Page 1 of 1

POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Tue May 01, 2012 5:56 pm
by Laurent
Politik Islam di Laos6

Okt
1.Pendahuluan
Memahami peta politik Islam di Asia Tenggara tidak terlepas dari berbagai macam perkembangan yang terjadi di kawasan tersebut dalam membentuk suatu negara modern. Kajian ini adalah gambaran dalam mencerna pemahaman-pemahaman yang terjadi di ruang lingkup Asia Tenggara, khususnya mengenai peran dari politik Islam yang menjadi focus dari pembahasan makalah ini. Dalam bagian lain, politik Islam di Asia Tenggara juga mencerminkan beberapa aspek pola dinamis dari beragamnya perkembangan pemikiran Islam yang menyebar, sehingga Islam di dalam negara pada kawasan Asia Tenggara memiliki corak yang berbeda ketika bersentuhan dengan dasar-dasar negara tersebut.

Selanjutnya, pembahasan politik Islam Asia Tenggara tidak akan mendapatkan sesuatu yang lengkap tanpa melibatkan peran kajian sejarah Islam di kawasan Asia Tenggara. Berbeda dengan beberapa kawasan lainnya, masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara melalui beberapa proses, antara lain dengan cara perdagangan dan dakwah. Hal tersebut yang sebenarnya memainkan peran yang cukup penting dalam proses politik Islam di Asia Tenggara. Hal tersebut juga menguatkan penilaian bahwa Islam mampu di kemudian hari menjadi sebuah kekuatan politik yang di bawa oleh pemeluknya dalam melakukan sebuah proses politik.

Dengan demikian, hal-hal tersebut menjadi dasar dalam memulai kajian ini agar senantiasa memberikan sebuah pemahaman baru tentang berbagai hal pola politik Islam di Asia Tenggara, khususnya negara Laos. Negara Laos dipilih berdasarkan peranan dari uamt Islam di kawasan negara tersebut yang berbeda dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. Dari dasar perbedaan ini, seperti jumlah umat Islam yang sangat rendah dibanding dengan negara-negara lain sehingga menimbulkan rangsangan untuk mengkaji lebih jauh peranan dari umat Islam pada tahap politik Islam di Asia Tenggara. Dengan begitu, kajian ini diharapkan akan memberikan sebuah pembendaharaan pengetahuan yang cukup untuk kegiatan analisa dalam perbandingan-perbandingan anatara Islam dan politik pada tahapan geo-politik.

2.Sejarah Islam dii Laos
Islam memasuki kebanyakan wilayah Asia selama abad pertama Hijriah. Inti komunitas muslim pertama dibangun oleh para pedagang Arab dan Persia, terutama para pelaut dari Arabia Selatan. Kenyataannya pengaruh Saudi Arabia Selatan tampak bahwa semua komunitas muslim di Lautan India dan lebih jauh lagi dari Afrika Timur sampai ke Indo-China pengikut mazhab syafi’i yang menjadi mazhab terpenting di Arabia Selatan[1]. Lebih jauh, banyak komunitas minoritas di negara-negara Asia kenyataannya dulu merupakan negara-negara muslim merdeka yang digabungkan secara paksa ke dalam entitas non-muslim yang lebih besar. Lebih dari itu, orang-orang muslim dianiaya di banyak negara Asia.[2] Dari perjalanan sejarah, umat muslim di Asia Tenggara rata-rata mencapai setengah abad terlepas dari empayer kolonial. Berdasar hitungan waktu, tentunya telah banyak peristiwa yang disaksikan oleh umat muslim Asia Tenggara sebagai suatu pengalaman empiris yang memiliki makna tersendiri bagi kehidupan masa depan.[3]

Dari data berbeda, negara-negara Asia (yang bukan Arab) telah mengenal Islam sejak masa awal munculnya, melalui penaklukan-penaklukan besar yang telah dimulai pada masa khulafaur Rasyiddin. Kemudian berlanjut di masa Umayyah, hingga sampai ke negeri yang berada di belakang dua sungai dan negeri Sind. Penaklukan-penaklukan besar ini terjadi pada masa al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715M). Dia telah menaklukan negeri yang berada di belakang dua sungai pimpinan Qutaibah bin Muslim di tengah penaklukan negeri Sind di bawah pimpinan panglima Muhammad Ibnul-Qasim.[4]

Menurut analisa lain, Islam masuk ke Asia Tenggara, khususnya langsung ke negara Laos berasal dari para pedagang Yunnan, Cina. Dengan begitu, Islam di Laos menyebut keturunan dari para pedagang ini dengan nama Chin Haw. Dari para pedagang tersebut, kemudian umat Islam di Laos berkembang dengan membangun tempat ibadah, seperti mendirikan masjid di negara Laos[5]. Sebelum Islam masuk, sebenarnya telah ada etnis lain yang beradaptasi di negara Laos, seperti etnis Lao atau yang dikenal sebagai etnis Lao Lum, etnis tersebut yang mendominasi dari kuantitas jumlah penduduk serta selalu mendominasi dalam hal komunitas masyarakat dan dalam aspek pemerintahan.

Ketika melihat latar belakang sejarah negara Laos, maka akan diotemukan pemahaman bahwa negara Laos dahulu berbentuk kerajaan yang dikelola oleh kerajaan Nanzhao, kemudian diteruskan kembali oleh kerajaan Lan Xang pada abad ke-14 hingga berkuasa sampai abad ke-18 dan sempat menguasai wilayah Thailand pada waktu itu, sempat juga wilayah kerajaan ini dikuasai oleh negara Perancis, serta akhirnya dikuasai juga oleh Jepang, yang kemudian memberikan kemerdekaan kepada kerajaan Laos pada tahun 1949.

Di negara Laos, pihak komunis memang sangat dominan, sebab hal tersebut tidak terlepas dari sejarah bahwa negara Laos pernah didukung oleh Uni Soviet dan negara tetangganya, yaitu Vietnam dalam upaya mencari kemerdekaan, hingga akhirnya kaum komunis Pathet Lao diberi dukungan yang sangat besar oleh dua negara tersebut, yaitu Uni Soviet dan Vietnam dalam mencapai kemerdekaannya[6]. Dengan demikian, Laos mendapat kemerdekaannya dengan mengganti nama negara resmi sebagai Republik Demokratik Rakyat Laos.

Dari pembahasan ini, sebenarnya tidak ada unsur-unsur umat Islam dalam membantu kemerdekaan di negara Laos. Hal tersebut bukan karena umat Islam tidak berkenan, namun harus diingat bahwa Islam adalah agama pendatang dan belum mencapai pola adaptasi yang baik di kawasan tersebut sehingga umat Islam pada waktu itu hanya meningkatkan peran dakwah dan ekonomi, sehingga tidak terlibat dalam hal seperti itu. Hal tersebut juga menjadi pembenaran karena umat Islam pada waktu itu tidak mendapat tempat di kalangan etnis asli negara Laos, sehingga etnis asli negara Laos mendominasi hal tersebut.

Di Asia Tenggara, orang Islam sebagai penduduk mayoritas hanya di Indonesia, Malaysia dan Brunei. Sedangkan di Thailand, Filipina dan Singapura, orang-orang Islam menjadi minoritas. Bahkan di Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar, jumlah penduduk muslim sangat sedikit. Dengan gambaran seperti itu, akar persoalan orang Islam di masing-masing negara juga berbeda..[7]

3.Islam dan Komunitas Politik
Umat Islam di negara Laos memang ada, namun jumlahnya tidak terlalu banyak, hal ini bahkan sangat sedikit dibanding dengan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dalam kalkulasi angka terdapat klasifikasi komunitas politik yang mempuntayi jumlah kuantitatif terbanyak adalah mereka yang beragama Budha Theravada sekitar 65%, yang terdiri dari berbagai etnis di negara Laos, seperti etnis Mon-Khmer, etnis Lao, *** Khadai, Austro Asiatik, dan berbagai keturunan campuran dari negara Thailand dan negara Vietnam. dan 15 %-nya adalah orang-orang Thai dengan 10 % sisanya merupakan suku-suku daerah perbukitan. Dari umat Islam sendiri hanya sekitar 0,01% dari jumlah penduduk negara Laos yang berjumlah 6,5 juta orang. Selain itu, pihak Kristen mendapat sekitar 1,3% dan lainnya, seperti kepercayaan animisme dan baha’i sekitar 33,6%[8].

4.Islam dan Konstitusi
Negara Laos mengikuti konstitusi baru pada tahun 1991 sehingga pada tahun berikutnya mengadakan pemilihan umum untuk memilih 85 kursi Dewan Nasional yang para anggota-anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan selama 5 tahun. Di dalam konstitusi Laos sebenarnya menjamin dan menghormati kebebasan berkeyakinan dan beragama, hal tersebut terlihat ketika banyak kejadian tentang penistaan terhadap suatu agama, maka dapat diselesaikan dengan baik. Dasar dari konstitusi ini ada di bab 3 Pasal 23 tentang kewarganegaraan konstitusi negara Laos yang berbunyi Pasal 22 yang berbunyi semua warga negara Laos sama di depan hokum, terlepas dari apapun kepercayaan, etnis, status sosial dan ekonomi[9].

5.Islam dan Tipe Rezim
Sebenarnya dalam konstitusi negara Laos terdapat makna bahwa semua kekuasaan berada di tangan rakyat, namun dalam kenyataan prakteknya tidak demikian. Sistem pemerintahan yang dipakai oleh Laos adalah sistem parlementer, dimana ada seorang presiden dan perdana menteri. Saat ini yang menjabat Presiden adalah Choummaly Sayasone dan Perdana Menteri adalah Thammavong Thongsing. Dapat diketahui bahwa tipe rezim dari negara Laos ini adalah sosialis-komunis yang dianut ketika pada waktu terjadi pra-kemerdekaan yang dibantu oleh Uni Soviet dan Vietnam. Setiap pemberontakan di negara Laos selalu ditekan oleh rezim yangbbersangkutan, dengan begitu sangat kecil kemungkinan para pemberontak dapat mendominasi.

6.Islam dan Pemerintahan (kebijakan)
Pemerintahan yang ada di negara Laos mengikuti pemerintahan yang ada di negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, namun dalam parkteknya juga berbeda. Di dalam sistem pemerintahannya dikenal dengan Trias Politica yang kemudian berkembang lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Ketiga lembaga ini yang kemudian mengambil peran dalam menetukan kebijakan yang terjadi di negara Laos, namun harus didingat bahwa setiap kebijakan memang harus disetujui oleh kepala pemerintahan. Dalam konstitusi tertulis dari negara Laos disebutkan bahwa pemerintah adalah organisasi adminitrasi dari negara yang bertugas mengemban tanggung jawab dari rakyat. Selanjutnya, dalam bagian lainada juga lembaga peradilan yang bertugas mengadili setiap kebijakan-kebijakan yang keliru. Berikut adalah tugas-tugas dari pemerintahan negara Laos berdasarkan konstitusi, antara lain adalah:

1) Untuk melaksanakan konstitusi, hukum dan resolusi dari Majelis Nasional serta keputusan negara dan bertindak.

2) Untuk menyerahkan rancangan undang-undang kepada Majelis Nasional, draft keputusan dan bertindak kepada Presiden negara.

3) Untuk memetakan rencana strategis pada pembangunan sosial-ekonomi dan anggaran negara tahunan dan menyerahkannya kepada Majelis Nasional.

4) .Untuk mengeluarkan dekrit dan keputusan tentang pengelolaan pertahanan nasional sosial-ekonomi, ilmiah dan teknis bidang dan keamanan.

5) Untuk mengatur, membimbing dan mengawasi fungsi organisasi manajerial dari seluruh cabang dan organisasi administrasi lokal.

6) Untuk mengatur dan mengawasi kegiatan pertahanan nasional dan keamanan.

7) Untuk menandatangani perjanjian dan kesepakatan dengan negara-negara asing dan pedoman pelaksanaannya.

8) Untuk menangguhkan atau mencabut keputusan, instruksi dari kementerian, organisasi-organisasi pelayanan-setara, organisasi yang melekat pada pemerintah, dan organisasi administratif lokal jika mereka bertentangan dengan undang-undang.

9) Untuk melaksanakan hak-hak lain dan melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh hokum.

7.Islam dan Parlemen
Negara Laos ini menganut sistem parlemen satu kamar yang dikenal Dewan Nasional yang bertugas membentuk kabinet dalam pemerintahan negara Laos. Dengan cara seperti ini seluruh kabinet dipilih berdasarkan kehendak dari partai tunggal yang ada di negara Laos. Sampai saat ini, Dewan Nasional terdiri dari 115 anggota dewan yang berasal dari Partai Komunis Rakyat Laos. Dari 115 anggota Dewan Nasional yang duduk, diantaranya terdapat 14 orang yang mengurus Partai Komunis di tingkat pusat, sedangkan hanya dua orang yang ada di Dewan Nasional yang berada pada posisi netral. Dengan begitu, umat Islam di negara Laos sangat sulit menembus Parlemen.

8.Islam dan Partai Politik
Negara Laos menganut komunis yang dibawa pada waktu pra-kemerdekaan, dengan begitu sistem kepartaian juga menjadi sistem partai tunggal dan partai politik yang diakui oleh pemerintahan negara Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (PRRL). Dengan demikian, umat Islam dalam menjalankan aktivitas politknya tidak dapat dengan membuat partai Islam, oleh karena itu cara yang baik adalah dengan terlibat di partai tunggal tersebut.

9.Islam dan Civil Society
Di negara Laos terdapat beberapa lembaga sosial yang bertugas dalam berbagai program kemanusiaan di tengah-tengah kehidupan perpolitikan pada negara Laos, diantaranya adalah:

1) Lao Women Union (LWU), yang bekerja pada pengembangan keahlian kaum perempuan dalam mengurangi kemiskinan, hal tersebut juga kemudian digunakan sebagai sarana studi gender.

2) Lao Natioanl Front For Rekonstruksi (LNFFR), yang bekerja untuk membangun solidaritas nasional dan membantu kelompok minoritas.

3) Lao People’s Revolutionary Youth Union (LPRYU), yang bertugas memberikan pelatihan ketenagakerjaan terhadap para pemuda.

4) Lao Front Trade Union (LFTU), yang berugas menyalurkan aspirasi kaum buruh dan hak-hak para pekerja.

10.Islam dan Perilaku Massa
Dalam bagian ini akan dijelaskan bagaimana umat Islam memberikan peranan terhadap situasi dan kondisi di negara Laos, perilaku massa yang terjadi ketika semua tindakan represif yang hadir memberikan sebuah penekanan bahwa ada ebebrapa gerakan-gerakan yang radikal dalam memprotes tindakan yang terlalu kuat dari pemerintah. Tindakan seperti ini dating dari berbagai kelompok yang tidak terlibat dalam sistem pemerintahan, akan tetapi di luar dari sistem pemerintahan. Namun, dalam hal umat Islam mengenai perilaku massa masih snagt kecil untuk mempengaruhi karena berbagai kekurangan dan kelemahan yang terjadi.

11.Analisa Prospek Islam di Laos
Dalam hal seperti ini, mungkin akan memberi penjelasan yang kritis terhadap perkembangan Islam di Laos. Seperti yang telah dijelaskan bahwa sebelum Islam datang sebenarnya telah ada berbagai etnis di wilayah Laos, yang terdiri dari suku asli dan pendatang. Pada aspek seperti ini, akan menjelaskan bahwa agama islam memang agama pendatang yang secara langsung masuk ke dalam wilayah Laos dengan berbagai bentuk saluran, termasuk saluran perdagangan/ekonomi, dan sebagainya. Oleh karena itu, agar memberikan kesan analisa yang terperinci, maka akan dibagi ke dalam beberapa segi pendekatan dalam menganalisa, yaitu:

1. I. Analisa mengenai kekuatan Islam
Walaupun Islam masuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, khususnya Laos sebagai agama pendatang, namun harus diingat bahwa dari factor sejarah, Islam mampu memberikan pemahaman lebih terhadap pola kehidupan universal, dari hal tersebut dapt diterjemahkan bahwa salah satu kekuatan Islam terlihat pada dirinya yang terbuka/inklusif terhadap berbagai perkembangan yang terjadi sehingga Islam mampu menyesuaikan diri tanpa dibentuk oleh pengaruh dari luar Islam. Selanjutnya, hal tersebut ditopang dengan konstitusi Laos yang memberi jaminan terhadap kebebasan beragama dan penjaminan, hal ini memberikan justifikasi bahwa Islam mampu, khususnya umat Islam menyebar-luaskan dakwah islam secara terbuka dalam media pendidikan sehingga dapat memberikan pemahaman kelompok non-Islam tentang Islam dan memperkuat basis dari umat Islam sendiri dalam memajukan Islam kultural.

Salah satu aspek yang terpenting dalam memaksimalkan hal tersebut adalah dengan cara penguatan basis Islam kultural, yaitu membudayakan Islam ke tengah-tengah masyarakat tanpa melihat kelompk apapun. Hal ini jelas menjadi kekuatan Islam karena penguatan basis Islam kultural akan sulit terdeteksi oleh rezim yang terlalu represif terhadap gerakan Islam yang terlalu vokal dan militan/radikal. Dengan begitu, Islam lewat media penguatan Islam kultural dapat menjamin terhadap apapun yang umat Islam perlukan dalam berbagai produk kebijakan. Dengan penguatan Islam kultural pula yang didukung oleh konstitusi yang sedikit terbuka akan mampu merambah ranah politis, seperti memungkinkan umat Islam masuk ke ranah pemerintahan atau non-muslim yang mempunyai kedekatan erat dengan basis Islam kultural dan mempunyai program yang Islami dapat masuk ke dalam pemerintahan sehingga kebijakan selanjtnya mampu memberikan kontribusi yang baik bagi keberlangsungan umat Islam.

1. II. Analisa mengenai kelemahan Islam
Dalam menganalisa hal ini, dapat dijelaskan bahwa ada banyak kelemahan yang terdapat dalam umat Islam di Laos, seperti dalam segi kuantitas uamt Islam sangat rendah, yaitu hanya 0,01 dari 6,5 juta penduduk negara Laos, hal ini menun jukkan bahwa umat Islam di laos menjadi penduduk yang sangat minoritas disbanding yang lain. Di samping itu, ketika melihat dari tipe rezim pun selalu dipegang oleh komunitas yang berkuasa sehingga ini mengakibatkan umat Islam selalu terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang langsung dari rezim tersebut.

Setelah itu, ketika dilihat dari segi yang berbeda, yaitu pemerintahan dan parlemen, umat islam sungguh mendapat perlakuan yang diskriminatif, sebab anggota dari pemerintahan dan parlemen selalu dipilih oleh pihak dari partai yang berkuasa, yaitu partai tunggal yang menganut paham komunis, dimana dalam hal pengkaderan selalu mengesampingkan pihak-pihak dari umat islam dan lebih condong ke kader yang sehaluan dengan partai tersebut.

Kelemahan tersebut bertambah berat ketika di negara Laos hanya diterapkan sistem kepartaian tuingga, artinya tidak diperbolehkan partai politik Islam sehingga untuk menuju kepada kekuasaan umat Islam harus mampu berada pada partai tunggal tersebut. Dari berbagai kelemahan tersebut yang paling penting adalah, umat Islam dilemahkan oleh rezim dan umat Islam sendiri belum mampu bangkit dalam membentuk kekuatan baru sebagai peningkatan basis internal dari umat Islam sendiri di negara Laos.

1. III. Peluang dan Tantangan
Dilihat dari berbagai kekuatan dan kelemahan Islam, khususnya umat Islam di negara Laos. Peluang umat Islam berada pada tahap penguatan internal atau dalam bahasa lain adalah menimbulkan Islam kultural di negara Laos, setelah seperti itu maka peluang selanjutnya adalah lewat pemaksimalan konstitusi yang terbuka bagi perkembangan Islam di negara Laos. Islam di negara Laos harus menjadi agama yang toleran dan terbuka, dan tidak menutup diri, dengan strategi tersebut diharapkan mampu memberikan pemahaman lain bagi perkembagan Islam di negara Laos.

Selain itu, tantangan yang harus dihadapi juga lebih banyak, yaitu kondisi dari sistem (kepartaian, pemerintahan, dsb.), yang terjadi di negara Laos yang mempersempit ruang gerak Islam secara keseluruhan serta rezim yang bersangkutan yang dapat saja secara langsung atau tidak langsung memberikan tindakan represif bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut. Selanjutnya tantangan lain adalah adanya fenomena-fenomena globalisasi yang dapat saja merenggut eksistensi Islam ditengah-tengah arus globalisasi, msekipun tidak jarang megundang kesalah-pahaman dan konflik-konflik internasional[10].

12.Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan di atas bahwa potensi Islam, khususnya umat Islam di negara Laos ini untuk bangkit dari keterpurukan masih ada, namun memiliki kemungkinan yang kecil—kalau tidak ingin dikatakan tidak ada—hanya saja perlu kerja keras untuk memperkuat basis internal dan penguatan kebangkitan Islam di negara Laos dengan cara penguatan Islam kultural yang bersifat terbuka dan toleran sesuai dengan perkembangan pola kehidupan di negara Laos. Dengan demikian, Islam secara membudaya akan menjadi kekuatan besar di negara Laos, namun waktu untuk menentukan hasil yang seperti itu membutuhkan beberapa abad sehingga persatuan di dalam umat Islam itu sendiri harus kuat dan erat.

13.Daftar Pustaka
Institute For Southeast Asian Islamic studies (ISAIS), Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara (Pekanbaru: ISAIS IAIN SUSQA, 2001)

Hasan, Muhammad Tholhah, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta: Lantabora Press, 2005)

Kettani, M. Ali, Minoritas Muslim di dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005)

Munawaroh, Rodotul, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008)

Usairy, Ahmad, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004)

Yunanto, S. Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara (Jakarta: The Ridep Institute, 2003)

Referensi

Agus Ulum Mulyo, “Islam di Laos”, artikel diakses pada 13 Juni 2011 dari `http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010 ... -laos.html.

“Profil Negara Laos”, dalam blog Kedutaan Besar Amerika Serikat, artikel diakses 12 Juni 2011 pada http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm

Konstitusi Republik demokrasi Rakyat Laos yang diakses pada 12 Juni pada http://www.un.int/lao/constitution.htm

Prospek Politik Islam di Asia Tenggara

Studi Kasus Laos

Karya

Andi Anggana

108033200005

Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta


--------------------------------------------------------------------------------

[1] M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), h. 193.

[2] Ibid., h. 194.

[3]Institute For Southeast Asian Islamic studies (ISAIS), Dinamika dan Problematika Muslim di Asia Tenggara (Pekanbaru: ISAIS IAIN SUSQA, 2001), h. 11.

[4] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 550.

[5]Agus Ulum Mulyo, “Islam di Laos”, artikel diakses pada 13 Juni 2011 dari `http://alkayyiscenter.blogspot.com/2010 ... -laos.html.

[6]Rodotul Munawaroh, Politik Islam di Laos (makalah pada FUF UIN Jakarta, 2008), h. 2.

[7] S.Yunanto, Gerakan Militan Islam di Indonesia dan di Asia Tenggara (Jakarta: The Ridep Institute, 2003), h. 161.

[8] “Profil Negara Laos”, dalam blog Kedutaan Besar Amerika Serikat, artikel diakses 12 Juni 2011 pada http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2770.htm

[9]Konstitusi Republik demokrasi Rakyat Laos yang diakses pada 12 Juni pada http://www.un.int/lao/constitution.htm

[10]Muhammad Tholhah hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta: Lantabora Press, 2005), h. 253.

http://gerobakpengetahuan.wordpress.com ... m-di-laos/

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 12:39 pm
by Laurent
kalo dibiarkan malah kayak kasus di birma & thailand

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 12:51 pm
by Laurent
24 Oktober 2012 19:30
Muslim Laos, Minoritas yang tak Tertindas (1)


REPUBLIKA.CO.ID, Sulit memang menemukan Muslim di Laos. Namun, bukannya tidak ada.

Laos memang dikenal sebagai negara di Asia Tenggara yang populasi Muslimnya paling sedikit. Saat ini, Muslim yang tinggal di wilayah bekas jajahan Prancis itu tak sampai 800 orang.

Sejarah mencatat, Islam masuk ke Laos sekitar abad ke-18. Adalah orang-orang dari Tamil, selatan India, yang pertama kali membawa Islam ke Laos.

Kebanyakan Muslim Tamil adalah laki-laki yang bekerja sebagai penjaga dan buruh. Ada pula yang berdagang, yakni menjual kosmetik yang mereka impor dari Cina, Vietnam, dan Thailand.

Sebagian besar dari mereka tinggal di Vientiane, Ibu Kota Laos. Mereka juga menyebar dan tinggal di tiga kota besar Laos lainnya, yakni Luang Prabang, Pakse, dan Savannakhet.

Islam juga dibawa masuk oleh Muslim dari Pakistan. Banyak dari mereka yang bekerja untuk pasukan Inggris dan ditempatkan di Myanmar selama Perang Dunia pertama. Lokasi Myanmar yang berdekatan dengan Laos membuat Muslim Pakistan yang kerap dipanggil Pakhtun mudah menyebarkan Islam di Laos.

Muslim Pakhtun adalah kelompok etnis Muslim yang cukup besar di Laos. Kebanyakan dari mereka kini telah menjadi penduduk Laos dan menikahi perempuan Laos. Sebagian laki-laki Pakhtun bekerja sebagai pegawai negeri dan polisi. Sejumlah lainnya memiliki toko pakaian atau lahan pertanian.

Pedagang Cina dari Yunan pun berkontribusi terhadap perkembangan Islam di Laos. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya seperti Thailand dan Myanmar.

Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw. Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.



Red: Chairul Akhmad
Rep: Fitria Andayani

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... ertindas-1

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 12:54 pm
by Laurent
24 Oktober 2012 19:50
Muslim Laos, Minoritas yang tak Tertindas (2)


REPUBLIKA.CO.ID, Pada pertengahan dekade 60-an, populasi Muslim di Laos hampir semuanya berasal dari Asia Selatan. Jumlahnya ketika itu diperkirakan mencapai 7.000 orang.

Namun, peperangan yang pecah di Laos, membuat mereka hijrah ke negara lain.

Meski demikian, sejumlah Muslim Tamil tetap tinggal karena mereka miskin dan tidak punya uang untuk pindah ke tempat lain.

Selanjutnya, pada 1980, Muslim asal Kamboja membanjiri Laos. Sebenarnya, Muslim Kamboja telah datang ke Laos pada 50 tahun sebelumnya.

Namun, jumlah Muslim Kamboja yang datang ke Laos semakin banyak ketika rezim Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot menyerukan gerakan pembersihan massal etnis Muslim Cham dari tanah Kamboja.

Mereka pun lari ke Vientiane dan kebanyakan hidup dari menjual obat-obatan herbal yang mereka datangkan dari Kamboja.

Pertumbuhan lambat
Sayangnya, populasi Muslim di negeri ini tidak tumbuh secara signifikan. Sejumlah kendala menghadang umat Islam di Laos.

Seperti dikatakan Imam Masjid Azhar, Vientiane, Muhammad Vina bin Ahmad Imam, di Laos tak ada satu pun buku berbahasa Laos yang mendiskusikan tentang Islam. “Tidak ada seorang pun yang berinisiatif untuk memproduksi literatur Islam,” ujarnya.

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang Islam, Muslim Laos hanya memiliki sedikit alternatif, yakni buku bacaan Islam, termasuk Alquran, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Thailand, bukan Laos. Meski bahasa Thailand cukup mirip dengan Laos, namun keadaan ini ditakutkan dapat melunturkan ketertarikan orang Laos terhadap agama Islam.

Di tengah tantangan semacam itu, cukup mengangetkan bila ada orang Laos yang mengetahui tentang Islam, bahkan memutuskan untuk meninggalkan agama lamanya lalu menjadi Muslim. Kebanyakan dari mereka menjadi mualaf karena menikah dengan Muslim.

Namun, ada juga yang pindah agama karena upaya mereka mencari tahu tentang Islam. Dalam hal ini, ada orang Laos yang khusus mempelajari studi Islam di Universitas Malaysia.





Red: Chairul Akhmad
Rep: Fitria Andayani

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... ertindas-2

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 12:56 pm
by Laurent
24 Oktober 2012 20:02
Muslim Laos, Minoritas yang tak Tertindas (3)


Mudah Membangun Masjid
Meski hanya kelompok minoritas, umat Islam di Laos tidak menjadi sasar an diskriminasi.

Presiden Asosiasi Muslim Laos, Muhammad Rafiq alias Sofi Seng Sone, menyatakan hubungan Muslim dengan pemerintah Laos sangat baik.

“Tidak ada masalah terkait hubungan antaragama. Masyarakat Laos pada umumnya sangat ramah dan perhatian. Dan, kami merasa sangat beruntung bisa hidup di sini,” ujarnya.

Penerimaan itulah yang membuat Muslim di Laos dapat dengan mudah membangun masjid untuk beribadah. Muslim asal Kamboja misalnya, memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar.

Masyarakat lokal mengenalnya dengan nama Masjid Kamboja. Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di Distrik Chantaburi yang berjarak sekitar empat kilometer dari pusat Kota Vientiane.

Meskipun dibangun oleh Muslim Kamboja, namun masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini kebanyakan warga dari negara tetangga, juga para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, seperti dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina.

Bangunan masjid ini cukup sederhana, namun dilengkapi dengan madrasah untuk anak-anak Muslim belajar agama Islam. Keberadaan masjid ini di Vientiane tidak diprotes oleh masyarakat sekitar. “Bahkan, ketika azan berkumandang, komunitas non-Muslim di Vientiane tak merasa terganggu,” kata Rafiq.

Muslim Chin Haw juga memiliki masjid sendiri di Laos. Masjid tersebut terletak di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui. Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk azan.





Red: Chairul Akhmad
Rep: Fitria Andayani

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... ertindas-3

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 12:59 pm
by Laurent
24 Oktober 2012 20:15
Muslim Laos, Minoritas yang tak Tertindas (4-habis)


REPUBLIKA.CO.ID, Sementara, Muslim Tamil dan Pakhtuns biasa beribadah di Masjid Jami yang terletak di jantung Kota Vientiane.

Masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid mereka di Tamil. Khotbah shalat Jumat di masjid tersebut biasanya disampaikan dalam dua bahasa, yaitu Urdu dan Tamil.

Masjid ini juga dilengkapi dengan ruangan khusus untuk mengajarkan bahasa Arab dan ajaran keislaman kepada anak-anak.

Komunitas Muslim di luar Vientiane juga bisa merasakan kehadiran masjid di komunitas mereka. Misalnya saja, sebuah masjid kecil di Sayaburi atau di tepi barat Mekong tak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Mencari makanan halal pun bukan perkara yang terlalu sulit. Setiap kota besar di Laos setidaknya memiliki satu restoran India yang dikelola oleh Muslim Tamil. Seorang Muslim India yang membuka restoran adalah Muhammad Nazimuddin alias Samsack Sivi lay. Nazim memiliki enam restoran India di Laos.

Restoran halal yang dibukanya tentu memberikan angin segar bagi para Muslim. Hal ini karena kebanyakan restoran di Laos menyediakan makanan dengan bahan dasar daging yang tak lazim dikonsumsi Muslim, seperti katak, ular, anjing, dan musang.

Beberapa restoran halal terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road. Beberapa lainnya berdiri di persimpangan jalan Phonxay dan Nong Bon Roads. Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging halal. Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragam Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.




Red: Chairul Akhmad
Rep: Fitria Andayani

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... das-4habis

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 1:02 pm
by Laurent
08 Juni 2012 21:31
Muslim Laos di Tengah Rezim Komunis (1)


REPUBLIKA.CO.ID, Laos adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang berbatasan dengan Myanmar dan Cina di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari Abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau Negeri Seribu Gajah.

Beribu kota Vientiane, Laos dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pemerintahan komunis yang masih tersisa di dunia.

Mayoritas penduduknya merupakan pemeluk Buddha Theravada. Karena itu, tak mengherankan kalau Laos merupakan negara dengan penduduk Muslim paling sedikit di Asia Tenggara.

Agama Islam pertama kali masuk Laos melalui para pedagang Cina dari Yunan. Para saudagar Cina ini bukan hanya membawa dagangannya ke Laos, namun juga ke negara tetangganya, seperti Thailand dan Burma (Myanmar saat ini). Oleh masyarakat Laos dan Thailand, para pedagang asal Cina ini dikenal dengan nama Chin Haw.

Peninggalan kaum Chin Haw yang ada hingga hari ini adalah beberapa kelompok kecil komunitas Muslim yang tinggal di dataran tinggi dan perbukitan. Mereka menyuplai kebutuhan pokok masyarakat perkotaan.

Di sini, mereka memiliki sebuah masjid dengan ukuran yang sangat besar dan menjadi kebanggaan Muslim Laos. Letaknya di ruas jalan yang terletak di belakang pusat air mancur Nam Phui.

Masjid ini dibangun dengan gaya neo-Moghul dengan ciri khas berupa menara gaya Oriental. Masjid ini juga dilengkapi pengeras suara untuk azan. Ornamen lain adalah tulisan-tulisan dalam lima bahasa, yaitu Arab, Tamil, Lao, Urdu, dan Inggris, yang terdapat dalam masjid.

Selain kelompok Muslim Chin Haw, ada lagi kelompok Muslim lainnya di Laos, yaitu komunitas Tamil yang berasal dari selatan India. Muslim Tamil dikenal dengan nama Labai di Madras dan sebagai Chulia di Malaysia dan Phuket (Thailand). Mereka masuk ke Vientiane melalui Saigon. Mereka juga memiliki sebuah masjid yang bentuknya mirip dengan masjid di Tamil.

Para jamaah Muslim India Selatan inilah yang mendominasi masjid di Vientiane. Di ibukota Laos ini, hanya terdapat dua buah masjid, yakni Masjid Al-Azhar dan Masjid Al-Jamia.

Masjid ini dibangun oleh kaum pendatang dari India. Masjid ini tak pernah sepi dari jamaah. Apalagi pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, masjid ini selalu dipenuhi oleh jamaah. Jamaah Muslim ini kebanyakan berasal dari India, Pakistan, dan Bangladesh.



Red: Chairul Akhmad
Rep: Nidia Zuraya

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... -komunis-1

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 1:05 pm
by Laurent
08 Juni 2012 21:53
Muslim Laos di Tengah Rezim Komunis (2)


REPUBLIKA.CO.ID, Walaupun berada di lingkungn padat dan sebagian besar penduduknya pemeluk agama Buddha, aktivitas dan kegiatan keagamaan di masjid ini berjalan normal.

Bahkan, sebagian warga Vientiane sangat akrab dengan komunitas Muslim di sini. Mereka semua mengetahui ada masjid di daerah Prabang Road ini.

Hubungan antar agama di Vientiane juga sangat baik. Bahkan, ketika adzan berkumandang, komunitas non-Muslim di Vientiane tak merasa terganggu.

Masjid ini juga banyak dikunjungi jamaah Muslim dari berbagai negara. Jamaah tetap di masjid ini kebanyakan warga dari negara tetangga, juga para diplomat dari negara Muslim di Vientiane, termasuk dari Malaysia, Indonesia, dan Palestina. Bangunan masjid di Vientiane juga dilengkapi dengan bangunan madrasah untuk anak-anak Muslim belajar agama Islam.

Selain di Vientiane, ada lagi komunitas Muslim lainnya di Laos. Namun, jumlahnya sangat sedikit. Umumnya, mereka lebih memilih tinggal di kota kecil di luar Vientiane. Sebagian orang menyatakan ada sebuah masjid kecil di Sayaburi, di tepi barat Mekong, tidak jauh dari Nan. Sayaburi dulu pernah dinyatakan sebagai daerah tertutup bagi orang asing.

Pengungsi Kamboja
Laos merupakan salah satu negara yang kaya dengan keberagaman etnis. Saat ini, jumlah penduduk Laos mencapai 6,2 juta jiwa.

Setengah dari populasi penduduk Laos berasal dari etnis Lao atau yang dikenal masyarakat lokalnya sebagai Lao Lum. Selain mendominasi dari segi jumlah penduduk, mereka juga mendominasi pemerintahan dan komunitas masyarakat di Laos.

Mereka yang berasal dari etnis ini memiliki hubungan kekerabatan dengan penduduk kawasan timur laut Thailand. Mereka berasal dari dataran rendah Mekong yang hidup mendominasi di Vientiane dan Luang Prabang. Secara tradisional, mereka juga mendominasi pemerintahan dan masyarakat Laos.


Red: Chairul Akhmad
Rep: Nidia Zuraya

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... -komunis-2

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 1:08 pm
by Laurent
08 Juni 2012 22:12
Muslim Laos di Tengah Rezim Komunis (3)


REPUBLIKA.CO.ID, Keberagaman etnis ini juga tampak pada komunitas Muslim di sana. Muslim Laos didominasi oleh para pendatang dari kawasan Asia Selatan dan juga Muslim Kamboja. Khusus untuk Muslim Kamboja, mereka adalah para pengungsi dari rezim Khmer Meraah.

Mereka melarikan diri ke negara tetangga mereka, Laos, setelah pemimpin rezim, Pol Pot, menyerukan gerakan pembersihan massal etnis Kamboja Cham Muslim dari tanah Kamboja.

Sebagai pengungsi, kehidupan mereka terbilang miskin. Selain itu, mereka mengalami trauma akibat pengalaman hidup di bawah tekanan rezim Khmer sejak 1975.

Semua masjid di Kamboja dihancurkan. Mereka juga dilarang beribadah atau berbicara dalam bahasa Kamboja dan banyak di antara mereka dipaksa untuk memelihara babi.

Sejarah pahit mengiringi kepergian Muslim Kamboja ke Laos. Mereka dipaksa makan rumput, sementara satu-satunya daging yang mereka dapatkan dari tentara Khmer hanyalah daging babi yang diharamkan oleh Islam.

Beberapa orang Kamboja, seperti mereka yang tinggal di Vientiane, kemudian melarikan diri dari kampung halamannya.

Sementara itu, sisanya berhasil bertahan dengan cara menyembunyikan identitas etnis mereka dan juga keislamannya. Dari seluruh populasi Muslim Kamboja, diperkirakan tujuh puluh persennya tewas akibat kelaparan dan pembantaian.

Kini, di Laos, diperkirakan ada sekitar 200 orang Muslim asal Kamboja. Mereka memiliki masjid sendiri yang bernama Masjid Azhar atau yang oleh masyarakat lokal dikenal dengan nama Masjid Kamboja.

Masjid ini berlokasi di sebuah sudut di distrik Chantaburi yang berjarak sekitar 4 kilometer dari pusat kota Vientiane. Sebagai sebuah tempat ibadah, bangunan Masjid Kamboja ini memang terlihat sederhana sekali.



Red: Chairul Akhmad
Rep: Nidia Zuraya

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... -komunis-3

Re: POLITIK ISLAM DI LAOS

Posted: Sun Dec 30, 2012 1:11 pm
by Laurent
08 Juni 2012 22:32
Muslim Laos di Tengah Rezim Komunis (4-habis)


REPUBLIKA.CO.ID, Meski berjumlah sangat sedikit dan tergolong miskin, mereka teguh memegang agama. Umumnya, mereka adalah penganut Mahzab Syafi’i yang berbeda dengan komunitas Muslim Asia Selatan di Vientiane yang menganut Mazhab Hanafi.

Mayoritas berbisnis
Saat ini, sebagian besar Muslim di Vientiane bekerja sebagai pebisnis. Mereka berusaha di bidang tekstil, ekspor-impor, atau melayani komunitas mereka sendiri dengan menjadi penjual daging atau pemilik restoran halal.

Beberapa restoran yang dikelola oleh Muslim asal India terletak di kawasan Taj off Man Tha Hurat Road dan dua atau tiga restoran halal lainnya berdiri di persimpangan Jalan Phonxay dan Nong Bon Roads.

Selain melayani komunitas Muslim, mereka juga menyediakan jasa katering bagi petugas kedutaan yang beragama Islam. Sisanya, para pekerja Muslim lokal di Vientiane bekerja di bagian tesktil di berbagai pasar di kota ini, seperti di Talat Sao atau pasar pagi, di persimpangan jalan Lan Xang, dan Khu Vieng.

Kelompok ini merupakan orang-orang yang percaya diri, ramah, dan giat bekerja meski mereka berbicara bahasa Inggris tidak sebanyak mereka yang berasal dari Asia Selatan. Setiap pertanyaan dalam bahasa Inggris yang tidak dimengerti akan mereka jawab dengan kalimat bo hu atau "saya tidak mengerti" dalam bahasa Laos.

Selain bekerja di industri tekstil, banyak Muslim Laos yang bekerja sebagai penjual daging. Ini mengingat kebutuhan makanan yang sangat spesifik dari komunitas Muslim, yaitu penyembelihan secara Islam.

Untuk membedakan kios daging mereka dari kios daging lain yang menjual daging babi, para penjual yang beragama Islam memasang lambang bulan sabit atau tanda dalam bahasa Arab.

Tanda ini menunjukkan, selain pemiliknya Muslim, mereka hanya menyediakan daging halal. Maklum saja, sebagai minoritas, sangat sulit bagi mereka untuk menemukan makanan yang dijamin kehalalannya. Daging yang biasa dipasarkan adalah daging babi.


Red: Chairul Akhmad
Rep: Nidia Zuraya

http://m.republika.co.id/berita/dunia-i ... nis-4habis