Page 1 of 1

Biang teroris asal Indonesia disidang di USA

Posted: Sun Jan 17, 2010 5:09 pm
by mohamedbincamel
Hambali Segera Disidang di Wa­shington DC
JAKARTA - Jejaring teror di Indonesia, tampaknya, segera semakin jelas. Sebab, salah seorang terdakwa kasus terorisme, Riduan Isamuddin alias Hambali, segera disidang di Washington DC, Amerika Serikat. Pengakuan Hambali dalam sidang nanti diperkirakan membawa banyak informasi baru bagi pencegahan dan pengungkapan aksi teror di Indonesia.

''Kami berharap, ada nama-nama dan mata rantai yang terungkap dalam sidang itu,'' kata sumber Jawa Pos di korps Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Mabes Polri, Jakarta, kemarin (16/1).

Hambali ditangkap CIA (badan intelijen AS) di Thailand. Pemerintah Indonesia tak bisa lagi berharap Hambali disidangkan di Jakarta. Pada Februari 2009, dua perwira Densus 88, yakni Tito Karnavian dan Muhammad Syafii, berangkat ke Teluk Guantanamo, Kuba, dan bertemu dengan Hambali. Namun, otoritas AS tetap tidak mengizinkan Hambali dibawa ke Indonesia dengan alasan keamanan.

Menurut sumber itu, keterangan Hambali bakal sangat bermanfaat untuk membuktikan secara otentik dukungan jaringan Al Qaidah internasional dengan kelompok teroris di Indonesia. ''Memang, sangat berisiko kalau Hambali dibawa ke Indonesia. Pilihan yang terbaik adalah mengirim tim pemantau ke sana,'' tuturnya.

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Edward Aritonang menyatakan belum memiliki informasi lengkap terkait persidangan Hambali. ''Nanti kami koordinasikan dengan Kementerian Luar Negeri,'' katanya.

Edward yang pernah menjadi juru bicara tim investigasi bom Bali I juga belum bisa memastikan apakah ada tim Polri yang berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti persidangan Hambali. ''Kalaupun ada, tentu ada prosedur yang dilewati dulu. Misalnya, koordinasi dengan Kedubes AS,'' jelasnya.

Meski berencana untuk menyidangkannya di Washington DC, sejauh ini Departemen Kehakiman AS belum memutuskan bagaimana menangani atau mengadili kasus terorisme Hambali. Pemerintahan Presiden Barack Hussein Obama telah memutuskan untuk mengirimkan seorang tersangka terorisme --yang juga diduga otak utama atau dalang tragedi 11 September 2001 (9/11) di AS-- ke pengadilan federal di Washington DC. Tetapi, ada kemungkinan para tahanan lain di Guantanamo akan disidangkan dalam sistem militer. Jika disidang dalam pengadilan militer, aturan soal bukti-bukti akan diterapkan lebih longgar dan hak-hak para tahanan juga lebih sedikit.

Hambali sering dijuluki ''Usamah bin Laden dari Timur''. Dia disebut-sebut sebagai dalang berbagai peledakan yang menghebohkan, seperti bom malam Natal 2000, bom Bali pada 12 Oktober 2002, dan terakhir peledakan Hotel JW Marriott di Jakarta pada 5 Agustus 2003.

Terlahir sebagai Encep Nurjaman di Desa Sukamanah, Cianjur, Jawa Barat, pada 4 April 1966, Hambali diyakini sebagai pimpinan organisasi bayangan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara. Hambali lahir dari sebuah keluarga besar yang sederhana. Pada era kekuasaan Soeharto, Hambali lari ke Malaysia pada 1985 dalam usia 19 tahun. Dia lari bersama tokoh-tokoh Islam yang lain.

Dari Malaysia, Hambali menuju Afghanistan pada 1988 sebagai pejuang Mujahidin melawan invansi Uni Sofyet. Dua tahun kemudian, pada 1990, Hambali kembali ke Malaysia. Saat itulah dia diyakini mulai merekrut para pemuda muslim untuk kegiatan yang dia sebut jihad. Pasca runtuhnya kekuasaan Soeharto pada 1998, Hambali balik ke Indonesia pada Oktober 2000. Lalu, dia merekrut sejumlah relawan jihad. Teror pun terjadi.

Aksi pertama yang diduga dilakukan Hambali adalah pengeboman malam Natal pada 2000. Sebanyak 18 orang tewas dalam peledakan di sejumlah gereja. Nama Hambali berulang-ulang disebut para tersangka pengeboman yang tertangkap. Mereka menyebut Hambali sebagai otak pengeboman.

CIA menduga Hambali ikut merancang serangan teroris 11 September 2001. Dia mempertemukan dua pembajak pesawat, Khalid al-Mihdhar dan Nawaf al-Hazmi, dengan tokoh-tokoh Al Qaidah di Malaysia pada Januari 2000. Foto-foto yang membuktikan adanya pertemuan itu telah dirilis.

Hambali juga diyakini terkait tersangka pengeboman kapal induk USS Cole di Yaman pada Oktober 2000. Perannya dalam bom Bali 2002 menewaskan 202 orang dan pengeboman Marriott 2003 menewaskan 13 orang. Amerika lantas ikut memburu Hambali. Tak hanya sebagai otak pelaku, Hambali juga menyediakan dana USD 36.000 untuk operasi bom Bali.

Dia diyakini menggunakan teknik yang sama di setiap aksi pengeboman. Caranya, mendatangi pelaku lapangan dengan rencana detail, sejumlah uang tunai, dan dua pembuat bom untuk menjelaskan cara kerja bahan peledak.

Hambali juga dituding merekan peledakan Bandara Changi (Singapura), jembatan Johor di Malaysia, dan berada di balik serangkaian teror di Filipina. Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina pun menempatkan dia sebagai buron kasus terorisme nomor wahid.

Untuk menghindari penangkapan aparat, Hambali hidup dalam pelarian. Dia tinggal di sejumlah lokasi rahasia di Asia Tenggara, terutama Thailand dan Kamboja.

Saat berada di Ayutthaya, sekitar 75 km dari Bangkok, Thailand, Hambali merencanakan aksi menyerang sejumlah hotel dan sidang Asia Pacific Economic Cooperation Summit (APEC) di Bangkok pada 2003. Saat masuk Thailand, dia menggunakan paspor palsu Spanyol. Istrinya, Noralwizah Lee Abdullah, menggunakan paspor Malaysia.

Aksi Hambali dihentikan CIA dan polisi Thailand pada 11 Agustus 2003. Sebanyak 22 personel berpakaian preman mendobrak apartemennya di Ayutthaya, kemudian menahan Hambali dan istrinya. Saat ditangkap, Hambali tak memakai jubah. Tetapi, dia mengenakan jins, kaus, topi baseball, dan kacamata. Polisi menemukan bahan peledak dan bom di apartemen Hambali.

Pemerintah Australian kemarin menolak untuk menanggapi rencana persidangan Hambali di Washington DC. ''Sebuah keputusan tentang penuntutan kriminal (atas tersangka terorisme seperti Hambali) merupakan hak dan otoritas pemerintah AS,'' kata Departemen Luar Negeri Australia dalam pernyataan, seperti dikutip kantor berita The Associated Press (AP).

Tetapi, Brian Deegan, pengacara Australia yang kehilangan putranya dalam tragedi bom Bali 2002, tak setuju dengan rencana persidangan Hambali di Washington DC. Dia menilai persidangan itu justru bisa mengganggu kesempatan untuk menghukum Hambali atas aksinya di Bali yang menewaskan 202 orang. Deegan, yang putranya, Josh, 21, termauk salah seorang di antara 88 korban tewas asal Australia, menginginkan Hambali diadili di Indonesia. Itu sesuai dengan lokasi kejahatan yang dilakukannya.

Deegan beralasan, persidangan di Washington DC akan ''lebih terbuka'' ketimbang di Indonesia. Dia juga mengkhawatirkan hambatan-hambatan legal bisa menghentikan rencana persidangan Hambali di AS. Hambali ditangkap CIA pada 2003, dan kemudian dikirim ke penjara AS di pangkalan militer Teluk Guantanamo, Kuba.

''Dalam kondisi normal, persidangan itu seharusnya berlangsung di negara tempat kejahatan,'' kata pengacara 54 tahun itu kepada AS dari tempat tinggalnya di Adelaide, selatan Australia. ''Saat ini saya justru khawatir dia tidak akan pernah disidang karena tidak memungkinkan atau dianggap tak layak. Sebab, dia pernah mengalami penyiksaan di penjara beberapa tahun lalu,'' lanjutnya.

Warga Australia lainnya, Peter Hughes, yang menderita luka bakar pada hampir sekujur tubuhnya dalam tragedi bom Bali, justru menyambut baik rencana persidangan Hambali in Washington. ''(Persidangan itu) ide yang sangat bagus dibandingkan dengan menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia yang jelas-jelas sangat lunak dan korup dalam menindak para teroris,'' ujar Hughes, 50, kontraktor atap bangunan dari Perth. Hughes kecewa dan marah setelah Abu Bakar Ba'asyir hanay divonis tiga tahun penjara. Padahal, Ba'asyir dinilainya jelas-jelas mendukung para pelaku bom Bali. (rdl/AP/dwi)

Re: Biang teroris asal Indonesia disidang di USA

Posted: Sun Jan 17, 2010 11:56 pm
by Nero_Leon
mampus luh!
bentar lgi smua jaringan useful idiots teroris indonesia dibongkar!