Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Benturan dan bentrokan antara Islam dengan agama-agama dan peradaban lain di seluruh penjuru dunia.
Post Reply
Laurent
Posts: 6083
Joined: Mon Aug 14, 2006 9:57 am

Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by Laurent »

Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Pembaca: 125

Dalam Islam, tokoh terpenting setelah Nabi Muhammad adalah Nabi Ibrahim. Indikasi pentingnya Nabi Ibrahim adalah:

Hanya Ibrahim yang namanya wajib disebut dalam bacaan tahiyat akhir setiap sholat disamping Muhammad. Tanpa mendo’akan dia, tidak sah sholat kita. Hanya Ibrahim yang episode hidupnya dirayakan sebagai hari raya. Idul Adha dan ibadah kurban adalah mengenang saat Ibrahim menyembelih Ismail. Hanya Ibrahim yang episode hidupnya dirayakan dalam salah satu rukun Islam, yaitu ibadah Haji. Sa’i adalah mengenang Hajar yang berlari mengejar fatamorgana air setelah ditinggal Ibrahim ditengah gurun. Lempar jumrah adalah mengenang Ibrahim yang melempar iblis saat mencegahnya menyembelih Ismail. Ka’bah yang merupakan arah ibadah umat Islam adalah bangunan yang didirikan oleh Ibrahim dan anaknya.

Apa yang bisa dan harus dicontoh dari Ibrahim sehingga Allah memberikan penghormatan sedemikian besar? Jika SBY dapat gelar “Knight Grand Cross of the Order of Bath”, maka Ibrahim cocok sebagai “Grand Knight of Faith” – Ksatria Iman. Ibrahim adalah pembela sejati iman, baginya iman adalah diatas segalanya. Apa saja yang telah dilakukan Ibrahim dalam membuktikan dirinya sebagai Ksatria Iman? Berikut ini daftar yang bisa kita susun:

Iman lebih penting dari diri sendiri, orang tua dan masyarakat. Ibrahim berani menentang bapaknya dan masyarakat dimana ia hidup, saat ia menemukan bahwa agama dan sembahan bapaknya serta masyarakatnya tidak lagi sesuai dengan Tuhan yang baru ia temukan. Ia merusak patung para dewa dan berani menentang bapak dan norma masyarakatnya –apapun resikonya. Ia tidak takut kehilangan nyawanya, orang tuanya dan masyarakatnya. Iman lebih penting dari anak, istri, pertimbangan kemanusiaan dan akal sehat. Saat Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya yang masih bayi ditengah gurun, ia melaksanakannya. Meninggalkan ibu dengan bayinya ditengah gurun tanpa bekal dan naungan adalah sama dengan membunuhnya, perintah itu sama dengan “bunuh anak dan istrimu!”. Ia melaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Iman lebih penting dari akal sehat, kemanusiaan, kasih sayang kepada istri dan anak. Penegasan sekali lagi: Iman lebih penting dari anak, pertimbangan kemanusiaan dan akal sehat. Saat Ibrahim mendapatkan mimpi untuk menyembelih anaknya, ia melaksanakannya. Perintah menyembelih anak jauh lebih jelas tujuannya daripada meninggalkannya di gurun. Mimpi itu adalah versi vulgar dari perintah “bunuh anakmu!”. Ia melaksanakan dengan patuh dan tanpa protes. Iman lebih penting dari akal sehat, kemanusiaan, kasih sayang kepada istri dan anak. Bila menyangkut iman, tidak perlu ada verifikasi. Perintah menyembelih Ismail datang melalui mimpi. Itu adalah sumber yang sangat tidak bisa diandalkan kebenarannya, mimpi adalah bunga tidur yang seringkali tanpa arti, sejajar dengan lamunan kosong dan halusinasi. Sumber kosong itu langsung dipercaya Ibrahim karena dianggap berasal dari Allah sebagai pusat keimanannya. Jika mengenai iman, sah untuk mengabaikan logika dan menggunakan kekerasan untuk mempertahankannya. Argumen logis adalah tipu daya. Ketika iblis mencegat Ibrahim saat mendaki bukit untuk menyembelih anaknya, Iblis sama sekali tidak mengajak berbuat jahat, yang dilakukan Iblis adalah mengingatkan akan prosedur logis orang yang berakal, yaitu mengingatkan akan:

Verifikasi perintah. Apakah Ibrahim sudah melakukan verifikasi kepada Allah bahwa benar Allah memerintahkan menyembelih Ismail seperti dalam mimpinya? Kebenaran perintah. Jika Allah Maha Pengasih apa benar ia memerintahkan tindakan yang sama sekali tidak mewakili sifat Maha Pengasih tersebut? Akal sehat, kemanusiaan dan kasih sayang bapak kepada anak, sesuatu yang membuat kita bernilai sebagai manusia. Jika perintah iman bertentangan dengan hal yang membuat kita bernilai sebagai manusia, apakah iman tersebut wajar dan patut dituruti?

Apa yang dilakukan Ibrahim? Ia tidak memberi argumen logis atau melayani perdebatan logika. Ia melempari iblis dengan batu. Ia memakai kekerasan dan bukan akal untuk menghadapi pertanyaan yang sepenuhnya logis tersebut.

Itulah yang bisa kita tarik dari heroisme Ibrahim sebagai Ksatria Iman …

Masihkan iman yang mengabaikan segalanya (bahkan nalar dan kemanusiaan) sesuai dengan masa sekarang?

Sumber: Islam Anti Nalar. Benarkah?

http://superkoran.info/?p=5212
Utbahbinabuwaqqash
Posts: 1155
Joined: Thu May 27, 2010 10:24 am

Re: Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by Utbahbinabuwaqqash »

Ibrahim berani menentang bapaknya
Iman lebih penting dari akal sehat, kemanusiaan,
Bila menyangkut iman, tidak perlu ada verifikasi.
Perintah menyembelih Ismail datang melalui mimpi. Itu adalah sumber yang sangat tidak bisa diandalkan kebenarannya, mimpi adalah bunga tidur yang seringkali tanpa arti, sejajar dengan lamunan kosong dan halusinasi. Sumber kosong itu langsung dipercaya Ibrahim karena dianggap berasal dari Allah sebagai pusat keimanannya.
Jika mengenai iman, sah untuk mengabaikan logika dan menggunakan kekerasan untuk mempertahankannya.
Ia memakai kekerasan dan bukan akal untuk menghadapi pertanyaan yang sepenuhnya logis tersebut.

Ya begitulah Ibrahim... Si ksatria islam...
Kalo aku sih emoh meneladani sikap ibrahim yg beriman tanpa akal itu hi...hi...hi...hi...
Tapi kalo sikap Abraham sih aku mau meneladani...
Sebelum doi beriman, doi memakai akal sehatnya, doi wis membuktikan bahwa YHWH yg doi sembah adalah benar2 ADA dan BERKUASA dan BAIK bagi doi..
Abraham benar2 taat/mengasihi Tuhannya dengan segenap hatinya, jiwanya, kekuatannya dan AKAL BUDInya hi...hi...hi...hi..
angky
Posts: 3354
Joined: Wed Aug 18, 2010 11:11 am

Re: Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by angky »

Laurent wrote:Saat Ibrahim mendapatkan mimpi untuk menyembelih anaknya, ia melaksanakannya. Perintah menyembelih anak jauh lebih jelas tujuannya daripada meninggalkannya di gurun. Mimpi itu adalah versi vulgar dari perintah “bunuh anakmu!”. Ia melaksanakan dengan patuh dan tanpa protes.
keh keh keh keh...si judianto melakukan penipuan nih.

QS 37:102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

http://indonesia.faithfreedom.org/forum ... an-t49672/
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by Kibou »

Busettt...

Iman itu kan pedang bermata dua. Syukur2 kalo beriman kepada ajaran kasih, seperti Ibu Teresa. Nah kalo beriman kepada ajaran sesat? Gawat kan.
nap.bon
Posts: 1011
Joined: Wed Jun 27, 2012 8:04 pm
Location: United States of Indonesia

Re: Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by nap.bon »

Kibou wrote:Busettt...

Iman itu kan pedang bermata dua. Syukur2 kalo beriman kepada ajaran kasih, seperti Ibu Teresa. Nah kalo beriman kepada ajaran sesat? Gawat kan.
...makanya ada yang namanya akal sehat dan hati nurani...tapi kalau diabaikan bisa mati, kalau di etologi namanya Habituation.
User avatar
Kibou
Posts: 1359
Joined: Mon Nov 03, 2008 11:30 am
Location: Land of the free

Re: Judhianto: Nabi Ibrahim, Ksatria Iman Pembungkam Nalar

Post by Kibou »

Kibou wrote:Busettt...

Iman itu kan pedang bermata dua. Syukur2 kalo beriman kepada ajaran kasih, seperti Ibu Teresa. Nah kalo beriman kepada ajaran sesat? Gawat kan.
nap.bon wrote: ...makanya ada yang namanya akal sehat dan hati nurani...tapi kalau diabaikan bisa mati, kalau di etologi namanya Habituation.

Setujuuuu banget Bro. Yang saya sayangkan, ada juga orang-orang Kristen yang pemikirannya mirip penulis artikel di atas. Ada satu teman saya (Kristen) yang menganggap logika dan nurani bisa "mencemarkan" iman.

Oh, saya ucapkan SELAMAT NATAL kepada teman-teman yang merayakan. JBU all!
Post Reply