Page 1 of 4

POSO: 3 siswi DIPENGGAL. Foto2 Graphic !!

Posted: Sun Oct 30, 2005 12:43 am
by ali5196
Udah baca berita Kompas ? TEBAKLAH SIAPA YANG MELAKUKANNYA KALAU BUKAN PARA PENGIKUT THE RELIGION OF PEACE !

http://www.kompas.com/utama/news/0510/29/120609_.htm
Tiga Siswa Tewas Terpenggal di Poso

FOTO2: http://www.ogrish.com/archives/three_in ... _2005.html

http://www.persecutionblog.com/2005/11/ ... ding_.html

Image

Image

BIAR DINIKMATI PARA BABI KEPARAT YANG MELAKUKANNYA, MEREKA YAnG MENDUKUNGNYA DAN MEREKA YANG TIDAK MAU TAHU
(BABI keparat juga elu !) !!


Palu, Sabtu

Tiga siswa SMU di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) Sabtu pagi ditemukan tewas dalam keadaan kepala terpenggal.

Informasi yang dihimpun dari Poso, Sabtu (29/10) menyebutkan ketiga siswa SMU Kristen Poso yang tewas mengenaskan itu diidentifikasi bernama Teresia Morangki siswa kelas 3, Ida Lambuaga (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1). Jenazah warga Kelurahan Bukit Bambu Kota Poso ini ditemukan di Jalan Bumboyo, masih dalam wilayah dusun Bambu, sekitar pukul 07.30 Wita.

Nyawa ketiga gadis belia ini diduga kuat dihabisi pelakunya saat dalam perjalanan ke sekolah yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari rumah mereka. Tubuh ketiga siswa mengenakan seragam pramuka tersebut ditemukan di Jalan Bumboyo, Kelurahan Bukit Bambu, sementara penggalan kepala mereka berada di lokasi lain.

Dua penggalan kepala ditemukan di wilayah Kecamatan Lage, sekitar 100 meter dari Markas Polsek setempat atau sekitar 10 kilometer dari TKP dan SATU KEPALA lagi di Kelurahan Kasiguncu sekitar 20 kilometer dari TKP atau tepatnya DI DEPAN GEREJA Kasiguncu.

Selain ketiga korban tewas, tiga siswa SMU Kristen yang juga warga Kelurahan Bukit Bambu menderita luka bacok serius. Seorang di antara mereka bernama Noviani.

Seluruh korban telah dievakuasi ke RSUD Poso, dan hingga berita ini diturunkan polisi masih melakukan penyisiran di tempat penemuan tubuh dan kepala korban pembantaian ini.//

AYO MUSLIM, MANA KOMENTAR ELU ??? KALAU ELU MEMANG PENCINTA DAMAI, PROTES DONG KE POSO ! JANGAN CUMA BERKOAR DISINI DOANG!

Posted: Sun Oct 30, 2005 5:15 am
by osama
emang islam bener2 agama yang "cinta" damai
:oops: :oops: :oops:

Re: POSO: 3 siswa Kristen tewas DIPENGGAL

Posted: Sun Oct 30, 2005 9:03 am
by somad
ali5196 wrote:Udah baca berita Kompas ? TEBAKLAH SIAPA YANG MELAKUKANNYA KALAU BUKAN PARA PENGIKUT THE RELIGION OF PEACE !

Ingat ayat Quran ? Penggallah kepala dan jari mereka jika mereka menolak (memeluk islam); Smite their necks and their fingers if they resist.
Waduch bang Ali jangan gitu dong masa langsung orang ditelanjangi kan malu. Cari akar permasalannya dulu dong jangan main tembak. Awas lu kalau merugikan gua nanti elu yg gua pancung :oops:

AYO MUSLIM, MANA KOMENTAR ELU ??? KALAU ELU MEMANG PENCINTA DAMAI, PROTES DONG KE POSO ! JANGAN CUMA BERKOAR DISINI DOANG!
Ane jadi tersinggung karena KTP ane juga Muslim, tetapi ini bukan perbuatan ane atau ane yg menganjurkan, jangan2 ini konspirasi mereka mereka yg hanya bisa menjelekkan/menghujad seperti itu KoranNya Komando Pastur.
osama wrote:emang islam bener2 agama yang "cinta" damai

_________________
Wahyu untuk menjadi nabi:
Setubuhilah anak2 yang belom berumur 10 tahun,maka lengkaplah syaratmu menjadi nabi


Ini lagi satu yg cuma bisa menhujad.......................Tunggu dulu aah sakit perut, :D :lol: :lol:
I just want to show how mosly react to ur posting with their pradigm.

Ciaooo

Best Regards

Posted: Sun Oct 30, 2005 3:23 pm
by ali5196
http://www.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=13103

Meninjau ke jaman Muhamad:

Ishaq:489 “Do the bastards think that we are not their equal in fighting? WE ARE MEN WHO BELIEVE THERE IS NO SHAME IN KILLING. We don’t turn from piercing lances. We smite the heads of the haughty with blows that quash the zeal of the unyielding [non-Muslims]. We’re heroes, protecting our war banner. We are a noble force, as fierce as wolves. We preserve our honor and protect our property by SMASHING HEADS.”

Ishaq:369 ‘By Allah, had Muhammad ordered me to murder you, my brother, I would have CUT OFF YOUR HEAD.’

(Tabari IX:69) “KILLING DISBELIEVERS IS A SMALL MATTER TO US.”

(Tabari VIII:141) “The battle cry of the Companions of the Messenger of Allah that night was: ‘KILL! KILL! KILL !’

Qur’an 8:12 “I SHALL TERRORIZE THE INFIDELS. SO WOUND THEIR BODIES AND INCAPACITATE THEM because they oppose Allah and His Apostle.”

Posted: Mon Oct 31, 2005 10:07 am
by Adadeh
http://www.kompas.com/utama/news/0510/31/075051.htm

Ada Isu Serangan Balasan di Poso

Poso, Senin

Situasi masyarakat di bekas daerah konflik Poso, Sulawesi Tengah, pascapembunuhan tiga siswi SMA hngga pagi ini (Senin, 31/10) masih tenang dan dalam kendali aparat keamanan. Lalu lintas kendaraan yang masuk-keluar wilayah Poso tetap berjalan seperti biasa.

"Keadaan masyarakatnya tak ada yang berlebihan," kata seorang polisi saat dihubungi per telepon dari Palu, Senin (31/10). Ia mengakui beberapa saat setelah kasus pembunuhan sadis terhadap tiga siswa sebuah SLTA pada hari Sabtu (29/10), sempat beredar isu di tengah masyarakat Poso bahwa akan ada aksi penyerangan balasan. "Tapi isu itu kemungkinan merupakan provokasi dari oknum tak bertanggung jawab, sebab Poso sendiri hingga kini masih aman," tuturnya.

Ketika berkunjung ke Poso Minggu kemarin (30/10), Kapolri Jenderal Pol Drs Sutanto meminta semua pihak tidak terpancing dengan aksi-aksi kekerasan baru di bekas daerah konflik ini, namun menyerahkan penanganan sepenuhnya kepada aparat berwajib. "Aparat akan terus berusaha mencari dan menemukan pelakunya, guna dimintai pertanggungjawaban secara hukum," kata dia, ketika melakukan tatap muka dengan puluhan tokoh masyarakat dan pemuka agama setempat.

Kapolri mengakui cukup banyak pelaku berbagai aksi kekerasan baru di wilayah Poso belum tertangkap, dikarenakan faktor ketertutupan masyarakat dalam memberikan informasi kepada petugas berwenang. "Saya berharap mereka yang mengetahui aksi-aksi ini dapat memberikan informasi kepada petugas, sebab apa pun yang dilakukan polisi dalam mengungkap kasus kejahatan jika tak didukung oleh masyarakat akan berjalan lambat"’ tuturnya.

Tiga siswa SMA Kristen Poso, yakni Teresia Morangki siswa kelas 3, Ida Sambua (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1) pada Sabtu pekan lalu(29/10) ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan. Ketiga gadis belia ini diduga kuat dihabisi pelakunya saat dalam perjalanan menuju sekolah yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari rumah mereka.

Tubuh ketiga korban yang masih mengenakan seragam pramuka itu ditemukan di Jalan Bumboyo Kelurahan Bukit Bambu, sementara penggalan kepala mereka berada di lokasi lain. Selain korban tewas, tiga siswa sekolah ini juga warga Kelurahan Bukit Bambu menderita luka bacok serius, seorang di antaranya bernama Noviani.

Kapolres Poso AKBP Drs M. Soleh Hidayat mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap para pekaku penyerangan hingga mengakibatkan tiga siswi SLTA itu tewas dan beberapa lainnya cedera. "Masih dalam pengembangan penyidikan," tuturnya singkat

Posted: Mon Oct 31, 2005 11:14 pm
by somad
Kasus Poso, Gagalnya Operasi Sintuwu Maroso

REF: http://jkt1.detiknews.com/index.php/det ... idkanal/10

M. Rizal Maslan - detikcom

Jakarta - Kasus pembunuhan 3 siswi SMA Poso oleh orang-orang tak dikenal menambah panjang daftar kekerasan di wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Aksi kekerasan yang terus berlanjut ini membuktikan gagalnya upaya pemulihan keamanan yang dilakukan aparat kepolisian dengan sandi 'Operasi Sintuwu Maroso'.

Padahal, operasi ini sudah diperpanjang sampai 7 kali. Namun berbagai kasus kekerasan terus saja terjadi. Baik ledakan bom,penembakan, pembunuhan misterius, peledakan bom di bus Omega dan terakhir pembunuhan secara sadis tiga siswi SMA Poso.

"Rentetetan kekerasan yang sering terjadi sangat paradog dengan gelar pasukan TNI dan polisi yang menggelar Operasai Sintuwu Maroso. Selama ini, Operasi Sintuwu Maroso telah gagal membangun keamanan dan ketentraman di Poso," kata Koordinator Kontras Usman Hamid kepada wartawan di kantor Imparsial Jalan Diponegoro, Jakarta, Senin (31/10/2005).

Toh meski Operasi Sintuwu Maroso gagal menjaga keamanan dan memulihkan situasi Poso pasca konflik, operasi tersebut tetap diteruskan tanpa ada evaluasi yang jelas.

"Seharusnya pemerintah harus lebih tegas mengungkapkan siapa sebenarnya pelakunya. Karena sudah menggunakan operasi misterius dan intelijen, seharusnya pemerintah juga melakukan pengamanan dengan kontra intelijen," imbuh Usman.
(jon)



Idul Fitri Berdarah Jangan Sampai Terulang di Poso

Luhur Hertanto - detikcom
Jakarta - Kasus Sabtu (29/10/2005) pagi di Poso menjadi tantangan besar bagi aparat kepolisian untuk segera mengungkapnya. Jangan sampai tragedi Idul Fitri berdarah yang mengawali konflik Ambon beberapa tahun lalu kembali terulang.

"Indikasinya sangat kuat. Pelaku sengaja mencari momentum di mana umat ada suasana religius tertentu seperti Idul Fitri, Natal dan sebagainya," kata Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Hal tersebut ia sampaikan pada wartawan, seusai acara pembagian ribuan paket sembako pada warga miskin, siang ini di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cikini Raya, Jakarta, Sabtu (29/10/2005) siang. Ini menanggapi kasus penyerangan dan pemenggalan kepala tiga orang siswi SMA di Poso, Sulawesi Tengah, pagi tadi.

Mencegah terjadinya apa yang jadi kekhawatirannya di atas, Din mendesak kepolisian agar mewaspadai kemungkinan terjadinya kasus Poso di tempat rawan konflik lainnya yang belum sembuh benar. Baik yang dikarenakan isu pemekaran wilayah maupun sentimen keagamaan. Seperti Ambon, Irian Jaya Barat dan Mamasa.

Khusus untuk kasus Poso, Din berharap pemerintah secara konsisten melaksanakan dan menindaklanjuti hasil kesepakatan Malino yang tercapai pada tahun 2000. Yaitu ada penegakan hukum terhadap para pelaku utama yang telah ditetapkan pengadilan sebagai terpidana.

"Juga pengusutan tuntas tentang keterlibatan pihak ke-3. Kalau tidak, saya khawatir hal demikian akan terjadi lagi dan lagi," imbuhnya.


Kapolri Sudah Punya Data Pelaku Pembunuhan Keji di Poso

Veronika Kusuma Wijayanti - detikcom
Jakarta - Warga Poso terus diuji kesabarannya. Untuk kesekian kalinya, warga Poso menjadi korban kekerasan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dari teror bom, pembunuhan misterius sampai peristiwa terakhir, pembunuhan keji terhadap tiga siswi SMA yang tewas ditebas kepalanya.

Menghadapi kekerasan yang terus berlanjut di Poso, Kapolri Jenderal Pol Sutanto turun tangan langsung. Bersama dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat Poso, Kapolri mengajak warga agar tetap tenang dan menyerahkan ke kepolisian untuk mengungkap kasus ini.

Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di Poso tak berhasil terungkap, lanjut Kapolri, disebabkan ketertutupan masyarakat. Untuk itu, Kapolri saat bertemu dengan tokoh agama dan masyarakat di Poso meminta kerja samanya.

"Saya berharap kepada mereka yang mengetahui aksi-aksi dapat memberikan informasi kepada petugas. Sebab apa pun yang dilakukan polisi, jika tidak didukung masyarakat, akan berjalan lambat, " kata Sutanto.

Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Makbul Padmanegara mengatakan hasil penyelidikan sementara pelaku kekerasan ini orang luar Poso. "Pelaku diduga orang luar. Kalau orang dalam pasti sudah tertangkap," kata Makbul saat dicegat wartawan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoram,. Jakarta Selatan, Senin (31/10/2005).

Meski menolak menjelaskan secara detail pelaku pembunuhan keji tersebut, Makbul mengatakan bahwa Kapolri sudah mempunyai data mengenai pelakunya. "Kapolri sudah ada data-datanya. Tapi data tersebut informasi intelijen, jadi belum bisa dipublikasikan. Yang jelas mereka ini diduga ingin mengacaukan situasi keamanan di Poso," tambah Makbul.

Peristiwa yang mengguncang Poso ini terjadi pada Sabtu (29/10/2005). Tiga siswi SMA tewas seketika ditebas orang tak dikenal. Mereka adalah Ida Yarni Sambue (15), Theresia Morangke (15), dan Alfita Poliwo (19). Sementara satu siswi yang terluka parah adalah Noviana Malewa (15). Pelaku menggunakan pakaian dan cadar serba hitam. Hingga kini polisi belum menemukan pelakunya. (jon)


Polisi Poso Tangkap Mobil Berawak 8 Orang

Arry Anggadha - detikcom
Jakarta - Hingga kini polisi belum menemukan tersangka pelaku pemenggalan kepala 3 siswi SMUK di Poso. Namun polisi menahan sebuah mobil berpenumpang 8 orang yang kabur saat dihentikan polisi dalam sebuah razia.

Saat itu polisi tengah melakukan razia di perbatasan Tentena, tak lama setelah munculnya insiden pemenggalan itu. Semua kendaraan distop. Tapi ada mobil yang nekat kabur dari stopan polisi.

Polisi lantas menguber mobil itu. Setelah berhasil dihentikan, mobil itu berisi 8 orang. "Namun kami belum mengetahui hasil pemeriksaan maupun jenis mobilnya," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Aryanto Boedihardjo dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo 3, Jakarta Selatan, Sabtu (29/10/2004) pukul 16.00 WIB.

Dan untuk menjaga keamanan di sana, Mabes Polri telah mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 2 kompi Brimob dari Polda Metro Jaya, 1 kompi dari Polda Sulut dan 1 kompi dari Sulteng.

"Saat ini Kapolri sedang berangkat ke lokasi didampingi Kabareskrim, Komandan Brimob dan Kadiv Intelkam," kata Aryanto. (nrl)


Polisi Periksa 6 Saksi Pembunuhan 3 Siswi Poso

Veronika Kusuma Wijayanti - detikcom
Jakarta - Motif pembunuhan 3 siswi di Poso terus diseriusi. Polisi telah meminta keterangan dari 6 saksi yang merupakan penduduk sekitar.

"Sampai hari ini masih memeriksa 6 saksi dalam kejadian pembunuhan di Poso. Mereka adalah penduduk sekitar," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Aryanto Boedihardjo.

Hal ini disampaikan Aryanto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Senin (31/10/2005). Namun demikian, Aryanto tidak merinci saksi yang dimaksud.

Dalam kunjungan ke Poso pada 30 Oktober, menurut Aryanto, Kapolri Jenderal Pol Sutanto menyatakan peledakan bom di bus dan pembunuhan di Poso merupakan teror Idul Fitri untuk memperkeruh konflik horizontal.

"Polri diminta agar operasi Sintuwu Maroso mengedepankan langkah persuasif terhadap tokoh masyarakat," ujar Aryanto.

Guna pengamanan dan pencegahan, jelas Aryanto, TNI dilekatkan bersama Polri dengan membagi kawasan tugas dan pos gelar di Poso. Untuk Poso dan Palu, Brimob Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan, mengerahkan masing-masing 1 SSK. Sedangkan Mabes Polri mengerahkan 2 SSK dan TNI menerjunkan 1 batalyon.

Aryanto menilai pelaku pembunuhan merupakan orang yang berani. "Karena kejadian berlangsung pagi hari dan suasana masyarakat sudah ramai," kata Aryanto.

Seperti diberitakan, tiga siswi yang dipedang hingga kepalanya terpisah dari tubuhnya di Poso. Mereka adalah Alvita Polio (19), Yusriani Sampoe (15) dan Theresia Morangke (16). Sedangkan satu rekannya, Noviana mengalami luka-luka. Ketiga korban dihabisi sekitar pukul 06.30 Wita saat berangkat sekolah. (aan)


Wapres dan Kapolri Kunjungi Poso

Jafar G Bua - detikcom
Palu - Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Kapolri Jenderal Sutanto bersama sejumlah kepala divisi di Mabes Polri akan berada di Poso, pada Minggu (30/10/2005) pukul 09.00 WITA. Mereka akan melihat dari dekat tempat kejadian perkara pemenggalan kepala 3 siswi SMU Kristen GKST oleh orang tak dikenal.

Para pejabat pemerintah dan Polri itu menggunakan pesawat khusus dari Jakarta, Makassar, Balikpapan dan langsung ke Bandara Kakiguncu, Poso. Setelah mengunjungi TKP, rombongan wapres akan langsung menuju Tentena.

Di Tentena Kalla dan Sutanto akan bertemu dengan majelis Sinode GKST dan tokoh masyarakat. Selama di Poso mereka juga akan dengan aparat pemerintah daerah, ulama dan tokoh masyarakat.

Saat ini di Palu, sekitar 100 personel Brimob akan tiba pukul 10.00 WITA. Menurut Kadiv Humas Polda Sulteng, AKBP Rais Adam, pasukan ini adalah pasukan tambahan yang di BKO-kan ke Polres Poso menyusul gangguan keamanan yang terjadi di daerah itu.

Sebelumnya tadi malam juga, sekitar 200 personel Brimob juga telah datang di Palu dan saat ini sudah berada di Poso. Pasukan itu terdiri 100 personel dari Brimob Polda Kaltim dan 100 personel dari Kompi IV Mako Brimob Kelapa Dua.

Situasi Poso saat ini relatif aman, tidak ada konsentrasi massa ataupun gangguan keamanan di Poso. (mar)



SBY Mungkin Berlebaran ke Poso

Luhur Hertanto - detikcom
Jakarta - Saat masyarakat sibuk mempersiapkan Idul Fitri yang kurang 5 hari lagi, muncul insiden memprihatinkan di Poso, Sabtu (29/10/2005). Presiden SBY pun mempertimbangkan berlebaran di sana.

Tujuannya adalah mendinginkan psikologis massa. "Saya terus pantau perkembangan dan dengarkan saran apa tepat untuk hadir Idul Fitri nanti. Bila membawa kebaikan tentu saya ke sana," ungkap SBY.

Pernyataan SBY itu dikemukakan dalam jumpa pers usai memimpin rapat terbatas bidang polkam khusus membahas insiden Poso di Halim Perdanakusumah. Rapat itu digelar mendadak.

Rapat ini dihadiri Wapres Jusuf Kalla, Mendagri M Ma'ruf, Menko Polhukam dan HAM Widodo AS, Menko Kesra Alwi Shihab, Kapolri Jenderal Pol Sutanto dan Panglima TNI Jenderal E Sutarto.
(nrl)


Pembunuhan 3 Siswi SMA
PBNU Minta Masyarakat Tenang


Angelin Cornelia Sumendap - detikcom
Poso - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan menjaga kewaspadaan dengan adanya kejadian pembunuhan tiga siswi SMA di Poso. Sikap tenang masyarakat ini diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman antarumat beragama.

Imbauan ini disampaikan Ketua PBNU Rozy Munir dalam acara pembagian 850 paket sembako dari Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Amil Zakat Infak dan Sadaqah NU di Kantor PBNU, Jl. Kramat Raya, Jakarta, Minggu (30/10/2005).

"Kita belum tahu persis siapa yang berada di balik semua ini. Tapi yang jelas sudah ada korban dari sekolah Kristen. Namun jangan langsung dikaitkan dengan agama," katanya.

Rozi juga meminta polisi bekerja lebih keras dan maksimal. Sebab sampai saat ini di antara umat beragama sudah ada gerakan moral nasional. "Kerukunan antarumat Islam dan Kristiani harus dibangun. Terutama karena sebentar lagi masing-masing agama akan merayakan hari raya," katanya.

Ketiga siswi SMA yang menjadi korban keganasan kelompok serba hitam itu adalah Yanni Saluhu, Alfita Polio, dan Thereria Morangkir. Saat itu ketiganya sedang berangkat ke sekolah di Desa Bukit Bambu.

Noviana Malema yang serombongan dengan ketiga dara itu menderita luka robek di mulut. Dia selamat karena melawan penyerang. Sementara dua siswi lainnya selamat tanpa mengalami luka-luka.

Bagikan Sembako

Ratusan paket sembako dari PBNU dibagikan kepada masyarakat Salemba dan Kramat. Paket sembako terdiri 5 kilogram beras,1 kilogram gula, biskuit, sarung, dan minyak goreng.

Pemberian paket sembako ini merupakan rangkaian terakhir dari pembagian sembako yang telah dilakukan ke 130 titik yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung dan DKI Jakarta selama satu bulan terakhir.

Dana yang dikumpulkan dari PBNU untuk keperluan pembagian sembako ini mencapai Rp 2 miliar. "Kami mengupayakan agar zakat terkumpul sebaik-baiknya dan disalurkan dengan benar," kata Fathurrahman Rauf, salah seorang pengurus PBNU. (gtp)



Anggota DPR Usulkan Poso Jadi Daerah Operasi Militer

Muhammad Nur Hayid - detikcom
Jakarta - Anggota Komisi I DPR RI Ade Daud Nasution mengusulkan agar Poso menjadi daerah operasi militer. Usulan ini didasarkan pada ketidakmampuan aparat kepolisian dalam mencegah aksi-aksi teror terhadap masyarakat di Poso.

"Kalau polisi sudah tidak mampu, nyatakan saja tidak mampu. Bikin daerah operasi militer agar tindak kekerasan tidak terjadi lagi," kata anggota Fraksi PBR ini di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Senin (31/10/2005).

Namun tidak dijelaskan Ade, daerah operasi militer (DOM) seperti apa yang dimaksudnya. Apakah seperti DOM di Aceh dulu, atau bentuk lain.

Menurut Ade, Poso merupakan daerah rawan yang harus diperhatikan secara serius. Karena jika tidak, investasi ke Indonesia tidak akan datang. "Apalagi ada pemenggalan kepala seperti itu. Tidak bisa didiamkan," tegasnya.

Mengenai kinerja intelijen, Ade tidak berharap banyak. Sebab intelijen Indonesia selalu kebobolan dalam mengantisipasi tindakan teror yang mengarah pada konflik. "Intelijen kebobolan sudah biasa," cetusnya.

Anggota Komisi I dari Fraksi PDIP RK Sembiring menilai belum kondusifnya keamanan di Poso karena rekomendasi Pansus Poso DPR RI tidak dilaksanakan oleh pemerintah.Yaitu, agar di Poso dibuat organisasi yang jelas untuk keamanan, yang terdiri dari Polri dan TNI, dengan didasari oleh payung hukum.

"Kita sudah buat rekomendasi, tapi tidak dipakai oleh mereka. Ya begini ini jadinya. Kalau rekomendasi tidak dilakukan, ya akan terulang lagi," ujar Sembiring. (gtp)

Posted: Tue Nov 01, 2005 5:17 am
by somad
BERITA POSO REPUBLIKA ONLINE

PGI: Pemerintah Diminta Usut Tuntas Pembunuhan Tiga Siswi di Poso

REF: http://www.republika.co.id/online_detai ... &kat_id=23
Jakarta-RoL-- Persekutuan Gereja- Gereja di Indonesia (PGI) dalam pernyataan persnya di Jakarta, Senin, meminta pemerintah untuk mengungkap secara tuntas para pelaku dan aktor serentetan aksi-aksi kekerasan di Sulawesi Tengah, seperti peristiwa pembunuhan tiga siswi SMA Kristen di Poso pada Sabtu (29/10) lalu.
"PGI sangat menyesalkan kegagalan pemerintah dan aparat keamanan dalam memberikan jaminan keamanan kepada masyarakat Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945," kata Sekretaris Umum PGI, Pdt Dr Richard M Daulay, dalam siaran persnya itu.
PGI mencatat sejumlah kasus yang belum tertuntaskan, di antaranya adalah konflik horizontal, penembakan Pendeta Susianty Tinulele saat berkotbah di Gereja, peledakan bom di Gereja Imanuel, peledakan bom di Pasar Tentena, dan terakhir pembunuhan tiga siswi SMA Kristen di Poso.
PGI juga mendesak pemerintah untuk mengubah keadaan yang meresahkan di Poso dan Sulteng itu menjadi keadaan yang damai, aman, dan penuh persaudaraan sejati dalam konsep NKRI.
"Kami juga menyerukan kepada umat Kristiani dan seluruh masyarakat agar tetap tenang, dan marilah kita saling membangun relasi lintas etnis dan agama agar tercipta persaudaraan dan kerukunan di bumi NKRI tercinta ini," kataya.
Melalui siaran pers itu, PGI juga menyampaikan rasa dukacita mendalam kepada seluruh masyarakat Poso, khususnya kepada keluarga korban.
"Kepada keluarga yang ditinggalkan, biarlah Tuhan yang senantiasa hiburkan. Kepada siswi yang selamat namun dalam keadaan luka parah, kami mendoakan semoga Tuhan memberikan ketabahan dan kekuatan, serta segera dipulihkan oleh tangan kuasa Tuhan," katanya. ant/pur


TNI Ikut Terjun Amankan Poso dan Palu

Jakarta-RoL-- TNI ikut diterjunkan bersama dengan aparat kepolisian dalam menjaga keamanan di Sulawesi Tengah terutama di Poso dan Palu menyusul meningkatkan ketegangan akibat aksi kekerasan yang masih terjadi.
"Untuk menjaga pengamanan dan terorisme, maka TNI akan dilekatkan dengan Polri dalam bertugas dan menjaga pos-pos di sana," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Aryanto Boedihardjo di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, sekitar satu batalion telah dikerahkan untuk membantu pengamanan di Poso dan Palu selain satu satuan setingkat kompi (SSK) Brimob Polda Kaltim, satu SSK Brimob Sulut, dua SSK Brimob Mabes Polri.
Menurut dia, pengerahan pasukan Brimob TNI itu terkait dengan ledakan di atas bus dan pembunuhan tiga siswi SMA Kristen secara kejam, pekan lalu.
Ledakan bom di bus Omega yang melintas di desa Puboli kecamatan Parigi Kabupaten Parimo Sulawesi Tengah menyebabkan Murdani, penumpang bus menderita luka bakar.
Bom berdaya ledak rendah (low explosif) tersebut merupakan jenis bom rakitan dengan komponen serbuk hitam, black powder, belerang, gotri, sumbu ledak, kabel, baterai 9 volt dan detonator.
Aksi kekerasan lain menimpa tiga siswa SMA Kristen di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Sabtu pagi (29/10) yang ditemukan tewas dengan kepala terpenggal, yakni Teresia Morangki siswa kelas 3, Ida Lambuaga (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1).
Selain itu, Noviani, siswa lain mengalami luka bacok dan dirawat di RSUD Poso.
"Dari hasil informasi intelijen disebutkan bahwa ledakan dalam bus dan pembunuhan tiga siswa itu merupakan teror menjelang Hari Raya Idul Fitri dan ingin mengangkat konflik di sana menjadi konflik horisontal," ujarnya. ant/pur


Depdagri: Gubernur dan Bupati Poso Harus Tenangkan Keadaan

Jakarta-RoL-- Departemen Dalam Negeri (Depdagri) meminta Gubernur Sulawesi Tengah dan Bupati Poso agar lebih proaktif menenangkan keadaan di wilayahnya pasca terjadinya pembunuhan tiga siswi SMU Kristen Poso dan kasus bentrokan antara aparat kepolisian dan pengikut dukun Madi yang mengakibatkan empat orang tewas.
"Gubernur dan Bupati diminta jangan menjadi pejabat saja, tetapi jadilah pemimpin dengan sering turun ke lapangan melihat masyarakatnya. Para pemimpin sekarang ini harus lebih proaktif menenangkan keadaan," kata Sekjen Depdagri Progo Nurdjama, menanggapi pertanyaan di Jakarta, Senin malam.
Selain itu, dia mengatakan para kepala daerah yang bertetangga dengan Poso Sulawesi Tengah, seperti Sulut, Sulsel dan Sulbar telah diminta untuk aktif mencegah melebarnya kasus Poso ke wilayahnya, serta aktif melakukan pemantauan untuk mencegah larinya para pelaku kerusuhan Poso ke wilayahnya.
"Para kepala daerah itu diminta untuk menenangkan masyarakatnya supaya tidak terhasut dengan kasus yang terjadi di Poso," katanya.
Sehubungan meningkatnya aksi kekerasan di Poso, Departemen Dalam Negeri sendiri, Minggu (30/10), telah mengirimkan tim kecil ke Poso untuk membantu Pemda setempat memantau maupun memberdayakan aparat pemerintah setempat.
Mengenai kemungkinan digalakkannya pertemuan RT/RW untuk mencegah terjadinya aksi-aksi kekerasan maupun aksi terorisme, ia mengatakan Mendagri M Mar`uf sebenarnya telah memerintahkan para kepala daerah untuk meningkatkan pengamanan lingkungan di daerahnya masing-masing.
Tiga siswa SMA Kristen Poso, yakni Teresia Morangki (siswi kelas 3), Ida Sambua (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1) pada Sabtu (29/10) ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan.
Ketiga gadis belia ini diduga kuat dihabisi pelakunya saat dalam perjalanan menuju sekolah yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari rumah mereka. Tubuh ketiga korban yang masih mengenakan seragam pramuka itu ditemukan di Jalan Bumboyo Kelurahan Bukit Bambu, sementara penggalan kepala mereka berada di lokasi lain.
Selain korban tewas, tiga siswa sekolah ini juga warga Kelurahan Bukit Bambu menderita luka bacok serius, seorang di antaranya bernama Noviani. ant/pur


Pemerintah Lalai Respon Rekomendasi Pansus Poso DPR

Jakarta-RoL-- Mantan Wakil Ketua Pansus Poso DPR, Azlaini Agus, menilai pemerintah lalai dalam merespon rekomendasi yang dihasilkan Pansus Poso sehingga kembali terulang kerawanan keamanan di wilayah tersebut.
"Saya tidak melihat adanya kesungguhan pemerintah merespon rekomendasi yang telah dihasilkan Pansus Poso DPR," katanya saat dihubungi via telepon genggamnya di Jakarta, Senin (31/10).
Dikatakannya, Pansus Poso pada 8 Juni lalu sudah menyelesaikan pekerjaan serta melaporkan hasilnya pada sidang paripurna dan laporan itu berisi berbagai rekomendasi pada pemerintah untuk mengamankan Poso.
Dalam rekomendasi yang ditujukan kepada Menko Polhukkam, Kapolri, Panglima TNI, Mendagri, Badan Intelijen Negara dan instansi lainnya yang terkait itu, DPR diantaranya merekomendasikan dilakukannya penertiban mobilitas penduduk disamping senjata dan amunisi yang masih banyak beredar.
Selain itu, pemerintah juga direkomendasikan untuk mengeluarkan satu Peraturan Presiden (Perpres) yang bisa dijadikan payung hukum bagi pengerahan potensi aparat keamanan, seperti TNI, Polri, aparat intelijen hingga masyarakat untuk menjaga stabilitas keamanan yang terus kondusif.
"Kita lihat di Ambon selesai dengan Perpres. sementara di Poso kita tunggu dari Juni hingga November, tidak ada tanda-tanda keluarnya Perpres itu, padahal ada gap yuridis disini. Polri atau TNI untuk bekerja harus ada payung hukum yang jelas," ujarnya.
Azlaini yang juga Wakil Ketua Fraksi PAN itu menyayangkan suasana yang semakin kondusif setelah meledaknya bom di Tentena, Poso, hingga beberapa pekan sebelum peristiwa pembunuhan sadis tiga orang pelajar di Poso, tidak dimanfaatkan pemerintah untuk menerbitkan perangkat hukum tersebut.
Akibatnya, ketika terjadi lagi peristiwa berdarah dan kerawanan baru, pemerintah kembali sibuk kesana-kemari seperti petugas pemadam kebakaran saat memadamkan api sewaktu terjadi kebakaran.
"Jadi kalau pemerintah serius menyelesaikan masalah Poso, kita tuntut adanya Perpres itu untuk mengefektifkan dan memadukan pengerahan potensi aparat keamanan TNI, Polri, BIN atau masyarakat," katanya.
Lebih lanjut Azlaini mengatakan bahwa wilayah Poso itu mudah dimasuki dari berbagai jurusan sehingga orang bisa dengan mudah masuk kesana dan bukan mustahil pelaku pembunuhan sadis itu adalah orang luar yang berkerjasama dengan kelompok masyarakat lokal.
Kendati demikian, anggota Komisi III itu bersyukur masyarakat setempat sudah semakin sadar dan tidak mudah terpancing oleh provokasi yang dilakukan oleh segelintir oknum tidak bertanggungjawab, yang menghendaki terus terjadinya konflik di Poso.
"Sekarang tinggal peran aparat keamanan dan masyarakat untuk bekerjasama menjaga stabilitas keamanan. Aparat yang jumlahnya sangat terbatas tanpa dukungan masyarakat sulit menuntaskan berbagai kasus yang muncul," ujarnya.
Sementara itu mengenai adanya upaya pengalihan isu dari kasus korupsi di Poso lewat penciptaan kerusuhan horizontal, Azlaini mengatakan bahwa Pansus memang mendapatkan temuan ke arah sana.
"Berdasarkan temuan kami memang ada persoalan korupsi besar dan sistemik yang dilakukan sekelompok birokrat pemerintahan tetapi tidak pernah bisa diungkap. Kami menemukan adanya pengalihan perhatian publik dengan kerusuhan itu, Tetapi saya tidak tahu apakah pelaku praktek korupsi itu menjadi faktor penyebab atau akibat kerusuhan tersebut karena itu harus dikaji lebih lanjut," katanya.
Praktek korupsi itu antara lain diduga melibatkan Plt Bupati Poso Andi Asikin Suyuti yang melakukan korupsi saat ia menjabat sebagai Kadis Sosial Sulteng. ant/pur


Konflik Poso Adalah Aksi Teror

Jakarta-RoL-- Bumi "Sintuwu Maroso" kembali dilanda konflik karena aksi kekerasan mulai marak, bahkan terakhir (29/10), tiga siswi SMA di Poso tewas dibunuh atas alasan yang masih belum terang.
Seorang ahli politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit (66), berpendapat serangkaian aksi kekerasan yang melanda tanah Poso merupakan tindakan yang bisa dikategorikan sebagai teror.
"Konflik Poso termasuk aksi teror karena telah mengancam serta menimbulkan rasa teror di kalangan masyarakat. Kekerasan tidak hanya mengancam keselamatan jiwa umat Muslim tapi juga Kristen, karena ada unsur balas-membalas di sana," kata Arbi ketika dihubungi Antara di Jakarta (31/10), Senin pagi.
Lebih lanjut pria kelahiran Painan, Sumatera Barat, itu menjelaskan konflik di Poso merupakan masalah yang akut dan berdasarkan perbedaan agama.
Layaknya apa yang terjadi di Ambon, lanjut Arbi, konflik Poso dieksploitasi oleh orang-orang setempat dan orang-orang dari luar Poso.
"Setelah beberapa lama Poso tenang, orang-orang yang berkepentingan itu merasa bahwa bila keadaan tenang maka mereka tidak mendapatkan keuntungan. Disinilah awal mula mengapa aksi kekerasan kembali melanda Poso," ujar dosen Ilmu Politik itu.
Ia juga menjelaskan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari munculnya konflik adalah beragam fasilitas yang mengalir ke Poso, antara lain dana pengungsi dan bantuan-bantuan serupa.
"Bila sudah berorientasi keuntungan dari berbagai bantuan tersebut, maka tak heran jika nyawa pun tidak diperhitungkan sebagai sesuatu yang berharga," katanya.
Khusus mencermati tentang penilaian bahwa Polisi Republik Indonesia (Polri) "sudah tumpul" ketika berhadapan dengan konflik Poso, Arbi mengatakan bahwa tenaga polisi sangatlah terbatas.
"Polisi tidak bisa menyebar ke pelosok-pelosok, bahkan tentara sekali pun tidak bisa terjun ke pelosok. Bedanya tentara bisa menggencarkan sistem komando teritorial (koter), sementara polisi tidak bisa," ujar dia.
Bila terjadi konflik sosial yang luas seperti konflik yang berbasis agama, kata Arbi, pemerintah memang harus mencari langkah-langkah penyelesaian yang menyeluruh.
"Harus ada peraturan yang jelas tentang penyelesaian terhadap orang-orang yang menghasut dan mengambil keuntungan dari kekerasan yang terjadi, mereka harus segera dikeluarkan dari Poso. Bagi mereka yang datang ke Poso pun, harus jelas soal pembagian tanah dan fasilitas-fasilitas yang diberikan," katanya.
Seperti telah diberitakan Antara sebelumnya, tiga orang sisws SMU di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sabtu (29/10) pagi ditemukan tewas dalam keadaan kepala terpenggal.
Ketiga siswi SMU Kristen Poso yang tewas menggenaskan itu diidentifikasi bernama Teresia Morangki siswa kelas 3, Ida Lambuaga (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1).
Jenazah warga Kelurahan Bukit Bambu Kota Poso ini ditemukan di Jalan Bumboyo, masih dalam wilayah dusun Bambu, sekitar pukul 07.30 Wita.
Ketiga gadis belia ini diduga kuat dihabisi pelakunya saat dalam perjalanan ke sekolah yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari rumah mereka.
Tubuh ketiga siswa mengenakan seragam pramuka tersebut ditemukan di Jalan Bumboyo Kelurahan Bukit Bambu, sementara penggalan kepala mereka berada di lokasi lain.
Dua penggalan kepala ditemukan di wilayah Kecamatan Lage, sekitar 100 meter dari Markas Polsek setempat atau sekitar 10 km dari TKP dan satu kepala lagi di Kelurahan Kasiguncu sektar 20km dari TKP, atau tepatnya di depan Gereja Kasiguncu.
Pembunuhan tersebut mengundang kecaman dari berbagai pihak di tanah air, bahkan disikapi secara sangat serius oleh Presiden dan Wakil Presiden.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menggelar rapat mendadak di Base Operasi TNI-AU Lanuma Halim Perdana Kusumah, Jakarta, Sabtu (29/10) menyusul peristiwa pembunuhan tiga gadis di Poso , Sulawesi Tengah.
Wapres membatalkan rencana kunjungan peninjauannya ke Blok A Pasar Tanah Abang, sementara Presiden Yudhoyono baru tiba dari kunjungan kerjanya di Jambi ketika rapat itu dilaksanakan. ant/pur


Poso Itu Kecil Tapi Aparat tak Becus Mengamankannya

Jakarta-RoL-- Poso itu wilayah yang jumlah warganya sekitar 6.000 orang tapi aparat kepolisian tak becus mengamankannya sehingga konflik berdarah tak kunjung selesai, kata anggota Tim Pansus Poso DPR Rendy Lamadjido kepada Antara di Jakarta Senin (31/10).
"Ironis ya. Poso itu lebih kecil dari kecamatan di Jakarta tapi pelaku kriminal sulit ditangkap. Pihak keamanan tidak serius menangani kasus-kasus di Poso," tambah putra asli Poso yang juga politisi Fraksi PDIP itu.
Rendy mengatakan, pembantaian tiga siswi SMA di Poso itu merupakan upaya provokasi paling mutakhir untuk membangkitkan konflik berdarah di Poso.
"Saya percaya pembantaian siswi itu dilakukan untuk memancing konflik yang lebih besar," katanya.
Rendy mengatakan, Pemerintah seperti tak serius menangani insiden berdarah di Poso. Para pelaku peledakan bom di Poso tak pernah tertangkap.
"Ini aneh. Sebab pelaku peledakan bom di Bali dan Kuningan bisa ditangkap tapi di Poso belum ada pelaku peledakan bom yang ditangkap," katanya.
Rendy yakin bahwa insiden di Poso punya kaitan politis yang lebih besar dari sekadar konflik kriminal biasa.
Menurut Rendy, Tim Pansus Poso di DPR sudah memberikan rekomendasi pada pemerintah untuk menyelesaikan kasus Poso dengan sejumlah langkah strategis.
"Pemerintah harus tegas terhadap pejabat yang terlibat dalam kasus Poso. Hukum harus ditegakkan.Perlu ada ada kebijakan yang dapat membuat aparat polisi dan TNI kondusif untuk kerja sama. Mungkin perlu keppres untuk membuat kedua aparat itu bekerja secara maksimal," katanya.
Rendy mengatakan jika di antara aparat tidak ada keharmonisan, maka konflik berdarah akan dengan mudah dicetuskan.
Rendy mengatakan adanya pihak luar yang memanfaatkan Poso sebagai ajang konflik berdarah tak bisa dibantah.
"Coba perhatikan, kalau ada konlfik politik seperti pilkada, insiden berdarah bisa dipastikan terjadi di Poso," kata Rendy.
"Sebetulnya, warga Poso sendiri sudah bosan dengan konflik berdarah di Poso," katanya. ant/pur


Bom Waktu Pembantaian di Poso

Dua hari lalu (Sabtu, 29/10) kita dikejutkan oleh pumbunuhan terhadap tiga siswi SMU Kristen Poso, Sulawesi Tengah. Mereka adalah Teresia Morangki (kelas 3), Ida Lambuaga (kelas 1), dan Alfitha Poliwo (kelas 1). Ketika ditemukan, tubuh mereka sudah terpisah dengan kepala. Tubuh mereka, masih dengan pakaian seragam Pramuka, ditemukan di Jalan Bumboyo, Kelurahan Bukit Bambu, sedangkan kepala berada di lokasi lain.
Seorang siswi yang selamat, Noviana Melema, menuturkan pembantaian itu terjadi saat mereka berempat berangkat menuju sekolah, sekitar pukul 07.15 Wita. Tiba-tiba mereka dikeroyok dan kemudian dibantai oleh sekitar enam orang dengan wajah tertutup ala ninja, berseragam hitam-hitam, dan bersenjata golok. Noviana sendiri hanya mengalami luka di mulut.
Peristiwa itu bukan hanya mengejutkan, tapi juga membuat miris hati kita. Bahkan bisa menjadi bom waktu bila tidak segera ditangani dengan baik. Pertama, pembantaian itu terjadi pada tiga siswi yang sedang dalam perjalanan ke sekolah. Sebagai anak perempuan belasan tahun, mereka tentu tidak terlibat dan bahkan, bisa dipastikan, tidak tahu menahu tentang konflik di daerahnya. Bisa dipahami kalau kemudian keluarga dan teman-teman ketiga siswi itu merasa kehilangan yang amat dalam, dan ini juga sekaligus menyebabkan massa mudah larut dalam emosi.
Kedua, peristiwa itu berlangsung saat umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Pada saat seperti ini, pihak-pihak tidak bertanggung jawab mengetahui dengan pasti bahwa umat Islam akan cepat bereaksi manakala bulan yang dianggap suci ini sengaja 'dikotori' orang-orang tertentu. Ketiga, pembunuhan terhadap tiga siswi itu terjadi di Poso. Ini menunjukkan bahwa Poso - dan juga daerah lain di negara kita - masih rawan terhadap kejahatan, terutama yang dilakukan oleh orang-orang yang sengaja ingin mengompori pihak-pihak tertentu agar terjadi konflik.
Dengan demikian, sekali lagi, kasus pembantaian tiga siswi sebuah SMU di Poso itu sangat potensial berkembang menjadi bom waktu. Bom waktu, karena para warga Kristen bisa saja punya anggapan bahwa pembantaian tersebut dilakukan oleh orang-orang Islam. Apalagi para korban adalah para siswi dari sekolah Kristen. Sebaliknya, para warga Muslim bisa pula mempunyai pandangan bahwa pelaku pembunuhan terhadap tiga siswi itu adalah orang-orang Kristen. Ini dimaksudkan untuk mengotori dan membuat umat Islam marah.
Bila hal itu yang terjadi, maka bisa dipastikan bahwa bumi Poso akan kembali bergolak. Konflik yang melibatkan warga Kristen dengan warga Muslim akan terus berkepanjangan. Dan, korbannya adalah rakyat kebanyakan yang selama ini mengidam kedamaian. Karena itu, agar peristiwa itu tidak berkembang menjadi sentimen agama dan kemudian menjadi konflik antar-umat beragama, perlu dicarikan langkah-langkah yang tepat. Apalagi, pembunuhan terhadap tiga siswi itu merupakan peristiwa berdarah ketiga yang terjadi di Poso pada bulan ini saja. Pada 3 Oktober, seorang penembak gelap menewaskan Milton Padoa (51 tahun), bendahara Kantor Camat Poso Pesisir Selatan. Lalu pada 12 Oktober, Briptu Agus Sulaeman (27 tahun) tewas ditembak orang tidak dikenal di teras rumahnya.
Pertama, aparat keamanan harus bertindak cepat untuk menemukan pelaku pembantaian. Mereka juga harus meningkatkan keamanan warga dan menutup setiap kemungkinan yang bisa digunakan pihak-pihak tertentu untuk memperkeruh suasana yang sedang panas ini. Ketika ditemukan pelakunya, mereka harus segera diproses secara hukum, terlepas siapa mereka dan apa agama mereka.
Kedua, para tokoh masyarakat, pemimpin agama, dan pejabat pemerintah harus bisa mengendalikan diri. Mereka juga harus segera menenangkan warga masing-masing agar tidak mudah terpancing oleh hasutan. Selanjutnya, mereka harus tetap berpegang pada Perjanjian Malino yang antara lain menggariskan bahwa setiap ada perbedaan atau perselisihan harus diselesaikan di meja perundingan atau musyawarah. Selain itu, kasus pembunuhan terhadap tiga siswi ini harus dianggap dan diperlakukan sebagai tindak kejahatan, sebagai kriminal murni. Semua agama, terutama Islam, tidak pernah menoleransi tindakan kejahatan, termasuk memerangi orang-orang dari agama lain.
Bila pemahaman ini bisa dilakukan oleh semua pihak, kita yakin semua hasutan dan provokasi dari pihak-pihak tertentu untuk mengacaukan masyarakat Poso atau masyarakat daerah lain tentu akan gagal. Para penghasut harus kita jadikan musuh bersama, termasuk pelaku pembunuhan terhadap ketiga siswi tadi.


Ginandjar: Pembunuhan Siswi di Poso Patut Dikutuk Semua Umat Beragama

Jakarta-RoL-- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Ginandjar Kartasasmita berpendapat, pembunuhan secara kejam atas tiga siswi sekolah menengah atas (SMA) di Poso, Sabtu (29/10), merupakan perbuatan yang sangat kejam dan patut dikutuk oleh semua umat beragama dan semua pihak yang cinta damai di negeri ini.
"Perbuatan itu menodai proses perdamaian yang sedang berlangsung di Poso, serta merusak suasana damai penuh hikmat di bulan puasa yang sedang dijalankan oleh umat Islam saat ini," kata Ginandjar kepada Antara, di Jakarta, Minggu (30/10), menanggapi peristiwa pembunuhan secara kejam atas tiga siswi SMA Kristen Poso yakni Ida Yarni Sambue (15) Theresia Morangke (15) dan Alfita Poliwo (19).
Menurut Ginandjar, tidak satu agamapun yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan dalam bentuk apapun terhadap sesama manusia, apalagi perbuatan yang sadistis seperti yang dilakukan terhadap ketiga siswi di Poso.
Kejadian tragis tersebut sama sekali tidak dapat ditempatkan dalam konteks hubungan antar-umat beragama di Indonesia, khususnya Poso. "Sekali lagi, perbuatan itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan bertentangan dengan ajaran agama manapun," tegasnya.
Selama beberapa tahun terakhir, sejak ditandatanganinya Deklarasi Perdamaian Malino I 19-20 Desember 2001, proses perdamaian di Poso sedang berlangsung dengan cukup menjanjikan, terutama karena seluruh lapisan dan golongan masyarakat di Poso cinta perdamaian, menjunjung tinggi semangat persaudaraan dan kekeluargaan, tanpa membeda-bedakan asal-usul suku, agama/golongan, maupun ras.
Kejadian tanggal 29 Oktober 2005 itu merupakan salah satu dari sekian banyak ujian terhadap proses perdamaian itu.
Peristiwa-peristiwa lainya, entahkecil atau yangbesar, berulang kali terjadi, yang kesemuanya merupakan ujian terhadap proses tersebut. Peristiwa peledakan bom di Pasar Tentena pada tanggal 28 Mei 2005, misalnya, merupakan batu ujian paling gawat lainnya.
"Dan sampai saat ini nampaknya aparat keamanan masih jauh kalah gesit dan sering kali mati langkah dalam upaya mengungkap pelaku-pelaku dari kejadian-kejadian itu," katanya.
Selain mengutuk perbuatan kejahatan yang melawan perikemanusiaan tersebut, DPD juga mendesak aparat keamanan untuk mengusut dan menangkap semua pelaku serta menghukum mereka sesuai hukum yang berlaku. Aparat juga diharapkan agar secepatnya dapat mengungkap semua yang berada di belakang dan latar belakang kejadian tersebut.
Oleh karena itu, Ginandjar meminta, agar seluruh lapisan dan golongan masyarakat, khususnya di Poso, untuk tenang dan tidak terpancing serta tetap memelihara semangat persaudaraan yang sedang dibangun kembali.
"Kami juga menyampaikan rasa duka cita dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya baik kepada keluarga ketiga siswi yang telah menjadi korban, maupun kepada seluruh masyarakat di Poso dan Sulawesi Tengah pada umumnya," katanya.
Evaluasi kembali
Berkaitan dengan Deklarasi Malino untuk Poso, Ginandjar menilai, kini sudah saatnya pemerintah bersama tokoh-tokoh masyarakat Poso dan berbagai pihak yang terkait melakukan evaluasi menyeluruh atas pelaksanaan program-program untuk rekonsiliasi dan pembangunan kembali Poso tersebut.
"Pembangunan kembali Poso pasca konflik, yang mengacu pada pasal-pasal Deklarasi Malino untuk Poso, harus ditangani secara khusus dan lebih terpadu," katanya. Masyarakat Poso bahkan mengharapkan adanya payung hukum keputusan atau instruksi khusus dari Presiden.
Menurut dia, dibutuhkan sebuah badan khusus yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden/Wakil Presiden. "Di masa lalu kedua pemimpin bangsa ini telah berperan dalam mengupayakan terwujudnya rekonsiliasi di Poso," katanya.
Karena itu, DPD RI juga menurunkan tim ke Poso untuk melakukan pengawasan dan verifikasi atas penggunaan dana-dana pemerintah dalam melaksanakan program-program rekonsiliasi yang tercantum dalam Deklarasi Malino mengingat program itu telah dilaksanakan kurang lebih 3 tahun dengan menggunakan dana-dana pemerintah dalam jumlah yang besar. ant/pur


Ketua DPR Sampaikan Belasungkawa Kepada Keluarga Korban Poso

Bakauheni, Lampung-RoL-- Ketua DPR RI, Agung Laksono turut menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas peristiwa Poso, terutama terhadap orang tua dari tiga siswi SMA yang tewas dipenggal kepalanya oleh orang tidak dikenal, Sabtu (29/10).
"Itu tindakan biadab dan saya meminta pihak Kepolisian mengejar pelaku. Saya dengar sudah teridentifikasi, tetapi belum jelas betul orangnya," kata Agung Laksono, di sela-sela kunjungan kerjanya meninjau pelayanan penumpang arus mudik lebaran, di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, 100 KM Tenggara Kota Bandar Lampung, Minggu.
Agung menambahkan, bukan hanya orangnya tetapi organisasinya di balik itu siapa supaya diungkap secepatnya, dan diseret ke pengadilan.
Kepada pihak keamanan di daerah Poso, Sulawesi Tengah, sebagai daerah yang selalu bergejolak, dia juga meminta supaya mengantisipasi, dengan menghadirkan pasukan yang cukup agar masyarakat di sana ada rasa aman.
"Meskipun kami mendengar berita tadi pagi bahwa hal itu belum merupakan konflik keagamaan, namun jangan sampai diseret-seret ke soal agama," katanya menegaskan.
Masih lemah
Mengenai ditambahkannya pasukan keamanan di sana, Agung Laksono mengatakan, hal itu terkait dengan luas wilayah yang harus diamankan.
Jadi, katanya lebih lanjut, wajar kalau aparat keamanan ditambah untuk mengantisipasi jangan sampai ada peluang terjadi konflik.
Soal Poso yang tidak pernah usai, Ketua DPR menegaskan, intelijen kita yang masih lemah, dan aparat keamanan yang masih sifatnya on-of-on-of, kalau ada kejadian baru siaga.
"Semestinya siap siaga 24 jam. Harus konsisten," katanya menegaskan.
Agung Laksono menambahkan, penempatan pasukan dalam jumlah banyak di sana antara lain juga adalah untuk shock theraphy. ant/pur


Kapolri: Serahkan Penanganan Kasus Poso Pada Aparat

Palu-RoL-- Kapolri Jenderal Pol Drs Sutanto minta kepada semua pihak untuk menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus kekerasan yang kembali muncul di bekas daerah konflik Poso kepada aparat berwajib.
"Aparat akan terus berusaha mencari dan menemukan pelakunya, guna dimintai pertanggungjawaban secara hukum," kata dia, ketika melakukan tatap muka dengan puluhan tokoh masyarakat dan pemuka agama di rumah jabatan Bupati Poso, Minggu siang.
Sebelumnya, sejumlah peserta pertemuan dari unsur masyarakat sempat menanyakan soal rententan aksi kekerasan yang belakangan ini terjadi di wilayah Poso, namun para pelakunya belum juga terungkap dan tertangkap.
Kasus-kasus dimaksud, antara lain peledakan bom di Pasar Sentral Poso yang menewaskan lima orang dan peledakan bom di Pasar Tentena dengan mengakibatkan 23 korban tewas serta puluhan lainnya cedera.
Lainnya, penyerangan pada beberapa desa di Kecamatan Poso pesisir yang menewaskan sejumlah orang, serta yang terakhir kejadian di kelurahan Bukit Bambu (Poso Kota) yang menewaskan tiga pelajar SMA Kristen Poso.
Menurut Kapolri, lambatnya mengungkapkan dan penangkapan para pelaku aksi tindak kekerasan tersebut lebih dikarenakan faktor ketertutupan masyarakat dalam memberikan informasi kepada aparat berwajib.
"Saya berharap mereka yang mengetahui aksi-aksi ini dapat memberikan informasi kepada petugas, sebab apa pun yang dilakukan polisi dalam mengungkap kasus kejahatan jika tak didukung masyarakat akan berjalan lambat," tuturnya.
Sakalipun demikian, Sutanto menegaskan pihaknya akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk mengungkap dan menangkap semua pelaku tindakan kejahatan di wilayah Poso, hingga mereka menjalani proses hukum di pengadilan.
Pada kesempatan itu, Kapolri Sutanto juga mengatakan dalam mengamankan wilayah Poso ke depan, pihaknya akan merubah sistem penanganannya yaitu dengan cara menggunakan pola gabungan.
"Poso saat ini dalam keadaan Tertib Sipil dibawa kendali Bupati, dan aparat kepolisian dan TNI akan bergabung melakukan pengamanan sesuai kapasitasnya masing-masing," katanya.
Juga, lanjut dia, sistem pengamanan di wilayah pedesaan dan akan perkotaan akan dilakukan penataan kembali, selain terus meningkatkan patroli gabungan serta mengefektifkan sistem keamanan lingkungan (Siskamling).
Sebelum melakukan tatap muka dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama, Kapolri Sutanto disertai Kepala BIN Syamsir Siregar, sejumlah pejabat dari Menko Polhukam, Pangdam VI/Wirabuana, Kapolda Sulteng Kombes Pol Oegroseno, menggelar pertemuan dengan Muspida Kabupaten Poso untuk mendengarkan masukan sekaitan pemulihan keamanan di daerah bekas konflik bernuansa SARA ini.
Usai pertemuan tersebut, para pejabat tinggi ini langsung kembali ke Jakarta menggunakan pesawat khusus melalui Bandara Kasiguncu Poso.
Dalam pengusutan
Sementara itu, Kapolres Poso AKBP Drs M. Soleh Hidayat ketika dihubungi ANTARA secera terpisah dari Palu, mengatakan pihaknya sedang mengembangkan penyelidikan untuk mengungkap para pekaku penyerangan hingga mengakibatkan tiga siswi SMA Kristen Poso tewas dan beberapa lainnya cedera pada Sabtu kemarin (29/10).
"Masih dalam pengembangan penyidikan," tuturnya singkat, tanpa bersedia menjelaskan lebih jauh soal dugaan jumlah oknum pelakunya beserta ciri-ciri fisik yang khabarnya sudah mulai teridentifikasi tim penyidik polisi.
Tiga siswa SMA Kristen Poso yakni Teresia Morangki siswa kelas 3, Ida Sambuaga (kelas 1) dan Alfitha Poliwo (kelas 1) Sabtu pagi ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan.
Mayat ketiga warga Kelurahan Bukit Bambu Kota Poso itu ditemukan di Jalan Bumboyo, masih dalam wilayah dusun Bambu, sekitar pukul 07.30 Wita.
Ketiga gadis belia ini diduga kuat dihabisi pelakunya saat dalam perjalanan menuju sekolah yang berjarak sekitar sembilan kilometer dari rumah mereka.
Tubuh ketiga korban yang masih mengenakan seragam pramuka itu ditemukan di Jalan Bumboyo Kelurahan Bukit Bambu, sementara penggalan kepala mereka berada di lokasi lain.
Selain korban tewas, tiga siswa SMU Kristen yang juga warga Kelurahan Bukit Bambu menderita luka bacok serius, seorang di antaranya bernama Noviani. ant/pur

Posted: Tue Nov 01, 2005 5:56 am
by jihadfreak
Belum puas rame2 bunuh diri di Bali sekarang pengikut osama pada rame2 mancung anak kecil. Trend baru kah ini?? Memang haus darah orang2 pemuja unta ini! Bunuh2an aja kerjanya.

Eh, lu kalau nggak suka sama Zionis pergi sono gih rame2 jihad di Palestina. Jangan bangsa sendiri dibunuhin!!

Posted: Tue Nov 01, 2005 4:49 pm
by ali5196
somad wrote:Ya ya Bisa saja anda mengambil kesimpulan demikian, namun namun itukan sudah menghakimi lebih dulu sebelum ada kejelasan. Saya setuju bila kejelasan sudah ada, maka diekspose besar besar an, mungkin saja saya saat ini cuma bisa NATO
Somad my friend, kejelasan apa yang anda harapkan dari pemerintah Indonesia ? Wong pemerkosaan dan pembunuhan besar2an wanita Cina di Jakarta saja (1998) dipertanyakan pihak berwenang apakah memang benar2 terjadi. WOng polisinya aja tidak mampu melindungi rakyat non-muslim. Udah lihat foto banyuwangi itu belon ?

Click on : http://www.fica.org/hr/Banyuwangi.html
Perhatikan sang polisi yang berjabatan tangan dengan tenang dengan muslim pembawa tongkat yang diujungnya dihias dengan kepala yang dipenggal.

Memang saya tahu anda lagi sedih dan bertanya kok bisa bangsa dan teman2 seagama anda bisa se-biadab ini, sampai anda menutup mata akan fakta. Well my friend, selagi anda menunggu "kejelasan" dari pemerintah Indonesia yang begitu anda percaya itu, yang notabene semuanya muslim, bacalah Quran, resapi surah2nya dan rasakan kebencian Muhamad/Allah terhadap mereka yagn tidak memilih Islam.

resapi ... pelan2 ... dan anda akan mengerti.

Posted: Tue Nov 01, 2005 8:55 pm
by 9/11
Saya tidak bisa bayangkan kalau yang dipenggal kepalanya adalah 3 orang muslimah yang berjilbab!!!

Posted: Wed Nov 02, 2005 2:13 am
by somad
ali5196 wrote:Somad my friend, kejelasan apa yang anda harapkan dari pemerintah Indonesia ? Wong pemerkosaan dan pembunuhan besar2an wanita Cina di Jakarta saja (1998) dipertanyakan pihak berwenang apakah memang benar2 terjadi. WOng polisinya aja tidak mampu melindungi rakyat non-muslim. Udah lihat foto banyuwangi itu belon ?
Ya itu kan Era pemerintahan dulu yg tidak mampu mengexpose, Tetapi Saya justru mengandalkan Pemerintahan sekarang karena nyatanya bisa mengungkapkan Terorisme meskipun banyak yg kebakaran jenggot, jadi sebaiknya kita tidak ber assumsi dulu, maaf biasanya assumsi amat rawan diserang.

Wassallam

Posted: Wed Nov 02, 2005 1:25 pm
by somad
Rabu, 02 Nov 2005,
Tak Serius Tangani Poso

REF: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=196105

Depdagri Kirim Tim Asistensi

JAKARTA - Depdagri (Departemen Dalam Negeri) mengirim tim asistensi ke Pemda Sulawesi Tengah. Tim khusus ini bertugas mendampingi jajaran sekretariat daerah untuk mendekati tokoh agama dan masyarakat.

"Tim tersebut berasal dari Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Dirjen Kesbangpol). Sudah kami berangkatkan kemarin (Senin, Red)," jelas Sekretaris Jenderal Depdagri Progo Nurdjaman.

Diharapkan, tim itu melakukan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat agar tidak terpancing tragedi pembunuhan tiga siswi SMA Sabtu lalu. Sebelum berangkat, Mendagri M. Ma’ruf meminta tim tersebut menyosialisasikan kembali program sistem keamanan lingkungan (siskamling) di setiap kampung.

Progo mengatakan, sebenarnya pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut. Tapi, perlu ditingkatkan intensitasnya. "Sudah saatnya sekarang pejabat di daerah lebih merasa menjadi pemimpin daripada pejabat. Mereka harus memprioritaskan penanganan masalah di daerah daripada kebutuhan politis," tandas Sekjen.

Tim juga akan memberikan informasi kepada polisi mengenai penanganan kasus pembunuhan tersebut. "Dirjen Kesbangpol juga mempunyai fungsi semacam intelijen sipil. Jadi, kita harap akan banyak membantu kepolisian," katanya.

Sementara itu, mantan Gubernur Sulawesi Utara dan Tengah (Sulteng) Arnold Baramuli prihatin atas tragedi kemanusiaan di Poso, Sulteng. Pemimpin pertama Provinsi Sulteng (sebelum pisah dari Sulut) pada 1960-an itu menyayangkan kelambanan pemerintah SBY-JK dalam mengatasi kemelut di Bumi Sentuwo Meruso itu.

"Pemerintah pusat terkesan menganaktirikan masyarakat Poso, khususnya dalam penanganan keamanan. Banyak kasus yang berlangsung sepanjang tahun tidak pernah diselesaikan secara tuntas," ujarnya dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh Sulut di Manado kemarin.

Pemerintah sekarang, kata dia, tidak beda jauh dengan rezim sebelumnya. Mereka tidak pernah serius mengusut akar persoalan di Poso. Rakyat Poso yang cinta damai terus-menerus menderita akibat pertikaian. "Dampak yang paling parah, perekonomian Poso tertinggal dengan daerah tetangga. Malah, banyak yang trauma tinggal di Poso," ujar mantan pentolan Kaukus Iramasuka era 1990-an tersebut.

Ayah anggota DPD utusan Sulut Aryanthi Baramuli Putri itu mengingatkan, saat dia memimpin Poso, Indonesia sedang digoyang Permesta. Tapi, rakyat Poso dengan setia berada di belakang pemerintah NKRI. "Rakyat Poso sudah terbukti kesetiaannya pada NKRI. Namun, rakyat Poso merasa tidak ada kebebasan dan kenyamanan dari pemerintah," katanya.

Karena itu, mantan anggota DPR/MPR yang membongkar skandal Bank Bapindo tersebut mengusulkan kepada pemerintah agar mengurai benang kusut di Poso. Misalnya, membentuk dewan khusus untuk Poso dan daerah potensi konflik lainnya. "Semua tahu, aparat kepolisian tidak mampu menangani kasus Poso sendirian. Perlu sebuah dewan pertahanan keamanan untuk mencari akar persoalan di Poso," sarannya.

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR yang membidangi Pertahanan Keamanan Theo L. Sambuaga menyesalkan ketidakjelian aparat keamanan menuntaskan persoalan Poso. Pertikaian aparat dengan kelompok Mahdi hingga pembantaian tiga pelajar SMU Poso membuktikan pemerintah dan aparat keamanan tidak cakap. "Sebagai penanggung jawab keamanan, aparat sudah tahu bagaimana seharusnya mengawasi setiap gerakan di Poso. Tapi, kelihatan tidak ada koordinasi di antara sesama aparat," ujar Theo yang berasal dari daerah pemilihan Sulawesi Utara tersebut.

Untuk itu, pemerintah pusat harus segera memfokuskan perhatian terhadap kasus Poso. Sebab, hampir tiap momen hari besar keagamaan, selalu muncul gangguan. Sekarang pun muncul analisis ada pihak luar yang mulai memanfaatkan situasi Poso. "Semestinya, aparat keamanan sudah tahu, pola gerakan kelompok yang selama ini tidak ingin Poso damai," kata Theo. (ham) (cak)

Posted: Wed Nov 02, 2005 7:53 pm
by somad
LASKAR IBLIS BERDUSTA TENTANG POSO

http://www.geocities.com/waai67/joshua04122001a.htm


File lama diskusi Joshua untuk referensi


Salam Sejahtera!

Saudara-saudara sebangsa,

Untuk menghemat ruang, istilah "laskar biadab beriman" saya gantikan dengan istilah "laskar iblis"! Mereka "menistai bulan suci Ramadhan" tidak saja dengan "tindakan barbar dan biadab", tetapi dengan "penyebaran dusta dan hasutan beracun"! Oleh sebab itu, walaupun seribu kali mengaku sebagai "laskar Islam", mereka malah membuktikan diri sebagai "laskar iblis", dan inilah pernyataan sifat-sifat iblis mereka di POSO, yang bersarung ungkapan "Islam" dan "Allah"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Tabalu Menanti Perang

Poso, Laskarjihad.or.id (23/11/2001) Menurut sumber laskarjihad.or.id, kondisi kampung Kristen Betalemba yang berbatasan dengan Tabalu tidak lagi seramai dahulu. Padahal, Betalemba terkenal sebagai desa kongkoli yang sensitif dan mudah bergejolak, apalagi jika ada dari kalangan mereka yang merasa diganggu. Sepinya kampung Betalemba, disebabkan oleh adanya informasi di kalangan mereka bahwa posisi umat Islam di Tabalu sangat kuat. Berita yang datangnya dari salah seorang dukun Kristen tersebut, sangat dipegangi oleh warga kristen Betalemba. Padahal sebelumnya muslimin telah medengar kabar akan adanya serangan Kristen Betalemba ke Tabalu.

JOSHUA:
Yang ingin saya kemukakan melalui bagian ini adalah bahwa "Betalemba sudah tidak sekuat dulu" (sudah lemah), sementara warganya percaya bahwa Tabalu (Muslim sudah sangat kuat).

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Menyikapi kabar tersebut, umat Islam Tabalu tetap dalam keadaan siaga. Sebab, menurut mereka, bisa jadi kabar itu hanya merupakan taktik dari orang-orang Kristen untuk mengesankan bahwa kondisi sudah tenang dan mereka tidak akan menyerang lagi. Selain itu, beredar pula isu bahwa Pasukan Merah tetap akan melakukan penyerangan terhadap muslimin dalam bulan Ramadhan ini.

JOSHUA:
Walaupun sudah "lemah", desa Kristen Betalemba diisukan akan menyerang desa Muslim Tabalu, di dalam bulan Ramadhan! Jika anda sudah terbiasa dengan "dusta laskar iblis", anda akan melihat bahwa "inilah dusta menjelang penyerangan", yang selalu berbau kecurigaan atas sesuatu yang mereka kemukakan sebelumnya, sebagai yang "tidak mungkin"! Ciri kedua adalah bahwa "dusta" itu akan selalu berhubungan dengan Mesjid/Islam, seperti "lagi sholat dan dalam bulan Ramadhan"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Betalemba-Patiwunga Berhasil Dijebol Kaum Muslimin

Ambon, Laskarjihad.or.id (28/11/2001) Dengan pertolongan Allah, dua desa kristen jatuh sekaligus ke tangan umat Islam. Awal peristiwa bermula sejak pukul 06.00 WITA ketika ada konsentrasi massa kristen di Betalemba. Pagi hari itu mereka sudah mulai menembakkan senjata ke arah kaum Muslimin di Desa Tabalu.

JOSHUA:
Tidak ada hujan, tidak ada panas, desa Betalemba yang sudah suam itu, tiba-tiba bergolak kembali, dan "menembakkan senjata mereka ke arah desa Muslim Tabalu" yang mereka anggap sudah "sangat kuat"! Dikatakan pula bahwa warga Kristen Betalemba menembak ketika "Muslim Tabalu lagi sholat subuh" (tidak saya copy ke sini)!

Untuk mengesahkan atau menghalalkan kebiadaban terencana itu, meeka tidak segan-segan menampilkan Allah sebagai "Penguasa yang melanggar ketetapanNya sendiri tentang kesucian bulan Ramadhan"! Sepertinya, Ramadhan itu, "suci" terhadap tindakan non-Muslim", "berkah" bagi Muslim walaupun diperoleh melalui tindakan biadab", dan "ampunan" bagi Muslim yang melakukan kejahatan di dalamnya!?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kaum muslimin memperkirakan mereka hendak menyerang Tabalu. Mengetahui hal tersebut kaum muslimin segera mengadakan persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan yang terburuk. Akhirnya diputuskan pada sekitar pukul 11.00 siang untuk MELAKUKAN PENYISIRAN (JL) dalam rangka mengantisipasi penyerangan kongkoli. Saat melakukan penyisiran kristen menghujani kaum Muslimin dengan tembakan bertubi tubi.

JOSHUA:
Pertama, anda catat bahwa "laskar iblis" baru bergerak pada jam 11.00 wita, dan setelah ditembak, barulah mereka menyerang! Artinya, saya boleh perkirakan bahwa penyerangan "laskar iblis" baru dimulai sekitar tengah hari, jam 12.00 wita! Kedua, saya sengaja membesarkan istilah MELAKUKAN PENYISIRAN, karena "tindakan ini selalu muncul di awal setiap penyerangan", seakan-akan mereka memang tidak hendak menyerang, tetapi harus melakukannya karena mereka diserang secara bertubi-tubi, seperti di bawah ini!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Aparat keamanan yang berjaga di pos Betalemba mulai ikut menembaki kaum muslimin sehingga kaum muslimin menjadi marah dan akhirnya mengambil inisiatif untuk melakukan penyerangan. Kejengkelan kaum muslimin dikarenakan jika kristen yang menembak aparat terkesan membiarkan, sedangkan kalau kaum muslimin yang menembak, aparat langsung buang tembakan ke arah kaum muslimin.

JOSHUA:
Sekarang perhatikan berita Sinar Harapan tentang situasi di seputar penyerangan ke desa Kristen Betalemba dan sekitarnya!

SINAR HARAPAN; RABU, 28 NOVEMBER 2001
Kontak Senjata di Poso, Lima Tewas

Poso, Sinar Harapan-Situasi Poso terus membara. Setelah, terjadi pemboman dan pembakaran Gereja Bethany, di Kota Poso, Senin (26/11) dini hari, pada Selasa (27/11) pagi hingga malam, terjadi aksi penyerangan terhadap sejumlah desa di daerah pesisir Poso (Betalemba, Tangkura dan Patiwunga, JL), selama satu hari penuh oleh kelompok putih. Akibatnya terjadi kontak senjata antara dua kubu yang baru mereda Rabu (28/11) tadi pagi.

JOSHUA:
Ternyata, serangan "laskar iblis" ke Betalemba telah dimulai sejak PAGI, Selasa, 27/11/2001, dan bukan baru mulai MENYISIR pada jam 11.00 wita. Artinya, "tidak ada tembakan dari Betalemba di pagi subuh, ke arah Tabalu, ketika Muslim lagi sholat subuh"! Kronologi idiot ini dikarang "laskar iblis" untuk "menghalalkan ke biadaban mereka", dan "melimpahkannya kepada orang lain"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pertempuran pun berkobar. Perbatasan Betalemba berhasil dijebol, dan kaum muslimin terus merengsek maju. Terjadi tembak menembak yang berlangsung hingga pukul 14.00 WITA. Dari pihak kaum muslimin gugur sebagai syuhada (insya Allah) Muhammad Sanusi (33), tertembak di bagian kepala. Korb

JOSHUA:
Penyisiran dimulai jam 11.00 wita, dan "penyerangan dimulai sekitar jam 12.00 wita"! "laskar iblis" kemudian ingin sesumbar dan mengatakan bahwa "tembak-menembak berakhir pada jam 14.00. wita"! Artinya, Betalemba ditaklukkan di dalam 2 jam saja! Coba pikirkan, apakah desa yang "sudah loyo", lalu tiba-tiba bangkit dan dengan berani berkonsentrasi serta memancing kerusuhan, dengan menembaki Muslim Tabalu yang lagi sholat subuh, tetapi kemudian punah dalam 2 jam saja, walaupun dibantu oleh aparat keamanan??? Ini yang namanya "lidah menjerat leher"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Poso Terus Berkobar Muslimin Rebut Tiga Desa Kristen

Poso, Laskarjihad.or.id (01/12/2001) Pertempuran (di desa Tangkura, Sanginora, dan Dewua, JL) diawali ketika sejumlah kaum muslimin bermaksud MELAKUKAN PENYISIRAN (JL) ke daerah sekitar SD Patiwunga sebagai antisipasi masuknya Pasukan Merah ke Betalemba. Sebelum kaum muslimin sampai di lokasi yang dituju, terlihat Pasukan Merah juga sedang bergerak menuju ke lokasi yang sama. Bertemulah dua pasukan Muslim dan Kristen dan terjadilah perang.

JOSHUA:
Lagi-lagi, tindakan PENYISIRAN digunakan sebagai "sarung kebiadaban"! "laskar iblis" MENYISIR ke Patiwunga, untuk mencegah warga Kristen masuk ke Betalemba? Jika Betalemba benar-benar sudah rata dengan tanah, dan ribuan warganya sudah mengungsi, "untuk apa pasukan merah jarus menyusup lagi ke Betalemba? Lalu, atas tuntunan Allah, kedua pasukan yang bermusuhan itu bertemu di Tatiwunga sehingga pertempuran berkecamuk lagi! Mengapa "iblis yang begitu lihai di dalam hal membiadab, tetapi sungguh idiot di dalam hal berdusta"? Mereka melukiskan situasi penyerangan amoral itu, dengan menggunakan istilah "terlihat Pasukan Merah juga sedang bergerak", seperti dua kelompok pela jar SMU yang lagi saling mendekati untuk tawuran"!?

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Pertempuran kali ini hanya berjalan sesaat karena pasukan kongkoli tidak mampu menandingi kekuatan dan keberanian pasukan muslim. Tidak berapa lama mereka kabur melarikan diri.

JOSHUA:
Anda bisa memaklumi bahwa desa Kristen Patiwunga memiliki pasukan sendiri, selain Aparat Keamanan! Mereka kemudian dibantu oleh "pasukan yang akan ke Betalemba", seperti laporan si "laskar iblis" di atas. Tetapi, pasukan gabungan Patiwunga ini, hanya bisa "bertahan beberapa saat" saja! Setelah pasukan Kristen tersebut "melarikan diri", "idiotik laskar iblis" ini muncul lagi!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sebagian kaum muslimin memutuskan untuk mundur ke Tabalu guna melakukan konsolidasi. Namun sebagian lagi berusaha maju untuk terus mendesak pasukan kongkoli. Untuk menambah kekuatan pasukan muslim, didatangkan bantuan dari beberapa wilayah seperti Poso Kota dan Poso Pesisir.

JOSHUA:
"Mundur untuk melakukan konsolidasi", adalah tindakan yang dilakukan oleh "pasukan yang kalah", atau yang "tidak bisa menem bus pertahanan lawan di depan mereka"! "laskar idiot" ini "mundur dan berkonsolidasi", ketika pasukan musuh sudah melarikan diri"!? Lebih dungu lagi, mereka mundur dan berkonsolidasi, sementara sebagian dari pasukan mereka malah sanggup untuk terus maju mendesak pasukan lawan!? Jika anda jeli, anda akan bisa membaca "tujuan dusta" seperti ini, yaitu bahwa "laskar iblis sedang berusaha menyembunyikan usaha "mobilisasi pasukan" dengan tujuan TENTENA!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Kristen Bikin Ulah,Orang Hindu Betalemba Berduyun-duyun Mengungsi SELAMA INI ORANG-ORANG HINDU DI POSO DIKENAL SEBAGAI PIHAK YANG RELATIF "NETRAL" (JL) dalam perang agama antara Islam-kristen. Kalau mereka tiba-tiba ketakutan dan kemudian berduyun-duyun mengungsi (pengungsi Hindu itu kebanyakan berasal dari Desa Betalemba, JL) maka muncul pertanyaan dalam benak kita: makar apa yang sedang dipersiapkan para kafirin kristen tersebut? Apakah mereka berulah lebih jauh dengan membikin masalah dengan orang Hindu seraya mengusir mereka? Ataukah mereka sedang "menyelamatkan" sekutunya (ORANG HINDU LEBIH DEKAT DENGAN KRISTEN DIBANDING DENGAN UMAT ISLAM) (JL) dalam rangka persiapan mencari gara-gara dengan kaum muslimin? Kita masih menunngu seraya berjaga-jaga makar apa yang sedang siapkan. Allahu Musta’an. (Ma/B)

JOSHUA:
Anda perhatikan, bagaimana "lihainya iblis menjungkir-balikkan kebenaran"! Akhlak dan otak "kotor" mereka sudah tidak bisa mengarang "fitnah yang lebih masuk akal"! Tangan mereka mencakar-cakar di dalam timbunan sampah untuk mendapatkan bahan yang bisa mereka lemparkan ke wajah orang lain, padahal wajah mereka sendiri sudah terlihat seperti sampah! Silahkan anda bandingkan dua unkapan yang saya ‘hurufbesarkan’ di atas, lalu katakan jika saya sudah salah menilai!

JOSHUA:
Setelah mengeluarkan pernyataan "dusta idiot" di atas, sebulan kemudian "warga Hindu yang lebih dekat dengan warga Kristen, ternyata adalah "korban pemerasan warga Kristen"! Baca yang di bawah ini!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sebagian orang Hindu di Betalemba dikabarkan sudah mengungsi sejak sebulan yang lalu. Mereka mengungsi disebabkan sering diperas oleh orang kristen hingga merasa tidak kerasan tinggal di Betalemba. Jumlah penganut Hindu di Betalemba diperkirakan berjumlah 120 KK.

JOSHUA:
Tentu saja, setelah "warga Hindu yang dekat dengan warga Kristen ini, diperas oleh warga Kristen sendiri", berarti "laskar iblis" akan "mempromosikan diri sebagai sekumpulan malaikat", terutama bagi warga Hindu di Betalemba! Inilah "promosinya"!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Nasib Orang Hindu

Pada hari Kamis (29/11) sekitar pukul 06.30 WIT Ustadz Umar Jawas dari Laskar Jihad melakukan pertemuan dengan orang-orang Hindu di Lorong Purnama. Pertemuan dihadiri sekitar 80 warga Hindu pria. Dalam pertemuan itu warga Hndu meminta agar mereka dilindungi dan dibiarkan membeli kebutuhan hidup mereka di Poso. Ustadz Umar menjelaskan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Umat Islam akan menjamin keselamatan orang-orang kafir yang terikat perjanjian dan tidak memerangi umat Islam. Ustadz Umar mengingatkan agar orang-orang Hindu tidak membantu orang kristen memerangi umat Islam. Dalam kondisi demikian, maka umat Islam akan melindungi mereka. Kegiatan serupa juga dilakukan di desa Gantinadi, Tangkura.

JOSHUA:
Bukan main! Saya tidak yakin apakah "para pelindung orang kafir ini" tidak akan mengantrikan warga Hindu di depan lobang raksasa, lalu memancung kepala mereka, satu demi satu"! Apalagi "dakwah si Al Ustadz Iblis" menghendaki "perang tanpa ampun dan penyembelihan tak kenal belas kasihan terhadap orang kafir yang adalah musuh Allah"! Dan inilah "bukti perlindungan si iblis"!

FROM: "ESKOL" [email protected]
DATE: FRI, 30 NOV 2001 12:09:51 +0700
Subject: [Eskol-Net]-Spot News: Laporan CC GKST Mengenai Situasi Poso Jihad Muncul, Aparat Hilang

INFO SEMENTARA DATA KORBAN PADA PENYERANGAN 27-29 NOVEMBER 2001 DESA: BETALEMBA Identifikasi: -Kede (30), meninggal; -76 Rumah dibakar; -1 Gereja, dibakar; -1 Kantor Desa dibakar; -1 Sekolah Dasar, dibakar; -1 PURA (RUMAH IBADAH HINDU) DIBAKAR (dihurupbesarkan JL)

JOSHUA:
Warga Hindu "boleh membeli keperluan jasmani, tetapi kebutuhan rohani mereka dibakar habis"! Bukankah perlindungan seperti ini adalah "perlindungan iblis"? Saya mempertanyakan hal ini di dalam andaian bahwa "perlindungan itu memang ada", sebab saya percaya bahwa "pernyataan Ustadz Iblis Kecil, Umar Jawas dari Laskar Jihad", adalah sampah yang menghiasi Ramadhan! Lain tidak!

DEWAN PIMPINAN PUSAT FORUM KOMUNIKASI AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Sanginora dan Dewua

Siang harinya pada hari yang sama kaum muslimin melakukan pengejaran terhadap Kelompok Merah yang BERUSAHA MELAKUKAN PENYUSUPAN (JL). Pengejaran terus dilakukan hingga mencapai desa Sanginora dan berhasil menghancurkannya. Berkat pertolongan Allah, desa Dewua yang merupakan tetangga Sanginora juga berhasil dihancurkan kaum muslimin. Dalam pertempuran itu dilaporkan 4 kongkoli tewas sementara dari pihak muslim tidak ada korban jiwa. Pertempuran berakhir sekitar pukul 16.00 WIT. Para kongkoli terbirit-birit lari ke arah Napu dan Sekitarnya. Allahu Akbar. (ma/aff)

JOSHUA:
Atas "berkat dan pertolongan Allah" pula, "dusta murahan penghalal kebiadaban", dengan menggunakan istilah PENYUSUPAN dan PENYISIRAN, sudah dapat dimaklumi dan diterima oleh akalbudi umat Allah, yang LUAR BIASA IDIOTnya! Sangat menyedihkan dan memalukan, jika kejahatan diaminkan dengan "Allahu Akbar"! Anda lihat juga yang berikut ini!

FROM: "ESKOL" [email protected]
DATE: FRI, 30 NOV 2001 12:09:51 +0700
Subject: [Eskol-Net]-Spot News: Laporan CC GKST Mengenai Situasi Poso Jihad Muncul, Aparat Hilang

Kamis, 29 November 2001, Pada sore hari ini (29/11) dikabarkan Desa Sangginora juga sudah berhasil dibumihanguskan Laskar jihad. Serangan kali ini didukung alat berat jenis loader untuk penggusuran, truk jenis fuso untuk mengangkut barang jarahan, dan tangki pertamina tentu untuk membakar.

JOSHUA:
Anda mungkin berpikir bahwa saya hanya sekedar menuduh atau menghina, dengan menggunakan istilah "laskar jarah", atau "Al Ustadz Jarah", ketika bicara tentang kejahadan "laskar iblis" di Maluku! Sekarang anda saksikan sendiri, bahwa "mereka adalah perusuh dan PENJARAH SUCI di dalam RAMADHAN"! Anda boleh tetap menganggap mereka sebagai "pejuang Muslim di jalan Allah", dengan menanggung sendiri semua konsekwensi anggapan anda! Bagi saya, mereka adalah "kotoran di dalam Islam yang harus dienyahkan", jika wajah sebenarnya dari Islam dirasa penting untuk diperlihatkan kepada dunia, akhir-akhir ini! Tetapi anda akan harus berjuang keras untuk itu, karena PEMERINTAH dan NEGARA ini adalah PELINDUNG sekaligus PENUNGGANG "laskar iblis" ini!!

Salam Sejahtera!

Posted: Thu Nov 03, 2005 4:08 pm
by ali5196
MANA NETTER2 MUSLIM YANG JAGO SILAT LIDAH. KOK NGGAK KEDENGARAN SIH ? KASIH KOMENTAR DONG ! SALAHIN YAHUDI, ZIONIS, AS, INGGRIS, CIA ... AYO MANA ELU2 YANG SOK JAGO ITU ?

MALU YAH ?? PANTAS ELU2 TIBA2 DIAM SERIBU BAHASA !? LUPA BAHASA INDONESIA YAH ????


BABI KEPARAT ELU SEMUA !

Posted: Thu Nov 03, 2005 6:53 pm
by asiaafrika
9/11 wrote:Saya tidak bisa bayangkan kalau yang dipenggal kepalanya adalah 3 orang muslimah yang berjilbab!!!

kalau yang dipenggal adalah tiga org muslimah berjilbab, bayangkanlah ini:
1. semua anggota FPI dan ribuan muslim lainnya ramai-ramai masuk poso sambil membawa pedang, palu, arit, dll. Habislah semua kristen di Poso.
2. Bukan hanya nonmuslim di Poso yang dihabisi, tapi juga di tempat2 lain (terutama di jawa).
3. gereja2 akan diledakkan dan dibakari.

ingat kejadian di bogor beberapa hari yang lalu? muslim2 itu lagi puasa, mau sahuran, eh malah masih sempat-sempatnya membunuh dan mencincang pencuri yang kepergok.

coba lihat gambar kasus banyuwangi (diposting ali di atas)... uhhhhh, saya hampir ga bisa percaya bahwa itu adalah manusia indonesia yang katanya ramah tamah.

Tetapi mereka semua percaya itu dilakukan untuk alloh.

lihatlah pengikut2 muhamad yang biadab-biadab dan haus darah ini.
mereka butuh darah... darah... darah.... dan darah.


PS. kalau ada muslim di sini yang haus darah, silakah menghisap softex bekas saja, ya!!

Posted: Fri Nov 04, 2005 12:03 am
by MuridMurtad
Gw lengkapin photonya :

http://story.news.ask.com/image/2005102 ... =D8DI0MS80

http://bareknucklepolitics.com/forum/vi ... ?p=115#115

beginilah kalo yang 6 % nggak juga ditertibin.
Ingat waktu bomb Bali, ketua MPR cuma bilang ini persaingan usaha.....
ketuan belangnya deh.

Posted: Fri Nov 04, 2005 7:46 pm
by ali5196
Lihat di foto ada perempuan berjilbab, ikut2 selidiki tubuh anak2 itu.
Belagak nggak tahu yah bu, bahwa itu suruhan nabimu.

http://www.challenging-islam.org/frontpage.htm

TERKUTUKLAH KAU ! BABI BERJILBAB ! PANTAS OTAK ELU KOSONG ! JILBAB BIKIN PENGETAHUAN SUSAH MERESAP KE BAGIAN OTAK (KALAU EMANG PUNYA ! )


MODERATOR MAU HAPUS kata2 GUA, GUA JUGA NGGAK PEDULI !

MANA KOMENTAR AJING ISLAM ???????

Posted: Sat Nov 05, 2005 2:19 am
by anti islam
MANA TUCH KOAR-KOAR MODEL ISLAM????????????

Posted: Sat Nov 05, 2005 11:19 am
by kamen Rider
Jadi mau kalian apa wahai domba-domba bauk?! Kalian mau kami ikut kalian untuk bersorak-sorak,bertepuk tangan dan menertawakan ratusan juta umat Islam yang nggak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan ini???

Posted: Sun Nov 06, 2005 3:19 am
by gilito
kamen Rider wrote:Jadi mau kalian apa wahai domba-domba bauk?! Kalian mau kami ikut kalian untuk bersorak-sorak,bertepuk tangan dan menertawakan ratusan juta umat Islam yang nggak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan ini???
Lho...lho....lho....gimana sech, kok malah ngeles.
Katanya umat islam tuch satu/bersaudara. Kalau satu disakiti, yang lain juga disakiti. Ya jangan cuman kalo disakiti doang dong. Kalau satu menyakiti berarti yang laen juga menyakiti dong.....Kok malah skrg ngeper pake bilang nggak ada sangkut pautnya. Nggak solider ach......