Captain Pancasila wrote:
googling aja dengan kata kunci "ta aruf"!
Mohmed Bin Atang wrote:
Ini lagi, ditanyaain jawabannya malah om google
ga punya etika berdebat atau berdiskusi
Biarlah.. Untuk kali ini saya cari sendiri dengan kata kunci yang disebut CP..
Saya ambil dari dua sumber dari kata ta aruf, pertama dari
Wikipedia Indonesia & kedua dari
blog seorang muslimah
Saya kutip apa yang saya baca disana:
ta aruf - wikipedia wrote:
Taaruf adalah kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya.
Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.
dari
sumber yang sama:
pacaran - wikipedia wrote:
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.
Well, dari penjelasan arti ta aruf dan pacaran diatas, saya melihat ta aruf (kaca mata islam) menuduh pacaran adalah sumber maksiat.. sedangkan bagi penganut non-islam, memandang pacaran adalah suatu tahap perkenalan dua insan.. (tidak seperti yang dituduhkan oleh muslim (ta aruf)
Kita lanjut ke Proses-nya..
ta aruf wikipedia wrote:
Proses taaruf
Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi,taaruf bukanlah bermesraan berdua,tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkn sebuah perjalanan panjang brdua. ta'aruf seperti hal nya dengan pacaran secara islam.
Karena saya kurang jelas dengan proses tahap-tahapnya, maka saya ambil dari blog seorang muslimah, yang berusaha menjelaskan sampai ke tahap-tahapnya:
Proses ta aruf - blog muslimah wrote:
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.
4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Sekarang proses berpacaran, menurut wikipedia..
pacaran - wikipedia wrote:
Aktivitas berpacaran
Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi (Dari sumber yang sama, afeksi = Kasih Sayang) yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.
Dari Prosesi antara ta aruf dan pacaran ini.. saya ambil 2 kesimpulan:
1. ta aruf menuduh pacaran adalah suatu sumber maksiat, zina, dll. Tuduhan itu menurut saya hanya tuduhan kosong pada cara berkenalan antara pria dan wanita non-islam oleh para muslim. Wikipedia telah menjelaskan secara gamblang, bahwa pacaran bila terjadi sampai hubungan zina, dll. itu merupakan perilaku oknum yang tidak menjaga kehormatan dan harga diri wanita.. Dari pengalaman saya pun, pacaran yang sehat, memang tidak sampai pada tahap bercumbu.. Dengan berpacaran, pria dan wanita pun dapat mengenal sifat asli pasangannya jauh lebih dalam.
Contoh kecil: Apabila saya seorang pemarah & ringan tangan.. apakah sifat saya tersebut akan muncul bila dilakukan tanya jawab?
2. dilihat dari prosesi ta aruf tersebut diatas, lalu saya melihat prosesi ijab kabul dalam islami.. benar-benar tidak ada bedanya dengan perdagangan manusia..
Saya ambil prosesi ta aruf dari blog si muslimah sebagai contoh: (kasus: Saya mau membeli motor)
a. Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Siapa pun (kecuali Atheist) pasti akan berdoa dahulu sebelum membeli barang yang cukup mahal, agar mendapat petunjuk memperoleh barang yang baik untuk kita.
b.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Saya menelpon sales untuk mengatur jadwal melihat motor "Hinda BCR" ini.
c.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Saya bertanya mengenai motor "Hinda BCR" pada dealer & dealer menanyakan saya mengenai kesanggupan saya membayar serta jenis pembayaran yang akan diambil. (Saya tidak boleh melakukan test-drive, karena tidak etis untuk "Hinda BCR"
)
d.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Sama seperti pada no. c (Karena ini barang, no. d ini sudah tercantum dalam no. c)
e.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Sama seperti pada no. c (Karena ini barang, no. e ini sudah tercantum dalam no. c)
f.Menentukan Waktu Khitbah
akan bersatu dengan no. g.
g.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Menentukan waktu untuk serah terima motor "Hinda BCR" dan pembayaran (COD atau pembayaran DP)
Pada hari H, dealer menjabat tangan saya lalu berkata :
"Saya berikan pada engkau, akuadalahkafir anak non-islam, motor produk kami, "Hinda BCR" keluaran tahun 2011 dengan harga seperangkat alat shalat dan uang tunai sejumlah 35 juta rupiah dibayar tunai."
Sebenarnya dari sini saya sih sudah merasa cukup jelas.. tetapi bila CP atau muslim lain yang ingin mencerahkan saya, silahkan..
keeamad wrote:Bagi muslim, gak masalah dapat muslimah yang kayak apa,
kan bisa punya bini sampe 4, belum yg terhitung siri, mutah dan dari kawin cere ....
Saya mengerti Kee...
Karena muslimah dan muslim tidak dapat melihat sifat asli satu sama lain, maka diakhir cerita cinta mereka akan muncul alasan "ketidak cocokan" di Pengadilan Agama...