Insya Allah wrote:numpang tanya lagi...
pertanyaan untuk netter buddha (sundamurtat,Diana orion, radjakelana88): apakah agama kalian mencap agama/aliran yang lain sesat?
Insya Allah
Buddha pada dasarnya tidak kenal apa itu "agama". Jika definisi agama adalah bentuk aturan2 baku dan saklek yang diklaim turun dari tahta Tuhan, no, Buddha bukan agama.
Bagi saya Buddha adalah prinsip hidup, prinsip tentang pengendalian pikiran dan perbuatan, di mana apapun hal yang dipikirkan dan diperbuat seseorang, pada dasarnya dari dia oleh dia dan untuk dia sendiri.
Apa sih sebetulnya sesat itu? Ibaratkan semua orang ditugaskan pergi ke Roma, seperti kata pepatah, banyak jalan menuju Roma.. misalnya:
1. Anda bisa naik pesawat ke sana, naik pesawat pun bisa berbeda2, ada yang pakai Garuda, Singapore Airlines, dll
2. Anda naik pesawat ke tempat lain dulu untuk transit baru ke Roma
3. Bagaimana dengan yang di negaranya tidak ada pesawat, naik perahu saja
4. Kalau tidak punya uang, jalan kaki bisa
5. Yang asalnya dari Inggris akan berjalan ke arah Tenggara, yang tinggal di arab akan berjalan ke arah Barat laut
6. Yang naik delman dari Mongolia mungkin akan pergi ke Korea dulu baru naik pesawat dari sana.
7. Ada yang berenang dari Cuba, di tengah samudra Atlantik kelelahan, akhirnya cuma menunggu ada kapal laut yang lewat.
8. dst
Dari sekian banyak jalan dan cara menuju Roma tersebut, menurut anda mana yang salah?? Tidak ada, hanya masalah siapa yang lebih cepat sampai dan nyaman saja. Begitupun pandangan Buddha terhadap cara hidup dan kepercayaan orang lain. Tidak ada hak kami menyebut sesat. Mau ada yang menyembah gunting, pohon kelapa, atau berdoa pada dewa yg wujudnya sendiri dia belum pernah lihat, silakan.. Semua kembali pada individu pelaku, apakah dia merasakan manfaatnya atau tidak, apakah dia merasa tujuan hidupnya tercapai atau tidak?
Di luar pemahaman ajaran Buddha,
Sebagai mantan muslim, saya sendiri merasakan manfaat luar biasa ketika dulu saya menjadi muslim. ketika sholat dan melakukan doa pada aloh, sya merasa mendapat energi baru, sy bahagia. Ketika puasa sebulan penuh dan bertemu Idul Fitri, saya merasakan kebahagiaan 29 x saat berbuka dan sekali saat berkumpul bersaudara dengan semuanya. Andaikan saya cuma paham islam sampai situ, saya akan tetap islam, mungkin sampai saya mati.
Semua berbalik justru ketika saya ingin mengenal islam lebih jauh. Ada sisi gelap yang patut saya pertanyakan untuk suatu prinsip yang mengklaim dirinya sempurna dan tanpa cacat ini. apa2 yang saya pertanyakan mungkin tidak cukup dibahas dalam 1 thread saja, tapi saya rasa beberapa topik di FFI cukup mewakili, jadi anda tidak perlu bertanya apa saja hal2 yang saya tanyakan itu.
Semua berbalik justru ketika saya ingin membuktikan islamlah satu2nya kebenaran. Saat yang sama ketika saya berpikir kenapa betapa mudahnya saya mendapatkan iman islam sementara orang di belahan bumi lain begitu sulit, salah merekakah? bagaimana bila saya yang terlahir sebagai mereka, apa jaminan saya akan memeluk islam? Padahal resikonya besar sekali jika saya tidak memeluk islam, neraka.. Dan saya tak bisa mengabaikan pikiran, yang penting saya yang masuk surga. Saya bertanya pada seorang Kristen, Hindu, Buddha, apa yang mereka rasakan ketika mereka berdoa dengan cara masing2.. Mereka menjawab bahagia, damai, dan yakin. Jika sudah seperti itu, patutkah saya bilang mereka sesat, dan cara sayalah (islam) yang benar, dan mereka nantinya akan masuk neraka?
Pendek kata saya berkesimpulan eksis atau tidak eksis entitas yang disembah siapapun, tak ada kebenaran mutlak. Tiap2 individu akan menemukan "kebenarannya" sendiri2. Tiap individu akan punya "Tuhan" masing2, yang eksis dalam bentuk pikirannya sendiri, yang menentukan bagaimana seseorang itu berbuat, yg menentukan juga kondisi dia sekarang, dan nanti...
Bila saya kemudian keluar dari islam dan memilih Buddha, anggap saja itu hanya masalah selera...