Page 1 of 7

Umat Islam Keberatan, Irian Jaya Terapkan Ajaran Kristen

Posted: Tue Sep 12, 2006 7:49 pm
by Binyok
http://groups.google.co.id/group/soc.cu ... d1f6b97f80


Umat Islam Keberatan, Irian Jaya Terapkan Ajaran Kristen

Jakarta -- Ketua MUI Irian Jaya Drs Zubair D Hussein menegaskan, bahwa umat
Islam keberatan kalau Irian Jaya menerapkan ajaran Kristen ketika propinsi
itu mendapat otonomi dari Pemerintah Pusat. "Umat Islam khawatir kalau Irian
Jaya diberlakukan otonomi, kemudian diterapkan ajaran Kristen, Umat Islam
tidak aman," ujar Zubair disela-sela Munas MUI di Asrama Haji, Pondok Gede,
Jakarta, hari ini.
Sebab, RUU Otonomi Khusus Irian Jaya sudah disampaikan kepada DPR RI
bersamaan dengan RUU Aceh beberapa waktu lalu yang memungkinkan akan
memberikan hak otonomi luas kepada propinsi itu.
Masalahnya, usulan dalam RUU itu adalah pemberlakuan ajaran Kristen di Irian
Jaya. Menurut Zubair, tuntutan pemberlakuan ajaran agama di Irian Jaya tidak
bisa disamakan dengan tuntutan di Aceh. "Penduduk Irian Jaya tidak
seluruhnya beragama Kristen, karena itu perlu persetujuan umat Islam
"
katanya.
Umat Islam Irian Jaya, kata Zubair, minta jaminan kalau di Irian Jaya
terpaksa diberlakukan tuntutan Kristen. Soalnya, apakah umat Islam akan
dilindungi bila ajaran Kristen diberlakukan di Irian Jaya? Padahal,
kebebasan melaksanakan ajaran Islam bagi umatnya adalah bagian dari hak
asasi yang harus mendapat perlindungan. Umat Islam di Irian Jaya berjumlah
10% dari total penduduk Irian Jaya yang berjumlah 2 juta.
Jadi, keberadaan umat Islam tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi,
"Karena Islam masuk ke Irian lebih dahulu, lalu menyusul Kristen," tegas
Zubair. Sehingga, umat Islam sebenarnya adalah tuan rumah; yang mempunyai
hak dalam menentukan masa depan Irian Jaya.
Sekali pun demikian, menurut Zubair, umat Islam di Irian Jaya tidak pernah
melakukan pemberontakan. "Umat Islam hidup cukup rukun dengan umat dari
agama lainnya di Irian Jaya. Lebih aman situasi di Irian Jaya dari pada
situasi di Maluku sekarang ini." Umat Islam di Irian Jaya relatif rukun
dengan siapa saja, terlebih di daerah kantong-kantong muslim seperti Fakfak,
Kaimanan, Manokwari Selatan dan Raja Empat.
Karena itu, menurut Ketua MUI Irian Jaya itu, pemerintah harus memperhatikan
aspirasi umat Islam, karena umat Islam di Irian Jaya selama ini kurang
mendapat perhatian dari pemerintah. "Umat Islam Irian Jaya tidak pernah
mendapat posisi yang baik dalam pemerintahan."
Sebab itulah, umat Islam di Irian Jaya menyesalkan sikap pemerintah yang
tidak jelas dalam soal Papua. Sikap pemerintah dinilai terlalu toleran
dengan merestui Kongres Papua belum lama ini. "Pengibaran bendera bintang
kejora di Irian Jaya adalah bukti kesalahan pihak pemerintah karena bersikap
tidak tegas," kata Zubair. *** (zul)


Aceh bisa Syariat Islam karena Mayoritas Islam tanpa meminta Persetujuan dr Orang Kristen yg minoritas di aceh, kalo Papua yg Mayoritas Kristen ingin ajaran Kristen diterapkan seperti di Aceh, haruss minta Persetujuan minoritas Islam di Papua??

Posted: Wed Sep 13, 2006 3:09 am
by fans
Haha, trus aceh semuanya islam ya?

Posted: Wed Sep 13, 2006 8:56 pm
by Cucu Jusuf Estes
hahaha... mrk itu memang ga tahu diri... ga minor .. ga mayor... pokoknya maksa terus...

Posted: Wed Sep 20, 2006 4:28 pm
by alfra80
Begitulah, kita ini diajarkan untuk menerima apa adanya. yang "sebenarnya" kenyataan kan sudah RAHASIA UMUM
Indonesia adalah negara Demokrasi (demokrasi= demo trus and penindas hak azasi) kalau ada yang tersinggung mohon maaf, yaaaah begitulah hidup Halleluya(..teriak) waduh... Halleluya (bisik... bisik ntar di demo lagi)

Posted: Thu Sep 21, 2006 3:28 am
by DianAZ
Pernyataan ketua MUI Irian Jaya ini perlu dianalisa dengan baik, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dgn jujur.
Jakarta -- Ketua MUI Irian Jaya Drs Zubair D Hussein menegaskan, bahwa umat
Islam keberatan kalau Irian Jaya menerapkan ajaran Kristen ketika propinsi
itu mendapat otonomi dari Pemerintah Pusat. "Umat Islam khawatir kalau Irian
Jaya diberlakukan otonomi, kemudian diterapkan ajaran Kristen, umat Islam
tidak aman," ujar Zubair
disela-sela Munas MUI di Asrama Haji, Pondok Gede,
Jakarta, hari ini.
DARIMANA KEKHAWATIRAN DAN RASA TIDAK AMAN UMAT ISLAM BILA IRIAN JAYA MENERAPKAN AJARAN KRISTEN??? APAKAH ITU DATANGNYA DARI PENGALAMAN
PENINDASAN KAUM MINORITAS DI NEGARA-NEGARA ISLAM DAN ACEH???? :oops: :oops: :oops: Shame on you!

Benar sekali pepatah dibawah ini:
Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda. Amsal 28:1

Menurut Zubair, tuntutan pemberlakuan ajaran agama di Irian Jaya tidak
bisa disamakan dengan tuntutan di Aceh.
"Penduduk Irian Jaya tidak
seluruhnya beragama Kristen, karena itu perlu persetujuan umat Islam"
katanya.
DI ACEH, SEBELUM HUKUM ISLAM DIBERLAKUKAN, APAKAH TIDAK ADA ORANG KRISTEN DAN KEPERCAYAAN LAIN, BISA BUKTIIN????? [-X :ANAL: [-X [-X
Umat Islam Irian Jaya, kata Zubair, minta jaminan kalau di Irian Jaya
terpaksa diberlakukan tuntutan Kristen
. Soalnya, apakah umat Islam akan
dilindungi bila ajaran Kristen diberlakukan di Irian Jaya? Padahal,
kebebasan melaksanakan ajaran Islam bagi umatnya adalah bagian dari hak
asasi yang harus mendapat perlindungan
OOOO...OOO RUPANYA ADA HAK ASASI UNTUK KAUM MINORITAS DI INDONESIA???? :lol: :lol:
APAKAH ANDA, ZUBAIR, BISA MEMBERIKAN HAK ASASI DAN PERLINDUNGAN UNTUK KAUM MINORITAS DI ACEH DAN TEMPAT2 DIMANA ISLAM MAYORITAS????? :?: :?: :?:

Ingat ini Zubair, Kristen adalah agama DAMAI, anda tidak perlu surat kusus dari pemerintah untuk aman di Irian Jaya bila ajaran Kristen dijalankan 100% di sana. Alkitab adalah jaminan untuk anda!!!!

Umat Islam di Irian Jaya berjumlah
10% dari total penduduk Irian Jayayang berjumlah 2 juta.
Jadi, keberadaan umat Islam tidak bisa diabaikan begitu saja.
SUDAH 10% (+/- 200 RIBU) DIDALAM 20 TAHUN BELAKANG INI, DARIMANA MUNCULNYA? ANAK BERANAKKAH, SEPERTI BINATANG BABI IRIAN JAYA? TURUN DARI LANGIT??? (ORANG MILITER YG PERNAH TUGAS DI IRJA TAHU INI, DARIMANA 10% ISLAM INI MUNCUL DI IRIAN JAYA!) :twisted: :twisted: :twisted:
Apalagi,"Karena Islam masuk ke Irian lebih dahulu, lalu menyusul Kristen," tegas
Zubair. Sehingga, umat Islam sebenarnya adalah tuan rumah; yang mempunyai
hak dalam menentukan masa depan Irian Jaya.
Sekali pun demikian, menurut Zubair, umat Islam di Irian Jaya tidak pernah
melakukan pemberontakan. "Umat Islam hidup cukup rukun dengan umat dari
agama lainnya di Irian Jaya.
Lebih aman situasi di Irian Jaya dari pada
situasi di Maluku sekarang ini." Umat Islam di Irian Jaya relatif rukun
dengan siapa saja, terlebih di daerah kantong-kantong muslim seperti Fakfak,
Kaimanan, Manokwari Selatan dan Raja Empat.
ISLAM LAHIR LEBIH DULU DARI KRISTEN DI IRIAN JAYA?????? ADA BUKTI?????? :shock: [-X
OOO... MUNGKIN ISLAM MASUK IRIAN PERTAMA KALI DARI AUSTRALIA,..konon sebelum bule masuk orang Aborigin dulunya Islam, gitu kali hah??? :lol: :lol: :lol:
ZUBAIR...ZUBAIR ...ANDA RUPANYA SENANG NGEBANYOL!!??
YANG PASTI ISLAM DATANG KE IRJA DARI INDONESIA, PERSISNYA DARI JAWA... DAN SEBELUM ADA ISLAM DI INDONESIA BUDHA DAN HINDU DIIKUTI KRISTEN SUDAH TERLEBIH DULU!!!!
Lihat Irja.org/history

UMAT ISLAM RUKUN DGN UMAT AGAMA LAIN DI IRIAN JAYA???? APAKAH ANDA TAHU BERAPA ORANG IRAN JAYA KRISTEN DAN NON KRISTEN YANG TELAH MATI DITANGAN ISLAM (RAKYAT+TNI)????
JANGAN ASBUN!! ORANG KAMPUNG BISA DIBOONGIN, JAMAN EMPU SENDOK GIGIT BESI MEMANG PERISTIWA DI DAERAH BISA DITUTUP-TUTUPI, BUT NOT ANY MORE IN NOWADAYS SIR!!!

Posted: Thu Sep 21, 2006 3:46 pm
by Binyok
eh bukan 10%, malah skrg ada salah seorang tokoh Muslim yang bilang Islam di Papua sudah 65%...

Posted: Thu Sep 21, 2006 3:51 pm
by Binyok
DianAZ wrote:Pernyataan ketua MUI Irian Jaya ini perlu dianalisa dengan baik, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dgn jujur.
DARIMANA KEKHAWATIRAN DAN RASA TIDAK AMAN UMAT ISLAM BILA IRIAN JAYA MENERAPKAN AJARAN KRISTEN??? APAKAH ITU DATANGNYA DARI PENGALAMAN
PENINDASAN KAUM MINORITAS DI NEGARA-NEGARA ISLAM DAN ACEH???? :oops: :oops: :oops: Shame on you!

Benar sekali pepatah dibawah ini:
Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar merasa aman seperti singa muda. Amsal 28:1

DI ACEH, SEBELUM HUKUM ISLAM DIBERLAKUKAN, APAKAH TIDAK ADA ORANG KRISTEN DAN KEPERCAYAAN LAIN, BISA BUKTIIN????? [-X :ANAL: [-X [-X
OOOO...OOO RUPANYA ADA HAK ASASI UNTUK KAUM MINORITAS DI INDONESIA???? :lol: :lol:
APAKAH ANDA, ZUBAIR, BISA MEMBERIKAN HAK ASASI DAN PERLINDUNGAN UNTUK KAUM MINORITAS DI ACEH DAN TEMPAT2 DIMANA ISLAM MAYORITAS????? :?: :?: :?:

Ingat ini Zubair, Kristen adalah agama DAMAI, anda tidak perlu surat kusus dari pemerintah untuk aman di Irian Jaya bila ajaran Kristen dijalankan 100% di sana. Alkitab adalah jaminan untuk anda!!!!

SUDAH 10% (+/- 200 RIBU) DIDALAM 20 TAHUN BELAKANG INI, DARIMANA MUNCULNYA? ANAK BERANAKKAH, SEPERTI BINATANG BABI IRIAN JAYA? TURUN DARI LANGIT??? (ORANG MILITER YG PERNAH TUGAS DI IRJA TAHU INI, DARIMANA 10% ISLAM INI MUNCUL DI IRIAN JAYA!) :twisted: :twisted: :twisted:
ISLAM LAHIR LEBIH DULU DARI KRISTEN DI IRIAN JAYA?????? ADA BUKTI?????? :shock: [-X
OOO... MUNGKIN ISLAM MASUK IRIAN PERTAMA KALI DARI AUSTRALIA,..konon sebelum bule masuk orang Aborigin dulunya Islam, gitu kali hah??? :lol: :lol: :lol:
ZUBAIR...ZUBAIR ...ANDA RUPANYA SENANG NGEBANYOL!!??
YANG PASTI ISLAM DATANG KE IRJA DARI INDONESIA, PERSISNYA DARI JAWA... DAN SEBELUM ADA ISLAM DI INDONESIA BUDHA DAN HINDU DIIKUTI KRISTEN SUDAH TERLEBIH DULU!!!!
Lihat Irja.org/history

UMAT ISLAM RUKUN DGN UMAT AGAMA LAIN DI IRIAN JAYA???? APAKAH ANDA TAHU BERAPA ORANG IRAN JAYA KRISTEN DAN NON KRISTEN YANG TELAH MATI DITANGAN ISLAM (RAKYAT+TNI)????
JANGAN ASBUN!! ORANG KAMPUNG BISA DIBOONGIN, JAMAN EMPU SENDOK GIGIT BESI MEMANG PERISTIWA DI DAERAH BISA DITUTUP-TUTUPI, BUT NOT ANY MORE IN NOWADAYS SIR!!!



http://www.hidayatullah.com/index.php?o ... 5&Itemid=0

Anjangsana ke Bumi Cenderawasih


Islam adalah agama nenek moyang orang Papua. Tapi mengapa jejak itu menghilang? Bagaimana kawasan ini berubah Kristen? Simak interaksi Muslim Papua di pulau terbesar di Indonesia tersebut

Hidayatullah.com--Perjalanan ke Papua (dulu Irian Jaya)-bagi sebagian orang-laksana melanglang ke ujung dunia. Perlu waktu satu minggu mengarungi laut dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, atau 8 jam perjalanan pesawat udara dari Jakarta, untuk tiba di kawasan paling timur Indonesia itu. Wajar bila banyak hal tentang kawasan ini belum terpublikasikan. Lebih-lebih yang berkaitan dengan dakwah Islam dan komunitas kaum Muslimin di sana.

Maka wajar bila hingga hari ini banyak orang bertanya: Adakah orang Islam di Papua? Adakah komunitas pribumi yang menganut Islam sebagai agama mereka? Pertanyaan bernada skeptis ini sama sekali bukan hal aneh. Apalagi selama ini pandangan umum beranggapan bahwa di Papua tidak terdapat penduduk pribumi (asli) yang Muslim. Bahkan ada semacam kesimpulan yang cukup kereng, bahwa Papua itu identik dengan Kristen. Atau Papua sama dengan Kristen! Wow. Tentu ini sebuah pencitraan keliru sebagaimana Ambon sama dengan Kristen, atau Batak mesti Kristen. Padahal dari sekitar 2,4 juta keseluruhan penduduk Papua, sekurang-kurangnya 900 ribu di antara mereka adalah Muslim.

Gubernur pertama Papua bahkan seorang Muslim yakni H. Zainal Abidin Syah(1956-1961) yang merupakan Sultan Tidore. Kemudian disusul Gubernur Muslim lainnya yakni P. Parmuji, Acup Zaenal, Sutran dan Busiri. Sejak Gubernur Busiri sampai sekarang, Pimpinan Kepala Daerah (Gubernur) dijabat oleh Kristen.

Tidak hanya itu. Faktanya, menurut data sejarawan-baik dari kalangan Kristen maupun Islam-menyatakan bahwa Islam bukan saja pernah eksis di Papua, tapi juga hadir lebih dulu hadir dua abad dibanding para missionaris Kristen. Islam hadir di kawasan ini pada abad ke XVI melalui pengaruh Kesultanan Bacan di Maluku(1520 M). Seorang sejarawan berkebangsaan Inggris yakni Thomas W. Arnold dalam bukunya The Preaching of Islam menjelaskan: " …Agama ini (Islam) pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat (mungkin di Semenanjung Onin) oleh para pedagang yng berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk dan itu terjadi sejak tahun 1606…(hal. 350)"

Dalam buku "Nieuw Guinea" WC.Klein menceritakan sbb: "de Heer Pieters maakete on 1664 eenwreksnaar Onin. Indie raiswaren ook een aantal mensen uit Soematera, Waarin de Heer Abdul Ghafur betrokken is." ( Tuan Pieters pada tahun 1664 melakukan perjalanan ke Onin di mana ikut serta beberapa orang dari Sumatera, termasuk Abdul Ghafur)

Sementara kedatangan Kristen ke kawasan ini dimulai saat gerakan para Zending atau misi Krinten Protestan dari Jerman( C.W.Ottow dan G.J.Geissler) tiba di pulau Mansinam, Manukwari yang terjadi pada 5 Februari 1855. Secara resmi, bahkan, Kelompok Studi Etnografi--yang anggotanyaa terdiri atas kelompok intelektual Kristen--Irian Jaya mencatat kedatangan Kristen Protestan ke Ibukota Jayapura baru terjadi pada tahun 1930.

Awal abad pertama dakwah Islam di kawasan ini, sejumlah daerah seperti Waigeo, Misool, Waigama, Kerajaan Salawati, Kerajaan Fatagar dan Kerajaan Raja Ampat dan daerah-daerah di semenanjung Onin di Kabupaten Fak-Fak telah memeluk Islam dan memiliki kekuasaan dalam arti sebenarnya. Di kala itu mereka telah dapat mengatur tata hukum dan kemasyarakatan berlandaskan ketentuan hukum Islam seperti terkait dengan pernikahan, pembagian hak waris, shalat dan penyelenggaraan jenazah.(lihat buku "Islam atau Kristen Agama Orang Irian?, Pustaka Dai, hal. 155)

Saat ini, secara umum, perkembangan dakwah di sana relatif lebih menggembirakan, walau dengan gerak lamban.

Bila menyaksikan gerak dakwah Muslim di kawasan ini sekarang, sungguh mereka menghadapi tantangan yang tidak kecil dari lingkungannya yang bernuansa Nasrani. Hal itu terjadi karena kegigihan para missionaris yang hampir merata memberikan pelayanan rohani di seluruh kawasan.
Mereka datang dan berkumpul dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, Canada dan Belanda, sudah puluhan bahkan ratusan tahun, malang melintang di kawasan ini, dengan dukungan dana tak terbatas dan peralatan sangat canggih.

Selain puluhan pesawat perintis mereka juga memiliki tak kurang 400 lapangan terbang perintis di seluruh pedalaman Papua. Sekadar catatan, untuk pembinaan warga yang ada di pedalaman tak jarang aparatur pemerintah justru menyewa pesawat dari para Missionaris ini. Dengan kata lain, para missionaris ini lebih menguasai medan/wilayah Papua dari aparat sendiri!

Namun demikian kendati dengan susah payah, sejumlah kawasan komunitas Muslim semkin berkembang di berbagai tempat. Sebutlah misalnya di daerah Kokas, Kaimana, Patipi, Rumbati, dan di Semenanjung Onin. Demikian juga di kabupaten Sorong terdapat Kampung Islam di Waigeo, Misool, Doom, Salawati, Raja Ampat dan di Teminabuan. Di Manukwari kampung Islam terdapat di Bintuni, Babo dan di Teluk Arguni. Sedangkan di Kabupaten Jayawijaya perkampungan Islam terdapat di Walesi, Hitigima, Kurima, Megapura, Kurulu, Assologima, dll.

Bahkah yang menggembirakan ada ribuan penduduk asli yang beralih ke Islam baik dari kalangan awam, kepala suku, maupun mantan rohaniawan Kristen.

Selain di Fak-fak sebagai "Serambi Mekkah"-nya Islam-- kawasan ini sekaligus sebagai pemasok muballigh dan guru agama di pelosok Papua-- ribuan komunitas Muslim dari kalangan pribumi juga tersebar di 14 tempat terpisah di Kabupaten Jayawijaya. Seperti di Desa Walesi dengan kepala sukunya Bapak H Aipon Asso, di sana terdapat 600 Muslim yang masuk Islam 26 Mei 1978. Efek domino syahadat terus merambat ke Megapura. Di sana terdapat 165 Muslim penduduk asli yang dipimpin oleh kepala sukunya yang bernama Musa Asso.

Komunitas Muslim asli juga terdapat di berbagai kecamatan seperti di Kurulu 61 orang, Kelila 131 orang, Bakondidi 57 orang, di karubaga 59 orang, di Tiom 79 orang, di Makki 40 orang, di Kurima 18 orang, di Assologima 184 orang, di Oksibil 20 orang, di Okbibab 10 dan di Kiwirok 15 orang. Sedang di kota Wamena sendiri sekalipun bercampur dengan para pendatang dari Jawa, Bugis dan Sumatera jumlah komunitas Muslim di sini mencapai tidak kurang dari 5000 orang.

Dari kalangan kepala suku dan pendeta yang masuk Islam selain H.Aipon Asso dan Mussa Asso di atas, sebagian dapat disebutkan di sini seperti Ismail Yenu(68), seorang Kepala Suku Besar Yapen-Waropen Manukwari; Wilhelmus Waros Gebze (53), Kepala Suku Marin di Merauke; dan Romsumbe, pendeta yang masuk Islam bersama 4 orang anaknya di Biak Numfor.
"Saya bangga menjadi Muslim," kata Jamaluddin (60) putra daerah kelahiran Fak-fak, saat ditemui di Masjid Merdeka Manukwari bersama rombongan khuruj Jamaah Tabligh.

Satu hal yang menggembirakan, di sini ada pemandangan menyejukkan dengan "bersatunya" dua ormas terbesar di Indonesia yakni NU-Muhammadiyah di sebuah institusi pendidikan. Kedua ormas yang di luar tempat ini (Papua) kerap eker-ekeran (ribud, red), di sini mereka membentuk yayasan gabungan bernama Yayasan Penddidikan Islam (Yapis) pada 15 Desember 1968.

Keberadaan Yapis ini bukan saja mendapat respon positif dari kalangan Muslim, tapi juga orang tua non-Muslim. Mereka menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah ini dengan alasan berfariasi antara lain: disiplin yang tinggi dan melarang murid untuk mabuk-mabukkan-mabuk merupakan budaya sebagian masyarakat yang masih terasa sulit dihilangkan.

Saat ini kedudukan Yapis di mana masyarakat Papua hampir sama sejajar dengan Lembaga Pendidikan Kristen Kristus Raja. Ada ratusan sekolah di babah naungan Yapis dan dua Perguruan Tinggi ( STIE dan STAIS ) yang bernaung di bawah bendera Yapis.

Selain NU dan Muhammaddiyah yang sudah lama malang melintang di kawasan yang terkenal ganas malarianya ini, sejumlah institusi dakwah dapat disebutkan di sini seperti Dewan Dakwah Islamiyah, Hidayatullah, Persatuan Umum Islam, LDII, Pondok Pesantren Karya Pembangunan dll.

Otonomi Khusus yang Menghawatirkan

Program otonomi khusus bagi Papua dari satu sisi menggembirakan masyarakat. Namun tidak sepenuhnya bagi masyarakat Muslim. Utamanya bila dilihat dari porsi hak mengatur wilayah. Dari 29 Kabupaten yang ada sekarang, misalanya, hanya ada dua bupati yang Muslim, yakni di Kabupaten Fak-fak dan di Keimana. Sisanya dipegang oleh Kristen hingga camat dan lurahnya. Sebutlah di Kabupaten Babo, Bintuni, Misool dll di mana konsenstrasi Muslimnya mayoritas, namun bupatinya dipegang Krisiten. "Problem kita memang sumberdaya Muslim-pribumi yang umumnya masih rendah," kata Drs. H.Kasibi Suwiryadi(59), tokoh sejarah Muslim Papua.

"Inilah di antara program dakwah yang merti ditingkatkan. Yakni membenahi SDM Muslim agar mereka dapat berkiprah membangun kampung halaman sendiri." Jelas Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) yang juga dosen Universitas Cenderawasih ini yang sudah tiga puluh tahun berdakwah di prorinsi Indonesai paling timur itu. (Ali Athwa, wartawan Hidayatullah, penulis buku "Islam atau Kristen Agama Orang Papua?")

Posted: Thu Sep 21, 2006 3:54 pm
by Binyok
http://www.freelists.org/archives/nasio ... 00008.html


Di Kecamatan tanah kelahiran saya ( kec. Ayamaru kab. Sorong Selatan ), ada
didirikan sebuah mesjid, dan bahkan di hampir semua kecamatan di Papua saat
ini, telah terdapat mesjid. Komposisi penduduk di Papua saat ini, karena
pengaruh dari migrasi, maka mayoritas manusia yang menghuni Papua adalah
muslim - saya menyetujui daftar komposisi penduduk di Papua yang diterbitkan
oleh majalah Insani yang terbit 4 minggu lalu yakni 65 % penduduk Papua saat
ini adalah beragama Islam. Papua bukan lagi Pulau Kristen.

Dan dari dahulu hingga kini, tidak pernah satu kalipun, kami di Papua
melarang pembangunan suatu gedung mesjid di atas tanah adat - tanah di Papua
secara adat dimiliki secara kolektif oleh sebuah klan/marga, di mana proses
penjualannya harus melibatkan persetujuan keseluruhan anggota klen. Atau
melarang, mereka melakukan ibadahnya. Mereka bebas melakukan ibadahnya.

Bayangkanlah, pada tahun 1980-an, di tengah - tengah hampir 1000 jiwa penghuni
kecamatan Ayamaru, terdengar suara azan, yang dilakukan oleh beberapa orang
muslim yang datang ke tempat itu karena dagang dan dan pekerjaan ( jumlahnya
paling banter ada 30 jiwa ). Hal yang sama terjadi di Lembah Mbaliem Wamena, di
mana tidak ada yang melarang sebuah desa di Wamena untuk beragam Islam.
Semisalnya hingga timbul perang suku. Kami pun tahu pengiriman para pemuda
Papua - kebanyakan suku Dani ke pesantren - pesantren di Bangkalan Madura dan
Muntilan Jateng. Hal ini, tidak kami persoalan, atau memandang persoalan ini
dengan curiga. Karena kami tahu, bahwa itu adalah hak setiap induvidu manusia
untuk memeluk sebuah agama dan memperdalamnya.

Saya teringat tahun 1996, ketika genjar - genjarnya gereja - gereja di bakar di
daerah Tapal Kuda, Sitobondo. Maka itu menjadi diskusi yang menarik di sekolah
kami ( SMU I Sorong ). Bahkan sewaktu berada di dalam lingkungan kami pun,
sewaktu sore hari, kami membicarakannya, bahkan ada yang tergerak mau pergi
membakar mesjid yang ada di dekat kami - sudah pergi mencari minyak tanah.
Tetapi peristiwa ini, berhasil dicegah oleh para diakon gereja yang berada di
tempat kami tinggal. Ada kontrol yang kuat dari kalangan masyarakat terhadap
kehidupan toleransi keagamaan di Papua. Sehingga dari dahulu hingga saat ini,
belum pernah terjadi satukalipun peristiwa pembakaran atau penutupan tempat
beribadah ( baca : mesjid ) di Papua.

Dengan demikian, menurut opiniku, Islam di Papua saat ini adalah mayoritas -
perkembangan yang wajar karena memang di Indonesia, mayoritas penduduknya
adalah Islam. Namun kewajaran perkembanganya ini, ditopang oleh semangat
toleransi agama yang sangat tinggi di Papua.

Dengan demikian, maka sewaktu membaca tulisan beberapa anggota apakabar yang
'senang' akan penutupan gereja, maka sebagai Orang Papua, saya pun menjadi
heran. Apa yang salah dengan bahasa sangsekerta yang ditulis Soekarno dan di
dukung oleh para pendiri NKRI ini ? Apa yang salah dengan Bhineka Tunggal Ika ?
Mengapakah sangat susah menerapkan tolerasi keagamaan di Jawa ( Indonesia ),
sedang Papua yang baru 'berpakaian' pun bisa ? Apa yang salah ?

Atau mungkin para pemikir Islam tidak menyadari bahwa penerapan Piagam Medinah
- entah piagam Medinah menurut Wanabi NHW atau menurut kang 'Van' adalah
sesuatu yang dapat menjelma sehingga di pandang sebagai SATU musuh bersama
oleh mayoritas pemengang tanah ulayat di Papua yang Kristen/ Khatolik -
menguasai Tanah Adat sebesar 75 % wilayah Papua - sehingga membangunkan semua
potensi manusia yang tidur di Papua untuk membuat sebuah negara sendiri ?

FYI, pada saat musuh bersama ini belum bangun saja, pa Moh. Thaha Al Hamid (
muslim ) - yang berasal dari suku asli Papua yang muslim/ Fafak - adalah
Seketaris Jenderal Organisasi Presidium Dewan Papua. Entah bagaimana besarnya
potensi pergerakan Papua Merdeka, yang akan dibangunkan, jika sukses piagam
Medinah di Indonesia benar - benar terjadi ?



Jadi skrg Papua Mayoritas Islam yach??

Posted: Sun Sep 24, 2006 3:57 pm
by DianAZ
Siapakah yang percaya kepada laporan sejarah atau cerita yang islam buat???

PERCAYA HAL DI BAWAH INI?
- Muhammad membelah bulan (untuk menguatkan alibinya maka bulan sabit dipakai sebagai simbul Islam)
- Abraham (bapa orang Israel) mendirikan Kaabah.
- Orang Israel keturunan monyet dan babi
- Niel Amstrong, astronout USA, orang islam
- Palestina yang sekarang adalah penduduk asli, bukan bangsa Arab, dari tanah yg ditempati Israel
- Muhammad nabi utusan TUHAN
- Kuran diturunkan langsung oleh TUHAN kepada Muhammad
- Islam artinya Damai
- Agama Islam adalah agama damai
- Maroko, Mesir, Arab Saudi dll jadi Islam atas kemauan sendiri, bukan paksaan pedang.
- Holocoust atas Yahudi isapan jempol

Orang kampung yang tidak lulus SD mungkin bisa percaya hal-hal diatas!!!! :lol: :lol: :lol:

Posted: Sun Sep 24, 2006 4:34 pm
by stivana2
dasar islam, jadi minoritas kuatir, jd mayoritas kuatir juga, mo nya apa sih, punya agama jadi kuatiran gitu, mo nya semua orang ngikutin islam, mo menang sendiri, udah gitu klaim nabi2 musa, abraham, dll islam lagi, mmg ada bukti kuat yg jelasin mereka islam, paling2 buktinya juga kuran tuh, yg cuma omongan muh, kagak ada bukti kongkret

Posted: Mon Sep 25, 2006 12:11 am
by Binyok
Kalo Orang Israel dan USA Keturunan Monyet dan babi, berarti Penguasa Dunia skrg Monyet da Babi donk??

Manusia nya gimana??

Posted: Tue Sep 26, 2006 2:14 am
by monkeydruffy
POLITIKUS MUNAFIK!!!!!!!!!!!!!!!

Posted: Thu Oct 05, 2006 5:04 pm
by Laurent
BGm dgn yg ini

Dua Suku Kanibal Dilaporkan Hidup di Pedalaman Papua

Jayapura, 4 Oktober 2006 13:26
Dua suku terasing primitif hidup mengembara di pedalaman daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo, Papua, antara Kabupaten Waropen dan Kabupaten Sarmi.

Tokoh Masyarakat Distrik Waropen Atas, Kabupaten Waropen Mamberamo, Marthen Awaki menuturkan kepada wartawan di Jayapura, Rabu, kedua suku itu adalah suku Sidaudate dan suku Aubea.

Ciri-ciri fisik pria dengan tinggi mencapai dua meter, badan berbulu lebat, tanpa menggenakan busana.

Makanan pokok mereka adalah pucuk sagu muda, daun-daunan, meramu sagu, mengonsumsi beraneka daging mentah, bahkan memangsa sesama manusia (kanibal) dan minum air mentah.

Peralatan yang digunakan, antara lain kapak batu yang berfungsi untuk memotong makanan, anak panah yang terbuat dari tulang burung kasuari, dan tombak bermata pohong pinang.

Di siang hari, kaum lelaki tinggal di dahan-dahan pohon memantau manusia atau hewan yang melintasi untuk dibunuh untuk kemudian dijadikan sebagai makanan, sedangkan di malam hari sebagian tetap di pohon dan lainnya turun bersama istri dan anak-anak tidur di bawah pohon-pohon besar dan rimbunan pohon sagu.

Mereka hidup berpindah-pindah dari pohon ke pohon lain. Bila orang dari luar suku mereka melintasi kawasan itu, dalam radius satu kilometer mereka telah mengetahuinya, sehingga mereka bersembunyi di tempat yang tidak bisa dilewati orang luar.

Marthen menjelaskan, sampai saat ini, belum satu pun misionaris yang menyebarkan ajaran agama kepada mereka.

Untuk menemui mereka, harus membersihkan diri oleh para tetua-tetua adat setempat, sebab bila tidak mengikuti upacara adat itu, maka orang yang melintasi daerah itu, apalagi ingin bertemu mereka, bisa jadi makanan mereka.

Kedua suku primitif itu mengembara antara Distrik Waropen Atas dan Distrik Waropen Bawah di Kabupaten Waropen yang berbatasan antara Kabupaten Sarmi. Bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka bisa mengembara sampai sebagian wilayah Kabupaten Nabire, Puncak Jaya dan Kabupaten Tolikara.

Kawasan Mamberamo-Raya telah ditetapkan menjadi kabupaten pemekaran baru bersama 10 daerah lainnya di Indonesia yang dimekarkan dan direncanakan pelantikan caretaker bupati oleh Mendagri di Jakarta, 16 Oktober mendatang.

Marthen berharap, dengan pemekaran pemerintahan Kabupaten Mamberamo-Raya itu, sedikit demi sedikit, dua suku itu bisa dijinakan, walaupun prosesnya cukup lama dan dana yang besar pula.

http://www.gatra.com/artikel.php?id=98326

Posted: Thu Oct 05, 2006 7:20 pm
by ali5196
Muslim dan Kanibal : COCOK !!

Posted: Tue May 15, 2007 8:09 pm
by swatantre
ali5196 wrote:Muslim dan Kanibal : COCOK !!

:lol: :lol: :lol:

Posted: Tue May 15, 2007 8:45 pm
by swatantre
Sepertinya ini merupakan perkembangan dari topiknya si Binyok, maka daripada bikin thread baru, saya postingkan aja di bawahnya. Hal ini mengenai Raperda Injil Manokwari

http://www.republika.co.id/koran_detail ... 4&kat_id=3

Manokwari Godok Raperda Berbasis Injil

JAKARTA -- Pemerintah dan DPRD Kab Manokwari, Provinsi Irian Jaya Barat, sedang memfinalisasi rancangan peraturan daerah (raperda) pembinaan mental dan spiritual berbasis Injil. Raperda yang dimunculkan kali pertama pada 7 Maret 2007 itu dinilai merugikan pengembangan agama lain di daerah tersebut. (emang, agama lain gak merasakan hal yang sama saat Perda2 SI bermunculan di banyak wilayah di RI?)

Julukan Manokwari sebagai Kota Injil, kata Wakil Ketua DPRD Manokwari, Amos H May, baru sebatas wacana. Usulan raperda itu hanyalah pokok pikiran yang diusung unsur gereja dan sejumlah pakar. ''Bentuknya baru berupa pokok pikiran, bukan raperda karena tidak diusulkan eksekutif dan legislatif,'' ujar Amos saat dihubungi, Kamis (22/3).

Namun, dia mengakui jika usul tersebut sudah masuk ke eksekutif. Walau, ada sejumlah pasal yang bertentangan dengan peraturan di atasnya, terutama terkait cara peribadatan. ''Hal bertentangan ini perlu dikaji, sehingga jika diberlakukan tidak menimbulkan konflik SARA,'' kata Amos.

Dia menjanjikan, peraturan yang dibuat tidak akan menimbulkan perpecahan karena pada dasarnya setiap orang menginginkan kotanya baik. Sebagai awalan, minuman keras dan prostitusi akan dilarang. ''Peraturan ini untuk mewanti-wanti masyarakat supaya mengubah perilakunya.''

Di antara isi pasal raperda itu adalah melarang pemakaian busana Muslimah di tempat umum, melarang pembangunan masjid di tempat yang sudah ada gereja. Dibolehkan dibangun masjid atau mushala, asalkan disetujui tiga kelompok masyarakat (terdiri atas 150 orang) dan pemerintah setempat terlebih dulu. (Hehe, kok jadi inget soal SKB Menteri ttg Rumah Ibadah... kena azab balasan niye....)

Raperda juga melarang azan, dan membolehkan pemasangan simbol salib di seluruh gedung perkantoran dan tempat umum. ''Kami khawatir, raperda ini memunculkan kekerasan,'' kata Junaidi, warga Manokwari yang juga aktivis GP Anshor, belum lama ini di Jakarta.

Duh, muslim...muslim... belon apa2 kok dah pake kata2 'kekerasan' lho... Emang tempat laen yang ada perda SInya lo pikir gak bakalan menimbulkan potensi kekerasan dan perpecahan yang sama?

Kerusuhan yang memecah kerukunan umat beragama di Ambon dan Poso, bisa terjadi di Manokwari jika Pemda dan DPRD setempat bersikukuh mengesahkan raperda itu. Kondisi demografis di Manokwari mirip dengan Ambon dan Poso. Menurut Junaidi, selisih penduduk non-Muslim dan Muslim di Manokwari tidak terpaut jauh. Sedangkan komposisi anggota DPRD, dari 25 anggota dewan, empat di antaranya Muslim.

Sejauh ini, situasi masih damai dan tenang. ''Warga juga tak menghendaki raperda yang membuat hidup rukun kami jadi bermusuhan,'' kata Junaidi. Dari perspektif hukum, kata mantan ketua YLBHI, Munarman, raperda itu rancu dan diskriminatif terhadap raperda antimaksiat yang pernah diusulkan di beberapa daerah, tapi ditentang oleh LSM sekular. Bahkan, raperda antimaksiat itu dicap sebagai bentuk radikalisme.

''Padahal, raperda itu tak pernah melarang penganut agama selain Islam pergi ke tempat ibadah, atau menggelar ibadahnya,'' jelas Munarman. Raperda sejenis di Manokwari, menurut Ketua Harian KAHMI, Asri Harahap, menjadi bibit munculnya perpecahan. Semestinya, raperda ini tak diterbitkan karena hanya mengistimewakan satu agama saja. (Mingkin bingung ana, muslim2 dongok kok pada gak ngaca yah...) ''Butuh kearifan dari pemimpin daerah untuk tidak meletupkan perpecahan di tengah bencana yang bertubi-tubi menimpa bangsa Indonesia. Kami menyesalkannya,'' kata dia. tid/ren

Yang gw heran, terus ada tulisan (inzet) dari Republika, si koran muslim fanatik, seperti ini,

Pasal Diskriminatif Reperda Manokwari

Butir 14 Ketentuan Umum: Injil sebagai kabar baik


Lhah, kalo ini dibilang diskriminatif, gimana yak dengan ketentuan wajib bisa baca tulis quran (BTA) bagi calon gubernur (NAD n Sultra (?), CMIIW, please) dan anak2 sekolah (Padang) yang rencananya mo diberlakuin pula buat anak2 sekolah non mus)

Pasal 25: Pembinaan mental memperhatikan budaya lokal yang menganut agama Kristen
Pasal 26: Pemerintah dapat memasang simbol agama di tempat umum dan perkantoran


Pasal 30: Melarang pembangunan rumah ibadah agama lain jika sudah ada gereja

Halaa, kalau ini aja dibilang diskriminatif, gimana tuh dengan pembangunan masjid2 gede di Pulau Jawa yang disinyalir dapet dana dari Saudi (jadi inget Program/Gerakan Sejuta Masjid nih...). Juga di JAkartaBodetabek, mesjid2 tumbuh gak keruan. Ada pula yang minta2 sumbangan dari jaman gw kuliah ampe sekarang gak kelar2..udah 10 tahun bo...!!!! Ada juga kisah mustaka MAsjid Agung Semarang yang bisa berputar kayak kipas. Dananya berM-M, tapi gampang rusak, udah gitu untuk menghidupkannya ternyata nyedot listrik banyak pula...!!! Sia-sia...sia-sia sungguh....

Kalo alesannya karena di P. Jawa mayor muslim, dipikir2 ya wajar dong kalo mereka (Manokwari) bangun tempat ibadah mereka sendiri krn 'memperhatikan budaya lokal yang menganut agama Kristen' (pasal 25). Dalam hal ini maksudnya ya gereja... Kalo inipun dibilang diskriminatif, apa muslim gak ngaca dengan kehadiran SKB Menteri ttg Tempat Ibadah yang katanya gak memperbolehkan tempat ibadah lain dibangun di sekitar tempat yang mayoritas bukan umat pengguna TI tsb (yang srg diartikan muslim2 dilarang bangun gereja di tengah pemukiman muslim, tapi kalo bikin mesjid seenaknya aja gak memandang SKB tadi...)

Pasal 37: Melarang busana yang menonjolkan simbol agama di tempat umum
Kalo ini juga diartikan diskriminatif, gimana dg NAD yang memberlakukan jilbab bg yang non mus juga...?

Gw berharap, berita ini dapet tanggapan dari para muslim, biasanya subforum ginian jarang ditanggepin ama lu lu pada... Pengen tahu aja, gmn rasanya diperlakukan sbg "semacam minoritas di tengah mayoritas", atas pemberlakuan Syariat Kristen di tengah2 mayoritas muslim... Gmn tanggapan anda utk dua posisi tsb?

NB, buat non mus, kalau ada tanggepan juga gpp kok.....

Posted: Tue May 15, 2007 8:48 pm
by swatantre
Ada komentar dari milis tetangga:

http://www.mail-archive.com/mediacare@y ... 21020.html

Dear Milisers,

Saya pengen tahu tanggapan FPI dan organisasi sejenis serta para penggiat
penegakan syariah tentang hal ini. Terus terang pasti akan sulit bagi
pemerintah pusat untuk memveto ranperda tsb. Pemda Manokwari pasti akan
menjadikan aceh sebagai contoh. Kalau di Aceh, pemda boleh mengadopsi ajaran
syariah sebab mereka mayoritas disana, maka Manokwari, Papua dan Papua Barat
juga bisa membuat pemda yg mengadopsi ajaran Kristen karena mereka juga
mayoritas disana.

Sudah bisa diperdiksi bahwa anggota laskar FPI, laskar Jundullah dsb akan di
selundupkan ke Manokwari kelak untuk membela umat muslim. (Swat: Benarkah itu? Hati2, jangan sampai Manokwari jadi Ambon-Poso kedua!!!!). Hal serupa telah
terjadi di Poso dan Ambon ( Koran kompas edisi hari ini, tgl 23 maret memuat
berita tentang pelaku teroris poso yg ditangkap di temanggung ).



Kalau Manokwari dan Papua kelak sudah membara oleh kerusuhan, maka dengan
mudah persolan papua di internasionalisasi dan bukan tidak mungkin Papua akan
benar-2 lepas dari Indonesia kelak seperti halnya Timor Timur. Seperti halnya
Timtim, penduduk papua juga mayoritas non muslim sehingga jelas berbeda dengan
mayoritas rakyat Indonesia yg muslim. Kalau hal-2 seperti ini tidak dicegah
sejak dini dan pemerintah pusat terkesan menutup mata tentang banyaknya perda
syariah yg diterapkan diberbagai daerah, maka berakhirnya NKRI hanya tinggal
tunggu waktu saja.

Meskipun saya kristen, saya sih tidak mendukung ranperda Manokwari tersebut
tapi saya menginginkan pemerintah pusat berbuat adil. Kalau ranperda Manokwari
dilarang maka perda-2 bernuansa syariah dibanyak daerah juga harus dilarang.

Salam/Roy

Posted: Tue May 15, 2007 8:56 pm
by swatantre
Ada lagi tulisan dari Gatra. Moga2 dapat dijadikan pelengkap. Terima kasih...

Draf Perda Agama
Bola Panas Serambi Yerusalem

Aceh di ujung barat berjuluk Serambi Mekkah. Kini Kabupaten Manokwari, Irian Jaya Barat, di ujung timur tak mau ketinggalan. Kawasan berpenduduk mayoritas Protestan ini mendeklarasikan sebagai Serambi Yerusalem. Jika Serambi Mekkah mendapat otonomi khusus menerapkan syariat Islam, Serambi Yerusalem meneguhkan diri sebagai kota Injil.

Manokwari berlakangan ini mulai berkemas merancang peraturan daerah (perda) berbasis Injil. Seorang tokoh agama Papua kepada Gatra menyebut geliat di kabupaten penghasil buah itu sebagai reaksi perkembangan di Aceh. Maka, dua kawasan itu terkesan bersahutan.

Awal Maret lalu, seberkas rancangan Perda tentang Pembinaan Mental Spritual beredar luas di Manokwari, yang kini menjadi ibu kota Provinsi Irian Jaya Barat (IJB). Berkas itu dilengkapi pengantar Dewan Gereja setempat. Semula beredar di kalangan terbatas, lantas menyebar luas.

Ada pasal yang menyiratkan, pembinaan mental harus berbasis nilai Kristiani yang dianut mayoritas warga. Implementasinya, antara lain, dengan pemasangan simbol dan aksesori Kristen di kantor-kantor pemerintahan. Di daerah yang sudah berdiri gereja tidak boleh dibangun tempat ibadah agama lain.

Warga tidak dibenarkan menggunakan busana yang menonjolkan simbol agama di tempat umum. Buntutnya, ada orang Islam yang menilai pasal itu sebagai larangan berjilbab. Ada juga umat Katolik menganggapnya larangan suster mengenakan kerudung khasnya. Bukan hanya orang Islam yang tersodok.

Kontan saja draf regulasi itu menyulut reaksi luas. Tidak hanya di Papua, melainkan juga di kalangan tokoh lintas agama dan elite politik Jakarta. Mirip reaksi luas pada maraknya perda bernuansa syariat. Rancangan perda itu memang belum resmi jadi usulan pemerintah kabupaten ke DPRD.

Tidak jelas siapa penyusunnya. Tapi itu bagian rangkaian panjang mengentalnya sentimen keagamaan di Manokwari. Sebulan menjelang beredar draf tersebut, awal Februari 2007, dilangsungkan semiloka dua hari bertajuk "Manokwari Kota Injil".

Acara itu dihadiri sejumlah akademisi dari Universitas Negeri Papua dan Universitas Cenderawasih, Jayapura, serta tokoh agama dari sejumlah Gereja Kristen Papua dan birokrat Pemkab Manokwari. Koordinator acara itu adalah seorang birokrat: Benny Boneftar, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Manokwari.

Semiloka ini bertujuan melestarikan Manokwari sebagai kota injil. Menurut Benny, peneguhan kota Injil itu hasil rekomendasi Majelis Rakyat Papua (MRP). Majelis ini juga menyarankan Kabupaten Fakfak menjadi kota religius Islam dan Kabupaten Merauke sebagai pusat situs keagaaman Katolik.

Konsekuensi sebagai kota Injil, kata Benny, semiloka itu mendukung larangan peredaran minuman keras di Manokwari. Semua orang yang mengaku Kristen harus diinjili. Biar mereka yang malas beribadah jadi lebih rajin. Sejarah masuknya Injil ke Papua juga perlu masuk kurikulum pendidikan sebagai muatan lokal sekolah se-Manokwari.

Bila dirunut ke belakang, perda dan semiloka itu sudah setahun lebih jadi tuntutan masyarakat Kristen Manokwari. Pada 17 November 2005, ribuan warga berdemonstrasi ke kantor DPRD Provinsi IJB. Mereka berangkat dari Gereja Maranatha, dipimpin Pendeta Herman Awom, Wakil Ketua Sinode GKI Papua.

Demonstran diterima pimpinan DPRD IJB, yang didampingi Bupati Manokwari, kapolres, dan dandim setempat. Warga mendesak DPRD membentuk Perda Manokwari Kota Injil. Mereka juga menyerukan segera dibentuk dialog antarumat beragama untuk membangun persepsi yang sama tentang konsep kota Injil.

Tema utama demo itu sebenarnya menolak pembangunan Masjid Raya dan Islamic Center di Manokwari. Akibat desakan itu, Bupati Manokwari, Domingus Mandacan, menolak izin pendirian masjid. Keberadaan Masjid Raya dinilai mengganggu identitas Manokwari sebagai kota suci kaum Nasrani Papua.

Bagi masyarakat Kristen Papua, Manokwari memiliki sejarah istimewa. Kabupaten di bagian tempurung peta bumi Cendewawasih ini jadi gerbang pertama penginjilan ke Papua. Agama Kristen masuk ke kawasan itu sekitar satu setangah abad silam. Penginjil asal Jerman, Carl W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler, mendarat di Pulau Mansinam, tiga kilometer dari Pelabuhan Manokwari, pada 5 Februari 1855.

"Itu tonggak sejarah dimulainya peradaban baru di Papua," tulis pernyataan Badan Kerja Sama Antar-Gereja (BKAG) Manokwari, Oktober 2005, saat menolak pembangunan Masjid Raya. "Pembangunan dan kemajuan menyeluruh di tanah Papua tidak bisa dipisahkan dari peran gereja/Injil yang sangat besar."

Adapun Katolik masuk Papua pada 1892, sekitar 40 tahun setelah Protestan. Ditandai dengan kehadiran Pastor Cornelis Le Cocq d'Armandville, SJ, di Desa Sekeru, kini bagian Keuskupan Manokwari-Sorong. "Bagi umat Kristen di tanah Papua, Manokwari adalah kota suci, serambi Yerusalem, dan jantung iman yang harus dijaga kekudusannya," tulis Pendeta Hofni Simbiak, Ketua Umum GKAG Manokwari.

"Jati diri Manokwari harus dijaga dan dihargai oleh semua komunitas agama, suku, dan etnis yang ada di tanah Papua," tulis Pendeta Hofni dalam suratnya. Nuansa surat penolakan Masjid Raya itu terkesan panas. Karena dilampiri catatan fantastis tentang daftar gereja yang ditutup, dirusak, dan dibakar sepanjang serarah Indonesia merdeka. Entahlah akurasinya.

Dipaparkan, zaman Soekarno (1945-1967) ada dua gereja dirusak. Masa Soeharto (1967-1998) ada 456 gereja (1,19 per bulan). Era Habibie (1998-1999) ada 156 gereja (9,18 per bulan). Periode Abdurrahman Wahid (1999-2001) ada 232 gereja (11,05 per bulan). Dan zaman Megawati (2001-2004) ada 114 gereja (2,92 per bulan). Siapa tak marah membaca data macam ini.

Ketua MUI Papua, Zubeir Hussein, mengkhawatirtan dampak penonjolan identitas keagamaan di Manokwari ini. Karena lokasi kabupaten bagian barat Papua itu berdampingan dengan kabupaten lain yang jadi basis muslim. Misalnya Sorong dan Fakfak. "Di bagian barat Papua, jumlah muslim dan Kristen seimbang," kata Zubeir.

"Karakter daerah seperti itu rentan konflik, seperti di Maluku dan Poso," Zubeir menegaskan. Di kawasan barat itu, menurut Zubeir, Islam masuk sejak 1486, empat abad sebelum Kristen datang. Saat itu, Papua Barat jadi wilayah Kesultanan Tidore (kini Maluku Utara).

Penonjolan agama tertentu sebagai tonggak awal peradaban Papua, menurut Zubeir, hanya memicu debat tak perlu. Toh, Zubeir tak keberatan dengan sebutan Manokwari sebagai Serambi Yerusalem. "Karena Yerusalem itu kota suci tiga agama, Yahudi, Kristen, dan Islam. Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama orang Islam, juga di Yerusalem," katanya.

Hanya saja, Zubeir mengingatkan, kawasan Papua Barat yang rentan itu jangan sampai ditulari sentimen konflik dari Maluku. Mengingat banyak pengungsi korban konflik Maluku yang hijrah ke Papua.

Zubeir justru memuji pola hubungan lintas agama di kawasan timur-utara (sekitar Jayapura), yang banyak dihuni penganut Protestan dan kawasan selatan yang banyak dihuni penganut Katolik. Di atas kertas, kawasan itu tak rawan konflik, agama dominan tidak menonjolkan formalitas keagamaannya.

"Justru itulah karakter asli orang Papua yang saya kenal. Saya khawatir kasus Manokwari itu akibat provokasi orang luar," kata Zubeir. "Jangan sampai Manokwari, setelah bergelar Serambi Yerusalem, hanya menjiplak sisi konflik akut di Yerusalem sana," ujarnya. Jiplaklah sisi damainya, sebagai tempat berdampingan beberapa situs agama besar.

Asrori S. Karni
[Nasional, Gatra Nomor 25 Beredar Kamis, 3 Mei 2007]

Posted: Tue May 15, 2007 9:00 pm
by swatantre
Sedangkan komentar muslim yang terkesan lucu2 dapat Anda baca di:

http://swaramuslim.net/comments.php?id=5528_0_1_0_C

Posted: Tue May 15, 2007 10:44 pm
by Phoenix
BWAHAHAHAAHA...............KETAKUTAAAAANNNNNN!!