuo min tang,pada waktu itu banyak madrasah didirikan, menurut catatan pemeintah nasionalis kuo min tang yang sampai sekarang menguasai taiwan,di beijing hampir ada 40 masjid,hingga kini dibawah pemerintahan komunis republik rakyat china tinggal 3 masjid,sisanya di alih fungsikan sebagai pabrik.

keadaan muslim sesudah berdirinya republik rakyat china/the people's republic of china(1949-)di bawah gong chan tang/partai komunis china sebagai partai tunggal dalam negara pada mulanya sangat sulit,terutama pada saat revolusi

kebudayaan(1966-1976),waktu itu umat islam dan umat beragama lain dilarang beribadah,al-qur'an dibakar dan tidak diperkenenkan untuk membacanya,masjid-masjid ditutup dan dialih fungsikan untuk kepentingan olahraga,setelah era keterbukaan(1980-sekarang),umat islam kembali menghirup udara segar,masjid-masjid berfungssi kembali segala kegiatan islam berkembang pesat,taraf kehidupan muslim juga maju.Sekarang ini telah ada asosiasi islam republik rakyat china(zhongguo yisilan xie hui),juga banyak pusat kajian islam dan pesantren berdiri,seperti salah satunya qinghai koran institute,di ibukota propinsi qinghai,xining.bahkan sebagian produk makanan di china telah mencantumkan produk halal atas rekomendasi dari asosiasi islam RRC,sekarang bahkan pemerintah telah memfasilitasi haji lewat beijing dan lanzhou(propinsi gansu),beberapa wilayah yang mayoritas muslim diberikan hak otonomi untuk melaksanakan kebebasan beragama dan menjalankan kebudayaannya sendiri,bahkan banyak orang tua muslim yang menyekolahkan anak-anaknya ke timur tengah untuk memperdalam islam.
B. peranan muslim china terhadap negaranya:

1.dalam bidang agama dan pendidikan:

banyak cendekiawan islam sekarang ini yang mahir dalam ilmu-ilmu keislaman,seperti majihan(alumnus univ al-azhar) yang menerjemahkan qur'an dari bahasa arab ke bahasa tionghoa,dan kemudian salinan terjemahannya dijadikan acuan cetak oleh pemerintah arab saudi untuk mencetak terjemahan qur'an bahasa tionghoa yang telah disebarkan ke seluruh dunia,kemudian wang jingzhai yang menejemahkan qur,an dalam bahasa tongkok dalam tiga tahapan yaitu terjemahan ilmiah,sederhana dan mudah supaya dapat dipelajari oleh pembaca yang mempunyai tahapan pengetahuan yang berbeda,dll.

2.dalam bidang iptek:

pertama-tama orang tiongkok yang mengembangkan penemuan bangsa han adalah orang-orang islam seperti,mesiu orang islam yang pertama-tama memanfaatkan untuk dibuat bahan senjata meriam sehingga meriam pertama kali disebut hui hui canons(hui+muslim),kedua dengan tekhnologi kompas ma zheng he(ma san bao),mengadakan pelayaran muhibah persahabatan dengan negara-negara lain di luar tiongkok.

3.dalam bidang pemerintahan dan militer:

orang-orang muslim selalu dalam barisan nomor depan dalam masalah-masalah kenegaraan,seperti dapat kita lihat sejak zaman dinasti tang,song,yuan,ming hingga pemerintahan republik nasionalis,selalu menempati pos kementerian negara dan jawatan penting lainnya serta dalam bidang militer umar bai zhong si seorang jenderal kuo min tang di masa republik nasionalis telah menyumbangkan keberaniannya demi negara di dalam memimpin tentara republik menghadang agresi jepang.

C.kondisi sekarang

Republik rakyat china dengan populasi yang hampir 1,5 milyar,memiliki 56 suku,dengan bangsa han menduduki 92%,sisanya adalah suku minoritas,tapi mayoritas bangsa han tidak beragama sebagian kecilnya menganut budha,tao dan belakangan ini ada yang nashrani,sedangkan suku yang memeluk agama islam adalah suku hui,suku uighur,tajiks,uzbeks,kazakh,tatar,salar,bao'an,dong xiang dan kirgiz.Mereka banyak tinggal diwilayah bagian barat laut,timur laut dan bagian utara tiongkok,seperti di daerah propinsi gansu,propinsi qinghai daerah otonomi ningxia dan daerah otonomi xinjiang(4 daerah mayoritas),propinsi shaanxi, shan xi,yunan,bagian barat daerah otonomi mongolia dalam,propinsi taiwan dan ibukota beijing.Secara kasar oleh orang asing yang tidak belajar kebudayaan tiongkok menggangap bangsa tionghoa dalah orang han saja, tapi suku miniritas lainnya juga termasuk bangsa tionghoa.

kata islam dalam bahasa tionghoa disebut huijiao(karena identik dengan suku hui),atau qingzhen jiao(merujuk pada kata qing jernih,murni dan zhen yang berarti sungguh,asli,atau terjemahan arb dari kata halal,karena orang muslimtidak makan babi dan minum arak,juga kebiasaan muslim tiongkok yang tidak merokok?masjid dinamai qingzhen si),atau disebut pula tianfang jiao merujuk pada kata tianfang yang berarti rumah tuhan/baitullah, baru belakangan disebut yisilan jiao, penganutnya disebut huizu(merujuk pada suku hui)atau musilin(muslim),peninggalan berupa masjid, yang tertua di kota guangzhou(propinsi guangdong)masjid huai sheng,dibangun pada masa dinasti tang,masjid feng huang di kota hangzhou(propinsi zhejiang),dibangun pada masa dinasti song utara,masjid quanzhou dipropinsi fujian juga dibangun pada masa dinasati tang,kemudian masjid tian e di kota yangzhou( propinsi zhe jiang).selain itu masjid lainnya yang terkenal adalah masjid niujie,masjid huashi dan masjid dongsi di kota beijing yang berasitektur khas tiongkok,,masjid shaan xi di kota xi'an,masjid dongguan di kota xinning serta masjid ai di ga di daerah kashi di xinjiang yang disebut masjid terbesar di china/dalam perayaan idul kurban bisa menampung 7000-8000 jama'ah.Yang menarik perhatian; muslim di tiongkok merayakan idul kurban kebih meriah dan lebih besar dari perayaan idul fitri.



sumber:
-zhongguo wenxue yu zhongguo wenhua zhishi,(chinesse literature and chinese culture),terbitan dongnan university nanjing tahun 2005
-fan gu xi yang,terbitan ke xue pu ji press beijing,tahun2005
-illustrated history of china,beijing press,tahun 2004
-perkembangan islam di tiongkok,karya DR ibrahim tian ying ma ,terbitan bulan bintang
-china radio international website

http://www.islamuda.com/?imud=rubrik&me ... i=5&id=419

Posted: Mon Oct 02, 2006 10:53 am
by Laurent
Dunia Islam: Bulan Sabit di Pasar Vientiane, Laos
Posted byadmin on Wednesday, March 15 @ 07:40:08 WIT
Contributed by admin


Laos dikenal sebagai salah satu Negara dengan sistem pemerintahan komunis yang tersisa di dunia dengan mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Budha Theravada. Tak heran kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.

Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunnan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Birma. Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah: beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tingal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Di sini, mereka memiliki masjid besar kebanggaan. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental.

Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk adzan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan di dalam masjid ini ditulis dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris. Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kehadiran kelompok Muslim lainnya di Laos yaitu komunitas Tamil dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket. Mereka masuk Vientiane melalui Saigon yang masjidnya memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil.

Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Meski demikian, masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini termasuk para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.

Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Setengah populasinya yang mencapai empat setengah juta orang berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakatnya.

Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki kedekatan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.

Sebagian besar berbisnis

Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane merupakan pebisnis. Mereka berjaya di bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal.

Beberapa restoran terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road, dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.

Kelompok ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah dan giat bekerja, meski mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan mereka jawab dengan kalimat bo hu, atau "saya tidak mengerti" dalam bahasa Laos.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.

Tanda ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka juga menyediakan hanya daging halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging babi.

Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun mereka berjumlah lebih sedikit dan memutuskan tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Pengungsi dari Kamboja

Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka dalah para pengungsi dari rezim Khmer berkuasa. Mereka melarikan diri ke Negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan masal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.

Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan Khmer sejak 1975. Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mreka juga dilarang untuk beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.

Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mata imam masjid Kamboja di Vientiane, Musa Abu Bakar, berlinang air mata ketika menceritakan kematian seluruh anggota keluarganya dari kelaparan. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah daging babi, yang diharamkan oleh Islam.

Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya. Sementara sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari suluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.

Kini di Laos diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi, Vientiane.

Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut mahzab Syafii, berbeda dengan komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut mazhab Hanafi. ( Republika Online / n uli )

http://www.mualaf.com/modules.php?name= ... le&sid=288