Pidato Wapres Soal Pengeras Masjid Dikritik
Posted: Fri Apr 27, 2012 6:39 pm
Pidato Wapres Soal Pengeras Masjid Dikritik
Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPMRI), Ali Mochtar Ngabalin, memprotes pidato sambutan Wakil Presiden Boediono dalam acara pembukaan Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia di asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat 27 April 2012.
Dalam pidatonya, Boediono meminta Dewan Masjid agar membuat aturan mengenai penggunaan pengeras suara di masjid-masjid.
"Pak Boediono, kalau orang ada agama dan ada iman, masjid dengan pengeras suara yang lebih keras sekalipun, dia akan senang," ujar Ali di Asrama Haji Pondok Gede.
Ali menilai mantan Gubernur Bank Indonesia itu telah mendapat masukan yang keliru dalam membuat pidato sambutan. Menurut dia, persoalan penggunaan pengeras suara masjid tidak pantas dipermasalahkan.
Mantan anggota Dewan ini pun akan membuat pernyataan tertulis untuk menanggapi apa yang disampaikan Boediono terkait aturan penggunaan pengeras suara masjid tersebut. "Sebagai Ketua Umum Pemuda Masjid, saya keberatan. Saya akan sampaikan artikel untuk memprotes itu," kata Ali Mochtar.
Menurutnya, penggunaan pengeras suara masjid adalah urusan pengurus masjid dengan masyarakat di sekitarnya. Jika dirasa mengganggu, warga bisa menyampaikan langsung kepada pengurus masjid agar sedikit mengurangi volumenya. Tidaklah perlu pemerintah turut campur dalam masalah ini.
"Pemerintah tidak bisa urus itu. Apa urusannya Departemen Agama, misalnya, sampai mengurus masalah itu?" kata Ali.
Dalam pidatonya, Boediono menyatakan masjid--sebagai tempat syiar Islam--harus memberi contoh yang baik dan memberi citra positif. Dia mengatakan, seperti halnya semua muslim, dia sangat memahami betapa azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban salat.
"Namun, saya rasa--barangkali juga dirasakan oleh orang lain--suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh, lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga," kata Boediono.
Wapres menambahkan umat Islam juga dianjurkan untuk beribadah dan berdoa dengan kerendahan hati. "Alquran pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya," kata Boediono.
===========
Wapres Minta Pengeras Suara di Masjid Diatur
"Suara azan yang sayup-sayup lebih merasuk sanubari dibanding suara yang keras menyentak."
Wakil Presiden RI Boediono meminta Dewan Masjid Indonesia untuk membuat aturan mengenai penggunaan pengeras suara di masjid-masjid.
“Dewan Masjid Indonesia dapat mulai membahas tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid-masjid,” ujar Boediono dalam sambutan pembukaan Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat 27 April 2012.
Boediono menyatakan, masjid sebagai tempat untuk mensyiarkan Islam harus memberi contoh-contoh baik dan memberi citra positif bagi dunia Islam maupun umat Islam Indonesia. Terlebih, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Kenapa Boediono menyoroti soal pengeras suara di masjid? Ia menjelaskan, ia – seperti semua muslim, sangat memahami azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholat.
“Namun saya rasa – barangkali juga dirasakan oleh orang lain, suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga,” papar Boediono.
Wapres menambahkan, umat Islam juga dianjurkan beribadah dan berdoa dengan kerendahan hati. “Al-Qur’an pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya,” kata Boediono.
Cegah Radikalisme
Wapres berpesan agar masjid dijaga agar jangan sampai jatuh ke tangan mereka yang menyebarkan gagasan tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme, sektarian, permusuhan terhadap agama serta kepercayaan orang lain, dan anjuran provokatif yang bisa berujung pada kekerasan dan terorisme.
“Islam adalah agama yang sangat toleran. Islam mengajarkan kepada kita bahwa jalan terbaik adalah jalan tengah,” kata Boediono. Oleh karena itu ia berharap Dewan Masjid Indonesia senantiasa memberdayakan masjid untuk mengedukasi umat islam melalui dakwah dalam rangka meningkatkan karakter dan moral umat muslim.
Ia juga mendorong Dewan Masjid Indonesia untuk memanfaatkan masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah, namun juga sebagai sarana menumbuhkembangkan minat, bakat, dan keterampilan generasi muda melalui pelatihan kepemimpinan, manajemen. dan keterampilan.
“Diperkirakan jumlah masjid dan mushola di seluruh Indonesia saat ini hampir mencapai 1 juta masjid. Tak pelak lagi masjid mempunyai peran dalam membangun karakter bangsa,” kata Boediono.
Ia mengingatkan, masjid merupakan institusi sentral dalam peradaban Islam dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah umat Islam. “Dari masjid lah, tumbuh dan berkembang khazanah pemikiran dan keilmuan, serta strategi pemberdayaan dan penguatan kapasitas umat Islam,” ujarnya.
Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPMRI), Ali Mochtar Ngabalin, memprotes pidato sambutan Wakil Presiden Boediono dalam acara pembukaan Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia di asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat 27 April 2012.
Dalam pidatonya, Boediono meminta Dewan Masjid agar membuat aturan mengenai penggunaan pengeras suara di masjid-masjid.
"Pak Boediono, kalau orang ada agama dan ada iman, masjid dengan pengeras suara yang lebih keras sekalipun, dia akan senang," ujar Ali di Asrama Haji Pondok Gede.
Ali menilai mantan Gubernur Bank Indonesia itu telah mendapat masukan yang keliru dalam membuat pidato sambutan. Menurut dia, persoalan penggunaan pengeras suara masjid tidak pantas dipermasalahkan.
Mantan anggota Dewan ini pun akan membuat pernyataan tertulis untuk menanggapi apa yang disampaikan Boediono terkait aturan penggunaan pengeras suara masjid tersebut. "Sebagai Ketua Umum Pemuda Masjid, saya keberatan. Saya akan sampaikan artikel untuk memprotes itu," kata Ali Mochtar.
Menurutnya, penggunaan pengeras suara masjid adalah urusan pengurus masjid dengan masyarakat di sekitarnya. Jika dirasa mengganggu, warga bisa menyampaikan langsung kepada pengurus masjid agar sedikit mengurangi volumenya. Tidaklah perlu pemerintah turut campur dalam masalah ini.
"Pemerintah tidak bisa urus itu. Apa urusannya Departemen Agama, misalnya, sampai mengurus masalah itu?" kata Ali.
Dalam pidatonya, Boediono menyatakan masjid--sebagai tempat syiar Islam--harus memberi contoh yang baik dan memberi citra positif. Dia mengatakan, seperti halnya semua muslim, dia sangat memahami betapa azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban salat.
"Namun, saya rasa--barangkali juga dirasakan oleh orang lain--suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh, lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga," kata Boediono.
Wapres menambahkan umat Islam juga dianjurkan untuk beribadah dan berdoa dengan kerendahan hati. "Alquran pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya," kata Boediono.
===========
Wapres Minta Pengeras Suara di Masjid Diatur
"Suara azan yang sayup-sayup lebih merasuk sanubari dibanding suara yang keras menyentak."
Wakil Presiden RI Boediono meminta Dewan Masjid Indonesia untuk membuat aturan mengenai penggunaan pengeras suara di masjid-masjid.
“Dewan Masjid Indonesia dapat mulai membahas tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid-masjid,” ujar Boediono dalam sambutan pembukaan Muktamar ke-6 Dewan Masjid Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Jumat 27 April 2012.
Boediono menyatakan, masjid sebagai tempat untuk mensyiarkan Islam harus memberi contoh-contoh baik dan memberi citra positif bagi dunia Islam maupun umat Islam Indonesia. Terlebih, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Kenapa Boediono menyoroti soal pengeras suara di masjid? Ia menjelaskan, ia – seperti semua muslim, sangat memahami azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholat.
“Namun saya rasa – barangkali juga dirasakan oleh orang lain, suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh lebih merasuk ke sanubari dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga,” papar Boediono.
Wapres menambahkan, umat Islam juga dianjurkan beribadah dan berdoa dengan kerendahan hati. “Al-Qur’an pun mengajarkan kepada kita untuk merendahkan suara kita sambil merendahkan hati ketika berdoa memohon bimbingan dan petunjuk-Nya,” kata Boediono.
Cegah Radikalisme
Wapres berpesan agar masjid dijaga agar jangan sampai jatuh ke tangan mereka yang menyebarkan gagasan tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme, sektarian, permusuhan terhadap agama serta kepercayaan orang lain, dan anjuran provokatif yang bisa berujung pada kekerasan dan terorisme.
“Islam adalah agama yang sangat toleran. Islam mengajarkan kepada kita bahwa jalan terbaik adalah jalan tengah,” kata Boediono. Oleh karena itu ia berharap Dewan Masjid Indonesia senantiasa memberdayakan masjid untuk mengedukasi umat islam melalui dakwah dalam rangka meningkatkan karakter dan moral umat muslim.
Ia juga mendorong Dewan Masjid Indonesia untuk memanfaatkan masjid tidak hanya sebagai sarana ibadah, namun juga sebagai sarana menumbuhkembangkan minat, bakat, dan keterampilan generasi muda melalui pelatihan kepemimpinan, manajemen. dan keterampilan.
“Diperkirakan jumlah masjid dan mushola di seluruh Indonesia saat ini hampir mencapai 1 juta masjid. Tak pelak lagi masjid mempunyai peran dalam membangun karakter bangsa,” kata Boediono.
Ia mengingatkan, masjid merupakan institusi sentral dalam peradaban Islam dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah umat Islam. “Dari masjid lah, tumbuh dan berkembang khazanah pemikiran dan keilmuan, serta strategi pemberdayaan dan penguatan kapasitas umat Islam,” ujarnya.