diambil dari milis sebelah, sangat mengejutkan
Re: [Lingk] Re: Warga Samin Dipaksa Masuk Agama (Islam)
Dear All, mohon maaf atas kelancangan saya. Klo bisa hal yang seputar
SARA tidak dibahas di Milist ini.
Cheers
FS
From: Norman <norman@...>
To:
[email protected]
Cc: Teguh Hartono <teguh.hartono@...>
Sent: Thursday, December 29, 2011 2:59 PM
Subject: Re: [Lingk] Re: Warga Samin Dipaksa Masuk Agama (Islam)
Dear All,
Muncul rasa risih, malu, kesal dan marah atas realitas kehidupan bangsa
ini? Mudah-mudahan ini bukan praktek umum kendati ini hal yang
lumrah terjadi. Dominasi mayoritas dan keterpinggiran minoritas adalah
paradoks. Pengenalan istilah SARA adalah membungkam semangat dan
keinginan menyelesaikan akar masalah sampai tuntas, benar dan
bertanggung jawab.
Tahun 1960an akhir sampai 1970an awal, cerita penghancuran dan
pengrusakan rumah betang atau rumah panjang simbol adat dan identitas
suku Dayak oleh oknum ABRI/TNI benar terjadi. Alasannya rumah
panjang dijadikan tempat sembunya komunis dan para pendukungnya.
Lucunya kejadian itu, hampir persis bersamaan dengan agenda
pembersihan dan penumpasan anasir komunis yang kemudian disertai
pemaksaan oleh oknum tentara agar orang kampung masuk Islam (adalah
praktek islamisasi); kemudian pengrusakan, penghinaan dan penistaan
benda dan simbol adat oleh oknum pendeta dan penginjil (adalah praktek
kristenisasi) menggerus, mematikan dan meniadakan tradisi masyarakat
adat.
Tanpa mengabaikan dan coba menguburkan masalah masa lalu, bahwa
semua agama berkontribusi pada penghancuran budaya dan agama asli
masyarakat Indonesia. Masa pra agama tiba, bahkan sebelum Hindu dan
Budha, peradaban manusia dalam masyarakat nusantara dengan adat
istiadat dan budaya mereka. Jangan sampai AMNESIA sejarah
menguburkan nurani dan peradaban sejati saling penghargaan.
INDONESIA hari ini harus dilihat sebagai bangunan mosaik sejarah suku
bangsa dari seluruh nusantara. Sejarah ini konstruksi yang dibangun dan
direkayasa oleh pemenang dan penguasa. Sebagian masih terus
memperjuangkan hak atas ketidak-adilan warisan sejarah masa lalu.
Sangat disayangkan manifestasi dominasi wujud dalam bentuk
pengadilan jalanan - beringas dan ganas.
Dulu kristenisasi dan islamisasi, kalau tidak salah, sampai sekarang masih
terus terjadi di pedalaman Kalimantan melalui berbagai modus akulturasi,
inkulturasi dan asimlisasi. Entah bagaimana mau diselesaikan kasus
seperti ini. Yang jelas persoalan ini adalah persoalan dan masalah
struktural dengan hanya mengakui 5 agama resmi + kepercayaan.
Rasanya jauh dari realitas dengan nusantara yang kaya budaya dan sistem
kepercayaan. Pemerintah tidak hanya lemah tapi semakin gagal
melindungi hak konstitusi rakyat paling mendasar kebebasan beragama
dan menganut kepercayaan. Larangan terhadap AHMADIYAH,
PENGRUSAKAN dan PELARANGAN sembahyang oleh kelompok oknum
islam radikal tak diatasi dan diselesaikan sampai tuntas.
Oknum dan aparat adalah penjelmaan dari wajah dan realitas agama yang
menjadi identitas. Tidak fair menegasikan peran identitas dalam konteks
struktural dan sosial. Mengapa oknum dan aparat dibiarkan melakukan
hal tersebut? Mungkin tafsiran dan doktrin yang paling benar. Paham
keagamaan keliru mungkin mendorong budaya radikalisme dan
fundamentalisme. Tidak mungkin unsur dan dorongan salah tafsiran dan
praktek pembenaran negatif harus merajalela didepan mata dan
dibiarkan terus-menerus mengingat hal itu hanya ulah oknum dan aparat.
Agama besar harusnya menjadikan Negara Nusantara Indonesia menjadi
tempat yang damai plural, saling menghargai dan melindungi satu sama
lain.
Salam
Norman Jiwan
On 12/28/2011 04:42 PM, Teguh Hartono wrote:
Yth. Mas Anas
Maaf juga kalau komentar saya, juga telah memancing kawan2 lain untuk
berpendapat dan memojokan Mas Anas; yang pasti komentar saya juga
tidak bermaksud untuk menghambat informasi tersebut, hanya mungkin
cara penulisan dan penempatannya saja yang belum pas mungkin di
mailist sosial budaya kali yach bisa lebih pas; karena saya entah kenapa
waktu baca tulisan reflect saja tuh kasih komentar, dan rasanya sebagai
seorang muslim yang mencoba menjadi muslim yang baik rasanya tulisan
itu belum pas yach, karena setahu saya Islam tidak pernah memaksa
siapapun dan menjalankan Islam harus penuh "niat dan keikhlasan" yach;
jadi kalau ada pekmaksaan saya pikir lebih kepada "oknum-oknum" jadi
yach diselesaikan saja secara lokal tidak perlu di blouw up apalagi soal
Agama yach sangat sensitif, sama halnya ketika dulu saya temukan kasus
kawan-kawan di Badui dibangunkan Musholah dan upaya Islamisasi oleh
oknum2 pemda dan tokoh islam lokal disana yach tetapi karena ketegasan
kawan2 Badui terhadap adat istiadat mereka toh hal tersebut tidak
berkembang yach.
Sebetulnya menarik yach masalah Agama dan Lingkungan juga dibahas,
hanya juga saya tidak tahu apakah dimailist ini cocok atau tidak yach kita
berdiskusi. Karena kebetulan tahun 2009-2010 saya bolak balik untuk
mendorong ekowisata ke Kampung Waerebo di pedalaman Manggarai,
Flores yang berusaha bertahan dan mempertahankan kepercayaan, adat
tradisi budaya suku Manggarai asli, lingkungan hutan disekitarnya
ditengah pola kehidupan budaya dan agama modern yang berkembang
disekitarnya, itupun terkadang banyak hal-hal yang menarik kalau saya
mau diskusikan tetapi juga banyak yang sensitif yach, tetapi yang pasti
faktanya Orang Samin, Orang Badui dan juga Orang Waerebo adalah
bagian dari kekayaan nusantara yang juga harus dipertahankan yach.
Sukses buat kawan2 Aman dan semuanya, Selamat Tahun Baru Masehi
2012
TEGUH HARTONO
penggiat ekowisata
2011/12/27 annas grandong < annas_grd@... >
Mohon maaf rekan2 Milist Lingkungan, Kalo berita dari warga samin ini
tidak cocok dibahas di sini. Saya hanya berniat untuk menyampaikan
permintaan dari Pak Budi Santoso atas apa yang terjadi di sana, untuk
minta dukungan (baik moril maupun spirit). Selain isu Lingkungan yang
sedang mencuat, ternyata juga pendiskriminasian masyarakat adat di
beberapa sektor di Samin.Dalam bayangan saya, kasus ini merupakan
bagian dari masalah orang Samin, yang pada dasarnya adalah tidak
diakuinya hak-hak adat mereka. Termasuk kepercayaan dan juga wilayah
(tanah). Keduanya bagi masyarakat adat adalah hal yang saling terkait.
Sekali lagi mohon maaf kalo menganggu rekan-rekan di milist
Lingkungan, bukan bermaksud SARA.
Salam,
Annas Radin Syarif
Infokom AMAN
email; annas240@...
HP; 081381467856
-- Norman Jiwan
Head of Department
Social and Environmental Risk Mitigation Initiatives Sawit Watch, Indonesia
Address:
Perumahan Bogor Baru, Blok C1 No 10. Kel Tegalega Bogor Tengah, West Java - 16129
Phone/Fax: +62-251-8352171/8352047
Mobile: +6281315613536
Email: info@... Website:
www.sawitwatch.or.id ===========================================================================
http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/54539