BUMI MANUSIA ANTI AHMADIYAH
Posted: Thu May 22, 2008 8:37 am
FATWA MUI DARI MASA KE MASA
1980
Dalam MUNAS II tanggal 11-17 Rajab 1400 H/26 Mei - 1 Juni 1980 M itulah MUI pertama kali menetapkan bahwa
aliran Ahmadiyah di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Dalam MUNAS tersebut MUI menyatakan bahwa :
- Orang Islam yang mengikuti Ahmadiyah adalah murtad atau keluar
dari Islam.
- Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia
- Membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya.
1984
Dalam Rapat Kerja Nasional MUI bulan 1- 4 Jumadil Akhir 1404 H./4 7 Maret 1984 M, kembali MUI menyerukan bahwa ahmadiyah adalah diluar islam, sesat dan menyesatkan dengan pertimbangan :
- Keresahan karena isi ajarannya bertentangan dengan ajaran agama Islam
- Perpecahan, khususnya dalam hal ubudivah (shalat), bidang munakahat dan lain-lain.
- Bahaya bagi ketertiban dan keamanan negara.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka MUI menyatakan :
- Meminta kepada pihak yang berwenang untuk meninjau ulang AKTE PENDIRIAN AHMADIYAH sebagaimana tertulis dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI JA/22/ 13, tanggal 31-3-1953 (Tambahan Berita Negara No. 26, tanggal 31– - 1953).
- Majelis Ulama Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, para ulama, dan da’i di seluruh Indonesia, menjelaskan kepada masyarakat tentang sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar Islam.
- Bagi mereka yang telah terlanjur mengikuti Jema’at Ahmadiyah Qadiyah supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang benar.
- Kepala seluruh ummat Islam supaya mempertinggi kewaspadaannya, sehingga tidak akan terpengaruh dengan faham yang sesat itu
2005
Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI mengeluarkan 11 Fatwa yang merupakan referensi kongres. Beberapa isi dalam fatwa tersebut adalah :
- Desakan kepada pemerintah untuk membubarkan ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat.
- Haram hukumnya bagi umat muslim mengikuti ajaran liberalisme,
sekularisme dan pluralisme.
- Mengharamkan doa bersama yang dipimpin pemeluk agama lain, dan melarang pernikahan beda agama.
Jum'at 29 Juli 2005 - Awal ketegangan dirasakan anggota ahmadiyah
1. Petojo - Jakarta Pusat :Sejumlah umat yang bersiap untuk sholat Jum'at terpaksa membatalkan niat mereka. Pintu pagar mesjid,
siang itu disegel aparat keamanan dan Musyawarah Pimpinan Daerah. Alasannya, untuk menjaga ketertiban umum.
2. Kuningan, Ciamis, dan Bogor Jawa Barat :sejumlah mesjid, musholla dan kantor milik Ahmadiyah juga dipaksa tutup dengan alasan sama.
3. Padang - Sumatera Barat :sejumlah ulama dan ormas Islam memberi ultimatum sepekan kepada jemaat Ahmadiyah, untuk segera membubarkan diri.
4. Kampus Mobarok, Parung Bogor :Front Pembela Islam FPI dan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI menyerang kongres Ahmadiyah Qodiyan, dengan orasinya yang luar biasa "Allahu akbar, FPI menang. Jangan sampai ada satupun Ahmadiyah dibolehkan hidup di Indonesia"
5. Cisurupan, Garut, Jawa Barat :72 orang pengikut jemaat Ahmadiyah dipaksa keluar dari keyakinan mereka. Di
bawah todongan senjata tajam jawara yang dikerahkan kepala desa, mereka dipaksa menandatangi pernyataan keluar dari Ahmadiyah.
Pada tahun 2005, fatwa MUI belum memiliki dampak luar biasa bagi pengikut ahmadiyah, karena pada masa itu, masih banyak para cendekiawan / intelektual muslim yang "membela" ahmadiyah atas nama kebebasan ber-agama. Salah satu tokoh islam yang menentang adalah tokoh NU Abdurahman Wahid. Dengan didampingi Dawam Rahardjo, Syafi'i Anwar, Ullil Abshar Abdallah serta para tokoh lintas agama lain, mereka membentuk Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.
Dalam pernyataannya yang sedikit "mbalelo" Gus Dur menyatakan :
- Umat islam diminta mengabaikan fatwa MUI tersebut
- kalau MUI mau menetapkan ini itu terserah. Itu kan urusan
interen umat. Dipercaya orang atau tidak ya kita lihat saja nanti. Di Indonesia itu yang bisa bilang benar atau tidak benar, hanyalah Mahkamah Agung.
2006
Penyerangan besar-besaran kepada pengikut ahmadiyah diwilayah :
- Kecamatan Praya, Lombok Tengah.
- Kerinci, Jambi
- Garut, Cianjur, Kuningan - Jawa Barat
2007
Penyerangan kembali kepada pengikut ahmadiyah diwilayah :
- Manis Lor, Kuningan - Jawa Barat
Protes tokoh-tokoh indonesia kepada pemerintah RI atas fatwa MUI :
GUS DUR : Pemerintah cenderung membiarkan terjadinya kekerasan beragama, terutama terhadap kelompok minoritas. Para pelaku tidak pernah diproses, apalagi ditangkap. Sepanjang sejarah, baru kali ini pemerintah tunduk terhadap kelompok tertentu, bukan pada Pancasila atau konstitusi
ADNAN BUYUNG :bahwa negara hukum kita sudah kacau. UUD bisa kalah dengan fatwa. MUI ikut berperan secara tidak langsung dalam tindak kekerasan terhadap penganut aliran agama itu.
2008
Puncak serangan kepada pengikut ahmadiyah
1. Penangkapan dan diadilinya ketua ahmadiyah
2. Pembakaran masjid ahmadiyah di Sukabumi
3. Kekerasan mental dan fisik yang dialami jemaat Ahmadiyah di sejumlah wilayah antara lain Singaparna, Parung, Parangsalak (Sukabumi) dan Banjarsari.
ORASI PEMIMPIN ORMAS ISLAM :
Fauzan Al Ansyari: Kekerasan itu muncul karena kekecewaan masyarakat atas tersumbatnya mekanisme hukum yang selama ini diharapkan mampu dijalankan aparat. Proses hukum mandek, macet, oleh sebab itu main hakim sendiri akan terjadi. Itu terjadi karena tersumbatnya mekanisme hukum.
Faiz FPI: Dulu Nabi Muhammad pernah membakar mesjid karena mesjid tsb sesat dan menyesatkan. Sekarang bagaimana dengan JIL? Siap tidak? Siap!!!! Kalau siap sekarang juga kita berangkat ke sana. Kita hancurkan JIL !!!
Sobri Lubis: " Ahmadiyah Halal dibunuh !!! "
-----------------------------------------
SATU PEPATAH BUAT MUI : " MULUTMU HARIMAUMU "
Renda persaudaraan yang erat dan saling mengikat antara NU, Muhammadiyah dan Ahmadiyah merupakan fakta kesejarahan yang dapat dihikmati dengan cinta dan kasih. Narasi persaudaraan ini merupakan pelipur lara bagi kawan-kawan Ahmadiyah yang telah kehilangan rumah ibadahnya. Yang telah dibakar habis dalam amunisi kemarahan pemaksaan mazhab. Pemaksaan ini telah dilegitimasi oleh dua Fatwa MUI tahun 1980 dan 2005 yang memunculkan kata sesat pada Jemaat Ahmadiyah. Setelah sejak tahun 1920-an hidup berdampingan secara damai dengan penganut lain, kawan-kawan Ahmadiyah dirompak luka. Ibu-ibu dan anak-anak berlari-lari tergopoh-gopoh dalam ketakutan ketika masjid-masjid mereka dibakar hangus sampai habis. Pun, teror menghantui kehidupan para keluarga Ahmadiyah di Indonesia. Tak terkecuali, ibu-ibu dan anak-anak Ahmadiyah menderita trauma psikososial untuk kembali menjalani hidup yang normal sebagai bagian dari peri kewarganegaraan Indonesia, yang seharusnya dijamin oleh negara. Negara telah menjadi lalai untuk menjamin hak berkehidupan yang aman dari rasa takut dan ancaman teror. Banyak anak-anak di Parakan Salak Sukabumi mengalami trauma sehingga malu untuk pergi ke sekolah. Kekerasan psikologis ini merupakan kelanjutan dari stempel fatwa MUI. Menyebut ahmadiyah sebagai berkeyakinan sesat telah memasuki ruang kekerasan epistemik. MUI tidak menghitung dera luka psikososial yang dialami kawan-kawan Ahmadiyah, pun kawan-kawan Muslim, yang melihat aksi-aksi teror dan kekerasan ini tetap duduk dihadapn televisi memperhatikan tanpa iba apa yang dialami oleh para pengikut ahmadiyah. Bahkan ada yang dengan sangat lugas mengatakan "Mampos Loe"
Apakah ini bau kasturi perjuangan islam yang diajarkan muhammad ?
PARAKAN SALAK - SUKABUMI UNDERCOVER
Suara ketakutan seorang ibu mampu membuat menggugah hati ketika dia berkata-kata dalam isak tentang sebuah perusakan dan pembakaran serta kekerasan-kekerasan tidak semestinya kepada para pengikut ahmadiyah di parakan salak sukabumi. Dari balik suara si penelpon, bisa terdengar suara tangisan menyayat anak-anak yang mencerminkan rasa takut luar biasa. "ada apa ini sesungguhnya?". Salahkah jika seorang manusia mengedepankan nilai kemanusiaan tanpa melihat agama "terbang" menuju titik lokasi konflik ? Dan ternyata yang disaksikan bukanlah sekedar sebuah aksi pembakaran 6 atau 8 masjid sebagaimana yang diberitakan di media. Ada aksi kekerasan yang luar biasa biadab kepada para pengikut ahmadiyah, dan yang paling mengiris kalbu adalah si penyerang meneriakkan kata "ALLAHU AKBAR" dan si korban juga mengatakan "ALLAHU AKBAR" tetapi dengan rintihan. Sungguh sebuah tontonan yang tidak manusiawi dan terbersit sejenak, alangkah bingungnya si ALLAH yang mendengar teriakan dan rintihan. Pertanyaannya adalah, kepada siapa si ALLAH akan berpihak ?
Jika pedang itu dihunuskan, jika rotan-rotan itu diayunkan, maka yang tersisa adalah erangan anak-anak manusia dalam sakit yang tak terperih. Wanita-wanita dan anak-anak harus menyaksikan suami dan bapak mereka disiksa dihadapan mereka. Inilah bentuk kekejaman yang paling luar biasa. Karena setiap manusia akan mengalami luka psikis yang mengakar ketika dia melihat orang yang dicintainya dilukai secara fisik tanpa dia bisa memberikan pertolongan selain doa dan airmata. Doa itu tertuju kepada siapa ? ALLAH? bukankah si pembantai juga melakukan semuanya atas nama menjunjung tinggi nilai kesucian allah ?!
Teriakan-teriakan para bapak berubah menjadi hembusan nafas yang terpotong-potong karena tubuh telah lelah dihantam rotan, karena jiwa telah lelah dihujam teriakan dan makian. Dalam sisa-sisa desahan sebelum menuju pingsan, si bapak hanya bisa berucap "tinggalkan kami disini, tolong selamatkan istri dan anak kami"
Tangan ini hanya 2, kaki ini hanya 2, tubuh ini juga mulai lemah karena kekerasan-kekerasan yang nyaris sama. Berapalah yang mampu direngkuh, maka sejumlah itulah yang direngkuh dan membawanya "terbang" jauh dari titik konflik.
PERPISAHAN ANAK DAN ISTRI DARI SUAMI DAN BAPAK
Masih dengan menyebut nama si ALLAH, ibu-ibu ini mengajak anak-anaknya yang sudah layak mengerjakan sholat untuk sholat, zikir dan doa bersama. Mereka sudah mulai membacakan YAASIIN untuk bapak dan suaminya, dengan alasan jikalau mereka sekarang ini telah mati, biarlah doa ini mengantarkan mereka ke surga.
Sekali lagi, tangan ini hanya dua, kaki ini hanya dua, ruangan ini hanya 4 x 5 meter, apa yang bisa dilakukan kepada wanita-wanita lelah nan lapar juga anak-anak yang tak juga mampu memejamkan mata karena takut dengan suara kaleng jatuh sekalipun. MUI, inilah hasil fatwamu. Wanita-wanita ini hanya bermodal nomor telepon si pe"nerbang" untuk menghubungkan kembali dirinya dengan suami-suami mereka yang masih harus berjuang untuk keluar dari tekanan kaum seukuwah tetapi beda "cara sembahyang". Tetapi kapan suami-suami ini akan menelpon dan mengabarkan keberadaan mereka? Kapan anak-anak ini kembali duduk dalam pangkuan bapaknya dan bersama-sama mempelajari IQRO'? Dan, harus berapa banyak lagi anak-anak yang terpisah dari bapak atau ibunya hanya karena "takdir" mereka terlahir dari orang tua pengikut ahmadiyah. Ingin sekali, dibuat sebuah keputusan tegas, bahwa mereka-mereka ini adalah korban terakhir. Bisakah ?
" KAMERA SUDAH BERHENTI MENYOROT, PENA SUDAH BERHENTI MENULIS, TETAPI FPI BELUM BERHENTI ANARKIS DALAM MALAM YANG GELAP DAN PEKAT "
DATA
- Hingga tertulisnya ini semua, tercatat ada 19 anak dibawah usia 12 tahun bersama 7 ibu yang terpisah dari suami dan bapaknya. Tetapi ada yang lebih menyayat lagi, bahwa 3 dari 19 anak tersebut ternyata bukan anak kandung dari 7 ibu tersebut. mereka anak-anak ahmadiyah yang oleh ibu-ibu ini langsung saja di"gendong" untuk diajak "terbang" bersama keluar dari lokasi konflik ini. Itu artinya ada 3 anak yang terpisah dari bapak dan ibunya. Sayatan ini begitu dalam, teramat dalam bahkan. Akan ada berapa banyak lagi anak-anak yang akan terpisah oleh orang tuanya akibat konflik atas nama agama yang paling benar ?
- Hingga tertulisnya ini semua, tercatat ada 29 lelaki usia 35 - 54 tahun tidak jelas dimana rimbanya. Yang salah satu dari mereka dikabarkan memiliki rekaman peristiwa tersebut melalui handycamnya.
- Hilangnya barang bukti berupa rekaman kejadian setelah diserahkan kepada salah satu "ketua" wilayah tersebut. Dan si pembuat rekaman sekarang harus dilarikan keluar propinsi karena tekanan luar biasa terus dialami.
Berlebihan jika masih ada yang berharap masalah ini akan diusut tuntas, terlebih ketika kembali ke lokasi, hanya akan ditemui sisa-sisa pengikut ahmadiyah yang mulai ketakutan untuk berbicara atau bahkan sekedar mengucapkan salam. Sebagian dari mereka ada yang secara "terpaksa" menyatakan taubat dan mengikuti "perbaikan ajaran" dilembaga-lembaga berbendera islam yang bekerjasama dengan MUI dan FPI, demi sebuah keselamatan.
Apakah akan ada brainwash disini ? Dari pengikut ajaran islam "sesat" menjadi pengikut islam sejati dengan berubah karakter menjadi "killer machine" yang remote controlnya selalu dipegang oleh ulama, kyai,ustad dan pemimpin agama lainnya yang mengklaim dirinya secara pribadi berikut ajaran yang dianut adalah paling benar.
(saya belum merasa perlu menyertakan ayat-ayat setan dalam tulisan ini, karena dalam memahami makna mengasihi sesama manusia sebenarnya tidak diperlukan agama, tetapi sebuah hati yang bisa bekerja dengan cerdas)
Untuk sementara ini, saya nyatakan selesai.
1980
Dalam MUNAS II tanggal 11-17 Rajab 1400 H/26 Mei - 1 Juni 1980 M itulah MUI pertama kali menetapkan bahwa
aliran Ahmadiyah di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Dalam MUNAS tersebut MUI menyatakan bahwa :
- Orang Islam yang mengikuti Ahmadiyah adalah murtad atau keluar
dari Islam.
- Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia
- Membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya.
1984
Dalam Rapat Kerja Nasional MUI bulan 1- 4 Jumadil Akhir 1404 H./4 7 Maret 1984 M, kembali MUI menyerukan bahwa ahmadiyah adalah diluar islam, sesat dan menyesatkan dengan pertimbangan :
- Keresahan karena isi ajarannya bertentangan dengan ajaran agama Islam
- Perpecahan, khususnya dalam hal ubudivah (shalat), bidang munakahat dan lain-lain.
- Bahaya bagi ketertiban dan keamanan negara.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka MUI menyatakan :
- Meminta kepada pihak yang berwenang untuk meninjau ulang AKTE PENDIRIAN AHMADIYAH sebagaimana tertulis dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI JA/22/ 13, tanggal 31-3-1953 (Tambahan Berita Negara No. 26, tanggal 31– - 1953).
- Majelis Ulama Daerah Tingkat I, Daerah Tingkat II, para ulama, dan da’i di seluruh Indonesia, menjelaskan kepada masyarakat tentang sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar Islam.
- Bagi mereka yang telah terlanjur mengikuti Jema’at Ahmadiyah Qadiyah supaya segera kembali kepada ajaran Islam yang benar.
- Kepala seluruh ummat Islam supaya mempertinggi kewaspadaannya, sehingga tidak akan terpengaruh dengan faham yang sesat itu
2005
Pada tanggal 28 Juli 2005, MUI mengeluarkan 11 Fatwa yang merupakan referensi kongres. Beberapa isi dalam fatwa tersebut adalah :
- Desakan kepada pemerintah untuk membubarkan ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat.
- Haram hukumnya bagi umat muslim mengikuti ajaran liberalisme,
sekularisme dan pluralisme.
- Mengharamkan doa bersama yang dipimpin pemeluk agama lain, dan melarang pernikahan beda agama.
Jum'at 29 Juli 2005 - Awal ketegangan dirasakan anggota ahmadiyah
1. Petojo - Jakarta Pusat :Sejumlah umat yang bersiap untuk sholat Jum'at terpaksa membatalkan niat mereka. Pintu pagar mesjid,
siang itu disegel aparat keamanan dan Musyawarah Pimpinan Daerah. Alasannya, untuk menjaga ketertiban umum.
2. Kuningan, Ciamis, dan Bogor Jawa Barat :sejumlah mesjid, musholla dan kantor milik Ahmadiyah juga dipaksa tutup dengan alasan sama.
3. Padang - Sumatera Barat :sejumlah ulama dan ormas Islam memberi ultimatum sepekan kepada jemaat Ahmadiyah, untuk segera membubarkan diri.
4. Kampus Mobarok, Parung Bogor :Front Pembela Islam FPI dan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI menyerang kongres Ahmadiyah Qodiyan, dengan orasinya yang luar biasa "Allahu akbar, FPI menang. Jangan sampai ada satupun Ahmadiyah dibolehkan hidup di Indonesia"
5. Cisurupan, Garut, Jawa Barat :72 orang pengikut jemaat Ahmadiyah dipaksa keluar dari keyakinan mereka. Di
bawah todongan senjata tajam jawara yang dikerahkan kepala desa, mereka dipaksa menandatangi pernyataan keluar dari Ahmadiyah.
Pada tahun 2005, fatwa MUI belum memiliki dampak luar biasa bagi pengikut ahmadiyah, karena pada masa itu, masih banyak para cendekiawan / intelektual muslim yang "membela" ahmadiyah atas nama kebebasan ber-agama. Salah satu tokoh islam yang menentang adalah tokoh NU Abdurahman Wahid. Dengan didampingi Dawam Rahardjo, Syafi'i Anwar, Ullil Abshar Abdallah serta para tokoh lintas agama lain, mereka membentuk Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.
Dalam pernyataannya yang sedikit "mbalelo" Gus Dur menyatakan :
- Umat islam diminta mengabaikan fatwa MUI tersebut
- kalau MUI mau menetapkan ini itu terserah. Itu kan urusan
interen umat. Dipercaya orang atau tidak ya kita lihat saja nanti. Di Indonesia itu yang bisa bilang benar atau tidak benar, hanyalah Mahkamah Agung.
2006
Penyerangan besar-besaran kepada pengikut ahmadiyah diwilayah :
- Kecamatan Praya, Lombok Tengah.
- Kerinci, Jambi
- Garut, Cianjur, Kuningan - Jawa Barat
2007
Penyerangan kembali kepada pengikut ahmadiyah diwilayah :
- Manis Lor, Kuningan - Jawa Barat
Protes tokoh-tokoh indonesia kepada pemerintah RI atas fatwa MUI :
GUS DUR : Pemerintah cenderung membiarkan terjadinya kekerasan beragama, terutama terhadap kelompok minoritas. Para pelaku tidak pernah diproses, apalagi ditangkap. Sepanjang sejarah, baru kali ini pemerintah tunduk terhadap kelompok tertentu, bukan pada Pancasila atau konstitusi
ADNAN BUYUNG :bahwa negara hukum kita sudah kacau. UUD bisa kalah dengan fatwa. MUI ikut berperan secara tidak langsung dalam tindak kekerasan terhadap penganut aliran agama itu.
2008
Puncak serangan kepada pengikut ahmadiyah
1. Penangkapan dan diadilinya ketua ahmadiyah
2. Pembakaran masjid ahmadiyah di Sukabumi
3. Kekerasan mental dan fisik yang dialami jemaat Ahmadiyah di sejumlah wilayah antara lain Singaparna, Parung, Parangsalak (Sukabumi) dan Banjarsari.
ORASI PEMIMPIN ORMAS ISLAM :
Fauzan Al Ansyari: Kekerasan itu muncul karena kekecewaan masyarakat atas tersumbatnya mekanisme hukum yang selama ini diharapkan mampu dijalankan aparat. Proses hukum mandek, macet, oleh sebab itu main hakim sendiri akan terjadi. Itu terjadi karena tersumbatnya mekanisme hukum.
Faiz FPI: Dulu Nabi Muhammad pernah membakar mesjid karena mesjid tsb sesat dan menyesatkan. Sekarang bagaimana dengan JIL? Siap tidak? Siap!!!! Kalau siap sekarang juga kita berangkat ke sana. Kita hancurkan JIL !!!
Sobri Lubis: " Ahmadiyah Halal dibunuh !!! "
-----------------------------------------
SATU PEPATAH BUAT MUI : " MULUTMU HARIMAUMU "
Renda persaudaraan yang erat dan saling mengikat antara NU, Muhammadiyah dan Ahmadiyah merupakan fakta kesejarahan yang dapat dihikmati dengan cinta dan kasih. Narasi persaudaraan ini merupakan pelipur lara bagi kawan-kawan Ahmadiyah yang telah kehilangan rumah ibadahnya. Yang telah dibakar habis dalam amunisi kemarahan pemaksaan mazhab. Pemaksaan ini telah dilegitimasi oleh dua Fatwa MUI tahun 1980 dan 2005 yang memunculkan kata sesat pada Jemaat Ahmadiyah. Setelah sejak tahun 1920-an hidup berdampingan secara damai dengan penganut lain, kawan-kawan Ahmadiyah dirompak luka. Ibu-ibu dan anak-anak berlari-lari tergopoh-gopoh dalam ketakutan ketika masjid-masjid mereka dibakar hangus sampai habis. Pun, teror menghantui kehidupan para keluarga Ahmadiyah di Indonesia. Tak terkecuali, ibu-ibu dan anak-anak Ahmadiyah menderita trauma psikososial untuk kembali menjalani hidup yang normal sebagai bagian dari peri kewarganegaraan Indonesia, yang seharusnya dijamin oleh negara. Negara telah menjadi lalai untuk menjamin hak berkehidupan yang aman dari rasa takut dan ancaman teror. Banyak anak-anak di Parakan Salak Sukabumi mengalami trauma sehingga malu untuk pergi ke sekolah. Kekerasan psikologis ini merupakan kelanjutan dari stempel fatwa MUI. Menyebut ahmadiyah sebagai berkeyakinan sesat telah memasuki ruang kekerasan epistemik. MUI tidak menghitung dera luka psikososial yang dialami kawan-kawan Ahmadiyah, pun kawan-kawan Muslim, yang melihat aksi-aksi teror dan kekerasan ini tetap duduk dihadapn televisi memperhatikan tanpa iba apa yang dialami oleh para pengikut ahmadiyah. Bahkan ada yang dengan sangat lugas mengatakan "Mampos Loe"
Apakah ini bau kasturi perjuangan islam yang diajarkan muhammad ?
PARAKAN SALAK - SUKABUMI UNDERCOVER
Suara ketakutan seorang ibu mampu membuat menggugah hati ketika dia berkata-kata dalam isak tentang sebuah perusakan dan pembakaran serta kekerasan-kekerasan tidak semestinya kepada para pengikut ahmadiyah di parakan salak sukabumi. Dari balik suara si penelpon, bisa terdengar suara tangisan menyayat anak-anak yang mencerminkan rasa takut luar biasa. "ada apa ini sesungguhnya?". Salahkah jika seorang manusia mengedepankan nilai kemanusiaan tanpa melihat agama "terbang" menuju titik lokasi konflik ? Dan ternyata yang disaksikan bukanlah sekedar sebuah aksi pembakaran 6 atau 8 masjid sebagaimana yang diberitakan di media. Ada aksi kekerasan yang luar biasa biadab kepada para pengikut ahmadiyah, dan yang paling mengiris kalbu adalah si penyerang meneriakkan kata "ALLAHU AKBAR" dan si korban juga mengatakan "ALLAHU AKBAR" tetapi dengan rintihan. Sungguh sebuah tontonan yang tidak manusiawi dan terbersit sejenak, alangkah bingungnya si ALLAH yang mendengar teriakan dan rintihan. Pertanyaannya adalah, kepada siapa si ALLAH akan berpihak ?
Jika pedang itu dihunuskan, jika rotan-rotan itu diayunkan, maka yang tersisa adalah erangan anak-anak manusia dalam sakit yang tak terperih. Wanita-wanita dan anak-anak harus menyaksikan suami dan bapak mereka disiksa dihadapan mereka. Inilah bentuk kekejaman yang paling luar biasa. Karena setiap manusia akan mengalami luka psikis yang mengakar ketika dia melihat orang yang dicintainya dilukai secara fisik tanpa dia bisa memberikan pertolongan selain doa dan airmata. Doa itu tertuju kepada siapa ? ALLAH? bukankah si pembantai juga melakukan semuanya atas nama menjunjung tinggi nilai kesucian allah ?!
Teriakan-teriakan para bapak berubah menjadi hembusan nafas yang terpotong-potong karena tubuh telah lelah dihantam rotan, karena jiwa telah lelah dihujam teriakan dan makian. Dalam sisa-sisa desahan sebelum menuju pingsan, si bapak hanya bisa berucap "tinggalkan kami disini, tolong selamatkan istri dan anak kami"
Tangan ini hanya 2, kaki ini hanya 2, tubuh ini juga mulai lemah karena kekerasan-kekerasan yang nyaris sama. Berapalah yang mampu direngkuh, maka sejumlah itulah yang direngkuh dan membawanya "terbang" jauh dari titik konflik.
PERPISAHAN ANAK DAN ISTRI DARI SUAMI DAN BAPAK
Masih dengan menyebut nama si ALLAH, ibu-ibu ini mengajak anak-anaknya yang sudah layak mengerjakan sholat untuk sholat, zikir dan doa bersama. Mereka sudah mulai membacakan YAASIIN untuk bapak dan suaminya, dengan alasan jikalau mereka sekarang ini telah mati, biarlah doa ini mengantarkan mereka ke surga.
Sekali lagi, tangan ini hanya dua, kaki ini hanya dua, ruangan ini hanya 4 x 5 meter, apa yang bisa dilakukan kepada wanita-wanita lelah nan lapar juga anak-anak yang tak juga mampu memejamkan mata karena takut dengan suara kaleng jatuh sekalipun. MUI, inilah hasil fatwamu. Wanita-wanita ini hanya bermodal nomor telepon si pe"nerbang" untuk menghubungkan kembali dirinya dengan suami-suami mereka yang masih harus berjuang untuk keluar dari tekanan kaum seukuwah tetapi beda "cara sembahyang". Tetapi kapan suami-suami ini akan menelpon dan mengabarkan keberadaan mereka? Kapan anak-anak ini kembali duduk dalam pangkuan bapaknya dan bersama-sama mempelajari IQRO'? Dan, harus berapa banyak lagi anak-anak yang terpisah dari bapak atau ibunya hanya karena "takdir" mereka terlahir dari orang tua pengikut ahmadiyah. Ingin sekali, dibuat sebuah keputusan tegas, bahwa mereka-mereka ini adalah korban terakhir. Bisakah ?
" KAMERA SUDAH BERHENTI MENYOROT, PENA SUDAH BERHENTI MENULIS, TETAPI FPI BELUM BERHENTI ANARKIS DALAM MALAM YANG GELAP DAN PEKAT "
DATA
- Hingga tertulisnya ini semua, tercatat ada 19 anak dibawah usia 12 tahun bersama 7 ibu yang terpisah dari suami dan bapaknya. Tetapi ada yang lebih menyayat lagi, bahwa 3 dari 19 anak tersebut ternyata bukan anak kandung dari 7 ibu tersebut. mereka anak-anak ahmadiyah yang oleh ibu-ibu ini langsung saja di"gendong" untuk diajak "terbang" bersama keluar dari lokasi konflik ini. Itu artinya ada 3 anak yang terpisah dari bapak dan ibunya. Sayatan ini begitu dalam, teramat dalam bahkan. Akan ada berapa banyak lagi anak-anak yang akan terpisah oleh orang tuanya akibat konflik atas nama agama yang paling benar ?
- Hingga tertulisnya ini semua, tercatat ada 29 lelaki usia 35 - 54 tahun tidak jelas dimana rimbanya. Yang salah satu dari mereka dikabarkan memiliki rekaman peristiwa tersebut melalui handycamnya.
- Hilangnya barang bukti berupa rekaman kejadian setelah diserahkan kepada salah satu "ketua" wilayah tersebut. Dan si pembuat rekaman sekarang harus dilarikan keluar propinsi karena tekanan luar biasa terus dialami.
Berlebihan jika masih ada yang berharap masalah ini akan diusut tuntas, terlebih ketika kembali ke lokasi, hanya akan ditemui sisa-sisa pengikut ahmadiyah yang mulai ketakutan untuk berbicara atau bahkan sekedar mengucapkan salam. Sebagian dari mereka ada yang secara "terpaksa" menyatakan taubat dan mengikuti "perbaikan ajaran" dilembaga-lembaga berbendera islam yang bekerjasama dengan MUI dan FPI, demi sebuah keselamatan.
Apakah akan ada brainwash disini ? Dari pengikut ajaran islam "sesat" menjadi pengikut islam sejati dengan berubah karakter menjadi "killer machine" yang remote controlnya selalu dipegang oleh ulama, kyai,ustad dan pemimpin agama lainnya yang mengklaim dirinya secara pribadi berikut ajaran yang dianut adalah paling benar.
(saya belum merasa perlu menyertakan ayat-ayat setan dalam tulisan ini, karena dalam memahami makna mengasihi sesama manusia sebenarnya tidak diperlukan agama, tetapi sebuah hati yang bisa bekerja dengan cerdas)
Untuk sementara ini, saya nyatakan selesai.