Page 1 of 1

Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 10:15 am
by paidjoh
http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/ ... did-hisab/


Muhammadiyah Terbelenggu Wujudul Hilal: Metode Lama yang Mematikan Tajdid Hisab
Posted on 27 Agustus 2011 by tdjamaluddin

Image

T. Djamaluddin

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN

Anggota Badan Hisab Rukyat, Kementeria Agama RI

Perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha sering terjadi di Indonesia. Penyebab utama BUKAN perbedaan metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), tetapi pada perbedaan kriterianya. Kalau mau lebih spesifik merujuk akar masalah, sumber masalah utama adalah Muhammadiyah yang masih kukuh menggunakan hisab wujudul hilal. Bila posisi bulan sudah positif di atas ufuk, tetapi ketinggiannya masih sekitar batas kriteria visibilitas hilal (imkan rukyat, batas kemungkinan untuk diamati) atau lebih rendah lagi, dapat dipastikan terjadi perbedaan. Perbedaan terakhir kita alami pada Idul Fitri 1327 H/2006 M dan 1428 H/2007 H serta Idul Adha 1431/2010. Idul Fitri 1432/2011 tahun ini juga hampir dipastikan terjadi perbedaan. Kalau kriteria Muhammadiyah tidak diubah, dapat dipastikan awal Ramadhan 1433/2012, 1434/2013, dan 1435/2014 juga akan beda. Masyarakat dibuat bingung, tetapi hanya disodori solusi sementara, “mari kita saling menghormati”. Adakah solusi permanennya? Ada, Muhammadiyah bersama ormas-ormas Islam harus bersepakati untuk mengubah kriterianya.

Mengapa perbedaan itu pasti terjadi ketika bulan pada posisi yang sangat rendah, tetapi sudah positif di atas ufuk? Kita ambil kasus penentuan Idul Fitri 1432/2011. Pada saat maghrib 29 Ramadhan 1432/29 Agustus 2011 tinggi bulan di seluruh Indonesia hanya sekitar 2 derajat atau kurang, tetapi sudah positif. Perlu diketahui, kemampuan hisab sudah dimiliki semua ormas Islam secara merata, termasuk NU dan Persis, sehingga data hisab seperti itu sudah diketahui umum. Dengan perangkat astronomi yang mudah didapat, siapa pun kini bisa menghisabnya. Dengan posisi bulan seperti itu, Muhammadiyah sejak awal sudah mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 30 Agustus 2011 karena bulan (“hilal”) sudah wujud di atas ufuk saat maghrib 29 Agustus 2011. Tetapi Ormas lain yang mengamalkan hisab juga, yaitu Persis (Persatuan Islam), mengumumkan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus 2011 karena mendasarkan pada kriteria imkan rukyat (kemungkinan untuk rukyat) yang pada saat maghrib 29 Agustus 2011 bulan masih terlalu rendah untuk bisa memunculkan hilal yang teramati. NU yang mendasarkan pada rukyat masih menunggu hasil rukyat. Tetapi, dalam beberapa kejadian sebelumnya seperti 1427/2006 dan 1428/2007, laporan kesaksian hilal pada saat bulan sangat rendah sering kali ditolak karena tidak mungkin ada rukyat dan seringkali pengamat ternyata keliru menunjukkan arah hilal.

Jadi, selama Muhammadiyah masih bersikukuh dengan kriteria wujudul hilalnya, kita selalu dihantui adanya perbedaan hari raya dan awal Ramadhan.(mulai deh saling menyalahkan :green: )
Seperti apa sesungguhnya hisab wujudul hilal itu? Banyak kalangan di intern Muhammadiyah mengagungkannya, seolah itu sebagai simbol keunggulan hisab mereka yang mereka yakini, terutama ketika dibandingkan dengan metode rukyat. Tentu saja mereka anggota fanatik Muhammadiyah, tetapi sesungguhnya tidak faham ilmu hisab, seolah hisab itu hanya dengan kriteria wujudul hilal.

Oktober 2003 lalu saya diundang Muhammadiyah sebagai narasumber pada Munas Tarjih ke-26 di Padang. Saya diminta memaparkan “Kritik terhadap Teori Wujudul Hilal dan Mathla’ Wilayatul Hukmi”. Saya katakan wujudul hilal hanya ada dalam teori, tidak mungkin bisa teramati. Pada kesempatan lain saya sering mangatakan teori/kriteria wujudul hilal tidak punya landasan kuat dari segi syar’i dan astronomisnya. Dari segi syar’i, tafsir yang merujuk pada QS Yasin 39-40 terkesan dipaksakan (rincinya silakan baca blog saya http://tdjamaluddin.wordpress.com/2011/ ... zulhijjah/ ). Dari segi astronomi, kriteria wujudul hilal adalah kriteria usang yang sudah lama ditinggalkan di kalangan ahli falak.

Kita ketahui, metode penentuan kalender yang paling kuno adalah hisab urfi (hanya berdasarkan periodik, 30 dan 29 hari berubalang-ulang, yang kini digunakan oleh beberapa kelompok kecil di Sumatera Barat dan Jawa Timur, yang hasilnya berbeda dengan metode hisab atau rukyat modern). Lalu berkembang hisab imkan rukyat (visibilitas hilal, menghitung kemungkinan hilal teramati), tetapi masih menggunakan hisab taqribi (pendekatan) yang akurasinya masih rendah. Muhammadiyah pun sempat menggunakannya pada awal sejarahnya. Kemudian untuk menghindari kerumitan imkan rukyat, digunakan hisab ijtimak qablal ghurub (konjungsi sebelum matahari terbenam) dan hisab wujudul hilal (hilal wujud di atas ufuk yang ditandai bulan terbenam lebih lambat daripada matahari). Kini kriteria ijtimak qablal ghurub dan wujudul hilal mulai ditinggalkan, kecuali oleh beberapa kelompok atau negara yang masih kurang keterlibatan ahli hisabnya, seperti oleh Arab Saudi untuk kalender Ummul Quro-nya. Kini para pembuat kalender cenderung menggunakan kriteria imkan rukyat karena bisa dibandingkan dengan hasil rukyat. Perhitungan imkan rukyat kini sangat mudah dilakukan, terbantu dengan perkembangan perangkat lunak astronomi. Informasi imkanrur rukyat atau visibilitas hilal juga sangat mudah diakses secara online di internet.

Muhammdiyah yang tampaknya terlalu ketat menjauhi rukyat terjebak pada kejumudan (kebekuan pemikiran) dalam ilmu falak atau astronomi terkait penentuan sistem kelendernya.(lama2 bisa saling bacok2an nih ormas :green: )
Mereka cukup puas dengan wujudul hilal, kriteria lama yang secara astronomi dapat dianggap usang. Mereka mematikan tajdid (pembaharuan) yang sebenarnya menjadi nama lembaga think tank mereka, Majelis Tarjih dan Tajdid. Sayang sekali. Sementara ormas Islam lain terus berubah. NU yang pada awalnya cenderung melarang rukyat dengan alat, termasuk kacamata, kini sudah melengkapi diri dengan perangkat lunak astronomi dan teleskop canggih. Mungkin jumlah ahli hisab di NU jauh lebih banyak daripada di Muhammadiyah, walau mereka pengamal rukyat. Sementara Persis (Persatuan Islam), ormas “kecil” yang sangat aktif dengan Dewan Hisab Rukyat-nya berani beberapa kali mengubah kriteria hisabnya.(koar2 kitabnya gak berubah, ternyata pelaksananya yang terus berubah2 :green:)

Padahal, Persis kadang mengidentikan sebagai “saudara kembar” Muhammadiyah karena memang mengandalkan hisab, tanpa menunggu hasil rukyat. Persis beberapa kali mengubah kriterianya, dari ijtimak qablal ghrub, imkan rukyat 2 derajat, wujudul hilal di seluruh wilayah Indonesia, sampai imkan rukyat astronomis yang diterapkan.

Demi penyatuan ummat melalui kalender hijriyah, memang saya sering mengkritisi praktek hisab rukyat di NU, Muhammadiyah, dan Persis. NU dan Persis sangat terbuka terhadap perubahan. Muhammadiyah cenderung resisten dan defensif dalam hal metode hisabnya. Pendapatnya tampak merata di kalangan anggota Muhammadiyah, seolah hisab itu hanya dengan kriteria wujudul hilal. Itu sudah menjadi keyakinan mereka yang katanya sulit diubah. Gerakan tajdid (pembaharuan) dalam ilmu hisab dimatikannya sendiri. Ketika diajak membahas kriteria imkan rukyat, tampak apriori seolah itu bagian dari rukyat yang terkesan dihindari.

Lalu mau kemana Muhammadiyah? Kita berharap Muhammadiyah, sebagai ormas besar yang modern, mau berubah demi penyatuan Ummat. Tetapi juga sama pentingnya adalah demi kemajuan Muhammadiyah sendiri, jangan sampai muncul kesan di komunitas astronomi “Organisasi Islam modern, tetapi kriteria kelendernya usang”. Semoga Muhammadiyah mau berubah!

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 10:17 am
by paidjoh
dari program buatan kapeer kolopeer bin tapeer didapat:

posisi bulan dan matahari pada tgl 19 july adalah :
Image
bulan sudah diatas matahari sekian derajat.

dan posisi pada tgl 20 july adalah:
Image

jadi bagaimana menentukan awal rahmadannya ?

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 10:28 am
by Aku-Suka-Hujan
Perlu manggil pranotohr tuh... :P

Btw... Itu program namanya apa mas sodrun... sepertinya praktis kalau saya mau 'star gazing'...

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 10:39 am
by paidjoh
saya pakai program planetarium gold versi 2.1 (jadul) ... :green:

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 4:17 pm
by BebasMungkin
Dua - Dua nya (Muhammadiyah dan NU) adalah pseudosains

Memakai Siklus Sinodic Bulan sebagai dasar Kalender nya, tetapi tidak memakai Kaidah2 Sinodic Bulan secara Astronomis dalam Penentuan Tanggal 1 nya.....



Lamanya Bulan Sinodic atau Sinodic month secara Astronomis adalah Lama rata2 satu kali Bulan Mengitari Bumi (Revolusi) di Tinjau dari Matahari
Posisi Geosentris Matahari, Bulan, Bumi adalah Dasar dari Siklus ini....

Awal dan Akhir dari Siklus Sinodic ini adalah dimulai saat Matahari, Bulan, Bumi berada dalam Satu Garis Lurus (Konjungsi) secara Geosentrik,
dari Konjungsi Kembali kepada Konjungsi berikutnya, inilah Awal dan Akhir Siklus ini, dari Bulan Gelap Kembali Kepada Bulan Gelap...



dan Lihat apa yg menjadi Dasar Acuan Awal Bulan (Tanggal 1) dr Ke Dua Ormas Besar Islam diatas, TERLIHATNYA HILAL (Bulan Sabit)

Muhammadiyah :
Terlihatnya Hilal secara Hisab (Perhitungan) yg Penting Hilal Sudah Wujud (Hilal ada secara Teoritis) dimulainya tgl 1
Ormas yg ini Mengambil Jalan Tengah Mendekati Sains dan Tidak terlalu Syar'i
<==== Posisi yg Menurut saya tdk Jelas, mau ikut Kaidah Sains atau ikut Kaidah Syar'i.... pseudosains

NU :
Mengutamakan Terlihatnya Hilal dgn Mata (Hilal/Bulan Sabit yg Benar2 sdh ada di Langit) dimulainya tgl 1
SANGAT Syar'i, Kuat dgn dasar Hadist Nabi dan Qur'an (yg Multi Tafsir), Tapi Sangat Jauhhhhh dr Sains
<==== Saya lebih Sependapat dgn NU, karna Memiliki Satu Dasar yg Kuat yaitu Syar'i biarpun dari Sisi Sains menjadi pseudosains

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 07, 2012 11:12 pm
by paidjoh
@BebasMungkin

terima kasih atas penjelasannya.......

BebasMungkin wrote: Muhammadiyah :
Terlihatnya Hilal secara Hisab (Perhitungan) yg Penting Hilal Sudah Wujud (Hilal ada secara Teoritis) dimulainya tgl 1
Ormas yg ini Mengambil Jalan Tengah Mendekati Sains dan Tidak terlalu Syar'i
<==== Posisi yg Menurut saya tdk Jelas, mau ikut Kaidah Sains atau ikut Kaidah Syar'i.... pseudosains

NU :
Mengutamakan Terlihatnya Hilal dgn Mata (Hilal/Bulan Sabit yg Benar2 sdh ada di Langit) dimulainya tgl 1
SANGAT Syar'i, Kuat dgn dasar Hadist Nabi dan Qur'an (yg Multi Tafsir), Tapi Sangat Jauhhhhh dr Sains
<==== Saya lebih Sependapat dgn NU, karna Memiliki Satu Dasar yg Kuat yaitu Syar'i biarpun dari Sisi Sains menjadi pseudosains
disinilah letak repotnya, seperi terlihat pada gambar yang saya buat untuk tgl 19 july,
terlihat posisi bulan sudah diatas matahari walaupun dalam orde kurang dari 5 derajat ( 2 garis lintang merepresentasikan 15 derajat),
sehingga masih sangat dekat dengan matahari , akibatnya cahaya matahari yang terlalu kuat membuat pantulan bulan menjadi tidak terlihat.

jadi selama metodenya tidak seragam, maka perbedaan ini selamanya akan ada terus !! :green:

jika dikembalikan lagi, menentukan kapan puasanya saja masih kacau begini, bagaimana muslim bisa mengklaim alquran banyak mengandung keajaiban sains ??
:rolling:

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Thu Jul 12, 2012 2:31 pm
by BebasMungkin
paidjoh wrote: disinilah letak repotnya, seperi terlihat pada gambar yang saya buat untuk tgl 19 july,
terlihat posisi bulan sudah diatas matahari walaupun dalam orde kurang dari 5 derajat ( 2 garis lintang merepresentasikan 15 derajat),
sehingga masih sangat dekat dengan matahari , akibatnya cahaya matahari yang terlalu kuat membuat pantulan bulan menjadi tidak terlihat.

jadi selama metodenya tidak seragam, maka perbedaan ini selamanya akan ada terus !! :green:

jika dikembalikan lagi, menentukan kapan puasanya saja masih kacau begini, bagaimana muslim bisa mengklaim alquran banyak mengandung keajaiban sains ??
:rolling:
Bulan Baru Pergerakan Bulan Sinodic secara Astronomi terjadi pada tanggal 19 Juli 2012 Jam 11.24 WIB

Atau dengan kata lain pada Tanggal 19 Juli 2012 Jam 11.24 WIB, Bulan telah 1 kali Mengitari Bumi DITINJAU dari Matahari (Sinodik)



Muhammadiyah akan Memulai Puasa tgl 20 Juli 2012, karna saat Matahari Terbenam Tgl 19 Juli Ketinggian Bulan di Yogyakarta adalah +1 Derajat 38 Menit 40 Detik (hilal sudah wujud)

NU masih menunggu Hasil Rukyat (Mengamati Hilal) dan dgn Ketinggian +1 Derajat tentu diperkirakan Sangat Sulit Melihat Hilal dgn Ketinggian ini, sehingga Berpotensi Terjadi Perbedaan AWAL Ramadhan.....

Tapi Toh, apapun Hasil Keduanya Tetap aja Pseudosains, karna Bulan Baru Terjadi saat Konjungsi Bukan Terlihatnya Hilal.....



Sayangnya memang Qur'an TIDAK memberikan Penjelasan yg TERANG dan JELAS mengenai Bulan Baru berdasarkan Siklus Sinodik ini.....
Apakah karna "Penulis" Qur'an Tidak mengenal Siklus Sinodik ?? Saya Tdk Tau.....

Penjelasan yg Terang dan Jelas adalah dari Hadist Tapi BUKAN menentukan Bulan Baru saat Bulan Gelap (Konjungs) tetapi dengan Melihat Hilal

Dari sinilah AWAL MULA Perselisihan yg Memusingkan Ormas2 Islam tsb, mengenai Awal Bulan Hijriyah, Sains sdh Berbicara Lain, Hadist dgn Penjelasan lain, sedangkan Qur'an juga Berbicara Lain dgn Berbagai Macam Tafsir....

Yang Terjadi adalah Pusingggggggg..........

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Thu Jul 12, 2012 2:52 pm
by bluelotusfriend
namanya juga kaum penyembah dewa bulan yang khairul makereeen :rofl: :rofl:

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Thu Jul 12, 2012 10:17 pm
by neneng uswatun
kalau gitu, jangan salahin non muslim yg makan di depan orang puasa dong, kan gak ada jadwal yang pasti. muslim aja gak tau kapan jadwal puasa yg pasti, apalagi yg non muslim.

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Fri Jul 13, 2012 12:10 am
by sixpackguy
Agama multitafsir yg membingungkan, pasti bikin umatnya gampang kebingungan... :rolleyes:

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Sat Jul 14, 2012 12:01 pm
by paidjoh
http://news.detik.com/read/2012/07/14/0 ... kan-rahmat
Laporan dari Den Haag
Prof. Sofjan: Tradisi Perbedaan Awal Puasa Itu Laknat, Bukan Rahmat
Eddi Santosa - detikNews
Image

Den Haag
Perbedaan awal puasa antar negara adalah hal yang bisa difahami, walau pun tidak mesti terjadi pada masa sekarang yang serba canggih bahwa setelah konjungsi hilal sudah muncul di atas horizon setelah terbenam matahari.

Hal itu disampaikan staf pengajar pada Islamic University of Europa, Prof. Dr. Sofjan Siregar, MA kepada detikcom, Sabtu (14/7/2012).

"Namun jika perbedaan awal Ramadan di satu negara apalagi di kota yang sama seperti Jakarta bahkan di satu gang yang sama, maka itu bukan lagi rahmat, namun laknat bagi umat Islam di tanah air," ujar Sofjan.

Menurut Sofjan, perbedaan penetapan awal Ramadan sejak dulu bukan karena beda methode antara rukyah dan hisab, namun karena gengsi antara Muhammadiyah yang menerapkan methode horizon bebas dan Kemenag yang didominasi pemikiran horizon lokal.

"Karena methode apa pun yang dipakai jika masing-masing pihak memahami bahwa tujuan dari rukyah dan hisab adalah sama yaitu hilal, pasti bisa ketemu dan puasa bersama," tandas Sofjan.

Lanjut Sofjan, hakekat dan esensi perintah merukyah bukan ibadah dan tidak boleh disakralkan, tapi justru adalah untuk mengetahui apakah hilal sudah muncul atau belum. Jika kita sudah tahu hilal jauh sebelumnya, mengapa lajnatul isbath Kemenag dan ormas islam lainnya harus menunggu 29 Syaban setiap tahun untuk observasi hilal?

Jika hilal sudah diyakini pasti muncul, mungkin dilihat di tempat lain, namun tidak mungkin dilihat di Indonesia, mengapa Kemenag harus mengerahkan massa memantau hilal di beberapa titik di tanah air pada 29 Syaban?

"Artinya kenapa anggaran observasi dialokasikan dan dicairkan padahal sudah tahu haqqulyakin bahwa hilal untuk tahun ini pada tanggal tersebut tidak bisa dirukyah?Bukankah ini suatu pembodohan umat?," gugat Sofjan.

Dijelaskan, untuk tahun ini konjungsi matahari dan bulan terjadi pada Kamis 19 Juli 2012 pukul 04.24 UT, 07.24 waktu Mekkah. Kondisi hilal di Indonesia sulit dirukyah karena ketinggian hilal kurang dari 2 derajat, walau pun sebenarnya ketinggian hilal 1 derajat pun pernah bisa dirukyah pada 1971 di Indonesia.

Yang jelas, lanjut Sofjan, hilal sudah ada setelah matahari terbenam dan berumur lebih dari 8 jam setelah konjungsi. Kemungkinan dilihat di Mekkah ada selama sekitar 6 menit setelah matahari terbenam pada pukul 19.05 waktu setempat, lalu hilal tenggelam pada pukul 19.11.

Dalam pandangan Sofjan, hanya ada satu solusi yaitu bubarkan lajnatul isbat dan ganti dengan lajnatul falak. Artinya, tidak mesti kumpul dan kongko-kongko lagi di Kemenag pada setiap tanggal 29 Syaban, tapi tentukan jauh sebelumnya bahwa puasa jatuh pada hari sekian dan tanggal sekian.

Kemenag tahun ini harus berani menggunakan otoritasnya untuk mengumumkan awal puasa beberapa hari sebelum akhir Syaban dan menyiarkan puasa serentak pada 20 Juli 2012. Kemenag harus membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin bukan laknatan lilalamin.

"Adalah suatu kesalahan besar jika beberapa ormas Islam dan lajnatul isbath Kemenag masih bersikeras mempertahankan tradisi dan adat yang tidak ada kaitannya dengan ibadat. Merukyah sendiri, dengan melakukan methode horizon lokal, berarti mempersempit rahmat dan menyebar laknat terhadap umat Islam di tanah air," demikian Sofjan.
(es/es)
wah sudah mulai laknat melaknat..... :lol:
jangan2 sebentar lagi mulai pakai mantera sesat arab ...aulohkubarbar aulohkubarbar.... dhuaarrrrrrrrrr!!
dan sang auloh yang haus darah mulai minta tumbal nyawa....!! ](*,) ](*,) ](*,) ](*,)

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Tue Jul 17, 2012 2:54 pm
by BebasMungkin
"Karena methode apa pun yang dipakai jika masing-masing pihak memahami bahwa tujuan dari rukyah dan hisab adalah sama yaitu hilal, pasti bisa ketemu dan puasa bersama," tandas Sofjan.
Lanjut Sofjan, hakekat dan esensi perintah merukyah bukan ibadah dan tidak boleh disakralkan, tapi justru adalah untuk mengetahui apakah hilal sudah muncul atau belum. Jika kita sudah tahu hilal jauh sebelumnya, mengapa lajnatul isbath Kemenag dan ormas islam lainnya harus menunggu 29 Syaban setiap tahun untuk observasi hilal?
walau pun sebenarnya ketinggian hilal 1 derajat pun pernah bisa dirukyah pada 1971 di Indonesia.
Hilal, Hilal engkau lagi di cari2 nih........

Sebentar lagi Engkau Hilal akan di Buru para Pemburu Hilal.....

SESAAT Di Ufuk Barat setelah Periode Matahari Terbenam, Hilal akan di Buru,
karna engkau Hilal akan TERLIHAT SESAAT dan Kemudian Engkau Hilal akan Terbenam...... bersamaan dengan terbenamnya Rembulan

Hilal yang Malu2 memunculkan dirinya, ataukah Hilal yang Sengaja Menyembunyikan dirinya, Hilal yang BER ILUSI.... Kadang ada Kadang Tiada.....

Sampai2 Para Pembesar harus BERSIDANG untuk memastikan engkau ada dan tiada.......



Seseorang dahulu kala yg melakukan Praktek melihat engkau hilal lah, yg menyebabkan engkau di buru...
Begini Katanya : "Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)"

lha.... sekarang engkau di buru, sampai saling menghujat......

ada yg berkata karna orang tsb Tidak dapat Berhitung atau kurang pandai berhitung, jadi sementara menggunakan penglihatan....
ada yg berkata engkau hilal harus di lihat, harus tampak, sehingga acara TIDAK MAKAN dapat mulai atau stop.....
ada yg berkata hal tsb Salah Total karna tidak sesuai dengan Kitab Induknya.... entah mana yg benar ???

tapi apakah mungkin karna PRAKTEK dan PERINTAH orang tsb untuk melihat engkau Hilal lah.... yg sebenarnya Sumber Masalah.......
hmmmm Perintah dan Praktek yg Bermasalah....
yg jelas sekarang mereka lagi saling mencaci.......

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Tue Jul 17, 2012 5:38 pm
by keeamad
all
Problemnya, kejadian Hilal itu tidak DIPENGARUHI oleh sudut pandang manusia yg tersebar di bumi ......

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Tue Jul 17, 2012 6:47 pm
by 1234567890
akibat hobi melintir muslim ..... sampai qurannya pun penuh pelintiran sampai muslim sendiri bingung mana yang "asli" dan mana yang "pelintiran"

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Wed Jul 18, 2012 11:16 am
by paidjoh
http://news.detik.com/read/2012/07/15/1 ... pemerintah
Minggu, 15/07/2012 12:55 WIB
Muhammadiyah Tidak Akan Ikut Lagi di Sidang Isbat Pemerintah
Muhammad Iqbal - detikNews
Berbagi informasi terkini dari detikcom bersama teman-teman Anda
Jakarta Penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal yang diputuskan pemerintah melalui sidang isbat , menjadi polemik karena dinilai tidak mengakomodir masukan beberapa organisasi Islam. Sekretaris PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai selama sistem pemerintah tidak berubah, Muhammadiyah tak akan ikut dalam sidang isbat.

"Sebenarnya sudah keputusan lama Muhammadiyah tidak akan ikut lagi sidang isbat pemerintah, karena organisasi masyarakat (ormas) yang diundang hanya memberikan pengukuhan atas apa yang diputuskan pemerintah," ujar Sekretaris PP Muhamamdiyah, Abdul Mu'ti saat dihubungi detikcom, Minggu, (15/7/2012).

Mu'ti menilai dalam sidang penetapan awal bulan itu, pemerintah tidak mau mengakomodir masukan dari ormas yang diundang. Sementara masing-masing ormas memiliki pandangan dan pendekatan yang berbeda dalam menentukan awal bulan. Karenanya Muhammadiyah, sesuai pleno PP Muhammadiyah, tidak akan lagi ikut sidang isbat pemerintah.

"Pendekatannya kan berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah. Selama pendekatannya berbeda, maka hasilnya juga akan berbeda. Kalau Muhammadiyah hadir dan membuat keputusan berbeda, namanya tidak konssiten. Karenanya tidak akan hadir," tuturnya.

Mu'ti menjelaskan bahwa Muhammadiyah menentukan awal Ramadhan dengan ketentuan hisab berdasarkan ilmu astronomi dan falak. Sementara pemerintah menentukan awal bulan dengan melihat bulan secara langsung atau ru'ya.

"Yang satu menghitung yang satu melihat, akan tidak ketemu," ucapnya.

Menurut Abdul Mu'ti, Muhammadiyah akan kembali ikut berunding dalam sidang isbat, jika dalam rapat sidang isbat pemerintah tidak hanya mendengar tetapi juga mempertimbangkan keputusan ormas seperti Muhamamdiyah. "Kita sudah berkirim surat kepada Kementerian Agama soal pandangan ini, sekarang tinggal menunggu realisasinya," ungkapnya.


(trq/trq)
sudah mulai boikot memboikot... :green:

Re: Awal Puasa : Muhammadiyah vs NU...

Posted: Mon Jul 23, 2012 8:44 pm
by paidjoh
menurut apa yang coba saya pikirkan, penentuan waktu dengan melihat bulan (hilal) ini mempunyai kelemahan :
http://sains.kompas.com/read/2009/06/22 ... in.menjauh

Bulan Ternyata Makin Menjauh...
Penulis : | Senin, 22 Juni 2009 | 05:38 WIB
Dibaca: 212
Komentar: 148
|
Share:

BESTARI

Oleh Yulvianus Harjono

KOMPAS.com-Pada suatu masa—jutaan tahun ke depan—keturunan kita tidak akan bisa melihat bulan seperti sekarang.

Tidak ada lagi fenomena gerhana matahari ataupun bulan total, kecuali dalam jejak rekam sejarah sains. Lambat, tetapi pasti bulan semakin bergerak menjauh dari bumi.

Bukan tanpa alasan Neil Armstrong—manusia pertama yang menginjakkan kakinya di bulan—meninggalkan jejak panel reflektor yang terdiri atas 100 cermin beberapa menit sebelum dia meninggalkan bulan pada 21 Juli 1969. Reflektor inilah yang kemudian menuntun manusia pada penemuan fakta mencengangkan.

Memanfaatkan reflektor yang tertinggal di bulan, Prof Carrol Alley, fisikawan dari University of Maryland, Amerika Serikat, mengamati pergerakan orbit bulan. Caranya adalah dengan menembakkan laser dari observatorium ke reflektor di bulan. Di luar dugaan, dari hasil pengamatan tahunan, jarak bumi-bulan yang terekam dari laju tempuh laser bumi-bulan terus bertambah.

Diperkuat sejumlah pengamatan di McDonald Observatory, Texas, AS, dengan menggunakan teleskop 0,7 meter diperoleh fakta bahwa jarak orbit bulan bergerak menjauh dengan laju 3,8 sentimeter per tahun.

Para ahli meyakini, 4,6 miliar tahun lalu, saat terbentuk, ukuran bulan yang terlihat dari bumi bisa 15 kali lipat daripada sekarang. Jaraknya saat itu hanya 22,530 kilometer, seperduapuluh jarak sekarang (385.000 km).

Seandainya manusia sudah hidup pada masa itu, hari-hari yang dijalankan terasa lebih cepat. Hitungan kalender pun bakal berbeda. Bagaimana tidak, jika dalam sebulan waktu edar mengelilingi bumi hanya 20 hari, bukan 29-30 hari seperti sekarang. Rotasi bumi ketika itu pun berlangsung lebih cepat, hanya 18 jam sehari.

Jutaan tahun dari sekarang, seiring dengan menjauhnya bulan, hari-hari di bumi pun akan semakin lama, hingga mencapai 40 hari dalam sebulan. Hari pun bisa berlangsung semakin lama, hingga 30 jam. Lantas, mengapa ini bisa terjadi?

Takaho Miura dari Universitas Hirosaki, Jepang, dalam jurnal Astronomy & Astrophysics mengemukakan, jika bumi dan bulan, termasuk matahari, saling mendorong dirinya. Salah satunya, ini dipicu interaksi gaya pasang surut air laut.

Gaya pasang surut yang diakibatkan bulan terhadap lautan di bumi ternyata berangsur-angsur memindahkan gaya rotasi bumi ke gaya pergerakan orbit bulan. Akibatnya, tiap tahun orbit bulan menjauh. Sebaliknya, rotasi bumi melambat 0,000017 detik per tahun.

Stabilitas iklim

Fakta menjauhnya orbit bulan ini menjadi ancaman tidak hanya populasi manusia, tetapi juga kehidupan makhluk hidup di bumi. Pergerakan bulan, seperti diungkapkan Dr Jacques Laskar, astronom dari Paris Observatory, berperan penting menjaga stabilitas iklim dan suhu di bumi.

”Bulan adalah regulator iklim bumi. Gaya gravitasinya menjaga bumi tetap berevolusi mengelilingi matahari dengan sumbu rotasi 23 derajat. Jika gaya ini tidak ada, suhu dan iklim bumi akan kacau balau. Gurun Sahara bisa jadi lautan es, sementara Antartika menjadi gurun pasir,” ucapnya kepada Science Channel.

Sejumlah penelitian menyebutkan, pergerakan bulan juga berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup. Terumbu karang, misalnya, biasa berkembang biak, mengeluarkan spora, ketika air pasang yang disebabkan bulan purnama tiba.

Bulan penuh juga dipercaya meningkatkan perilaku agresif manusia. Di Los Angeles, AS, kepolisian wilayah setempat biasanya akan lebih waspada terhadap peningkatan aktivitas kriminal saat purnama.

Menjauhnya bulan dari bumi diyakini ahli geologis juga berpengaruh terhadap aktivitas lempeng bumi. Beberapa ahli telah lama menghubungkan kejadian sejumlah gempa dengan aktivitas bulan. ”Kekuatan yang sama yang menyebabkan laut pasang ikut memicu terangkatnya kerak bumi,” ucap Geoff Chester, astronom yang bekerja di Pusat Pengamatan Angkatan Laut AS, seperti dikutip dari National Geographic.

Beberapa kejadian gempa besar di Tanah Air yang pernah tercatat diketahui juga terkait dengan pergerakan bulan. Gempa-tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (2004), Nabire (2004), Simeuleu (2005), dan Nias (2005) terjadi saat purnama. Gempa Mentawai (2005) dan Yogyakarta (2005) terjadi pada saat bulan baru dan posisi bulan di selatan.

Misi terbaru NASA

Kini, bulan sebagai tetangga terdekat bumi kembali menjadi perhatian riset astronomi di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pada Jumat (19/6) meluncurkan wahana LCRoS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite) di Cape Canaveral, AS. Wahana ini adalah bagian dari misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), yaitu persiapan program mengembalikan astronot ke bulan tahun 2020 setelah terakhir dilakukan pada 1969-1972 (Reuters, 18/6).

Sasaran utama misi LCRoS untuk memastikan ada tidaknya air beku yang dipercaya berada di kawasan kawah gelap dekat kutub bulan. Dibantu dengan LRO yang memetakan permukaan di bulan secara detail, kedua misi baru ini mengisyaratkan hal besar: menancapkan tonggak baru soal kemungkinan membangun koloni di luar bumi!

Namun, dengan penuh kerendahan hati, Craig Tooley, LRO Project Manager, mengatakan, ”Pengetahuan kita tentang bulan secara keseluruhan saat ini masih minim. Kita punya peta lebih baik tentang Mars, tetapi tidak untuk bulan kita sendiri.”
Sumber :
Kompas Cetak
Editor :
1. walaupun rentang waktunya masih sangat jauh kedepan, tapi setidaknya ini sudah membukti bahwa
alquran BUKAN dari Tuhan, dikarenakan alasan diatas, jadi ketika saat itu tiba (pengamatan bulan menjadi tidak mungkin dilakukan) lalu muslim akan berpatokan terhadap apa ?

2. pengamatan hilal ini hanya bisa dilakukan untuk lokasi BUMI !!,
lalu bagaimana dengan lokasi diluar bumi ?? mana yang akan dipakai sebagai patokan ?
lucunya melihat budak arab celingak celinguk nantinya diketawain seisi planet :lol: