GAMMA RAY BURSTERS dan iSLAM****
Posted: Sun Oct 22, 2006 2:51 pm
From: Namaku
To: ali5196
Posted: Sat Oct 21, 2006 10:03 am
Subject:
Bisa gak tanyakan tentang artikel ini ke FFInternational.
Bisa gak tanyakan bantahan tentang artikel ini ke FFInternational?? Saya kurang begitu bisa bahasa inggris, jadi agak sulit untuk menanyakan hal ini ke fordis FFInternational.
Mungkin abang ali5196 bisa menterjemahkannya dan menanyakannya kepada member fordis FFInternational Hector,peaceforever.
Thx Quote:
To: ali5196
Posted: Sat Oct 21, 2006 10:03 am
Subject:
Bisa gak tanyakan tentang artikel ini ke FFInternational.
Bisa gak tanyakan bantahan tentang artikel ini ke FFInternational?? Saya kurang begitu bisa bahasa inggris, jadi agak sulit untuk menanyakan hal ini ke fordis FFInternational.
Mungkin abang ali5196 bisa menterjemahkannya dan menanyakannya kepada member fordis FFInternational Hector,peaceforever.
Thx Quote:
Quote:
GRBs: Kemungkinan Tafsir untuk Bintang Pelempar
Syaitan
Abstrak
Salah satu fungsi bintang sebagai alat pelempar syaitan tertuang dalam beberapa ayat Al Qur`an. Kemajuan sains dan teknologi di bidang astronomi dan astrofisik mempengaruhi usaha manusia untuk memahami
ayat-ayat tersebut. Dalam tulisan ini dicoba diulas antara kesamaan ciri-ciri bintang yang disebut sebagai alat pelempar syaitan dengan temuan astronomi/astrofisik modern tentang Gamma Ray Bursters
(GRBs). Disimpulkan bahwa ada kesamaan yang kuat antara bintang pelempar syaitan dengan GRBs.
Keywords: gamma ray bursters, GRBs, bintang, Al Qur`an
BAGIAN SATU: Pendahuluan
Telah lama diketahui bahwa beberapa ayat di dalam kitab suci umat Islam, Al Qur`an, berbicara tentang fungsi bintang; yang salah satunya sebagai alat pelempar syaitan. Beberapa abad telah berlalu sejak
ayat-ayat tersebut tertuang dalam kitab suci. Sesuai dengan kaidah "kami dengar dan kami taat", umat Islam meyakini bahwasanya hal tersebut merupakan informasi dari Allah swt yang wajib diyakini kebenarannya. Meskipun penjelasan ilmiah mengenai hal itu belum ada.
Namun di sisi lain, terdapat segolongan manusia yang menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai bahan olok-olok. Padahal kemampuan observasi manusia terhadap alam semesta belumlah sampai meliputi semua materi dan fenomena yang ada di alam semesta. Bagaimana bisa mereka memperolok-olok sesuatu yang mereka tak memiliki cukup ilmu tentangnya?
Science dan Teknologi astronomi berkembang luar biasa pesat pada abad ke-21 ini. Banyak materi dan fenomena alam tak terduga yang ditemukan para astronom dan ahli astrofisik. Salah satu hal yang cukup mencengangkan adalah penemuan Gamma Ray Bursters (GRBs) - ledakan sinar gamma. Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa GRBs merupakan obyek paling misterius di alam semesta yang teramati (observable universe).
[note: karena ada kemungkinan bahwa non-observable universe menyimpan berbagai misteri yang lebih banyak lagi]
[note: banyak sekali artikel ilmiah bidang astronomi dan astrofisik yang membahas masalah GRBs ini. Di Nature, dijumpai tulisan yang berkaitan dengan GRBs ini sekitar 21,000 an, sedangkan hal yang sama dijumpai di Science sebanyak 4,000 an tulisan. Nature dan Science seperti telah diketahui merupakan dua jurnal dengan impact faktor sangat tinggi]
Dari fisika kita ketahui bahwa sinar gamma memiliki frekuensi yang tertinggi dalam spektrum gelombang elektromagnetik, yakni sampai 10 pangkat 24 Hz. Tingginya frekuensi ini berkonsekuensi pada tingginya
energi sinar gamma, yakni lebih dari 10 pangkat 5 elektron volt. Maka tidak mengherankan bahwa banyak ilmuwan menyebut GRBs sebagai objek paling terang di alam semesta tampak (Ensiklopedi wikipedia menyebut energi GRBs ini sekitar 10 pangkat 44 Joule).
[note: bila menggunakan panas laten es yang sebesar 300 kJ/kg, maka GRBs ini sanggup mencairkan 3.3 pangkat 39 kg es, atau setara dengan es sebesar 5.5 pangkat 14 kalinya massa bumi kita]
[note: dari temuan seorang ahli di California Institute of Technology, diperlihatkan bahwa GRBs ini sangat jauh lebih terang dari matahari kita]
Tulisan singkat ini tidak bermaksud sama sekali untuk memastikan bahwa GRBs merupakan tafsir atas ayat-ayat Allah swt yang menerangkan bintang sebagai alat pelempat syaitan. Tulisan ini hanya mencoba memberikan keluasan wacana dan kemungkinan bahwasanya ada kebenaran di balik ayat-ayat Allah swt. Hanya keterbatasan manusia sajalah yang menghalangi manusia sementara ini untuk melihatnya. Penulis menempatkan ayat Allah swt sebagai kebenaran utama, sedangkan sains memiliki relativitas kebenaran (yang antara lain
dipengaruhi oleh metode, teknologi, hasil empirik sebelumnya, perjalanan waktu, dll)
Karena bidang kajian penulis saat ini bukan pada astronomi dan astrofisik, maka mohon maaf sekiranya ada analisis yang keliru. Mohon kemurahannya untuk mengkoreksinya. Selain itu penulis juga bukan ahli
bahasa arab, sehingga mohon koreksinya bilamana ada analisis bahasa yang tidak pada tempatnya.
Sistematika Penulisan
Setelah didahului dengan Pendahuluan - untuk memberikan gambaran ide tulisan, tulisan ini akan dilanjutkan dengan pendalaman atas beberapa ayat yang berkaitan dengan kata "bintang", kemudian disusul
dengan uraian mengenai ayat-ayat yang menginformasikan bintang untuk pelempar syaitan, dan dilanjutkan dengan pembahasan singkat mengenai GRBs, serta ditutup dengan kesimpulan.
BAGIAN DUA: Kata "Bintang" dalam Al Qur`an
Dari ayat-ayat yang menyebut kata "bintang" dan sejenisnya, maka dapat dilihat bahwa Allah swt menyebutkan sedikitnya 4 jenis benda langit selain bulan dan matahari, yakni nujuum (dengan bentuk
tunggal an-najm) (6:97, 7:54, 16:12, 12:16, 22:18, 37:88, 52:49, 53:1, 56:75, 77:, buruuj (15:16, 25:61), kawaakib (dengan bentuk tunggal kawkabaa) (6:76, 12:4, 24:35, 27:6), dan mashaabih (41:12,
67:5). Allah swt, Sang Pencipta, tentu saja Maha Mengetahui segala ciptaannya. Sehingga penggunaan 4 kata untuk menunjuk benda bercahaya di langit (selain bulan dan matahari), tentu saja ada tujuan dan maknanya.
"Nujuum"
Nujuum / an-najm, secara konsisten selalu memiliki makna semua benda langit yang bercahaya selain bulan dan matahari. Pengertian seperti ini paling jelas dilihat pada 7:54, dimana Allah swt berfirman :
'Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.'
Dalam ayat tersebut, Allah hendak mengatakan bahwa Allah lah yang menciptakan semua benda di langit. Dari segi besarnya intensitas cahaya yang bisa diamati dari bumi oleh manusia biasa (tanpa alat bantu), maka benda langit hanya akan terbagi tiga, yakni matahari, bulan, dan semua benda bercahaya selain keduanya. Bila dipadankan dengan pengertian masa sekarang, nujuum dapat dianggap sebagai bintang (yang memiliki sumber cahaya) dan planet (yang tidak memiliki sumber cahaya). Baik bintang ataupun planet di tata surya, akan nampak sebagai benda yang bercahaya. Nujuum ini pula yang disebut sebagai petunjuk jalan.
"buruuj"
Sedangkan buruuj selalu diidentikkan dengan kelompok bintang / gugusan bintang. Mungkin pada masa sekarang, kelompok bintang inilah yang juga disebut sebagai rasi bintang. Perlu dicatat bahwa rasi bintang ini hanya terdiri dari bintang-bintang (bukan planet). Sedangkan
planet (di dalam system tata surya kita) memiliki garis edar dan tingkah laku yang berbeda dengan rasi bintang tersebut. Tak heran bahwa bangsa Yunani kuno memberi nama ¡Èplanet¡É yang berarti ¡Èmengembara¡É.
Mengingat jarak antara system tata surya dengan bintang terdekat yang mencapai ribuan tahun cahaya, atau jarak antara galaksi bima sakti dengan galaksi lain yang bisa mencapai jutaan bahkan miliar-an tahun
cahaya, maka dapat disimpulkan bahwa hanya benda yang memiliki sumber cahaya sajalah yang mampu meneruskan sinarnya hingga dapat diamati dari permukaan bumi. Dalam tulisan ini, kecepatan cahaya adalah 300,000 km/s (cahaya dapat menempuh jarak 300,000 km dalam
satu detik).
"kawaakib"
Kawaakib mewakili benda langit, selain bulan dan matahari, yang bercahaya paling terang. Dalam 6:76, digambarkan proses pencarian Tuhan yang dilakukan Nabi Ibrahim as. mula-mula Nabi Ibrahim melihat kepada ¡Èkawkabaa¡É, yakni benda bercahaya di langit (selain
bulan dan matahari). Karena dalam proses pencarian Tuhan, maka dapat dibayangkan bahwa Nabi Ibrahim as kemungkinan besar merujuk kepada salah satu bintang yang paling terang.
Demikian juga yang digambarkan pada 12:4, pada saat Nabi Yusuf as bermimpi melihat 11 ¡Èkawkabaa¡É, matahari, dan bulan semuanya bersujud kepadanya. Allah swt Maha Mengetahui dengan makna bilangan 11. Dalam kisah awal penciptaan Nabi Adam as, Allah swt telah
memerintahkan kepada Malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam as. Hal ini merupakah suatu bentuk penghormatan yang diberikan Allah swt kepada para nabi-Nya. Demikian pula dengan Nabi Yusuf as. Allah swt memperlihatkan dalam mimpi bahwa semua makhluk, yang diwakili oleh kawkabaa, matahari, dan bulan, semuanya bersujud kepada Nabi Yusuf as. Kawkabaa yang mewakili spesies bintang, kemungkinan besar dirujukkan pada bintang-bintang yang paling terang. Beberapa
penulis muslim berusaha menghubungkan pengertian kawkabaa dengan ¡Èplanet¡É. Namun bila kawkabaa dirujukkan kepada planet, maka pengertian ayat di atas bermakna bahwa yang sujud kepada Nabi Yusuf as hanyalah 11 planet, matahari, dan bulan, yang (kemungkinan) merupakan anggota tata surya. Padahal dari astronomi modern telah kita ketahui bahwa system tata surya kita hanyalah satu noktah diantara lautan pasir benda-benda langit (dalam pengertian yang sebenarnya). wallahu a`lam.
"mashaabih"
Sedangkan mashaabih pernah disebut sebagai pelita (sumber cahaya). Keterkaitan antara mashaabih dengan kawaakib dijelaskan dalam surat An-Nuur pada saat Allah swt menjelaskan cahaya Allah swt. Mashaabih
diumpamakan sebagai sumber cahaya (pelita), sedangkan kaca pembungkus mashaabih itu laksana kawaakib yang bercahaya bak mutiara.
Sedangkan bintang yang merupakan hiasan bagi langit terdekat, disebut Allah swt sebagai kawaakib dan mashaabih. Dan bintang ini pulalah yang merupakan alat pelempar syetan. Patut diperhatikan bahwa pada surat
Al Hijr, Ash-Shaffat, dan Al Jin, suluh api yang mengejar syetan disebut sebagai syihaab. Sedang keterkaitan antara suluh api tersebut dengan bintang dijelaskan pada surat Ash-Shaffat. Dan surat Al-Mulk
menyebut bintang (mashaabih) sebagai alat pelempar syetan.
BAGIAN TIGA: Bintang untuk melempar syaitan
Allah swt menerangkan mengenai bintang-bintang yang digunakan sebagai alat pelempar syaitan dalam beberapa ayat Al Qur`an, diantaranya:
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang (mashaabih) dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala".¡¡(Al-Mulk:5)
Dalam Tafsir Ibu Katsir, Qatadah mengatakan bahwa Allah swt menciptakan bintang-bintang dengan tiga tujuan, yakni (1)sebagai hiasan langit (2)peluru/misil untuk syaitan dan (3)petunjuk perjalanan / navigasi
(di malam hari).
Hal yang sama juga disampaikan Allah swt dalam surat Al-Jin, [8] dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, [9] dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki
beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api (syihaab) yang mengintai (untuk membakarnya).
Sedangkan hubungan antara bintang-bintang (kawaakib, buruuj) dengan suluh api (syihaab) yang dilemparkan kepada setiap syaitan yang mencoba mencuri dengar pembicaraan para malaikat, diungkapkan Allah swt dalam surat Ash-Shaffat, [6] Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang (kawaakib),
[7] dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka, [8] setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan
(pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.
[9] Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, [10] akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api (syihaab) yang cemerlang.
Hal senada juga difirmankan Allah swt dalam surat Al-Hijr, [16] Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (buruuj) (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), [17] dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, [18] kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang
dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api (syihaab) yang terang.
Keterkaitan antara bintang-bintang dengan alat untuk melempat syetan secara eksplisit dinyatakan Allah swt dalam tiga surat yakni, Al-Mulk:5, Ash-Shaffat:6-10, dan Al-Hijr:16-18. Dalam ketiga surat tersebut, Allah
swt menggunakan kata syihaab untuk menunjukkan semburan/panah/suluh api yang mengejar syetan manakala dia hendak mencuri dengar pembicaraan para malaikat. Sedangkan istilah bintang dinyatakan dengan mashaabih pada surat Al-Mulk:5, kawaakib pada surat
Ash-Shaffat:6, dan buruuj pada surat Al-Hijr:16.
Menarik untuk digarisbawahi bahwa Allah swt tidak menggunakan istilah nujuum dalam kaitan dengan bintang sebagai alat pelempar syetan. Hal ini mungkin sesuai dengan pembahasan sebelumnya yang menyimpulkan bahwa kata nujuum digunakan untuk menunjukkan semua benda
langit selain bulan dan matahari, yakni planet dan bintang. Sedangkan mashaabih yang berarti lampu/pelita kemungkinan besar menunjukkan benda langit bercahaya yang mampu memancarkan cahaya sendiri (bukan hanya memantulkan cahaya dari benda langit yang lain). Kata
kawaakib yang merupakan bentuk jamak dari kawkaab juga berkaitan dengan mishbaah (bentuk lain dari mashaabih) yang bermakna pelita pada surat An-Nuur:35 sebagai berikut:
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar (mishbaah). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu
seakan-akan bintang (kawkaab) (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semburan/panah/suluh api (syihaab) yang mengejar syetan manakala hendak mencuri berita, selalu
dikaitkan dengan benda langit yang memiliki cahaya sendiri, yakni mashaabih, kawaakib, dan buruuj.
Tafsir tentang langit, bintang, dan panah api
Langit
Tafsir tentang ketiga hal ini tidak bisa terlepas dari kemajuan sains mutakhir yang ada pada masa penafsir. Pada masa-masa yang lalu, ada penafsir yang menghubungkan kata tujuh lapis langit (samaa`) dengan
tujuh lapis atmosfer bumi. Bintang (benda langit yang bercahaya) juga masih dianggap sebagai satu jenis, tanpa pendalaman klasifikasi. Sedangkan panah api seringkali ditafsirkan sebagai meteor atau komet yang nampak dari bumi.
Bila merujuk pada surat Al-Mulk:5, Ash-Shaffat:6, dan Al-Hijr:16, Allah swt menyatakan bintang sebagai hiasan bagi langit terdekat. Dapat ditarik kesimpulan dari kalimat tersebut, bahwa langit terdekat (lapis
pertama) adalah langit dimana terdapat bintang-bintang. Perkembangan sains modern telah memungkinkan para astronom untuk mengamati benda-benda langit pada jarak yang sangat jauh. Mereka menggunakan
teleskop dan satelit yang berpangkalan di ruang angkasa (outer space).
Dari pengukuran-pengukuran yang telah dilakukan, diketahui bahwa jarak bintang terjauh yang bisa teramati memiliki orde miliar-an tahun cahaya (1 detik cahaya akan menempuh jarak 300,000 km). Atau
dengan kata lain, cahaya bintang terjauh (yang bisa diamati) tersebut memerlukan waktu untuk sampai ke bumi sebesar orde miliar-an tahun. Padahal dari penelitian, bumi memiliki umur sekitar 4 miliar tahun,
dengan demikian ada kemungkinan bahwa bintang-bintang terjauh (yang bisa diamati) tersebut telah mulai memancarkan cahayanya sejak bumi sendiri belum lahir.
Juga bisa dinyatakan juga bahwa penampakan bintang terjauh (yang bisa diamati) tersebut merupakan penampakan miliar-an tahun yang lalu.
Maka bila didefinisikan bahwa langit terdekat (tingkat pertama) adalah langit yang berhiaskan bintang-bintang, maka jaraknya lebih besar dari orde miliar tahun cahaya. Hal tersebut disebabkan jarak miliar tahun cahaya hanyalah jarak bintang yang bisa diamati dengan teknologi saat ini. Boleh jadi jarak bintang terjauh (ujung alam semesta dengan
bintang-bintang) yang sebenarnya adalah berpuluh kali lipat dari jarak bintang yang bisa teramati saat ini.
Pengertian ¡Èlangit¡É sendiri juga mengalami perubahan sejalan dengan sains mutakhir. Langit (samaa`) ternyata bukanlah satu lapisan zat dengan bintang-bintang menempel pada permukaannya. Namun
bintang dan galaksi memiliki posisi yang menyebar (bukan pada satu lapisan permukaan). Dengan demikian nampaknya lebih sesuai untuk memberi pemaknaan ¡Èlangit¡É sebagai ¡Èruang¡É (space). Sains modern
selalu mengkaitkan ruang dengan waktu, seperti halnya materi dan energi. Maka pendefinisian langit (samaa`) sebagai ruang-waktu menemukan justifikasinya.
Informasi tentang ruang tanpa disertai dengan waktu tidak memberikan sesuatu yang bermakna spesifik.
Bintang
Perkembangan teknologi di bidang pengamatan perbintangan telah memungkinkan manusia jaman ini untuk mengetahui bahwa terdapat berbagai jenis benda langit yang bercahaya. Karena jaraknya yang dekat
dengan bumi, planet-planet di tata surya juga terlihat seperti benda bercahaya lainnya, namun manusia telah mengetahui bahwa planet hanya memantulkan cahaya matahari. Bintang yang bercahaya sendiri pun ternyata terdiri atas berbagai ukuran, yang menempatkan
matahari dalam jajaran bintang berukuran sedang. Selain berbeda ukuran, ada tiga klasifikasi umum kondisi bintang, yakni bintang yang baru lahir, bintang dewasa (seperti matahari), dan bintang yang
mengalami kematian (dengan kondisi akhir tergantung pada ukurannya; bisa menjadi bintang neutron, black hole, dll).
Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa Allah swt menggunakan empat kata untuk menunjuk bintang, yakni nujuum, kawkaab (jamak kawaakib), mashaabih, dan buruuj. Seperti pada pembahasan tentang bintang, ke-empat kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Pelempar syetan
Meteor, atau yang terkadang disebut sebagai bintang jatuh, seringkali dirujuk oleh beberapa penafsir ayat-ayat yang berkaitan dengan bintang sebagai alat pelempar syetan. Penampakan meteor dari bumi yang
memang serupa dengan semburan/suluh/panah api memperkuat argumen bahwa memang itulah alat pelempar syetan yang disebutkan Allah swt dalam berbagai ayat di dalam Al Qur`an.
Namun perkembangan teknologi pengamatan astronomi telah meyakinkan manusia bahwa meteor yang berasal dari batu-batu meteorid di galaksi bima sakti tersebut tidak memiliki hubungan dengan bintang. Dalam arti, meteorid bukanlah bagian fisik dari bintang. Meteorid
memiliki posisi tertentu di dalam wilayah galaksi bima sakti, yang seringkali disebut sebagai awan meteorid (meteorid cloud). Padahal dalam berbagai ayat, pelempar syetan ini selalu dikaitkan dengan bintang.
Kelemahan yang lain adalah bahwa semburan api yang muncul pada meteor disebabkan karena gesekan yang terjadi manakala meteorid memasuki atmosfer bumi. Dengan demikian, pada saat meteorid tersebut tidak memasuki wilayah atmosfer bumi, dia tidak mengalami gesekan dengan apa pun, sehingga tidak terjadi semburan api. Padahal nampaknya semburan api untuk pelempar syetan ini tidak terbatasi hanya pada atmosfer bumi saja.
Selain meteor, ada juga anggapan yang menyatakan bahwa komet adalah alat pelempar syetan, dengan argumen yang sama dengan meteor; komet nampak seperti semburan api yang cemerlang. Paling tidak ada dua kelemahan manakala menempatkan komet sebagai alat pelempat syetan, yang pertama karena komet (seperti komet
Halley) telah memiliki orbit tertentu. Padahal nampaknya alat pelempar syetan ini mestinya datang secara tak-terduga, sehingga tidak dapat diprediksikan posisinya oleh syetan. Kelemahan yang kedua, serupa
dengan meteor, komet hanya mengeluarkan ekor berapi manakala orbitnya mendekati posisi matahari. Panas radiasi matahari akan menyebabkan sebagian material komet terbakar; ini nampak seperti semburan api. Manakala komet jauh dari matahari, dia tidak akan mengeluarkan ekor berapi.
Komet berbeda dengan meteor, salah satunya pada orbit/lintasannya. Meteor umumnya berukuran kecil dan memasuki wilayah atmosfer bumi. Ada yang terbakar habis di dalam atmosfer, namun ada juga yang karena besarnya ukurannya, menyebabkan batu meteor tersebut
masih tersisa dan menghantam permukaan bumi. Sedangkan komet, biasanya memiliki orbit tertentu, sehingga penampakannya bisa diprediksikan (seperti komet Halley).
Dari ayat-ayat yang menerangkan semburan/suluh/panah api yang digunakan untuk melempar syetan yang berusaha mencuri dengar pembicaraan para malaikat, dapat diketengahkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Semburan/suluh/panah api tersebut terkait dengan bintang (benda langit yang berkemampuan memancarkan cahaya). Lihat kembali surat Al-Mulk:5, Ash-Shaffat:6-10, dan Al-Hijr:16-18.
2.Semburan/suluh/panah api tersebut memiliki tingkat terang (brightness) yang sangat tinggi. Lihat surat Ash-Shaffat:10 dan Al-Hijr:18.
3.Selain memiliki tingkat terang yang sangat tinggi, nampaknya semburan/suluh/panah api tersebut memiliki energi yang sangat tinggi; dikarenakan dia berfungsi bukan hanya untuk mengejar syetan, namun sekaligus untuk membakarnya. Lihat surat Al-Jin:9. Ibnu Katsir menafsirkan juga bahwa semburan api tersebut akan memusnahkan syetan seketika.
4.Semburan/suluh/panah api yang mengejar dan membakar syetan tersebut datang dari segala penjuru langit. lihat surat Ash-Shaffat:8.
5.Nampaknya semburan/suluh/panah api tersebut memiliki posisi yang acak/random disebabkan posisi syetan yang juga tidak mengambil satu posisi tertentu terus menerus.
BAGIAN EMPAT: GRBs
Ledakan sinar gama (gama ray bursts - GRBs) adalah ledakan berumur pendek suatu photon sinar gamma, suatu bentuk cahaya yang paling energik. Berumur mulai dari mili detik, hingga beberapa menit, GRBs bersinar sangat terang, ratusan kali lebih terang dari supernova dan sekitar sejuta triliun lebih terang dari sinar matahari. Hal ini membuat GRBs menjadi obyek paling terang dalam alam semesta yang teramati
(observable universe).
GRBs terdeteksi sedikitnya sekali dalam sehari pada arah acak di seluruh penjuru alam semesta. Dari data yang ada, para ilmuwan mengatakan bahwa GRBs tidak pernah muncul dari arah yang sama, sehingga prediksi
posisi kemunculannya sulit untuk dilakukan. Hingga hari ini GRBs merupakan misteri terbesar astronomi sejak pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh satelit amerika yang hendak mendeteksi keberadaan uji coba nuklir uni sovyet. Satelit tersebut dilengkapi
dengan detector sinar gamma, karena salah satu keluaran ledakan nuklir adalah sinar gamma.
Hingga awal tahun 90 an, para astronomer belum tahu apakah sinar gamma tersebut dihasilkan di dalam system tata surya kita, di dalam galaksi bima sakti ataukah dari sumber yang lebih jauh lagi. Namun saat ini telah diketahui bahwa sumber GRBs diduga berkaitan dengan
supernova dari galaksi yang sangat jauh (berjarak sekita orde miliar tahun cahaya).
Dengan demikian GRBs yang bergerak dengan kecepatan cahaya, telah melintasi waktu orde miliar tahun sebelum mencapai sekitar bumi kita. Padahal umur bumi diperkirakan sekitar 4 milar tahun. Maka diperkirakan
bahwa GRBs bermula manakala usia bumi masih sangat muda. Beberapa GRBs yang teramati sebenarnya bermula manakala alam semesta baru berumur beberapa miliar tahun.
Dalam 15 tahun terakhir ini, telah digunakan beberapa satelit untuk menyelidiki fenomena GRBs, yakni NASA`s Compton Gamma-Ray Observatory dan BeppoSAX (kerjasama Italia-Belanda). Dr. Stan Woosley mengemukakan teori pembentukan GRBs yang disebut sebagai model collapsar. Model ini memprediksikan bahwa GRBs muncul akibar
proses runtuhnya nya inti sebuah bintang. Runtuhnya inti ini terjadi bersamaan dengan meledaknya lapisan luar bintang yang kemudian membentuk energentic supernova (yang dijuluki para ilmuwan sebagai
hypernova). Charles Wolf and Georges Rayet, dua astronom dari Perancis menyebut jenis bintang yang meledak tersebut adalah jenis bintang yang sangat berat dan panas, disebut sebagai bintang
¡ÈWolf-Rayet¡É.
Para astronom menduga bahwa photon sinar gamma dihasilkan oleh dari dalam bintang. Ledakan tersebut berasal dari pusat bintang yang sangat padat (massive star). Sinar gamma melesat dari permukaan bintang
mengarungi ruang angkasa dengan kecepatan mendekat kecepatan cahaya, dan bertumbukan dengan berbagai gas dan debu angkasa, sehingga memproduksi tambahan emisi photon. Emisi ini dipercaya merupakan penyebab ¡Èafterglow¡É (sinar susulan) yang memiliki emisi
lebih rendah dari sinar gamma, mulai dari sinar X, cahaya tampak, dan gelombang radio. Proses afterglow ini bisa bertahan mulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
Compton Gamma Ray Observatory's Burst And Transient Source Experiment (BATSE) detector telah mencatat 2,704 GRBs selama pengamatan 9 tahun (1991 - 2000). BeppoSAX sebuah satellite Italia dilengkapi dengan detektor gamma ray dan X-ray detector. Sehingga
satelit itu bisa mengamati X-ray afterglow yang berkaitan dengan ledakan sinar gamma-ray pada February 28, 1997.
Saat ini sebuah jaringan dunia sinar gamma, the Gamma-ray Burst Coordinates Network (GCN) mengkoordinasikan pengamatan afterglow GBRs berpusatkan di angkasa dan permukaan tanah. NASA satellites termasuk the High Energy Transient Explorer (HETE) dioperasikan olehthe Massachusetts Institute of Technology and the Rossi X-ray Timing Explorer (RXTE). The European Space Agency operates Integral,
misi baru gamma-ray diluncurkan pada 2002. Dan juga terdapat Interplanetary Gamma-Ray Burst Timing Network (IPN), yang terdiri atas grup space probes dengan detektor gamma-ray detectors pada loaksi yang berbeda di the Solar System.
BAGIAN LIMA: GRBs, tafsir bintang pelempar syaitan?
Tentu saja penulis tidak berkompeten untuk memastikan bahwa GRBs merupakan tafsir atas ayat-ayat yang berkenaan dengan bintang pelempar syaitan. Namun ijinkan penulis mengemukakan beberapa ciri yang sama antara GRBs dengan bintang pelempar syaitan.
Dari Bagian Tiga telah dijelaskan beberapa ciri bintang pelempar syaitan, yakni:
1. Semburan/suluh/panah api tersebut terkait dengan bintang (benda langit yang berkemampuan memancarkan cahaya). Demikian juga dengan GRBs, para ilmuwan yakin bahwa GRBs ini berasal dari bintang yang collapse, atau minimal dikatakan bahwa GRBs memiliki track yang
jelas ke bintang
2.Semburan/suluh/panah api tersebut memiliki tingkat terang (brightness) yang sangat tinggi. Demikian pula dengan GRBs, semua ahli sepakat menyebut GRBs sebagai objek paling terang di alam semesta tampak. Bahkan seorang ahli menyatakan bahwa GRBs lebih terang
se-juta triliun kali dibandingkan dengan matahari.
3.Selain memiliki tingkat terang yang sangat tinggi, nampaknya semburan/suluh/panah api tersebut memiliki energi yang sangat tinggi; dikarenakan dia berfungsi bukan hanya untuk mengejar syetan, namun sekaligus untuk membakarnya. demikian pula dengan GRBs, sesuai
dengan posisinya di spektrum gelombang elektromagnetik, sinar gamma memiliki energi yang tertinggi
4.Semburan/suluh/panah api yang mengejar dan membakar syetan tersebut datang dari segala penjuru langit. Demikian pula kesimpulan dari ribuan data pengamatan GRBs yang muncul di seluruh penjuru langit.
5.Nampaknya semburan/suluh/panah api tersebut memiliki posisi yang acak/random disebabkan posisi syetan yang juga tidak mengambil satu posisi tertentu terus menerus. Demikian pula dengan GRBs yang disimpulkan para ilmuwan tidak muncul dari posisi yang sama.
Penulis yakin bahwa kemajuan sains dan teknologi akan membantu manusia untuk semakin memahami kebenaran ayat-ayat Allah swt di dalam kitab suci. Tetaplah dengar dan taat, karena sangat mungkin ilmu kita tidak cukup untuk membantahnya.