PGI: Polisi Harus Minta Maaf
Pernyataan Kapolda Metro Jaya bahwa insiden penusukan itu kriminal biasa dinilai prematur.
Senin, 13 September 2010, 13:53 WIB
Yuniawan Wahyu Nugroho
Jemaat Gereja HKBP (HKBP.or.id)
VIVAnews –
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Andreas A Yewangoe menuntut permintaan maaf Kapolda Metro Jaya, Irjen Timur Pradopo. PGI menyesalkan penyataan Kapolda bahwa aksi penusukan jemaat Huria Kristen Batak Protestan pada Minggu, 12 September 2010 adalah peristiwa kriminal biasa.
“Bagaimana mungkin langsung mengatakan ini kriminal murni padahal belum ada langkah penangkapan dan penyelidikan," kata Andreas Yewangoe usai membesuk dua petinggi HKBP itu di rumah sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, Senin 13 September 2010.
Menurut Andreas, dalam peristiwa itu Kapolda terlalu menyederhanakan masalah. “Jangan anggap kasus ini seolah-olah kasus ringan," Andreas Yewangoe menambahkan.
Insiden berdarah itu terjadi saat jemaat HKBP Ciketing Bekasi melakukan arak-arakan menuju lokasi ibadah mereka, pada Minggu 12 September 2010, sekitar pukul 08.45. Rombongan itu tiba-tiba berhadapan dengan iring-iringan sepeda motor. Kekerasan terjadi saat motor itu sengaja dipacu menabrak jemaat HKBP.
Akibatnya, Pendeta Luspida Simanjuntak dan Situa (majelis) Hasian Lumbantoruan Sihombing terluka. Luspida luka di kening, sedangkan Hasian Sihombing mengalami luka tusuk. Seorang saksi menyebut, setelah pengendara sepeda motor menabrakkan diri, seorang pengendaranya turun, dan menikam Hasian Sihombing. Hasian kini tengah dirawat di rumah sakit Mitra Keluarga, Bekasi.
Polisi, kata Kepala Divisi Humas Polda Metro Kombes Boy Rafli Amar, sampai saat ini masih menyelidiki kasus tersebut. “Harapan kami pelaku secepatnya ditangkap. Ada lima saksi yang diperiksa, jemaat dan warga,” kata Boy Rafli, Senin 13 September 2010.
HKBP protes
Ephorus (sinode atau kantor pusat) HKBP menyesalkan terjadinya peristiwa itu. Ephorus HKBP menilai peristiwa itu terjadi akibat ketidaktaatan hukum sebagian warga negara, sekaligus akumulasi pembiaran Pemerintah atas ketegangan yang terjadi belakangan ini.
Pihak ephorus HKBP juga menyesalkan pernyataan polisi yang menyebut peristiwa itu sebagai kriminal murni. “Kesimpulan semacam itu adalah prematur, tidak berdasar, dan bukan merupakan hasil penyelidikan," demikian bunyi pernyataan tertulis diterima VIVAnews, Senin 13 September 2010 itu. Pernyataan itu dikeluarkan oleh Ketua Ephorus Bonar Napitupulu, dan Sekjen HKBP Ramlan Hutahaean,
HKBP berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono segera mengambil tindakan serius. "Selama kepemimpinan Bapak, eskalasi kekerasan terhadap umat beragama telah meningkat tajam dari waktu ke waktu. Kami kini menunggu tindakan dari Bapak,” demikian bunyi pernyataan itu.
Muhammadiyah prihatin
Ketua Umum PP Muhamadiyah, Din Syamsudin menyatakan keperihatinannya atas peristiwa penusukan dan pengeroyokan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Ia mendesak pemerintah mengungkap motif pelaku.
"Ini tindakan yang sangat menodai kebebasan beragama yang dijamin negara," kata Din Syamsudin, Senin 13 Sepetember 2010.
Ia menambahkan, Islam memberi kebebasan kepada umat lain menjalankan ibadah. Dia mengimbau umat Islam memberi kebebasan kepada umat lain beribadah sesuai keyakinannya. Atas kasus itu, Din meminta masyarakat tidak terprovokasi. "Saya mengimbau agar masyarakat jangan terpancing," ujar Din.
Soal dugaan peristiwa itu dilatarbelakangi penolakan masyarakat atas rencana pendirian gereja HKBP setempat, Din menyatakan agar pemerintah segera memberikan kepastian atas masalah ini. "Secara prinsip kebebasan beragama sudah diatur. Kalau belum ada izin harus diverifikasi. Pemerintah harus turun tangan secara cepat, karena ini sudah berlangsung sekian lama," ujar Din.
Secara terpisah, keprihatinan juga disampaikan oleh sejumlah pimpinan partai politik semisal PKS, PPP, PKB, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat. "Kasus ini tidak boleh ditoleransi, apalagi dijadikan preseden. Segera tangkap dan adili pelakunya," kata Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam pesan singkat yang diterima VIVAnews, Senin 13 September 2010.
Wakil Ketua DPR RI Anis Matta juga telah meminta Komisi III bidang Hukum DPR memasukkan peristiwa penusukan jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Bekasi dalam agenda rapat kerja. "Agenda Raker Komisi dengan dengan Polri," kata Anis Matta.
Terkait insiden sebelumnya?
Sementara itu, Judianto Simanjuntak, pengacara jemaat HKBP Ciketing Bekasi dan anggota Tim Pengacara Pembela Kebebasan Beragama yakin kasus itu terkait kasus pelarangan ibadah pada 11 Juli lalu.
"Tidak benar kalau ini murni kriminal. Ada hubungan antara penolakan gereja oleh sekelompok massa dengan kejadian penusukan," kata Judianto saat berbincang dengan VIVAnews, Minggu, 12 September 2010.
Tim Pengacara Pembela Kebebasan Beragama ini mencatat sudah terjadi lima kali intimidasi terhadap jemaat HKBP tersebut. "Bukan kali ini kejadiannya, tanggal 11 Juli, 18 Juli, 25 Juli, 8 Agustus, dan terakhir pagi ini jemaat HKBP diserang," ujar Judianto.
Dia menyesalkan reaksi polisi atas kasus-kasus itu. Selama ini para jemaat bersama tim pengacara telah memberi laporan dan informasi cukup detail, namun belum ada tindakan tegas. "Dan perlu dicatat, berdasarkan informasi dari jemaat sekelompok massa yang selalu menyerang kami berasal dari luar Mustika Jaya (Bekasi)," katanya.
Tim Pengacara Pembela Kebebasan Beragama mencatat, sudah terjadi lima kali intimidasi terhadap jemaat HKBP tersebut. "Bukan kali ini kejadiannya, tanggal 11 Juli, 18 Juli, 25 Juli, 8 Agustus, dan terakhir pagi ini jemaat HKBP diserang," ujar Judianto Simanjuntak, pengacara yang ditunjuk para jemaat.
FPI membantah terlibat
Polisi bersikukuh peristiwa ini adalah murni kriminal. Ditanya wartawan tentang adanya kemungkinan pelaku mengatasnamakan Front Pembela Islam (FPI), Juri Bicara Polda Metro Jaya Kombes Boy Rafli menyebutkan polisi belum bisa membenarkan hal itu. “Setelah ketangkep baru tahu. Jadi jangan sampai kita beranggapan dulu,” kata Boy.
Selanjutnya Boy juga menjelaskan polisi bukan lamban menangani kasus ini, tetapi karena mereka mengusahakan adanya dialog antara Jemaat HKBP dan Pemda Bekasi. Polisi menilai peristiwa itu adalah kriminal karena kejadiannya di jalan, dan bukan di gereja.
Sementara itu Front Pembela Islam (FPI) menyatakan tersudut dengan kasus penyerangan jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Kampung Ciketing, Bekasi, Minggu kemarin. FPI menegaskan mereka tak terlibat dalam kasus kriminal itu. "Isu keterlibatan FPI dalam peristiwa tersebut fitnah," kata Ketua Umum FPI, Habib Rizieq Syihab, dalam jumpa pers di kantornya, Petamburan, Jakarta, Senin, 13 September 2010.
Secara organisasi, kata Rizieq, FPI melarang anggotanya menganiaya dan membunuh menggunakan senjata tajam dalam aksi apapun. Larangan ini, kata Rizieq, tertera pada setiap kartu anggota FPI. Jika penyerang memakai baju gamis, Rizieq mengatakan itu bukan atribut FPI, melainkan atribut umat Islam pada umumnya. "Saya pastikan tak ada anggota kami yang terlibat," ujarnya.
Presiden SBY sendiri tampak serius mengikuti perkembangan kasus sensitif ini. Melalui Menkopolhukam, SBY memerintahkan Polri menangkap pelaku penusukan itu. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih juga telah ditugaskan membesuk korban pada hari Ahad lalu.
"Saya mewakili Presiden menyampaikan keprihatinan dari presiden kepada keluarga pasien dan jemaat," kata Endang usai membesuk Asia di rumah sakit Mitra Keluarga Bekasi Timur, Minggu 12 September 2010. Kondisi pasien terlihat stabil setelah dioperasi menutup luka. "Pendarahannya pun sudah berhenti," ujar Endang.(np)
• VIVAnews
http://metro.vivanews.com/news/read/177 ... minta-maaf
Rating
Komentar
cah_imoeth
14/09/2010
pak polisi, gmn kalo saya potong tangan anak bapak, trus saya bilang, ini cuma kasus kenakalan remaja BIASA???
• Balas
simenak
13/09/2010
tidak mengerti agama seutuhnya. kedok ! topeng!
• Balas
Cari Gara2
13/09/2010
Bener, seharusx Police harus usut tuntas kasus ini & menghukum siapa yg bersalah jgn saling menuduh. Jgn saling menyalahkan krn klo sdh menyangkut SARA dan sampai terjadi kerusuhan spt di Ambon & Poso apa siap utk perang saudara bro?
• Balas
doomsday
13/09/2010
pembiaran oleh polisi adalah awal munculnya konflik sara yg akan datang... Yg rugi bkal indonesia, yg pantas dituntut dihukum mati adalah polisi2 itu sendiri yg membiarkan dan terus menerus membiarkan, gak pantas rasanya polisi ini menyandang sragam, bukt
• Balas
bingung
13/09/2010
@Pak Ahmad Nawawi..Pak mau tanya..kira-kira kalau kejadiannya dibalik bagaimana ya?..apakah Bapak akan adem ayem juga?..atau krn mmg Bapak juga gak suka 'sesama" Bapak yang kebetulan berbeda keyakinan hidup "dekat" komunitas tertentu gitu?takut apa sih Pa
• Balas
efendy naibaho
13/09/2010
ya, diusut saja
• Balas
glopez
13/09/2010
Pak SBY, Ada komen gak nih..Anak2 Bapak lagi pada "gak akur"..kasih instruksi tegas dong Pak pada pejabat dan aparat berwenang untuk bertindak adil diatas semua pihak..supaya jelas lho Pak..kasihan, kami ini orang Indonesia juga ..WNI lho Pak..
• Balas
carlos | 14/09/2010
bro glopez:beliau ga mw komen kl ga menyinggung pribadi n kinerjanya n yg ga tll ptg spt video ariel-luna-tari.kl ada mslh kedaulatan n agama,TKI-TKW beliau mah masa ****,maka ny pantas sibuyan diem aja disawah coz gi musim hujan so enk buat nanam padi l
ahmad nawawi
13/09/2010
Tiarap aja dulu, jangan emosi nanggapinya, takut meluas ke isu SARA. Klo dah perang saudara siapa yang rugi?
• Balas
protes
13/09/2010
giliran ngebangun di ground zero da di tolak warga sekitar tetep aja ngotot n ngancem, damai ? gila dan egois tepatnya, dunia ini milik bersama cuey... toleransi dong jangan cuma ngebacot doang, upin dan ipin aja brani nglunjak tuh, dasar pepesan kosong
• Balas
jeremia
13/09/2010
Pembiaran yang selama ini dilakukan pihak Kepolisian dan Pemerintahan terkait merupakan pembodohan publik yang disengaja dan lebih kejam dari teroris...! NKRI azasnya Pancasila danUUD 45 cuy,, dah harga mati..atau,,?
• Balas
carlos | 14/09/2010
bos,NKRI harga mati ud ga pantas lg.coz sby aja yg lulusan TNI aja cuek aja.apalgi masalah kerukunan beragama.ora urus kata nya