“Munafikun” menurut Qur’an

Sejarah penulisan Qur'an & Hadis, ayat2 Mekah & Medinah, kontradiksi Qur'an, tafsir Qur'an, dan hal2 yang bersangkutan dengan Qur'an.
Post Reply
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

“Munafikun” menurut Qur’an

Post by Adadeh »

“Munafikun” menurut Qur’an
oleh Jon MC : Jan 30, 2013

Kata Pengantar

Qur’an banyak menyebut tentang “orang² munafik” (munafikun). Muhammad dan Allah sangat benci sama para munafikun dan perbuatan mereka.
Akan tetapi Qur’an tidak menjelaskan apa sih sebenarnya kemunafikan itu dalam berbagai kasus. Karena itulah, untuk mengetahui perilaku dan perbuatan yang disebut Qur’an sebagai munafik maka kita harus melihat sumber literatur Islam lain.
Muslim juga menghadapi masalah serupa dalam memahami berbagai ayat Qur’an tentang munafikun. Akibat dari itu, berbagai tafsir Qur’an berusaha menjelaskan masalah ini.
Penulis Muslim, H. Yaya, membaca dari sumber yang sama seperti yang kubaca, tapi tampaknya dia lebih menekankan pada “ciri2” (karakteristik) dari para Munafikun (yang semuanya jelek) untuk menolong Muslim mengenal mereka, dan tidak menyelidiki tentang “apa penyebab” atau sifat dasar dari ‘kemunafikan’.
Artikel ini tidak mengaku sebagai sumber keterangan asli. Sebaliknya, yang ditampilkan di artikel ini hanyalah kutipan dari berbagai ayat Qur’an yang berhubungan dengan para munafik dan tafsir ayat² ini untuk melihat dengan jelas bagaimana sih pengertian Islam tentang “orang yang munafik”
Berikut adalah ayat² Qur’an yang berhubungan dengan “kaum munafikun” dalam Qur’an {1} dan tafsirnya dari Ibnu Katsir (D).

Tidak seperti metodologi penelitian yang biasa kupakai untuk menunjukkan bukti, kali ini aku hanya menampilkan penelaahan dan referensi yang digunakan. Alasannya bersangkutan dengan panjang artikel. Awalnya, artikel ini mengutip ayat dan tafsirnya {4} sampai mencapai lebih dari 26.000 kata, padahal tafsirnya sudah disingkat.
Kupikir ini terlalu panjang dan sebagian detail terpaksa harus disingkirkan.
Meskipun demikian, aku tetap fokus untuk menampilkan keterangan yang tepat dari ayat² Qur’an yang menunjukkan “jenis” orang munafik, dan juga daftar tafsir yang dipakai untuk membuat kesimpulan.
Siapapun boleh memeriksa ketepatan kesimpulanku.



Orang² Munafik (Munafikun) dalam Qur’an

Terdapat lima jenis munafikun {5} yang disebut dalam Qur’an. Dalam beberapa kasus ayat Qur’an mengandung kata “orang (atau orang²) munafik), sedangkan ayat lain berhubungan dengan munafikun berdasarkan penjelasan penulis tafsir, sehingga sekilas tidak begitu tampak hubungannya.


Kesimpulan

Berdasarkan Qur’an, munafikun adalah:

1. Muslim yang:
a. “lemah”, “tidak sepenuh hati”, “tidak sempurna” atau “ragu” dalam iman (29:10-11; 2:10-12,20; 8:49 (al-Jalalayn); 3:154, 156; 33:12-19,72-73; 4:88,140-142; 57:14; 47:16; Sura 63; 24:47-50; 48:6; 9:45-49, 124-127; 5:52).
b. “Muslim palsu”, yakni mereka yang hanya melakukan ibadah saja tapi tidak beriman Islam. (107:4-5; 2:8-9,10-12; 4:142; 13-14,19, 21; 59:11-12; 33:72-73; 24:47-50; 4:72;48:11-16; 9:61-63,64-68, 97-98; 5:41)
c. Muslim yang “dibeli”, adalah mereka yang jadi Muslim karena disuap (33:60-61;9:58-59), sehingga seringkali merupakan Muslim lemah iman atau palsu.
d. orang² yang tak sempurna imannya (2:13-14; 5:41,61). Orang² terutama adalah orang² Yahudi Medinah yang jadi mualaf, dan hanya percaya pada Allah dan hari Kiamat saja (menurut Shafi) dan tidak pada Muhammad, sehingga mereka adalah Muslim abal²an, dan dalam hati sih tetap Yahudi (sama kasusnya seperti b).
e. Muslim yang khawatir akan terjadi kekerasan, perampasan, atau pembunuhan dari “Muslim sejati” (3:154 [ibn Abbas], Sura 63; 58:14-19; 9:56-57, 97-98).
f. murtad dari Islam, baik secara terang²an atau diam² saja. (29:10,11; 2:16; 8:49; 4:88, 115, 137-138, 142; 33:12-19,60-61 [ibn Kathir]; 47:25; Sura 63; 58:14-19; 9:45-49, 64-68, 73-74 [meskipun Maududi beda pendapat], 9:94-96, 124-127).
g. malas sholat (107:4-5) atau kewajiban ibadah Islam lainnya (2:27, Sura 63)
h. ragu² untuk mengikuti Syariah Islam, atau hanya melakukannya jika menguntungkan pihaknya (2:10-12; 3:72-73; 4:60-61, 115; 24:47-50, 9:124-127). Juga lihat 2e (bawah)
i. berteman akrab dengan non-Muslim (2:10-12, 4:140-141; 5:52) (di lain bagian Qur’an dinyatakan bahwa Muslim tidak boleh bersikap ramah terhadap non-Muslim).
j. tidak mau atau ragu² untuk melaksanakan jihad, memerangi non-Muslim dan mati bagi Islam (2:204-6; 8:49; 3:121; 47:20-21, 29-31; 3:156,167-168,188; 4:72; 24:53; 61:2-4; 48:11-16;9:42, 45-49,53-54, 56-57, 64-68, 81-83, 86-87, 94-96, 97-98 ){6}. Muslim yang menolak berjihad dianggap Muslim murtad (47:20-21 – Shafi).
k. cenderung menantang Muhammad. Di jaman sekarang hal ini sudah berubah menjadi semua penolakan terhadap kekolotan Islam (3:156; 4:140-141; 33:1, 36-38, 48, 60-61; 58:14-19; 48:6;9:58-59, 61-63, 73-74).
l. membela non-Muslim dalam pertengkaran atau diskusi (2:27; 4:88; 59:11-12; 33:1)
m. “Muslim subversif” atau orang yang berpura-pura jadi Muslim untuk mengetahui kekuatan Islam dari dalam (2:204-206; 33:60-61 [ibn Kathir, Maududi]; 3:188; 47:16; Sura 63; 24:63;58:14-19; 48:6; 9:42, 61-63, 64-68, 73-74; 5:41). Juga lihat catatan {7} di bawah.
n. Pembohong, baik terhadap Muslim lain dan/atau terhadap diri sendiri (menyembunyikan dusta). (2:204, Sura 63)
o. Menjadi Muslim untuk kepentingan pribadi gain (2:204-206; 9:75-78, 97-98) – berhubungan dengan c juga.

2. Non-Muslim yang:
a. memilih (dalam makna mengambil keputusan atau bertindak sengaja) tetap sebagai non-Muslim (2:16,27,44; 4:140-141; 3:72-73; 47:16; ). (Aku pikir yang sebenarnya terjadi adalah orang² non-Muslim tahu bahwa Islam itu ngawur saat pertama kali mereka mendengar ajarannya. Juga lihat {8}).
b. pura² bersikap hormat pada Muslim(2:13-14), meskipun mungkin sikapnya adalah karena rasa takut.
c. pura² tertarik menjadi Muslim (dan mungkin telah disogok untuk jadi Muslim {9}) tapi lalu tidak mau memeluk Islam (8:49 – ibn Kathir).
d. berbohong pada Muslim (3:118-119; 3:173,188; Sura 63) untuk “mencelakai” Islam (3:188)
e. menolak Syariah sebagai hukum (2:10-12; 4:115;) atau hanya menggunakannya jika menguntungkan mereka (4:60-61, menurut al-Wahidi dan Maududi; 3:72-73)
f. mencoba mencelakakan Muslim, dengan cara menjelek-jelekkan Islam, mengkhianati mereka dan berpihak pada musuh, dll (3:118-119)
g. berdebat atau tidak setuju dengan Muhammad atau meragukan tindakannya, dll karena suatu alasan (33:36-38)
h. menghina Muslim (9:79)

3. orang² yang mementingkan diri sendiri (Maududi), baik Muslim atau non-Muslim.
4. pencipta damai atau penengah (baik Muslim atau non-Muslim) antara Muslim dan non-Muslim (2:10-12 – ibn Kathir). Aku beranggapan pendapat Ibn Kathir itu janggal karena bertentangan dengan Q 8:61 “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Juga lihat {10}
5. yang mengatakan hal² yang jelek akan Muslim yang “baik”, dan orang ini termasuk munafik dan juga penghujat {10} karena mengritik Muhammad (24:11-26)
6. yang diperlakukan sebagai non-Muslim. Mereka adalah: munafikin manapun (Muslim atau non-Muslim) yang harus diperlakukan sebagai Kaffir ((2:8-20 – Shafi; 9:73-74 Maududi, 9:84 Shafi).
7. tukang sihir atau tukang tenung. (lihat tafsir dari Ibnu Katsir akan Qur’an, Sura 113).

bersambung ...

Klik Alternatif Diskusi Kalau FFI Terblokir
Mirror
Mirror Rss Feed
User avatar
Adadeh
Posts: 8184
Joined: Thu Oct 13, 2005 1:59 am

Re: “Munafikun” menurut Qur’an

Post by Adadeh »

Pembahasan

Kata “orang munafik” dalam Qur’an merupakan kode rahasia dan berlaku sama bagi Muslim dan non-Muslim.
Kata ini merupakan kode rahasia karena maknanya bisa berarti orang yang murtad atau meninggalkan Islam [lihat 1f) di atas]. Pengetahuan bahwa orang² murtad merupakan bagian dari kelompok orang² munafik merupakan hal yang penting karena para pembela Islam seringkali mengatakan bahwa Qur’an tidak menyebut apapun tentang murtadun. Secara linguistik hal ini bisa dianggap benar: kata “murtadun” memang tak ada dalam Qur’an, tapi karena kata “orang² munafik” merupakan kode rahasia yang juga bermakna orang² murtad, maka itu berarti Qur’an membahas tentang murtadun, dengan menggolongkan mereka dalam kelompok Muslim “munafik” – yang harus dilakukan adalah menelaah kapan dan bagaimana saatnya menggunakan penggolongan itu secara relevan.

Semua Muslim yang tidak hidup sempurna dalam menjalankan Islam juga dianggap sebagai munafik (kecuali dalam keadaan darurat {12} atau Maruna {13}. Q 66:9 berkenaan tentang hal ini. Bahkan orang yang jadi mualaf (masuk Islam) karena takut kehilangan nyawa juga dianggap sebagai Muslim munafik karena dia bukanlah Muslim yang beriman penuh {6}.

Yang mengejutkan adalah orang yang disogok untuk masuk Islam {9} juga dianggap sebagai orang munafik, karena tidak beriman penuh pada Islam – hal ini menimbulkan pertanyaan “Apa yang kau harapkan, Muhammad? Ketulusan hati dari orang yang kau sogok untuk memeluk Islam?”

Kategori lain yang penting tentang Muslim “munafik” adalah Muslim yang tak mau menerapkan hukum Syariah (lengkap dengan segala aturan barbarnya) sepenuhnya – dan Syariah tak hanya harus diterapkan diantara masyarakat Muslim saja, tapi juga bagi semua orang.

Muslim² yang berteman baik dengan non-Muslim juga dianggap sebagai munafik, dan Muslim hanya boleh bersahabat dengan sesama Muslim dan tidak boleh membela non-Muslim jika ada pertikaian dengan Muslim. Akibat dari aturan ini, Muslim harus memberi naungan dan dukungan (meskipun diam²) pada para Muslim yang melakukan kegiatan teror atau berkhotbah pesan teror Islamiah {14}.

Ironisnya, Qur’an juga menyebut bahwa Muslim “Quranit” {15} juga munafik, sama seperti Muslim Reformis {16} (misalnya Islam Liberal). Muslim² yang moderat (cinta damai) juga daianggap sebagai munafik karena tak mau membunuh atau berjihad melawan non-Muslim. Jadi definisi “orang² munafik” berlaku bagi para Muslim yang mencoba mereformasi Islam: usaha seperti ini dianggap menentang pesan Muhammad.

Qur’an dan tafsirnya menjelaskan bahwa tekad Muslim untuk berjihad di jalan Allah dengan seluruh harta dan diri – termasuk menghadapi resiko kehilangan nyawa dan anggota tubuh {17} (Q 4:95, 9:20,88; 61:11) merupakan landasan utama untuk menjadi Muslim kafah [lihat 1j di atas]. Muslim yang tak mau melakukan ini dianggap berhati lemah atau tak beriman teguh – dan Qur’an menyebut mereka sebagai orang² yang jiwanya mengandung penyakit” ((fii quluubihim maradhun) atau orang² yang tak yakin akan ajaran Islam.

Kelompok Muslim terakhir yang dianggap sebagai munafik adalah Muslim² yang berkhianat. Mereka adalah orang² yang memeluk Islam untuk mengetahui kekuatan Islam dari dalam. Qur’an sangat mencela orang² seperti ini {18}.

Ketika berbicara tentang non-Muslim, Qur’an kurang lebih menyatakan bahwa SEMUA non-Muslim adalah munafik – setidaknya mereka yang telah mendengar pesan Islam. Anggapan ini berasal dari pikiran Muslim bahwa setiap orang yang mendengar {19} pesan Islam sudah tentu “tahu dalam hatinya” akan ‘kebenaran’ Islam. Dengan begitu, jika orang ini menolak Islam maka sudah tentu dia munafik karena menolak ‘kebenaran’. Hal ini tampak jelas saat Qur’an menyatakan non-Muslim sebagai kafir. Kafir berarti “orang yang menutupi kebenaran” dan kata ini sebenarnya berarti ‘menutupi dengan tanah setelah menanam benih’.

Sungguh ironis bahwasanya Qur’an menganggap non-Muslim yang bersikap baik terhadap Muslim karena rasa takut sebagai munafik juga. Hal ini ironis karena Qur’an sendiri menyuruh Muslim untuk melakukan hal yang persis sama pada non-Muslim jika mereka takut terhadap non-Muslim (Q 3:28)

Q3:28
Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).
(syafa yang munafik nih??)

Bukhari juga mengajarkan Muslim untuk “tersenyum di wajah pada kafir padahal hatimu mengutuk mereka.” (lihat juga tafsir Ibnu Katsir akan Q 3:28).

Dua kelompok terakhir tentang non-Muslim munafik adalah mereka yang menolak berlakunya Syariah Islam terhadap mereka (meskipun jelas penolakan ini karena non-Muslim tahu Syariah bersikap sangat diskriminatif terhadap mereka) dan non-Muslim yang terang² mencoba “mencelakai Muslim”.

Di kasus terakhir tentang usaha “mencelakai Muslim”, orang bisa mengerti jika Muslim menganggap orang² subversif yang mencoba menggulingkan kekuasaan Islam sebagai orang²munafik. Akan tetapi tidak hanya itu saja pengertian akan ‘non-Muslim yang mencoba mencelakai Muslim’. Qur’an mengatakan semua non-Muslim benar² “tahu jika Islam itu benar”, dan dengan begitu “orang² yang mencoba mencelakai” bisa dianggap sebagai orang² non-Muslim yang berani mengatakan hal² yang dianggap menghina Islam (meskipun yang dikatakan benar!) karena hal ini dianggap mengganggu atau menggelisahkan atau menantang “kedamaian” spiritual umat Muslim.

Qur’an menjelaksan bahwa Muslim dan non-Muslim yang mementingkan diri sendiri sebagai orang² munafik. Meskipun tentunya sifat mementingkan diri sendiri (egois) adalah sifat yang amat jelek, tapi bahasa yang digunakan Qur’an mengundang kecurigaan. Mengapa orang² ini dianggap munafik? Kenapa tidak disebut sebagai egois saja? Satu²nya penjelasan yang bisa kusimpulkan adalah orang² munafik akan masuk neraka, dan Islam memasukkan semua orang yang tak setuju dengan Qur’an sebagai orang² munafik, sebagai cara mudah untuk mengatakan “lo semua bakal masuk neraka!”

Jenis munafik lain adalah orang² yang membuka rahasia tentang umat Muslim. Hal ini bisa dimengerti jika orang berdusta dan menyebar keterangan buruk tentang Muslim yang sebenarnya baik hati {20}. Akan tetapi makna selanjutnya adalah Muslim harus “menutupi” satu sama lain dengan cara menolak percaya bahwa umat Muslim yang merupakan “umat terbaik” dan “superior” bisa melakukan hal kriminal dan biadab. Hal ini merupakan sikap yang salah karena korban perlakukan biadab tidak bisa membela diri karena masyarakat Muslim di sekelilingnya tidak percaya keterangannya.

Seperti yang tertera di atas, Qur’an menjabarkan kata “orang² munafik” dalam berbagai jenis manusia, baik yang Muslim maupun non-Muslim, yang berbuat sesuatu – apapun jenisnya – yang bertentangan dengan ajaran Islam. Definisi paling tepat dari kata “orang² munafik” dalam Qur’an adalah “Muslim abal-abalan” (Muslim KTP).

Keterangan Qur’an juga menyatakan ada empat jenis hati:

• hati yang jernih seperti lampu menyala – ini adalah hati Muslim kaffah.
• hati yang tertutup dan terikat – ini adalah hati non-Muslim.
• hati yang jungkir balik – ini adalah hati murtadin.
• hati yang berbaju zirah – hati Muslim munafik yang bercampur iman dan kemunafikan.

Hati yang bersinar adalah hati Muslim yang terangnya mampu membimbing mereka melalui jalan sempit menuju surga. Yang lainnya (yang tak memiliki lampu terang itu) akan masuk neraka. Maka dari itu, penting bagi Muslim untuk jadi Muslim kaffah (Muslim yang senantiasa mengikuti Rasulullah dalam segala hal dalam kehidupannya).

Masalahnya sekarang adalah bagaimana menentukan seseorang itu Muslim kaffah atau bukan. Ini merupakan masalah besar dalam dunia Islam, dan tampak dengan kebiasaan berbagai group Muslim yang menuduh group Muslim lain sebagai kafir atau murtad dengan mengumumkan Takfir {22}. Akibatnya, setiap Muslim jadi berlomba-lomba ingin tampil sebagai kaffah untuk menghindari tekanan dalam masyarakat Muslim. Hal ini juga mendorong Muslim untuk memahami Qur’an secara semakin harafiah, agar dianggap sebagai Muslim sejati. Kecenderungan ini meningkatkan terjadinya radikalisasi Islam {23} di jaman sekarang di mana masing² kelompok Islam ingin tampak lebih Islamiah dibanding kelompok lain. Mereka berlomba-lomba menggali menujug kedalamanan tafsir Qur’an {24}.

Di negara² Mesir dan Tunisia yang sedang mengalami “Arab Spring” (kebangkitan bangsa Arab), pihak pemerintah Muslim moderat ditantang oleh Islamis radikal {25} Salafi. Jika pihak Muslim Salafi kelak berkuasa, maka akan ada lagi kelompok Islam radikal lain yang menantang kelompok Salafi. Dengan kata lain, tafsir Islam itu bagaikan boneka Rusia yang di dalam satu boneka terdapat bonek lain yang lebih radikal tafsirnya. (Analogi lain adalah sajak tentang kutu {23}.)

bersambung ...

Klik Alternatif Diskusi Kalau FFI Terblokir
Mirror
Mirror Rss Feed
Faithfreedom forum static
Post Reply